Teori Belajar Bruner: Pendekatan Kognitif dalam Pendidikan Matematika


Teori belajar adalah landasan penting dalam dunia pendidikan, memberikan panduan bagi para pendidik untuk mengembangkan strategi pengajaran yang efektif. Salah satu teori yang menonjol dalam bidang ini adalah Teori Belajar Bruner. Jerome Bruner, seorang psikolog pendidikan asal Amerika, mengembangkan teori ini dengan fokus pada pendekatan kognitif terhadap proses pembelajaran. 

Jerome Bruner mengemukakan teorinya pada tahun 1960-an sebagai respons terhadap dominasi teori behaviorisme yang saat itu populer. Bruner berargumen bahwa pembelajaran bukan sekadar hasil dari stimulus-respons, tetapi melibatkan proses mental yang kompleks. Menurut Bruner, manusia adalah makhluk aktif yang secara terus-menerus membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan.

Bruner percaya bahwa pembelajaran melibatkan tiga tahapan utama: enaktif, ikonik, dan simbolik. Ketiga tahapan ini berfungsi sebagai representasi mental yang membantu individu memahami konsep-konsep yang kompleks.

1. Tahap Enaktif: Pada tahap ini, pembelajaran terjadi melalui tindakan langsung terhadap objek. Anak-anak, misalnya, belajar mengenal bentuk dengan memanipulasi objek secara fisik.

2. Tahap Ikonik: Pada tahap ini, pembelajaran terjadi melalui penggunaan gambar atau representasi visual. Anak-anak mulai dapat memvisualisasikan objek tanpa harus langsung memanipulasinya.

3. Tahap Simbolik: Tahap terakhir ini melibatkan penggunaan simbol-simbol, seperti bahasa atau angka, untuk mewakili konsep. Ini adalah tahap di mana pembelajaran abstrak, seperti matematika, mulai terjadi.


Prinsip-Prinsip Teori Bruner dalam Pembelajaran

Bruner mengemukakan beberapa prinsip dasar yang mendasari teorinya:

  1. Kesiapan (Readiness)**: Pembelajaran harus disesuaikan dengan kesiapan kognitif siswa. Artinya, materi pembelajaran harus disampaikan sesuai dengan tahap perkembangan mental siswa. Misalnya, dalam pembelajaran matematika, konsep-konsep abstrak seperti aljabar tidak boleh diajarkan terlalu dini sebelum siswa memahami konsep dasar angka.
  2. Spiral Curriculum**: Bruner memperkenalkan konsep kurikulum spiral, di mana materi pembelajaran diperkenalkan pada tingkat dasar terlebih dahulu dan kemudian diulang dengan tingkat kompleksitas yang lebih tinggi seiring perkembangan siswa. Misalnya, konsep pecahan diperkenalkan pada tahap awal dengan representasi visual, dan kemudian diajarkan secara lebih abstrak pada tahap selanjutnya.
  3. Penemuan (Discovery Learning)**: Bruner menganjurkan metode belajar penemuan, di mana siswa didorong untuk menemukan konsep-konsep baru melalui eksplorasi dan investigasi. Dalam matematika, ini bisa berarti memberikan siswa kesempatan untuk menemukan pola atau rumus melalui pengamatan dan percobaan sendiri.

Aplikasi Teori Bruner dalam Pendidikan Matematika

Teori Bruner memiliki aplikasi yang signifikan dalam pendidikan matematika. Pendekatan ini mendorong siswa untuk tidak hanya menghafal fakta-fakta matematis, tetapi juga memahami konsep-konsep dasar melalui proses eksplorasi dan penemuan.

1. Pembelajaran yang Berfokus pada Pemahaman Konseptual: Dengan menerapkan prinsip kurikulum spiral, guru matematika dapat memperkenalkan konsep-konsep dasar seperti penjumlahan, pengurangan, dan perkalian pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap memperkenalkan konsep-konsep yang lebih kompleks seperti persamaan dan fungsi. Ini membantu siswa membangun pemahaman konseptual yang kuat.

2. Penggunaan Alat Manipulatif: Pada tahap enaktif, penggunaan alat manipulatif seperti balok, koin, atau gambar dapat membantu siswa memahami konsep-konsep matematis secara konkret sebelum beralih ke representasi simbolik. Misalnya, siswa dapat menggunakan balok untuk mempelajari konsep pecahan sebelum beralih ke notasi angka.

3. Pembelajaran Berbasis Penemuan: Dalam pembelajaran matematika, siswa dapat didorong untuk menemukan rumus atau pola melalui eksperimen dan pengamatan. Misalnya, guru dapat memberi siswa berbagai segitiga dan meminta mereka menemukan hubungan antara panjang sisi-sisi segitiga tersebut. Dengan cara ini, siswa akan belajar tentang teorema Pythagoras melalui proses penemuan.

Implikasi Teori Bruner untuk Pendidik

Teori Bruner memiliki beberapa implikasi penting bagi pendidik, terutama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran:

1.Pendekatan Individual: Guru perlu mempertimbangkan tahap perkembangan kognitif masing-masing siswa saat merancang pembelajaran. Ini berarti bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kesiapan siswa, serta memberikan tantangan yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan berpikir mereka.


2. Pengulangan Materi dengan Tingkat Kesulitan yang Meningkat: Kurikulum spiral yang diusulkan oleh Bruner menekankan pentingnya pengulangan materi dengan tingkat kesulitan yang semakin meningkat. Ini memungkinkan siswa untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam dan aplikatif terhadap konsep-konsep yang telah mereka pelajari.


3. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis**: Metode belajar penemuan mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Guru harus menciptakan lingkungan belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, mengeksplorasi kemungkinan, dan menemukan jawaban sendiri.


Kritik Terhadap Teori Bruner

Meskipun Teori Bruner memiliki banyak keunggulan, ada beberapa kritik yang diajukan terhadapnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa teori ini terlalu idealis dan sulit diterapkan dalam praktik, terutama dalam konteks kelas dengan jumlah siswa yang besar. Selain itu, tidak semua siswa dapat belajar secara efektif melalui metode penemuan; beberapa siswa mungkin membutuhkan lebih banyak panduan dan instruksi langsung dari guru.



Teori Belajar Bruner menawarkan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada siswa dalam proses pembelajaran. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip Bruner dalam pendidikan matematika, guru dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih dalam dan bermakna terhadap konsep-konsep matematis. Meskipun menghadapi beberapa kritik, teori ini tetap relevan dan berharga dalam merancang strategi pembelajaran yang efektif dan inspiratif.



9 Komentar

  1. Saya setuju dengan kritik yang disampaikan kepada teori Bruner, teori ini terlalu kompleks jika diterapakn pada anak didik yang jumlahnya banyak, belum lagi harus memperhatikan kegiatan eksplorasi pada poin 3 untuk penemuan, munkin ketika dicontoh untuk pembelajaran matematika bisa saja memanfaatkan media buatan yang ada, tapi kalo dalam pembelajaran ipa? sains? apakah harus ada penemuan oleh siswa sendiri? apakah tidak memperhatikan bagaimana kondisi sekolah dan letak sekolah?
    hmm,, agak sulit ya diterapkan.

    BalasHapus
  2. Nama : Nabilah Aqli Rahman
    NPM : 2386206125
    Kelas : 5D PGSD

    Luar biasa Pak.

    Cukup membaca satu blog tulisan Bapak saya sudah tau dan memahami apa itu teori belajar Brunner. Dengan gaya penulisan Bapak yang sangat informatif dan membuat pembahasan menjadi tidak terlalu berat saya jadi tau siapa tokoh yang menciptakan teori belajar Brunner ini, pengertian teori Brunner, tahapan-tahapan utamanya, prinsip-prinsipnya, penerapannya dalam ilmu matematis, dampak teori Brunner pada pendidik, dan juga kritik kepada teori Brunner itu sendiri.

    Terimakasih banyak Pak! 😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Nabilah Aqli Rahman
      NPM : 2386206125
      Kelas : 5D PGSD

      Saat saya membaca paragraf yang membahas kritik terhadap teori Brunner, saya jadi timbul pertanyaan Pak. Bagaimana seandainya teori Brunner ini benar-benar tidak ada atau tidak di terapkan dalam pendidikan di Indonesia terutama pada pembelajaran matematika? kira-kira apa yah yang bakal terjadi?

      Hapus
    2. Nama : Nabilah Aqli Rahman
      NPM : 2386206125
      Kelas : 5D PGSD

      Kalau seandainya teori Brunner ini tidak di terapkan atau bahkan tidak ada sama sekali pasti banyak sekali kan persoalan yang timbul. Karena teori belajar ini sangat berharga dan relevan.

      Kalau teori belajar Brunner tidak ada, pembelajaran di Indonesia bisa jadi terlalu sulit dan pastinya makin membingungkan, terutama bagi anak-anak. Teori Brunner membantu guru mengajarkan matematika secara bertahap—mulai dari praktik langsung (seperti menghitung benda), lalu lewat gambar, dan akhirnya mengenal dan mempelajari simbol atau angka. Tanpa pendekatan ini, anak-anak bisa jadi langsung dihadapkan pada angka dan rumus tanpa tau 'maknanya'. Akibatnya, mereka mungkin hanya menghafal tanpa benar-benar paham. Pembelajaran juga pasti akan terasa membosankan dan tidak menyenangkan sama sekali. Karena tidak menggunakan permainan, alat peraga (media pembelajaran), atau eksplorasi.

      Hapus
    3. Nama : Nabilah Aqli Rahman
      NPM : 2386206125
      Kelas : 5D PGSD

      Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada anak yang lebih suka bergerak atau melihat gambar, kalau tidak dibarengi dengan teori belajar Brunner ini, pasti anak tersebut akan sangat kesulitan mengikuti pelajaran. Selain itu, guru mungkin akan lebih sering menggunakan metode ceramah dan hafalan, bukan menciptakan pembelajaran yang membuat anak aktif dan menemukan pembelajaran itu sendiri (prinsip discovery learning).

      Hapus
  3. Nama : Nabilah Aqli Rahman
    NPM : 2386206125
    Kelas : 5D PGSD

    Jadi, bisa dibayangkan bagaimana pembelajaran di Indonesia tanpa teori Brunner

    Pembelajaran matematika pasti akan kehilangan banyak sekali makna, terasa jauh dari kehidupan sehari-hari. Tidak cocok untuk anak-anak yang sedang tumbuh dan belajar dengan cara yang beragam. Tanpa teori belajar Brunner, pembelajaran matematika bisa berubah seperti hanya memberikan peta kepana anak tanpa mengajak mereka berjalan mengikuti arah peta itu. Anak-anak hanya disuruh menghafal arah tanpa tau apa sih itu gunung, sungai, atau jalan setapak. Padahal, belajar matematika seharusnya seperti petualangan. Dimulai dari menyentuh, melihat, lalu memahami. Kalau saya analogikan teori Brunner ini bagaikan kompas yang membantu guru menuntun anak-anak dari dunia nyata ke dunia simbol. Tanpa kompas tadi, pembelajaran bisa jadi kehilangan warna, kehilangan makna, dan kehilangan senyum anak-anak yang sedang belajar dengan cara mereka masing-masing.

    BalasHapus

  4. Nama: Maya Aprivani
    Npm: 2386206013
    Kelas: VA


    setelah saya membaca materi ini khususnya pada bagian tahapan teori bruner saya sangat setuju dengan tahapan tersebut saya rasa tahapan-tahapan itu sangat membantu guru dalam memberikan pemahaman materi matematika agar mudah di mengerti karena apabila belajar matematika dengan metode ceramah saya rasa agak sulit untuk di pahami peserta didik.
    3 poin tahapan teori bruner yaitu:

    1. tahap enaktif, yang di mana kita mengajar dengan adanya tindakan langsung, misalnya ingin belajar tentang bangun ruang maka kita bisa membawa benda-benda yang masuk dalam bangun ruang seperti dadu, buku tulis, bola benda ini kita gunakan untuk memperkenalkan ini yang di nama kan sisi, rusuk, ddl. siswa langsung melihat dan mudah memahami
    2. Tahap ikonik, siswa belajar dengan melihat gambar kubus, bola.dll, untuk membentuk pemahaman mereka tanpa melihat benda nyatanya.
    3. tahap simbolik, kita mulai memberikan penjelasan cara menghitung jumlah sisi dengan rumus-rumus yang ada.
    Terima kasih

    BalasHapus
  5. Saya sangat setuju dengan Implikasi Teori Bruner untuk pendidikan, Dimana Guru yang bisa menarapkan ke 3 poin ini berarti Guru yang sudah siap menerima keadaan kelas yang ribut dan berantakan. Penerapan ke 3 poin ini juga adalah cara untuk pengajaran yang unggul atau individualitas, spiral menjamin kedalaman, dan penemuan menciptakan kemampuan berpikir kritis bagi siswa.

    BalasHapus
  6. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
    Npm : 2386206058
    Kelas : VB PGSD

    Baik Pak menurut saya materi ini sangat baik karena memberikan pemahaman mendalam terkait bagaimana teori belajar bruner, yang dapat dijadikan dasar bagi peserta didik dalam menciptakan pengalaman belajar matematika yang bermakna. Materi di atas juga sangat penting bagi calon guru karena mengajarkan tentang pentingnya memahami proses berpikiberkelanjutan untuk membangun pembelajaran yang efektif dan berkelanjutan🙏

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak