kurikulum di Indonesia dari tahun 1945 hingga 2024 mencerminkan dinamika sosial, politik, dan budaya bangsa yang terus berkembang. Perubahan-perubahan ini menyesuaikan dengan kebutuhan pendidikan nasional yang berlandaskan pada falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
1. Kurikulum 1947: Rencana Pelajaran 1947
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, kebutuhan akan sistem pendidikan nasional sangat mendesak. Kurikulum pertama yang muncul adalah Rencana Pelajaran 1947 yang sering disebut sebagai Kurikulum 1947. Kurikulum ini berorientasi pada pendidikan yang nasionalis dan berlandaskan pada semangat kemerdekaan. Dalam implementasinya, kurikulum ini masih sederhana karena lebih menitikberatkan pada aspek pengetahuan dasar, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Kurikulum ini belum memiliki struktur yang ketat, dan isi pelajaran masih dipengaruhi oleh pendidikan kolonial Belanda.
2. Kurikulum 1952: Rencana Pelajaran Terurai
Pada tahun 1952, kurikulum mengalami revisi yang lebih sistematis dengan munculnya Rencana Pelajaran Terurai. Kurikulum ini disusun lebih rinci dan memiliki tujuan yang lebih jelas. Salah satu inovasinya adalah penggunaan metode yang memusatkan perhatian pada setiap mata pelajaran. Kurikulum ini menekankan bahwa isi pendidikan harus relevan dengan kehidupan nyata siswa dan nilai-nilai kemasyarakatan Indonesia. Untuk pertama kalinya, guru diberikan kebebasan lebih besar dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan kondisi lokal dan kebutuhan siswa.
3. Kurikulum 1964: Rencana Pendidikan 1964
Kurikulum ini diperkenalkan oleh pemerintah Orde Lama dengan tujuan mempersiapkan generasi muda untuk menjadi tenaga produktif yang dapat memajukan pembangunan bangsa. Rencana Pendidikan 1964 menekankan pada program pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan, keterampilan, dan moral siswa secara seimbang. Ada lima bidang yang diutamakan: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmani.
4. Kurikulum 1968: Kurikulum Orde Baru
Setelah peralihan kekuasaan ke pemerintahan Orde Baru, terjadi perubahan signifikan pada kurikulum. Kurikulum 1968 dibentuk dengan dasar Pancasila sebagai pedoman dan berorientasi pada penguatan loyalitas kepada negara. Pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa, berilmu pengetahuan, serta berkepribadian baik. Kurikulum ini menekankan pendidikan yang bersifat humanistik dan menekankan pada pembangunan moral dan akhlak bangsa.
5. Kurikulum 1975
Pada era ini, reformasi besar dalam bidang pendidikan dilakukan dengan lahirnya Kurikulum 1975, yang menitikberatkan pada efisiensi dan efektivitas dalam pembelajaran. Proses belajar mengajar diatur secara rinci melalui Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal sebagai metode pembelajaran dengan tahapan yang jelas, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Fokus utama kurikulum ini adalah pencapaian tujuan instruksional yang jelas dan terukur, sehingga setiap guru harus merancang rencana pelajaran yang lebih sistematis.
6. Kurikulum 1984: Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Kurikulum 1984 diperkenalkan dengan fokus pada partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, atau yang dikenal dengan istilah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kurikulum ini mengedepankan pendekatan proses, di mana siswa lebih aktif dalam belajar dan guru berperan sebagai fasilitator. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mandiri siswa.
7. Kurikulum 1994
Perubahan kembali terjadi pada Kurikulum 1994. Kurikulum ini lahir sebagai respons atas kritik terhadap Kurikulum 1984 yang dinilai terlalu menekankan pada proses dan kurang pada hasil belajar. Oleh karena itu, Kurikulum 1994 mencoba menyeimbangkan antara proses dan hasil pendidikan. Namun, dalam praktiknya, kurikulum ini juga mendapatkan kritik karena dinilai terlalu padat dan memberatkan siswa. Sistem belajar berganti dari semesteran menjadi caturwulan, yang membuat beban materi lebih banyak dalam waktu yang relatif singkat.
8. Kurikulum 2004: Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Di era reformasi, muncul Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004. Fokus kurikulum ini adalah pengembangan kompetensi siswa dalam berbagai aspek: kognitif, afektif, dan psikomotorik. KBK menekankan pada pencapaian standar kompetensi yang jelas di setiap mata pelajaran. Guru diberi kebebasan dalam menyusun materi dan metode pengajaran, selama sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.
9. Kurikulum 2006: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pada tahun 2006, pemerintah memperkenalkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang memberikan otonomi lebih kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum berdasarkan potensi daerah dan kebutuhan siswa. KTSP memberikan kebebasan bagi sekolah dan guru dalam menyusun silabus dan rencana pelajaran, namun tetap berpedoman pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
10. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 diimplementasikan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan KTSP. Kurikulum ini bertujuan untuk menghasilkan siswa yang tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga memiliki keterampilan dan sikap yang baik. Kurikulum 2013 menekankan pada pendekatan tematik integratif, terutama di sekolah dasar, di mana berbagai mata pelajaran diintegrasikan dalam tema-tema pembelajaran. Penilaian juga lebih menitikberatkan pada aspek proses, bukan hanya hasil akhir. Guru berperan sebagai fasilitator, dan siswa diharapkan lebih aktif serta mandiri dalam proses belajar.
11. Kurikulum Merdeka (2021–2024)
Pada tahun 2021, pemerintah mulai memperkenalkan Kurikulum Merdeka sebagai tanggapan atas tantangan pendidikan yang dihadapi akibat pandemi COVID-19. Kurikulum ini mengedepankan fleksibilitas bagi sekolah untuk mengadaptasi materi pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Fokus utama Kurikulum Merdeka adalah pemulihan pembelajaran dan penguatan karakter siswa. Kurikulum ini juga memberikan ruang yang lebih luas bagi guru untuk mengembangkan inovasi pembelajaran. Penggunaan teknologi dalam pendidikan semakin ditekankan, terutama dalam mendukung proses belajar dari jarak jauh. Di tahun 2024, Kurikulum Merdeka masih terus mengalami penyempurnaan dengan fokus pada penerapan pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman, teknologi, dan kebutuhan siswa.
Sejarah kurikulum di Indonesia dari tahun 1945 hingga 2024 menunjukkan bahwa setiap kurikulum yang diterapkan mencerminkan kondisi dan kebutuhan bangsa di masanya. Setiap perubahan selalu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menyiapkan generasi muda yang mampu menghadapi tantangan zaman.
Terus bagaimana dalam pelajaran matematika? Perubahan pelajaran matematika di Indonesia dari 1945 hingga 2024:
1. Masa 1945-1964: Pengaruh Sistem Pendidikan Kolonial dan Pasca Kemerdekaan
Pada awal kemerdekaan, pelajaran matematika di Indonesia masih dipengaruhi oleh sistem pendidikan kolonial Belanda. Materi yang diajarkan lebih bersifat dasar, seperti aritmetika sederhana, geometri, dan aljabar dasar, dengan metode yang sangat terpusat pada hafalan dan pengetahuan faktual. Tujuan pendidikan saat itu lebih pada membangun keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung (calistung).
Kurikulum 1947 dan 1952, yang muncul pada masa ini, menekankan pada pembelajaran matematika yang terstruktur dan mendasar. Guru berperan sebagai pusat pembelajaran, sementara siswa lebih banyak menerima informasi secara pasif. Matematika dipelajari sebagai disiplin yang harus dihafalkan rumus dan prosedurnya, dengan sedikit ruang untuk pengembangan keterampilan berpikir kritis dan problem-solving.
2. Masa 1964-1975: Pendekatan Matematika Terstruktur dan Mulai Berorientasi Praktis
Pada masa Kurikulum 1964 dan 1968, terjadi perubahan arah pembelajaran matematika yang lebih menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir logis dan numerik yang relevan dengan kebutuhan kehidupan sehari-hari. Matematika mulai dianggap sebagai alat untuk memecahkan masalah praktis, meskipun pendekatannya masih sangat prosedural dan guru tetap mendominasi proses pembelajaran.
Materi yang diajarkan meliputi aritmetika lanjutan, aljabar dasar, geometri, dan mulai memperkenalkan konsep statistik sederhana. Tujuan utamanya adalah membentuk siswa yang mampu menerapkan matematika dalam konteks kehidupan, seperti perdagangan dan pengelolaan keuangan pribadi.
3. Masa 1975-1984: Kurikulum 1975 dan Pendekatan Sistematis
Pada era Kurikulum 1975, matematika diajarkan dengan lebih sistematis melalui Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Pendekatan ini menuntut perencanaan yang rinci dari guru dalam menyusun materi dan rencana pembelajaran. Proses belajar-mengajar lebih berorientasi pada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Pembelajaran matematika di periode ini difokuskan pada penguasaan konsep-konsep matematika secara logis dan sistematis. Materi yang diajarkan mencakup aljabar, geometri, trigonometri, dan pengantar kalkulus di tingkat sekolah menengah. Siswa diharapkan menguasai keterampilan pemecahan masalah yang lebih rumit, meskipun pendekatan yang digunakan masih sangat instruksional dan berfokus pada hasil akhir (output) ketimbang proses berpikir siswa.
4. Masa 1984-1994: Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Kurikulum 1984 memperkenalkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam pengajaran matematika. Pendekatan ini berfokus pada keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, di mana guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator. CBSA mendorong siswa untuk menemukan solusi masalah matematika melalui eksplorasi dan diskusi.
Pembelajaran matematika di era ini mencakup pengembangan keterampilan problem-solving dan pemahaman konsep. Siswa diajak untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan soal-soal matematika, meskipun penerapan CBSA sering kali mengalami kesulitan di lapangan karena tidak semua guru dan sekolah siap dengan metode baru ini.
5. Masa 1994-2004: Kurikulum 1994 dan Tantangan Pembelajaran Matematika
Kurikulum 1994 mencoba menyeimbangkan antara pendekatan CBSA dan kebutuhan untuk mencapai hasil belajar yang lebih terukur. Pada era ini, matematika masih diajarkan dengan fokus pada pengetahuan prosedural, tetapi juga ada upaya untuk meningkatkan keterampilan analitis siswa.
Materi matematika semakin kompleks dengan adanya perluasan konsep seperti fungsi, kalkulus dasar, dan pengenalan logika matematika di tingkat menengah. Namun, pendekatan pembelajaran yang terlalu padat menyebabkan siswa merasa terbebani dengan beban materi, sementara proses pemahaman mendalam terhadap konsep masih kurang.
6. Masa 2004-2013: Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pada masa ini, matematika mulai lebih difokuskan pada pengembangan kompetensi siswa. KBK dan KTSP menekankan pada pencapaian standar kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah menyelesaikan setiap mata pelajaran. Hal ini termasuk kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam pembelajaran matematika, siswa tidak hanya diharapkan memahami konsep, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam berbagai situasi. Pendekatan kontekstual mulai diperkenalkan, di mana siswa diajak untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata melalui penggunaan matematika. Guru juga diberikan otonomi lebih besar dalam merancang pembelajaran, menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa di daerah masing-masing.
7. Masa 2013-2021: Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 membawa perubahan signifikan dalam pengajaran matematika. Fokus utama kurikulum ini adalah pendekatan tematik integratif, terutama di jenjang pendidikan dasar, di mana matematika diajarkan secara terintegrasi dengan pelajaran lain. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh kepada siswa tentang bagaimana matematika digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika di tingkat menengah dan atas tetap berbasis pada konsep-konsep inti seperti aljabar, geometri, dan statistik, tetapi pendekatannya lebih berpusat pada siswa. Siswa didorong untuk lebih mandiri dalam belajar, mengerjakan proyek atau tugas yang menuntut kolaborasi, serta berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah. Penilaian autentik menjadi bagian penting, di mana tidak hanya hasil yang dinilai, tetapi juga proses pembelajaran siswa.
8. Masa 2021-2024: Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka, yang mulai diterapkan pada tahun 2021, memberikan lebih banyak fleksibilitas bagi sekolah dan guru dalam menyusun pembelajaran, termasuk pembelajaran matematika. Di era ini, fokus pembelajaran matematika adalah pada pemulihan pembelajaran akibat pandemi, serta pengembangan keterampilan berpikir kritis, logis, dan kreatif.
Siswa diajak untuk belajar matematika dengan cara yang lebih personal dan sesuai dengan minat serta kecepatan mereka. Proyek-proyek berbasis masalah dan pembelajaran kontekstual semakin ditekankan, di mana siswa menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata di lingkungan mereka. Selain itu, penggunaan teknologi dalam pembelajaran matematika semakin meningkat, terutama melalui aplikasi dan alat digital yang mendukung pemahaman konsep abstrak seperti geometri atau statistik.
Perubahan pelajaran matematika di Indonesia dari 1945 hingga 2024 mencerminkan pergeseran dari pendekatan yang sangat terpusat pada guru dan hafalan, menuju pendekatan yang lebih fleksibel, berpusat pada siswa, dan menekankan pada pemecahan masalah serta aplikasi praktis matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dari sekadar pengajaran prosedural, pembelajaran matematika kini berkembang menjadi lebih interaktif, kontekstual, dan adaptif terhadap teknologi serta kebutuhan siswa masa kini.

.png)
.png)
Nama : Reslinda
BalasHapusNpm : 2386206067
Kelas : V C
Saya suka cara bapak menjelaskan, nggak terlalu formal tapi tetap informatif. Nahh dari sejarah kurikulum diatas, saya ijin menanggapi bagian kurikulum merdeka pak. Kurikulum merdeka ini memang banyak dibicarakan, dan artikel ini membantu banget untuk memahami garis besarnya. Jadi tau kalo sebenarnya kurikulum ini memberikan fleksibilitas. Cocok banget buat guru yang butuh referensi santai.
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Menurut saya Pak, dengan materi yang Bapak berikan ini menjelaskan tentang penjelasan panjang perjalanan kurikulum, yang di mana jelas bahwa perubahan kurikulum bukan sekedar pengganti dokumen tetapi merupakan perubahan dalam memaknai pendidikan pada materi ini juga membahas tentang bahwa pendidikan selalu berkembang mengikuti kebutuhan masyarakat dan juga kurikulum ini menunjukkan berkelanjutan pendidik untuk menemukan keseimbangan. Dengan kurikulum saat ini kurikulum merdeka pendidikan di indonesia bergerak ke arah yang lebih kontekstual dimana memberi ruang bagi siswa untuk berpikir kritis dimana menyesuaikan dengan profil belajar Pancasila. 🙏
Nama : Erlynda Yuna Nurviah
BalasHapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206035
Dari materi yang bapak jelaskan saya jadi lebih mengerti tentang perjalanan perubahan kurikulum yang ada di Indonesia selalu berubah bukn tanpa alasan, waktu itu saya sempat berpikir kenapa kurikulum ini berubah - ubah atau karena beda mentri dan harus punya visi misinya sendiri? namun ternyata ada alasannya ya, yaitu kurikulum ini berubah - ubah untuk menyesuaikan kondisi dan kebutuhan bangsa di setiap masanya..dan setiap penyampaian materi pembelajaran ternyata juga disesuaikan dengan kurikulum. Contohnya di pelajaran matematika saat di kurikulum merdeka ( 2021 - 2024 ) dimana dlu ada era pandemi dan mengharuskan pembelajaran online yang mengakibatkan siswa cenderung menyelesaikan tugasnya melalui internet jarang dari hasil pemikiranya sendiri . di kurikulum merdeka ini sebagai pemulihan yang menekankan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator melalui pengerjaan proyek berbasis masalah (contohnya menentukan jumbalh ubin yang harus di pasang di ruangan dengan ukuran yang sudah ditentukan menggunakan rumus matematika ) dengan menerapkan konsep matematika untuk memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari – hari siswa berpikir dengan kritis melalui memahami, bertanya, menalar dan menghitung.