Hasil PISA Untuk Indonesia: Bahaya atau Usaha?

 

Sejak diresmikan pada tahun 2000, PISA telah memberikan dampak besar terhadap reformasi pendidikan global, serta kebijakan pendidikan nasional di negara-negara yang berpartisipasi. Hal ini telah menjadi alasan penting bagi pengembangan pendidikan di Asia, Eropa, dan Amerika Utara, dan mendapatkan perhatian dari seluruh dunia. Di negara Indonesia sejak tahun 2021 dengan di tiadakan UN berubah menjadi AKM, yang dimana materi yang di ujikan untuk AKM yakni mengetahui kemampuan literasi dan numerisasi dari peserta didik. Apakah ini proses perbaikan pendidikan atau proses verifikasi terhadap PISA itu sendiri?

Kita menengok dari negara Finlandia yang dikatakan sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan yang luar biasa baik di dunia. Sahlberg (2021) dalam bukunya bahwa 


"para pendidik Finlandia tidak terlalu tertarik dengan PISA OECD seperti yang diharapkan oleh orang asing. Banyak guru dan kepala sekolah di Finlandia berpikir bahwa PISA hanya mengukur spektrum pembelajaran di sekolah secara sempit dan tidak menjelaskan apa pun tentang bagaimana anak-anak mempelajari kompetensi non-akademik yang sering kali merupakan prediktor yang lebih baik untuk keberhasilan dalam hidup dan studi lebih lanjut dibandingkan apa yang dimasukkan dalam PISA"


lebih lanjut bagaimana yang tertuang dalam buku Sahlberg (2021) bahwa

"David Spieghalter (2013) dari Universitas Cambridge, yang menulis di Guardian, “Jika PISA mengukur sesuatu, maka itu adalah kemampuan untuk melakukan tes PISA. Menyelaraskan kebijakan dengan satu indikator kinerja dapat berdampak buruk. Kita perlu melihat gambaran keseluruhannya.” Yong Zhao dari Universitas Kansas berargumentasi bahwa meskipun negara-negara di Asia Timur menikmati nilai tertinggi dalam tes PISA, mereka sama sekali tidak puas dengan hasil pendidikan mereka. “Mereka telah menyadari,, “kerusakan pendidikan mereka sejak lama dan telah mengambil tindakan untuk mereformasi sistem mereka.”."


David Berliner (Sahlberg, 2023) berargumen bahwa " 1) PISA berupaya memprediksi kualitas angkatan kerja serta pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam perekonomian masa depan berdasarkan nilai ujian siswa berusia 15 tahun di sekolah; 2) nilai penilaian PISA bukan merupakan fungsi dari sekolah tempat siswa bersekolah, melainkan lebih ditentukan oleh kondisi sosial sekolah dan komunitas siswa. ; 3) PISA telah mempercepat peralihan ke “kembali ke dasar” dalam kurikulum sekolah, yang berarti memberikan prioritas pada membaca, matematika, dan literasi sains sebelum mata pelajaran atau topik lain dalam proses belajar mengajar.


Fischman (Sahlberg, 2021) mengatakan bahwa PISA juga berdampak serupa pada sistem pendidikan nasional. Perkataan tersebut dirasa benar untuk negara kita saat ini. Hal menarik lanjutnya bahwa Sahlberg (2021) menyampaikan bahwa

"...Meskipun argumen optimis tentang bagaimana modal pengetahuan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi telah terbukti salah dalam beberapa penelitian (Komatsu & Rappleye, 2017, 2020; Ramirez dkk., 2006), argumen yang sama tampaknya lebih berlaku dan sekali lagi juga dalam strategi Bank Dunia, Uni Eropa, dan sejumlah lembaga pemikir neoliberal. Pada tahun 2019, Komisi Eropa mempekerjakan Eric Hanushek dari Hoover Institute (Stanford University) dan Ludger Woessmann dari Pusat Ekonomi Pendidikan (Universitas Munich) untuk memberikan nasihat kepada negara-negara Eropa tentang reformasi sistem pendidikan mereka di masa depan. Laporan berjudul “Manfaat Ekonomi dari Peningkatan Prestasi Pendidikan di Uni Eropa: Pembaruan dan Perluasan” (Hanushek & Woessmann, 2019) mengulangi klaim yang sama yang dibuat OECD dalam laporannya tahun 2010 yang disebutkan di atas: Dengan meningkatkan skor PISA, negara-negara anggota dapat mengharapkan keuntungan yang signifikan dalam perekonomian nasional mereka. Janji-janji tersebut tidak hanya didasarkan pada analisis ekonomi yang salah dan kemungkinan pengukuran keterampilan siswa yang salah, namun juga bisa berbahaya bagi pemerintah yang mencamkan janji-janji tersebut. Misalnya, perdana menteri Australia dan Denmark, didorong oleh janji-janji palsu ini, melanjutkan untuk menetapkan tujuan pendidikan nasional mereka dengan mengharapkan negara mereka berada di posisi 5 teratas dalam PISA pada awal tahun 2020an. Sam Sellar dan rekannya juga memperingatkan para pemimpin sistem pendidikan agar tidak terjerumus ke dalam perangkap perlombaan pendidikan global.". 


Indonesia bagaimana saat ini? Saat tulisan ini dipost, terdapat menteri baru dalam pendidikan di Indonesia, Sebelumnya menjadi satu menteri untuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Kini menjadi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, serta Kementerian Kebudayaan. Selamat bertugas bapak Menteri untuk pendidikan di Indoensia 5 tahun kedepan dan membuat pendidikan Indonesia yang menciptkan penerus bangsa yang semakin banyak ikut serta di  kancah dunia. 

Semoga dengan adanya hasil  PISA yang di lakukan oleh OECD dan hasil lainnya seperti TIMSS, PIRLS, atau NAEP yang telah ada sebelum-sebelumnya, menjadikan para pemangku kebijakan pendidikan di Indonesia terus memberikan usaha dengan nantinya didapatkan dampak lebih baik pendidikan di Indonesia dan menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia,  bukan mengcopy paste budaya negara lain yang karakteristiknya berbeda dengan Negara Kita. Demi menciptakan Generasi Emas 2045, bukan Generasi (C)Emas 2045.


Referensi

Sahlberg, P. 2021. Finnish Lessons 3.0: What can the world learn from educational change in Finland?. New York: Teachers College Press

64 Komentar

  1. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
    Npm : 2386206058
    Kelas : VB PGSD

    Tanggapan saya pak, telah membaca materi tersebut menurut saya hasil PISA untuk Indonesia Bahaya atau usaha ini dapat disimpulkan bahwa meskipun hasil PISA ini penting sebagai wadah untuk mengukur kualitas pendidikan Indonesia. Tetapi kita juga perlu berhati-hati dalam menerapkannya karena sistem pendidikan yang baik itu tidak hanya memfokuskan pada pengukuran akademik tetapi juga pada proses atau perkembangan kemampuan tersebut, selain itu juga harus berfokus dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang baik secara menyeluruh karena, dampak yang kita dapatkan juga akan memberikan usaha lebih baik untuk pendidikan Indonesia dan dapat menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia, dan bukan hanya mengcopy paste budaya negara lain yang karakteristiknya berbeda dengan negara kita🙏

    BalasHapus
  2. Menurut saya hasil PISA ini untuk Indonesia memiliki dampak yang positif juga dampak negatif.
    Dampak positifnya para ahli pendidikan di negara kita bisa mengetahui kemampuan membaca dan menghitung para pelajar di negara ini sudah sejauh mana jika dibandingkan dengan negara luar, hasil dari pengamatan ini akan membangkitkan semangat para ahli pendidik untuk lebih mengevaluasi implementasi kurikulum di negara kita.
    Lalu untuk dampak negatifnya, pendidik atau para ahli pendidikkan di negara kita ,akan hanya berfokus untuk membandingkan kemampuan membaca dan menghitung pelajar kita dengan pelajar luar , alhasil diluar kegiatan itu pemerintah masih kurang mendukung misalnya, di bagian hobi anak didik yang bisa menghasilkan prestasi yang luar biasa kurang dilirik dan kurang di perjuangakn pemerintah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama:Elisnawatie
      Kelas:VD
      NPM:2386206069

      Saya setuju dengan tanggapan KA alusia , karena memang PISA memiliki dua sisi, di satu sisi dapat menjadi alat evaluasi yang baik untuk melihat sejauh mana kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia dibandingkan negara lain, namun di sisi lain dapat menimbulkan fokus yang sempit jika hanya digunakan untuk membandingkan hasil tanpa memperhatikan pengembangan potensi lain siswa seperti minat, bakat, dan kreativitas yang juga penting untuk kemajuan pendidikan.

      Hapus
  3. Nama: Zakky Setiawan
    NPM:( 2386206066 )
    Kelas: 5C
    PISA ini bisa menjadi dampak negatif bagi keberlangsungan pendidikan indonesia, jika tidak dikelola dengan baik dan benar, mengapa begitu tuh karena PISA ini menilai kemampuan secara sempit dalam hal akademik tidak dikaitkan dengan hal di luar akademik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Zakky Setiawan
      NPM:( 2386206066 )
      Kelas: 5C
      Sedikit menambahkan, sebenarnya keduanya sama-sama penting bagi keberlangsungan Peserta didik dari akademik maupun non akademik, cuma PISA ini tuh hanya menilai dari segi akademik,sedangakan untuk seorang peserta didik yang akademik nya kurang mereka jadi tersingkir, padahal jika kemampuan non akademik mereka di gali mereka juga bisa bersaing dengan yang punya kemampuan akademik

      Hapus
  4. Nama:syahrul
    Kelas:5D
    NPM:2386206092

    jelas bisa kita lihat kalau PISA tuh punya pengaruh masif dalam pendidikan global, tapi kritik terhadapnya juga nggak main main. Negara dengan sistem pendidikan yang bisa dibilang bagus,kayak Finlandia justru bilang mereka tidak tertarik karena menganggap PISA hanya mengukur spektrum akademik secara sempit.Mereka bahkan mengkritik keras kalau PISA dianggap hanya mengukur kemampuan untuk lulus tes PISA itu sendiri, bukan kesuksesan hidup secara menyeluruh.Ia mengabaikan kompetensi non akademik yang padahal sering jadi prediktor keberhasilan yang lebih bahkan busa dibilang baik.Makanya,kalau kebijakan nasional cuma diselaraskan dengan satu indikator skor,seperti kata David Spieghalter,kita berisiko besar mengorbankan gambaran pendidikan secara keseluruhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama:Elisnawatie
      NPM:2386206069
      Kelas:5D
      Apa yang disampaikan Syahrul itu memang benar. PISA memang berpengaruh besar dalam arah pendidikan dunia, karena sering dijadikan ukuran keberhasilan sistem pendidikan suatu negara. Namun kritik yang muncul juga sangat relevan. Jika negara hanya mengejar skor PISA, maka pendidikan bisa menjadi sempit hanya fokus pada kemampuan yang diukur oleh tes itu saja. Padahal, seperti yang dikatakan Finlandia, kesuksesan siswa dalam kehidupan nyata sangat dipengaruhi oleh kompetensi non-akademik seperti karakter, kreativitas, kemampuan bekerja sama, serta kesehatan mental.

      Pendapat David Spieghalter juga mengingatkan bahwa ketika kebijakan pendidikan hanya disesuaikan dengan satu indikator, maka potret pendidikan secara utuh justru bisa terabaikan. Pendidikan tidak hanya tentang nilai tinggi, tetapi tentang membentuk manusia yang utuh, berdaya saing, dan siap menghadapi tantangan kehidupan. Jadi benar bahwa kita perlu menempatkan PISA sebagai salah satu alat evaluasi, bukan satu-satunya tujuan dalam pendidikan nasional.

      Hapus
  5. Nama:syahrul
    Kelas:5D
    Npm:2386206092

    Kritik ini penting banget buat Indonesia karena langkah pemerintah mengganti UN ke AKM sejak 2021 itu bisa dilihat sebagai respons sadar untuk keluar dari perangkap perlombaan pendidikan global.Bisa dilihat sendiri kalau fokus AKM pada literasi dan numerasi dasar adalah upaya untuk menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan yang lebih mendesak dan praktis,bukan cuman ngejar peringkat. Tujuannya tuh harus jelas kek menjadikan hasil asesmen ini entah PISA,AKM,atau lainnya tuh sebagai pemicu perbaikan yang sesuai karakter bangsa,bukannya menjiplak sistem luar yang belum tentu cocok.Ini baru bisa dibilang jalan kita menuju Generasi Emas 2045, bukan cuma generasi yang pintar mengerjakan tes standar internasional.

    BalasHapus
  6. Nama: Nanda Vika Sari
    Npm: 2386206053
    Kelas: 5B PGSD

    Setelah saya membaca materi ini, materi ini memberikan refleksi yang sangat amat menarik dan kritis terhadap hubungan antara hasil PISA dengan arah kebijakan pendidikan indonesia. Pada bagian akhir tulisan yang mengaitkan pada kondisi terbaru indonesia, termasuk perubahan struktur kementrian dan harapan generasi emas 2045, juga menambah konteks aktual dan nasionalistik. Penulis juga mengajak agar indonesia tidak sekedar meniru sistem negara lain, melainkan menggambarkan model pendidikan yang sesuai dengan nilai, budaya, dan juga kebutuhan bangsa sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Juliana Dai
      NPM : 2386206029
      Kelas : V,B

      Saya setuju sekali dengan poin bahwa Indonesia tidak boleh sekadar meniru sistem negara lain, dan ini terbukti dari kritik dalam materi yang Anda berikan. Tambahannya, menurut saya, yang paling krusial dari materi Hasil PISA Untuk Indonesia Bahaya atau Usaha? adalah kita harus berhati-hati agar perbaikan pendidikan di Indonesia tidak cuma jadi alat untuk mengejar skor PISA, melainkan benar-benar menyentuh akar masalahnya yaitu kualitas pembelajaran dan pemerataan di lapangan. Para ahli di materi itu, seperti dari Finlandia dan David Berliner, sudah memperingatkan kalau PISA hanya mengukur hal yang sempit, dan obsesi pada skor justru bisa membuat kurikulum kita jadi kaku, hanya fokus pada literasi, numerasi, dan sains, serta mengabaikan pengembangan karakter dan kompetensi lain yang lebih penting untuk bekal hidup nyata. Jadi, harapan kita pada Generasi Emas 2045 harus diwujudkan dengan sistem yang fleksibel dan sesuai budaya kita, bukan sekadar memenangkan perlombaan pendidikan global yang penuh risiko dan janji palsu.

      Hapus
  7. Materi ini memberikan sudut pandang yang sangat menarik tentang bagaimana memaknai PISA di Indonesia, selama ini banyak orang - orang termasuk pemerintah bagaimana melihat PISA seolah olah merupakan rapor utama kualitas pendidikan padahal PISA tidak selalu menggambarkan keseluruhan proses pendidikan yang terjadi di sekolah, saya sangat setuju pada bagian yang menyinggung skor PISA membuat negara terjebak dalam perlombaan global , banyak yang ikut - ikutan mengejar angka, padahal kondisi sosial , budaya , ekonomi serta tantangan negara itu berbeda , sangat tidak tepat jika kebijakan pendidikan di Indonesia itu dibuat hanya berdasarkan hasil tes internasional yang sebenarnya punya banyak keterbatasan . PISA itu bisa menjadi alat bantu , tapi tidak boleh menjadi suatu tujuan , pendidikan di Indonesia membutuhkan arah yang sesuai jati diri bangsa bukan hasil salinan negara lain.

    BalasHapus
  8. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
    Npm : 2386206058
    Kelas : 5B PGSD

    Izin menambah kan tanggapan pak,setelah membaca kembali saya jadi sadar pak bahwa PISA sebenarnya bukan sekadar angka peringkat, tetapi cermin untuk melihat sejauh mana sistem pendidikan kita sudah memfasilitasi kemampuan berpikir kritis, literasi, dan numerasi siswa. Menurut saya, yang berbahaya bukan PISA-nya, tetapi kalau kita hanya terpaku mengejar skor tanpa memperhatikan proses belajar di kelas. Sesuai dengan materi di atas bahwa ngara kita juga perlu belajar dari negara lain tetapi dimana bukan dengan menyalin sistem negara lain atau negara mereka begitu saja. Karena setiap negara punya budaya, kondisi sosial, dan kebutuhan yang berbeda. Bagi saya pak , yang lebih penting adalah bagaimana guru, sekolah, dan pemerintah menggunakan hasil PISA sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki pembelajaran: memberi ruang pada siswa untuk berpikir, bertanya, dan memecahkan masalah, bukan hanya menghafal rumus. Jika digunakan dengan bijak, PISA bisa menjadi dorongan untuk terus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, bukan menjadi ancaman pak🙏🏻

    BalasHapus
  9. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 2386206113

    Materi ini menarik banget, ya. PISA memang jadi sorotan utama dalam dunia pendidikan, dan dampaknya terasa di banyak negara, termasuk Indonesia. Dari tahun 2000 sampai sekarang, PISA telah memengaruhi kebijakan pendidikan global, dan di Indonesia, kita lihat perubahan dari Ujian Nasional (UN) ke Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Ini menunjukkan bahwa pemerintah kita berusaha untuk beradaptasi dan mencari cara yang lebih baik untuk mengukur kemampuan siswa.

    Namun, ada banyak kritik juga terhadap PISA. Misalnya, orang-orang di Finlandia yang terkenal dengan sistem pendidikannya yang hebat, mereka merasa bahwa PISA terlalu sempit dalam mengukur pendidikan. Mereka lebih fokus pada bagaimana siswa belajar dan mengembangkan keterampilan non-akademik, yang juga penting untuk sukses di kehidupan sehari-hari. Ini jadi pertanyaan besar, apakah kita terlalu terfokus pada angka dan skor, padahal pendidikan itu lebih dari sekadar nilai ujian.


    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Aprilina Awing
      Kelas : 5D PGSD
      NPM : 2386206113

      Ijin menambahkan pak, Ketika Sahlberg dan para ahli lainnya bilang bahwa nilai PISA bisa menyesatkan, itu bikin kita berpikir. Kita harus memperhatikan konteks sosial dan kondisi di mana siswa belajar. Misalnya, ada banyak faktor yang memengaruhi hasil ujian, seperti lingkungan rumah, dukungan keluarga, dan kondisi sekolah. Jadi, jika kita hanya melihat nilai PISA, kita mungkin kehilangan gambaran besar tentang kualitas pendidikan.

      Selain itu, dengan adanya menteri baru di bidang pendidikan, ada harapan baru untuk perbaikan. Pembagian kementerian baru ini bisa jadi langkah positif untuk lebih fokus pada pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi. Kita semua berharap langkah-langkah baru ini bisa membawa perubahan yang signifikan dalam sistem pendidikan kita.

      Hapus
  10. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 2386206113

    Mengapa penting untuk tidak hanya fokus pada nilai PISA, tapi juga pada kompetensi non-akademik dalam pendidikan?
    Apa harapan kalian untuk pendidikan di Indonesia menjelang Generasi Emas 2045? Apa yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo ka Aprilina saya izin menanggapi pertanyaanya ya.

      Menurut saya sangat penting ya kalau pemerintah Indonesia tuh tidak hanya fokus pada penilaian PISA tetapi juga kompetensi non akademik dalam pendidikan yang dimiliki siswa-siswi di Indonesia.
      Sebenarnya kedua komponen ini sama-sama penting karena menurut saya penilaian pada PISA ini berguna untuk negara kita karena, dengan penilaian pada PISA yang ditetapkan kita bisa mengetahui kemampuan membaca dan menghitung para pelajar di negara kita, itu sudah sejauh mana jika dibandingkan dengan negara luar nah hasil dari pengamatan ini tentunya akan membangkitkan semangat para ahli pendidik di negara kita untuk mengevaluasi implementasi kurikulum di negara kita.
      Namun menurut saya memang sebaiknya dibagikan antara fokus penilaian terhadap hasil PISA dan juga fokus terhadap kemampuan non akademik yang ada di negara kita karena, kita juga tidak bisa memungkiri bahwasannya para siswa-siswi ataupun mahasiswa yang di ada di negara kita ini memiliki kemampuan non akademik yang luar biasa bahkan sering mengikuti lomba-lomba baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri. Nah ini yang menjadi pokok kegiatan yang seharusnya juga difokuskan atau di fasilitasi sama pemerintah.

      Harapan saya sendiri untuk pendidikan di Indonesia menjelang generasi emas di tahun 2045 iyalah berharap bahwasannya pemerintah dapat melirik kompetensi atau kemampuan non akademik juga yang ada di negaranya serta memfasilitasi pembelajaran non akademik untuk diprioritaskan juga di dalam pendidikan.
      Tentunya juga diselaraskan dengan kurikulum dan juga penerapan pendidikan di sekolah-sekolah ataupun di universitas.
      Dan hal-hal yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan oleh pemerintah sendiri dalam mendukung penilaian PISA dan juga melirik keunggulan non akademik yang ada di Indonesia ialah dengan cara, pemerintah menelusuri permasalahan apa yang menjadi akibat penilaian PISA kepada Indonesia itu sangat di bawah rata-rata dan juga berusaha untuk mengembangkan,memperbaiki kekurangan yang ada dan melirik kompetensi atau kemampuan baik secara akademik maupun non akademik yang ada di Indonesia.

      Menurut saya seperti itu ka, semoga bermanfaat....

      Hapus
    2. Nama:Elisnawatie
      NPM:2386206069
      Kelas:5D
      Haloo aprilina izin menjawab pertanyaanmu yaa mengapa penting untuk tidak hanya fokus pada nilai PISA tetapi juga pada kompetensi non-akademik karena:

      1. Pendidikan bukan hanya soal nilai, tetapi mempersiapkan siswa untuk kehidupan nyata —bekerja, bersosialisasi, dan berperan di masyarakat.
      2. Soft skills seperti karakter, disiplin, komunikasi, kreativitas, dan kerja sama adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan di dunia kerja masa depan.
      3. Nilai PISA hanya mengukur sebagian kecil kemampuan siswa(literasi, matematika, sains), sedangkan keberhasilan hidup dipengaruhi banyak aspek lain.
      4. Siswa yang kuat secara akademik tetapi lemah karakter akan kesulitan menghadapi tantangan, tekanan, atau situasi yang membutuhkan empati dan kepemimpinan.
      5. Kompetensi non-akademik membantu perkembangan mental dan sosial, termasuk kemampuan mengelola emosi, percaya diri, dan tidak mudah menyerah.
      Jadi, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menyeimbangkan otak dan karakterbukan hanya mengejar skor tes, tetapi membentuk generasi yang cerdas dan berakhlak kuat.

      Harapan saya ingin menjadikan anak-anak Indonesia sebagai generasi unggul yang berdaya saing global, namun tetap berkarakter dan mencintai bangsanya.Pendidikan Indonesia harus melahirkan generasi yang berilmu, berkarakter, berdaya saing, dan tetap menjunjung nilai kemanusiaan serta budaya bangsa untuk mewujudkan Generasi Emas 2045.

      Semoga bermanfaat ya😁

      Hapus
  11. Nama:Erfina feren heldiana
    kelas:5c
    npm2386206065

    Pak, izin menanggapi sedikit ya. Saya merasa pembahasan soal PISA ini cukup bikin mikir, terutama ketika banyak negara justru meragukan relevansinya. Yang ingin saya tanyakan, apakah kita memang perlu sejauh itu menyesuaikan kebijakan pendidikan hanya demi naik skor PISA, padahal karakter dan konteks pendidikan tiap negara kan berbeda? Rasanya agak kontradiktif kalau tujuan kita membangun pendidikan Indonesia yang khas, tapi indikatornya masih “dipinjam” dari luar.

    BalasHapus
  12. Nama : Miftahul Hasanah
    kelas : 5C
    Npm : 2386206040

    Setelah saya pahami penjelasan tentang PISA ini, saya jadi agak bingung… sebenarnya seberapa besar sih PISA itu perlu dijadikan acuan utama untuk mengukur kualitas pendidikan kita? Soalnya dari contoh negara lain, kelihatannya fokus berlebihan ke PISA juga bisa bikin arah kebijakan jadi sempit. Jadi penasaran, apa mungkin Indonesia tetap bisa memperbaiki pendidikan tanpa terlalu terpaku pada skor PISA?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama:Elisnawatie
      NPM:2386206069
      Kelas:5D
      Menurut aku ya Mifta PISA memang bermanfaat sebagai alat untuk melihat posisi pendidikan Indonesia secara global dan mengidentifikasi ketimpangan serta kelemahan sistem. Namun, PISA tidak boleh dijadikan satu-satunya patokan, karena hanya menilai sebagian kecil dari tujuan pendidikan dan rawan membuat kebijakan menjadi sempit jika fokusnya hanya mengejar skor.
      Indonesia tentu bisa meningkatkan kualitas pendidikannya tanpa terpaku pada PISA, asalkan tetap mengevaluasi pendidikan secara lebih holistik: memperhatikan pemerataan akses, kesejahteraan siswa, kualitas guru, karakter, kreativitas, dan relevansi dengan kondisi sosial-ekonomi serta budaya lokal.

      Gunakan PISA sebagai alat bantu untuk perbaikan, tetapi bukan sebagai tujuan utama pendidikan.

      Hapus
    2. Hallo ka Miftah saya izin menanggapi

      Menurut saya pengaruh hasil dari PISA untuk mengukur kualitas pendidikan kita di Indonesia itu cukup besar karena, dengan adanya PISA kita mengetahui ini bagaimana sih kemampuan membaca dan menghitung di negara kita dibandingkan dengan negara luar.
      Lalu menurut saya juga Indonesia bisa memperbaiki pendidikan tanpa terpaku pada skor PISA karena, Indonesia kan memiliki keragaman budaya yang luar biasa ,terus anak-anak didiknya juga tidak hanya memiliki prestasi di bidang akademik namun ada juga yang memiliki prestasi di bidang non akademik tapi perlu diperhatikan, bidang akademik akan tetap menjadi bagian penting untuk mengukur kualitas pendidikan karena, walaupun kita memiliki kualitas prestasi non akademik yang luar biasa tapi kualitas akademik yang bisa dikatakan kurang itu akan menjadi patokan bahwasanya negara di Indonesia ini prestasi akan akademik itu kurang dibandingkan dengan negara lain dan bahkan menjadi pertanyaan bagaimana pendidikan selama ini dijalankan di negara Indonesia.

      Semoga bermanfaat terima kasihMenurut saya hasil dari visa untuk mengukur kualitas pendidikan kita di Indonesia itu cukup besar karena dengan adanya bisa kita mengetahui ini bagaimana sih kemampuan membaca menghitung di negara kita dibandingkan dengan negara luar.
      Lalu menurut saya juga Indonesia bisa memperbaiki pendidikan tanpa terpaku pada skor visa karena Indonesia kan memiliki keragaman budaya yang luar biasa terus anak anak didiknya juga tidak hanya memiliki prestasi di bidang akademik namun ada juga yang memiliki prestasi di bidang non akademik tapi perlu diperhatikan bidang akademik akan tetap menjadi bagian penting untuk mengukur kualitas pendidikan karena walaupun kita memiliki kualitas prestasi non akademik yang luar biasa tapi kualitas akademik yang kurang itu akan menjadi patokan bahwasanya negara di Indonesia ini prestasi akan akademik itu kurang dibandingkan dengan negara lain dan bahkan menjadi pertanyaan bagaimana pendidikan selama ini dijalankan di negara Indonesia

      Semoga bermanfaat...

      Hapus
  13. Nama : Andi Nurfika
    NPM : 2386206017
    Kelas : VB PGSD

    Setelah membaca materi di atas kalau lihat hasil PISA, untuk Indonesia sebenarnya bukan cuma bahaya atau usaha tapi juga soal bagaimana kita menanggapinya. Banyak negara maju seperti Finlandia saja sudah menunjukkan bahwa PISA itu bukan segalanya. PISA memang bisa dikasih gambaran kemampuan dasar siswa, tapi nggak bisa mencerminkan keseluruhan kualitas pendidikan. Kadang pemerintah juga terlalu fokus mengejar skor sampai lupa sama kualitas belajar yang sebenarnya. Kita jadi sibuk nyari cara biar naik peringkat, tapi bukan perbaiki cara belajar yang bikin anak-anak senang dan paham beneran. PISA itu penting, tapi jangan sampai malah bikin kita panik dan kebijakan jadi terburu-buru titik yang lebih penting adalah konsisten memperbaiki sistem dari akar, bukan sekedar mengejar angka.

    BalasHapus
  14. Nama : Andi Nurfika
    NPM : 2386206017
    Kelas : VB PGSD

    Pendapat para ahli kayak sahelberg dan berliner sebenarnya ngingetin kita bahwa hasil PISA itu banyak mempengaruhi kondisi sosial siswa. Jadi kalau Indonesia skornya rendah, bukan berarti sekolah gagal total, tapi lebih ke masalah ketimpangan yang masih besar titik pendidikan kita seringkali beda banget kualitasnya dari kota ke desa, jadi wajar saja kalau hasilnya juga nggak merata titik sayangnya, banyak kebijakan pendidikan yang fokus sama tes besar kayak PISA padahal belajar untuk bukan cuma soal matematika literasi atau sains. Anak-anak juga butuh pelajaran karakter, kreativitas, dan kemampuan hidup sehari-hari. Jadi penting banget buat kita melihat hasil PISA sebagai bahan refleksi bukan vonis.

    BalasHapus
  15. Nama : Andi Nurfika
    NPM : 2386206017
    Kelas : VB PGSD

    Kalau negara-negara besar mengejar skor PISA demi alasan ekonomi, Indonesia sebaiknya jangan ikut-ikutan tanpa mikir konteks. Kalau bisa belajar dari negara lain, tapi nggak perlu sampai terjebak dalam perlombaan global yang bikin pendidikan jadi kayak kompetisi tanpa henti titik yang penting itu memastikan anak-anak punya pengalaman belajar yang bermakna dan nyambung sama kehidupan mereka. Pemerintah sebenarnya sudah ikut banyak assessment internasional seperti TIMSS dan PIRLS, dan itu bagus asal dipakai untuk mengevaluasi yang tepat titik tapi usaha perbaikan harus dilakukan terus-menerus bukan cuma waktu hasil tes keluar. Kita harus fokus juga ke guru, fasilitas sekolah, dan kondisi keluarga siswa yang sangat mempengaruhi belajar. Jadi mudah-mudahan dengan menteri baru nanti ada arang yang lebih stabil konsisten dan nggak terlalu tergantung kepada angka saja

    BalasHapus
  16. Nama : Nabilah Aqli Rahman
    NPM : 2386206125
    Kelas : 5D PGSD

    Kalau menuru saya sendiri, hasil PISA ini bisa jadi bahan renungan untuk kita semua (para pendidik, calon pendidik, dan juga pemerintah). Setelah saya baca-baca melalui sumber lain, hasil PISA memang sering bikin khawatir karena nilai Indonesia belum tinggi. Tapi menurut saya ini bukan cuma tanda bahaya, tapi bisa jadi dorongan untuk kita semua berusaha lebih baik dalam pendidikan. Jadi, hasilitu bukan akhir, tapi jadi bahan evaluasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Juliana Dai
      NPM : 2386206029
      Kelas : V,B

      Saya setuju dengan Nabilah bahwa hasil PISA harusnya jadi bahan evaluasi dan dorongan untuk berusaha lebih baik, bukan cuma bikin khawatir. Tambahannya, dari materi yang kita baca, kita juga harus hati-hati agar dorongan ini tidak membuat kita terjebak dalam perangkap perlombaan pendidikan global yang hanya mengejar angka. Para ahli pendidikan seperti Sam Sellar dan David Berliner memperingatkan kalau obsesi pada PISA bisa membuat kurikulum kita kembali ke dasar-dasar yang sempit dan hanya melatih anak untuk jago tes, padahal klaim PISA bisa membawa keuntungan ekonomi besar pun sudah banyak dibantah oleh penelitian. Jadi, dorongan untuk berubah itu bagus, asalkan fokus perubahannya benar-benar untuk membuat kualitas mengajar jadi lebih baik dan merata, bukan sekadar menaikkan skor.

      Hapus
  17. Nama : Nabilah Aqli Rahman
    NPM : 2386206125
    Kelas : 5D PGSD

    Buat saya sendiri, ini juga bisa jadi pengingat kalau sebagai pelajar saya harus belajar terus dengan serius. Kalau saya terbiasa berpikir kritis dan aktif, nanti pas saya jadi guru saya bsa bantu anak-ana yang saya ajari belajar lebih bermakna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Juliana Dai
      NPM : 2386206029
      Kelas : V,B

      Komentar Nabilah tentang pentingnya belajar serius dan menjadi guru yang mengajarkan belajar bermakna sangat relevan. Tambahannya, sesuai materi kita, belajar bermakna itu harusnya lebih luas dari apa yang diukur PISA. Pendidik Finlandia saja berpikir bahwa PISA hanya mengukur hal yang sempit dan tidak mencakup kompetensi non-akademik seperti berpikir kritis dan problem-solving yang Nabilah sebutkan. Jadi, effort kita sebagai calon guru dan pelajar harus diarahkan pada peningkatan kemampuan berpikir kritis dan aktif, karena hal-hal itu lebih baik sebagai prediktor keberhasilan dalam hidup daripada skor PISA itu sendiri.

      Hapus
  18. Nama: Nur Sinta
    NPM: 2386206033
    Kelas: VB PGSD

    Setelah saya baca materi ini, menurut saya hasil PISA bukan segalanya walaupun hasil PISA menunjukkan hasi kemampuan membaca, matematika dan sains dengan standar internasional namun seperti kata pendidikan Finlandia PISA hanya mengukur spektrum pembelajaran di sekolah secara sempit dan tidak menjelaskantentang kompetensi non akademik. Namun bagaimana dengan hasil PISA di negara kita? Jika hasilnya masih rendah itu bukan bahaya bagi negara kita hasil tersebut lebih tepat dilihat sebagai dorongan untuk terus berusaha memperbaiki cara mengajar, memperkuat literasi dan numersi dasar serta menciptakan lingkungan belajar yang menantang namun menyenangkan. Terus berusaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan agar siswa lebih siap menghadapi tuntutan abad ke 21

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Juliana Dai
      NPM : 2386206029
      Kelas : V,B

      Saya sangat setuju dengan Nur Sinta bahwa hasil PISA, meskipun menunjukkan kemampuan dasar kita masih rendah, seharusnya dilihat sebagai dorongan untuk berusaha dan bukan sebagai bahaya mutlak. Tambahan dari saya, kita harus ingat bahwa pandangan para pendidik Finlandia di materi itu menyebut PISA hanya mengukur hal-hal sempit, tidak menjelaskan bagaimana anak-anak menguasai kompetensi non-akademik yang penting buat sukses di kehidupan. Oleh karena itu, usaha kita untuk memperbaiki cara mengajar, literasi, dan numerasi dasar harus diimbangi dengan kehati-hatian agar kita tidak jatuh ke dalam perangkap perlombaan pendidikan global yang ujung-ujungnya malah membuat kita hanya fokus teaching to the test, mengorbankan pengembangan kompetensi lain yang lebih luas dan menyenangkan bagi siswa, sesuai dengan tujuan kita menciptakan pembelajaran yang cocok dengan karakteristik bangsa Indonesia.

      Hapus
  19. Nama:bella ayu pusdita
    Kelas5d
    Nim:2386206114
    Izin menanggapi materi diatas pak setelah saya baca dan saya pahami sedikit-sedikit materi ini menyajikan sebuah pandangan yang sangat menarik dan kritis mengenai peran serta dampak PISA (Programme for International Student Assessment) terhadap sistem pendidikan, khususnya di Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Juliana Dai
      NPM : 2386206029
      Kelas : V,B

      Saya setuju dengan Bella bahwa materi ini menyajikan pandangan yang sangat kritis dan menarik, khususnya soal dilema PISA bagi Indonesia. Tambahan dari saya, pandangan kritis ini seharusnya membuat kita sadar bahwa janji-janji palsu yang menyebut skor PISA tinggi akan mendatangkan keuntungan signifikan dalam perekonomian nasional itu sudah banyak terbukti salah. Oleh karena itu, usaha perbaikan pendidikan kita, seperti mengganti UN menjadi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang berfokus pada literasi dan numerasi, harus dilihat sebagai upaya meningkatkan kualitas dasar siswa, bukan sekadar mengejar peringkat semata. Para pakar seperti Sam Sellar sudah memperingatkan agar pemimpin sistem pendidikan tidak terjebak ke dalam perangkap perlombaan pendidikan global, dan Bella benar, kita perlu menjaga agar perbaikan pendidikan kita tetap berpegang pada nilai, budaya, dan kebutuhan unik bangsa Indonesia.

      Hapus
  20. Nama:bella ayu pusdita
    Kelas:5d
    Nim:2386206114
    Izin menjawab lagi pak Artikel ini berhasil merumuskan dilema yang dihadapi Indonesia: Apakah PISA dipandang sebagai Bahaya (jebakan kompetisi global, fokus sempit, penentu kebijakan yang salah) atau sebagai Usaha (diagnostik untuk perbaikan sistem, fokus pada literasi/numerasi mendasar)?
    Pesan utamanya jelas: Indonesia harus menggunakan data PISA sebagai alat diagnostik untuk perbaikan sistem yang sesuai dengan konteks nasional, alih-alih menjadikannya satu-satunya tujuan atau tolok ukur keberhasilan. Reformasi pendidikan, termasuk AKM, harus melampaui sekadar verifikasi PISA dan benar-benar mengarah pada penciptaan lulusan yang berdaya saing global dengan karakter kebangsaan yang kuat.

    BalasHapus
  21. Nama:bella ayu pusdita
    Kelas:5d
    Nim:2386206114
    Izin bertanya pak Mengingat kritik bahwa skor PISA sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial-ekonomi siswa dan komunitas, serta adanya pemisahan kementerian di Indonesia yang baru:
    Bagaimana seharusnya Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia memanfaatkan data PISA secara spesifik untuk merancang intervensi yang tidak hanya berfokus pada kurikulum (literasi/numerasi), tetapi juga efektif mengatasi disparitas dan masalah sosial-ekonomi yang menjadi prediktor kuat rendahnya skor PISA di berbagai wilayah Indonesia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama:Elisnawatie
      NPM:2386206069
      Kelas:5D
      Halooo Izin menjawab ya Bella PISA seharusnya tidak hanya dilihat sebagai penilaian kurikulum (literasi dan numerasi), tetapi sebagai alat penting untuk mendeteksi ketidaksetaraan pendidikan. Karena faktor sosial-ekonomi sangat memengaruhi capaian belajar, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah perlu menggunakan data PISA untuk:
      1. Memetakan wilayah dan sekolah yang paling tertinggal dengan menggabungkan skor PISA dan data sosial-ekonomi lokal.
      2. Merancang intervensi yang tidak hanya akademik, tetapi juga menyentuh kebutuhan sosial, ekonomi, dan psikososial siswa—seperti perbaikan gizi, peningkatan fasilitas sekolah, pelatihan guru, dan penguatan literasi keluarga.
      3. Memastikan kebijakan fokus pada pemerataan (equity), yaitu mengecilkan kesenjangan antar kelompok ekonomi dan daerah, bukan hanya menaikkan rata-rata nasional.
      4. Berkoordinasi dengan sektor lain karena masalah pendidikan tidak dapat diselesaikan oleh sekolah saja.
      Dengan pendekatan berbasis data dan keadilan sosial ini, PISA dapat menjadi panduan untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia secara menyeluruh—agar semua siswa, apa pun latar belakangnya, mendapatkan kesempatan belajar yang sama dan layak.

      Hapus
  22. Nama: Imelda Rizky Putri
    Npm: 2386206024
    Kelas:5B

    Izin menanggapi pak, pada materi ini membahas tentang pentingnya karakter dalam belajar dan soal pisa di Indonesia. Jadi kebayang gimana pendidikan itu bukan soal, tetapi juga soal membangun cara berpikir yang baik, ringan tapi tetap insight (pemahaman baru) yang berguna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Rosidah
      Npm: 2386206034
      Kelas: 5B (PGSD)

      Hallo Imelda, aku sependapat dengan kamu, benar banget yang kamu sampaikan pendidikan bukan sekedar soal, tetapi bagaimana membentuk pola pikir sehat, dan relevan untuk masa depan. Aku mau sharing nie, hal yang menarik di pembahasan ini, bahwa PISA tidak membuat kita hanya fokus pada angka, tapi justru jadi bahan refleksi bagaimana kita membangun karakter, cara berpikir kritis, dan kemampuan literasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan bangsa. Seperti yang dijelaskan di materi bapak, beberapa negara bahkan diingatkan agar tidak terjebak dalam perlombaan global, karena pendidikan yang baik tidak bisa diseragamkan untuk semua negara.

      Semoga tanggapan aku bermanfaat untuk Imelda dan teman-teman lainnya ☺

      Hapus
  23. Nama : Erlynda Yuna Nurviah
    Kelas : VB PGSD
    Npm : 2386206035

    Sebelumnya saya baru mengetahui pak terkait PISA ini , dan setelah saya serch di internet tenyata PISA adalah Program untuk Penilaian Siswa Internasional yang bertujuan untuk menilai kinerja pendidikan, memfasilitasi perbandingan kinerja pendidikan internasional dan mendorong perbaikan. Dari materi yang telah saya baca, PISA tidak sepenuhnya mampu menggambarkan kulitas pendidikan secara menyeluruh dikarenakan cakupan tes yang sempit. tetapi hal ini menjadi pemicu penting bagi banyak negara untuk meningkatkan kulaitas pendidikan , apalagi di negara kita yaitu Indonesia kurangnya literasi dan kemampuan pemecahan masalah yang kritis. PISA ini menjadi bahan refleksi agar kebijakan pendidikan di Indonesia harus lebih berfokus pada penguatan literasi, dan proses belajar yang revelan serta pemecahan masalah.

    BalasHapus
  24. Nama : Reslinda
    Kelas : 5CPgsd
    Npm : 2386206067

    Menurut saya Pak, artikel ini ngasih sudut pandang yang cukup realistis. Kita memang harus mengakui bahwa hasil PISA masih jadi alarm, tapi bukan berarti itu akhir dari segalanya. Justru itu kesempatan buat kita melihat apa yang perlu diperbaiki, terutama dalam cara mengajar, kualitas literasi, dan dukungan terhadap guru.Artikeini bagus karena tidak hanya menyoroti masalah, tapi juga menekankan bahwa perubahan itu proses jangka panjang.Jadi, hasil PiSA bukan semata-mata bahaya, tapi juga dorongan untuk terus berusaha memperbaiki pendidikan kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Reslinda
      Kelas : 5C Pgsd
      Npm : 2386206067

      Sedikit tambahan Pak, selain itu artikel ini juga ngingetin bahwa hasil PISA yang rendah punya dampak nyata. Misalnya, siswa jadi terlihat kurang siap menghadapi tantangan abad 21, terutama dalam hal berpikir kritis dan memecahkan masalah.Dampak lainnya, guru dan sekolah sering mendapat tekanan lebih besar untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Bahkan secara nasional, hal ini bisa mempengaruhi kebijakan pendidikan dan prioritas program pemerintah. Jadi, menurut saya hasil PISA ini bukan cuma angka, tapi punya efek berantai yang penting banget buat masa depan pendidikan Indonesia.

      Hapus
  25. Nama : Dita Ayu Safarila
    Kelas : 5 c
    NPM : 2386206048
    Izin menanggapi materi pak.
    Intinya untuk meningkatkan minat membaca siswa SD guru harus terlebih dahulu mengenal siswa secara personal (minat dan pandangan mereka tentang membaca) melalui wawancara ringan 5-7 menit. Hubungan personal ini adalah pondasi bagi SEL. Strategi literasi paling efektif berawal dari kesejahteraan siswa. Dengan menginvestigasikan waktu pada percakapan personal kita membangun pondasi kepercayaan yang mungkin siswa merasa aman untuk belajar dan mengembangkan kecintaan membaca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Juliana Dai
      NPM : 2386206029
      Kelas : V,B

      Saya setuju dengan Dita bahwa wawancara personal untuk mengetahui minat membaca siswa adalah pondasi penting untuk Strategi Literasi yang efektif, karena ini membangun kepercayaan dan rasa aman siswa di kelas. Tambahannya, keterkaitan antara wawancara personal dan pondasi SEL (Social Emotional Learning) ini menjadi sangat relevan dalam konteks PISA, para pakar dari Finlandia (Sahlberg) dalam materi Anda berpendapat bahwa PISA hanya mengukur hal-hal sempit dan tidak mengukur kompetensi non-akademik. SEL adalah salah satu kompetensi non-akademik yang krusial. Jadi, usaha Dita untuk mendekati siswa secara personal adalah langkah tepat untuk mengembangkan aspek penting yang justru diabaikan oleh tes besar seperti PISA, sehingga pembelajaran literasi bisa lebih bermakna dan berkelanjutan.

      Hapus
  26. Nama : Dita Ayu Safarila
    Kelas : 5 C
    NPM : 2386206048
    izin bertanya pak
    strategi wawancara personal membutuhkan 5-7 menit per siswa. Bagaimana kita bisa menerapkan strategi ini secara efektif dan berkelanjutan misalnya di kelas dengan 30-40 siswa tanpa mengurangi waktu mengajar mata pelajaran utama lainnya sama dengan pernyataan komentar saya di atas?
    itu saja,terimakasih pak🙏🏻

    BalasHapus
  27. Nama: Margaretha Elintia
    Kelas: 5C PGSD
    Npm: 2386206055

    Izin menanggapi pak, artikel ini membuka pikiran saya bahwa PISA harus kita jadikan dorongan untuk berusaha dan memperbaiki pendidikan kita, bukan hanya mengejar peringkat, pendidikan kita di indonesia harus kembali fokus ke karakter bangsa bukan sekedar ngikut negara lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Margertha Elintia
      Kelas: 5C PGSD
      Npm: 2386206055

      jika PISA sering di keritik karena hanya mengukur aspek akademik, lalu langkah praktis apa yang harus diambil oleh kementrian pendidikan agar penilaian nasional bisa lebih menyeluruh dan juga bisa mengukur perkembangan karakter, dan keterampilan non akademik siswa?

      Hapus
  28. Nama: Yormatiana Datu Limbong
    Kelas : 5C
    Npm : 2386206082

    izin menanggapi pak,setelah membaca materi tersebut, menurut kalian apakah hasil PISA ini bisa jadi acuan penting untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo ka Yormatiana saya izin menjawab ya

      Menurut saya hasil PISA ini memang bisa menjadi acuan penting untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia, seperti pendapat saya di atas kalau ka Yormatiana scroll ke atas menurut saya itu ada dua pandangan terkait hasil PISA ini, bisa dilihat dari sisi positif ataupun sisi negatifnya.
      Nah salah satu sisi positif dari hasil PISA ini bisa menjadi acuan penting untuk perbaikan pendidikan di Indonesia kenapa? Karena dengan adanya hasil PISA para ahli pendidikan di negara kita di Indonesia bisa mengetahui kemampuan membaca dan menghitung para pelajar di negara ini sudah sejauh mana jika dibandingkan dengan negara luar, nah hasil dari pengamatan ini atau hasil dari PISA ini akan membangkitkan semangat para ahli pendidik di Indonesia untuk lebih mengevaluasi implementasi kurikulum di negara kita Kak.

      Semoga bermanfaat Ka...

      Hapus
  29. Terima kadih bapak karna sudah memberikan materi ini, setelah saya membaca materi yang Bapak berikan menurut saya, materi ini bagus karena membahas tentang hasil PISA dan bagaimana dampaknya terhadap pendidikan kita di Indonesia. Apalagi ada kutipan dari Hanushek & Woessmann ( 2019 ) yang menyebutkan bahwa meningkatkan skor PISA itu bisa membawa keuntungan signifikan bagi perekonomian nasional. Tentu saja, sebagai calon guru, kita pasti berharap Indonesia bisa terus maju dan menghasilkan SDM unggul. Namun, di sisi lain, materi ini juga mengingatkan kita bahwa PISA itu bukan segalanya, seperti yang diutarakan David Berliner 2023. Dia bilang kalau PISA itu lebih ditentukan oleh kondisi sosial sekolah dan komunitas siswa, bukan cuma dari kondisi sekolahnya saja. Ini membuat saya berpikir bahwa usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita tidak bisa hanya fokus pada kurikulum atau ujian saja. Kita juga harus benar-benar memperhatikan konteks sosial, kondisi di lapangan, dan karakteristik unik yang dimiliki anak-anak Indonesia, persis seperti yang disampaikan di akhir materi jangan cuma meniru budaya negara lain yang karakteristiknya beda sama Negara kita. Usaha ke arah Generasi Emas 2045 harus Asli dari Indonesia.

    BalasHapus
  30. Nama: Rosidah
    Npm: 2386206034
    Kelas: 5B (PGSD)

    Sejujurnya saya baru pertama kali mendengar tentang PISA, jadi banyak hal dari blog ini terasa baru buat saya, tapi setelah membaca penjelasannya saya sedikit paham, ternyata PISA bukan hanya sekedar tes untuk siswa, melainkan alat yang sering di jadikan dasar bagi negara untuk perbaikan sistem pendidikan.

    BalasHapus
  31. Di materi bapak ini saya juga suka dengan materi bapak pada bagian yang membahas tentang perubahan struktur kementerian dan pergantian menteri pendidikan kita saat tulisan ini dibuat. Ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia memang sedang mencari bentuk terbaiknya. Apalagi, tugas beliau ke depan adalah menciptakan penerus bangsa yang bisa ikut di kancah dunia. Itu adalah tantangan yang luar biasa besar, Bapak. Materi ini juga menyinggung tentang hasil-hasil tes internasional seperti PISA, TIMSS, dan PIRLS. Jujur, terkadang kita jadi terlalu terobsesi dengan ranking global, padahal materi ini memberikan insight penting dari Finlandia Sahlberg, 2021 yang bilang bahwa guru-guru di sana tidak terlalu fokus pada PISA karena PISA cuma mengukur spektrum pembelajaran yang sempit. Mereka lebih mementingkan kompetensi non-akademik yang ternyata sering jadi prediktor keberhasilan di masa depan. Ini menegaskan, yaitu kita harus menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia, bukan malah jatuh ke perangkap perlombaan pendidikan global seperti yang disinggung di kutipan sebelumnya. Sebagai calon pendidik, ini jadi pengingat buat saya agar selalu memprioritaskan kebutuhan siswa dan karakter lokal kita.

    BalasHapus
  32. Disini bapak juga membahas di materi ini sangat berimbang, pandangan optimis yang mengaitkan PISA dengan pertumbuhan ekonomi Bank Dunia dan pandangan yang lebih hati-hati, bahkan kritis. Saya setuju dengan pandangan David Spieghalter 2013 yang mengatakan bahwa jika PISA mengukur sesuatu, itu adalah kemampuan untuk melakukan tes PISA, dan kebijakan yang didasarkan pada satu indikator bisa berdampak buruk. Lalu, pelajaran dari negara-negara Asia Timur seperti yang diungkap Yong Zhao juga sangat penting; meskipun skornya tinggi, mereka tetap tidak puas dan terus mereformasi sistem mereka. Ini menunjukkan bahwa pendidikan itu proses perbaikan yang tidak ada habisnya. Intinya, materi ini menyadarkan saya bahwa PISA bisa jadi alat untuk perbaikan (usaha), tetapi kita juga harus waspada agar tidak menjadi berbahaya. Kita harus fokus pada perbaikan pendidikan yang komprehensif, tidak hanya yang diukur oleh PISA, supaya kita bisa menciptakan Generasi Emas 2045, bukan Generasi Emas 2045.

    BalasHapus
  33. NAMA : KORNELIA SUMIATY
    NPM : 2386206059
    KELAS : 5B PGSD

    materi diatas ngejelasin tentang gimana PISA memengaruhi arah kebijakan pendidikan dunia, termasuk Indonesia. Memang, setelah UN dihapus dan diganti dengan AKM, banyak yang bertanya apakah ini benar-benar upaya perbaikan pendidikan atau hanya bentuk penyesuaian terhadap standar PISA. padahal pandangan para ahli seperti Sahlberg, Zhao, dan Berliner juga mengingatkan kita bahwa nilai PISA tidak selalu mencerminkan kualitas pendidikan suatu negara secara utuh, apalagi jika faktor sosial dan konteks budaya tidak ikut dipertimbangkan. Kekhawatiran tentang PISA sebagai dorongan untuk kembali pada kurikulum “dasar” yang fokus pada membaca, matematika, dan sains terasa relevan dengan situasi pendidikan di Indonesia. Ketika fokus terlalu besar pada skor tes, ada risiko bahwa tujuan pendidikan yang lebih luas, seperti karakter, kreativitas, dan budaya, menjadi terpinggirkan.

    BalasHapus
  34. Nama : Maria Ritna Tati
    NPM : 2386206009
    Kelas : V A PGSD

    Izin menaanggapi materi ini sangat penting karena membahas tentang PISA, sebuah studi internasional yang sering digunakan untuk mengukur kualitas pendidikan di berbagai negara.saya jadi tahu bahwa PISA itu bukan hanya sekadar angka, tetapi juga memberikan gambaran tentang kemampuan siswa dalam membaca, matematika, dan sains. Namun,materi ini juga mengingatkan kita untuk tidak terlalu terpaku pada hasil PISA, karena ada banyak faktor lain yang memengaruhi kualitas pendidikan suatu negara.PISA adalah studi internasional yang digunakan untuk mengukur kualitas pendidikan di berbagai negara, namun kita harus hati-hati dalam menafsirkan hasilnya karena konteks dan kondisi setiap negara berbeda-beda.

    BalasHapus
  35. Nama : Maria Ritna Tati
    NPM:2386206009
    Kelas : V A PGSD

    Saya setuju dengan pendapat bahwa PISA bisa menjadi alat yang berguna untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia.dengan melihat hasil PISA, kita bisa mengetahui kelemahan dan kekuatan kita, serta membandingkannya dengan negara lain.kita juga harus hati-hati dalam menafsirkan hasil PISA, karena konteks dan kondisi setiap negara berbeda-beda.kita tidak bisa serta merta meniru sistem pendidikan negara lain tanpa mempertimbangkan karakteristik bangsa Indonesia.PISA bisa menjadi alat yang berguna untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, namun kita tidak bisa serta merta meniru sistem pendidikan negara lain tanpa mempertimbangkan karakteristik bangsa Indonesia.

    BalasHapus
  36. Nama : Maria Ritna Tati
    NPM : 2386206009
    Kelas : V A PGSD

    Menurut saya, salah satu hal yang menarik dari materi ini adalah tentang perdebatan mengenai manfaat dan mudharat PISA bagi Indonesia.ada yang berpendapat bahwa PISA mendorong sekolah untuk fokus pada materi yang diujikan saja, sehingga mengabaikan aspek lain yang penting.tapi ada juga yang berpendapat bahwa PISA memacu sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan global. perdebatan ini menunjukkan bahwa PISA bukanlah solusi tunggal untuk meningkatkan kualitas pendidikan.ada perdebatan mengenai manfaat dan mudharat PISA bagi Indonesia, namun yang terpenting adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan PISA untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan global.

    BalasHapus
  37. Nama : Maria Ritna Tati
    NPM : 2386206009
    Kelas : V A PGSD

    Materi ini mengingatkan kita bahwa pendidikan itu bukan hanya tentang mempersiapkan siswa untuk dunia kerja, tetapi juga tentang membentuk karakter dan kepribadian yang baik.kita harus menyeimbangkan antara pengembangan keterampilan akademik dan non-akademik, agar siswa menjadi individu yang utuh dan berkontribusi positif bagi masyarakat.PISA memang penting, tetapi bukan satu-satunya tujuan dalam pendidikan.pendidikan itu bukan hanya tentang mempersiapkan siswa untuk dunia kerja,tetapi juga tentang membentuk karakter dan kepribadian yang baik, sehingga kita harus menyeimbangkan antara pengembangan keterampilan akademik dan non-akademik.

    BalasHapus
  38. Nama : Maria Ritna Tati
    NPM :2386206009
    Kelas : V A PGSD

    Tambahan lagi,saya merasa bahwa keberhasilan pendidikan di Indonesia sangat bergantung pada kerjasama antara pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat.semua pihak harus bahu-membahu untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan siswa.PISA bisa menjadi salah satu alat untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikan, tetapi yang terpenting adalah komitmen kita untuk memberikan pendidikan yang berkualitas bagi semua anak bangsa.keberhasilan pendidikan di Indonesia sangat bergantung pada kerjasama antara pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat, di mana PISA bisa menjadi salah satu alat untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikan, tetapi yang terpenting adalah komitmen kita untuk memberikan pendidikan yang berkualitas bagi semua anak bangsa.

    BalasHapus
  39. Nama : Juliana Dai
    NPM : 2386206029
    Kelas : V,B

    Menurut saya, materi ini membahas dilema besar dalam pendidikan kita terkait hasil PISA. Di satu sisi, PISA itu bagus karena memaksa kita untuk melihat kenyataan pahit bahwa kemampuan dasar siswa kita dalam membaca dan berhitung masih lemah. Hasil buruk ini jadi semacam alarm buat pemerintah untuk buru-buru mengubah kurikulum dan sistem ujian, terbukti dengan munculnya Asesmen Nasional (AN) dan fokus pada literasi-numerasi. Jadi, kita menjadikan PISA sebagai usaha untuk memperbaiki diri. Tapi di sisi lain, PISA itu juga bahaya, para ahli dari Finlandia sampai Cambridge bilang PISA hanya mengukur hal-hal yang sempit, tidak melihat kemampuan penting lain seperti kreativitas dan problem-solving. Kalau kita terlalu terobsesi mengejar ranking PISA, kita bisa terjebak dalam perlombaan global yang memicu sekolah cuma melatih siswa untuk jago tes, mengorbankan pelajaran penting lain, dan akhirnya hanya menciptakan Generasi Emas palsu.

    Nah, terkait dengan kondisi pendidikan Indonesia sekarang, menurut saya langkah kita sudah lumayan baik. Dengan adanya Kurikulum Merdeka dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), kita menunjukkan usaha untuk mengatasi kelemahan PISA dengan tidak hanya mengejar skor, tapi juga membangun karakter dan keterampilan non-akademik. Kita berusaha menyesuaikan kurikulum dengan karakteristik bangsa, bukan sekadar menjiplak negara lain. Namun, tantangan terbesar tetap ada pada pemerataan kualitas guru dan fasilitas antar daerah. Jika kita gagal membuat kualitas pendidikan merata, kita akan terus-terusan berada di bawah dan terjebak dalam masalah lama. Intinya, PISA harus jadi cermin, bukan panduan mutlak; kita ambil datanya untuk perbaikan, tapi arah tujuan pendidikan kita harus tetap sesuai dengan kebutuhan unik bangsa Indonesia.

    BalasHapus
  40. Nama : Juliana Dai
    NPM : 2386206029
    Kelas : V,B

    Di luar polemik PISA itu sendiri, menurut saya isu terpenting yang digarisbawahi oleh materi ini adalah perlunya Indonesia memiliki otonomi dan visi pendidikan yang kuat, agar tidak mudah diguncang atau didikte oleh instrumen asesmen asing, seketat apa pun itu. Penggantian Menteri Pendidikan yang disinggung di akhir teks, serta perombakan kementerian menjadi satu entitas besar, menunjukkan adanya upaya politik besar untuk menciptakan pondasi pendidikan yang kokoh menuju Generasi Emas 2045. Ini adalah momentum krusial untuk memastikan bahwa reformasi yang dilakukan, seperti Kurikulum Merdeka dan AN, benar-benar berakar pada kebutuhan riil siswa Indonesia khususnya dalam mengatasi ketimpangan kualitas antar daerah bukan sekadar upaya cosmetic untuk menaikkan skor di laporan internasional seperti PISA atau TIMSS, sehingga kita bisa fokus pada pengembangan manusia seutuhnya, bukan hanya sekadar siswa yang jago tes.

    BalasHapus
  41. Nama : Juliana Dai
    NPM : 2386206029
    Kelas : V,B

    Saya sepakat sekali dengan Yormatiana bahwa pertanyaan terpenting adalah apakah sistem pembelajaran kita benar-benar membantu siswa berpikir kritis dan memecahkan masalah. Tambahan dari saya, kritik yang disajikan dalam materi, khususnya dari David Berliner, menggarisbawahi bahaya bahwa PISA telah mempercepat peralihan kurikulum kembali ke dasar (back to basics), yang cenderung hanya memprioritaskan membaca, matematika, dan literasi sains. Hal ini berpotensi mengorbankan pengembangan kompetensi yang lebih luas, seperti berpikir kritis yang Yormatiana sebutkan, padahal para pendidik Finlandia mengatakan bahwa kompetensi non-akademik ini adalah prediktor yang lebih baik untuk keberhasilan dalam hidup daripada skor yang dimasukkan dalam PISA. Jadi, saat ini kita sedang berusaha melalui Kurikulum Merdeka agar hasil PISA dijadikan usaha untuk perbaikan, bukan malah membuat kurikulum kita jadi sempit dan gagal mencetak siswa yang benar-benar kompeten.

    BalasHapus
  42. Nama : Naida Dwi Nur Herlianawati
    Kelas : 5B
    Npm : 2386206042

    Saya setuju pak, bahwa meskipun langkah Indonesia mengganti ujian lama dengan AKM itu baik karena fokusnya pada kemampuan membaca dan berhitung dasar (mirip PISA), kita harus hati-hati karena para ahli bilang PISA itu ukurannya terlalu sempit dan janji ekonomi yang didapat dari skor tinggi itu belum tentu benar jadi, pendidikan kita harus tetap fokus menciptakan anak bangsa yang pintar dan punya karakter kuat sesuai budaya Indonesia, bukan cuma kejar-kejaran nilai.

    BalasHapus
  43. Izin menanggapi pak Materi ini memberikan gambaran yang sangat kritis dan reflektif mengenai posisi Indonesia dalam PISA serta cara pandang yang perlu dimiliki dunia pendidikan terhadap hasil tersebut. Artikel ini tidak hanya menyajikan fakta tentang performa Indonesia, tetapi juga mengajak pembaca untuk melihat isu PISA dari perspektif yang lebih luas, seperti bagaimana negara lain termasuk Finlandia yang pendidikan­nya dianggap paling maju menafsirkan hasil PISA.Penekanan bahwa PISA bukanlah satu-satunya ukuran kualitas pendidikan sangat relevan, terutama ketika artikel menghadirkan pandangan Sahlberg, Zhao, hingga Berliner. Ketiga tokoh ini menunjukkan bahwa penilaian internasional seperti PISA hanya mampu melihat bagian sempit dari pembelajaran, terutama aspek akademik yang terukur. Padahal, pendidikan modern menuntut pengembangan kompetensi jauh lebih luas: kreativitas, karakter, ketahanan, kemampuan berkolaborasi, dan keterampilan sosial-emosional yang semuanya tidak tercapture di PISA.

    BalasHapus
  44. Izin menanggapi pak menurut saya Artikel ini juga sangat kuat saat membandingkan konteks Indonesia dengan Finlandia. Meskipun Finlandia berada di posisi unggul PISA, para pendidiknya tidak menganggap PISA sebagai pusat evaluasi pendidikan mereka. Mereka justru lebih fokus pada kompetensi non-akademik dan kesejahteraan siswa. Ini menjadi pelajaran penting bagi Indonesia bahwa mengejar peringkat bukanlah tujuan utama; yang jauh lebih penting adalah memperbaiki ekosistem pendidikan secara menyeluruh, mulai dari kurikulum, kualitas guru, budaya belajar, hingga kondisi sosial siswa.Pandangan David Berliner yang dikutip dalam materi juga memperluas wawasan: bahwa hasil PISA lebih dipengaruhi oleh faktor sosial dan lingkungan siswa dibandingkan oleh sekolah semata. Artinya, jika Indonesia ingin meningkatkan kualitas pendidikan, maka pembenahan tidak hanya perlu terjadi di ruang kelas, tetapi juga pada aspek ketimpangan sosial, akses pendidikan, fasilitas belajar, dan dukungan keluarga. Ini menegaskan bahwa pendidikan adalah persoalan sistemik, bukan hanya teknis.

    BalasHapus
  45. Terus pak menurut saya Materi ini juga mengingatkan pembaca tentang konsekuensi dari terlalu mengutamakan nilai PISA, yaitu potensi penyempitan kurikulum atau "back to basics". Jika pembelajaran hanya difokuskan pada literasi, numerasi, dan sains demi kejar target, maka pendidikan bisa kehilangan unsur-unsur penting lain seperti seni, karakter, kreativitas, dan keterampilan abad 21.Yang paling menarik, artikel ini tidak terjebak pada dua ekstrem panik dengan hasil PISA atau mengabaikannya sepenuhnya. Sebaliknya, artikel ini mengajak pembaca untuk memandang PISA sebagai alat refleksi, bukan satu-satunya indikator keberhasilan. Pertanyaannya “Apakah ini bahaya atau usaha?” dijawab dengan perspektif yang sangat seimbang: hasil PISA bisa menjadi bahaya jika membuat kita terjebak pada kebijakan reaktif; tetapi bisa menjadi peluang perbaikan jika dijadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki sistem pendidikan secara menyeluruh.Secara keseluruhan, materi ini memberikan wawasan komprehensif tentang dinamika PISA di Indonesia, menekankan pentingnya melihat pendidikan secara holistik, dan mengajak pembaca berpikir kritis terhadap bagaimana kebijakan pendidikan nasional seharusnya diarahkan. Artikel ini sangat bermanfaat untuk guru, mahasiswa pendidikan, pembuat kebijakan, maupun masyarakat yang ingin memahami kualitas pendidikan Indonesia secara lebih mendalam.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak