Matematika: Keterampilan Praktis atau Disiplin Mental?


 


Keyakinan bahwa matematika harus bermanfaat didasarkan pada pandangan matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Pandangan ini berpendapat bahwa isi kurikulum harus melayani kebutuhan masyarakat dan mengajarkan keterampilan dan pengetahuan yang akan memungkinkan individu untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi masyarakat dan menangani tuntutan matematika dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. Penekanannya di sini adalah pada penerapan utilitarian pengetahuan matematika dengan tujuan memungkinkan individu berfungsi dan berkontribusi pada masyarakat di mana mereka tinggal. 


Di sisi lain, pandangan bahwa matematika adalah suatu aktivitas intelektual berkaitan dengan konsep-konsep abstrak tentang ikhtiar dan prestasi mental manusia. Isi kurikulum dalam konteks ini harus memungkinkan individu untuk mengembangkan apresiasi estetika dan intelektual terhadap apa yang Griffiths dan Howson (1974) gambarkan sebagai 'pemikiran imajinatif yang terkendali' (p. 7). Pembelajaran matematika harus memungkinkan individu untuk menikmati analisis dan studi hubungan matematika dan struktur numerik dan geometris serta menciptakan dan mengembangkan ide-ide matematika baru. Penekanannya di sini adalah pada pemikiran logis abstrak dan meskipun hal ini mau tidak mau menjadi landasan bagi penemuan-penemuan yang memiliki penerapan praktis, tujuan utamanya adalah mempelajari matematika untuk kepentingannya sendiri.


Masing-masing pandangan terhadap kurikulum ini dapat dikenali dari tanggapan orang tua yang disebutkan di awal bab ini. Meskipun kedua pandangan mencerminkan perspektif yang berbeda tentang sifat dan tujuan pengetahuan dan pemahaman matematika, keduanya tidak bertentangan dan mungkin hidup berdampingan dan bahkan mendukung dan melengkapi satu sama lain. Jadi, seperti yang disarankan oleh Griffiths dan Howson (1974), orang Mesir menggunakan matematika untuk membantu mereka dalam program pembangunan yang kompleks dan untuk mengendalikan lingkungan, sementara para pendeta mereka dihormati karena kemampuan 'mistis' mereka dalam memahami masalah teoritis logika matematika. Demikian pula, identifikasi matematika Murni dan Terapan sebagai aspek terpisah dari silabus tingkat GCE A dapat dilihat sebagai pengakuan terhadap dua komponen kurikulum—pandangan yang juga dianut oleh penulis Non-statutory Guidance for Mathematics (1989) yang menyatakan bahwa: Matematika diajarkan bukan hanya karena bermanfaat. Hal ini juga harus menjadi sumber kegembiraan dan keajaiban, menawarkan kegembiraan intelektual kepada siswa dan apresiasi terhadap kreativitas esensialnya. (NCC, 1989, hal. A3)


meskipun dapat dikatakanbahwa matematika utilitarian secara tradisional merupakan bidang yang diajarkan di sekolah dasar sedangkan bidang pemikiran matematika yang lebih abstrak (misalnya, teorema dan bukti) cenderung ditempatkan di sekolah menengah.


Proyek Nuffield juga banyak memanfaatkan karya Piaget (lihat misalnya Mogford, 1966, hal. 1– 5; Griffiths dan Howson, 1974, hal. 79–82; Ernest 1991, hal. 102 dan hal. 189) dan dalam hal ini mencerminkan ortodoksi yang berlaku dalam komunitas pendidikan matematika. Ada dua aspek teori Piaget yang memiliki relevansi khusus. Ernest (1991) menjelaskan yang pertama sebagai pandangan hierarki pembelajaran matematika (hal. 238). Teori ini mendalilkan bahwa terdapat rangkaian empat tahap pembelajaran yang membentuk hierarki perkembangan dan setiap tahap harus dikuasai sebelum pembelajar siap untuk 'berpikir dan beroperasi pada tingkat berikutnya' (ibid.). Yang kedua adalah konsep konservasi yang diterapkan Piaget (1941) pada matematika. Dia menulis bahwa:Konservasi merupakan kondisi yang diperlukan untuk semua aktivitas rasional... Suatu himpunan atau kumpulan hanya dapat dibayangkan jika ia tetap tidak berubah, terlepas dari perubahan yang terjadi dalam hubungan antara unsur-unsurnya... apakah itu masalah kontak awal anak dengan angka atau salah satu aksiomatisasi paling halus dari sistem intuitif mana pun, dalam setiap kasus, kekekalan sesuatu dipostulasikan sebagai kondisi yang diperlukan untuk pemahaman matematika apa pun.


Matematika harus diajarkan karena berguna dan karena merupakan bidang upaya intelektual yang bernilai. Menggunakan dan menerapkan matematika dalam tugas-tugas praktis, dalam permasalahan kehidupan nyata dan dalam matematika itu sendiri. Matematika menyediakan cara melihat dan memahami dunia. Hal ini digunakan untuk menganalisis dan mengkomunikasikan informasi dan ideide dan untuk menangani berbagai tugas praktis dan masalah kehidupan nyata. Matematika juga menyediakan bahan dan sarana untuk menciptakan dunia imajinatif baru untuk dijelajahi. Melalui eksplorasi dalam matematika itu sendiri, matematika baru diciptakan dan ide-ide terkini dimodifikasi dan diperluas.


Pembelajaran dicapai melalui pengalaman praktis dan eksplorasi dengan menggunakan berbagai sumber praktis. Kemajuan bersifat individual dan terkait dengan konsep kesiapan dan tahapan pembangunan. Siswa terlibat dalam aktivitas individu yang terkait dengan tahap perkembangan mereka dan banyak penekanan diberikan pada penggunaan peralatan praktis untuk memodelkan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari. Hal ini sejalan dengan teori Piaget, yang menyatakan bahwa ada rangkaian empat tahap pembelajaran yang membentuk hierarki perkembangan dan masing-masing tahap belajar.


Tahap ini harus dikuasai sebelum pembelajar siap untuk berpikir dan mengoperasikan pada tingkat berikutnya. Penekanannya adalah pada anak-anak yang mengembangkan metode mereka sendiri ketika mereka siap untuk melakukannya, tetapi diberikan materi praktis untuk menetapkan model ide-ide abstrak yang akan dipelajari pada tahap perkembangan berikutnya.


Sharpe, R. 2005. Improving Teaching and Learning in the Core Curriculum. New York: Routledge

50 Komentar

  1. Matematika: Keterampilan Praktis atau Disiplin Mental?, Menurut saya matematika dapat dikatakan keduanya praktis dan disiplin mental kenapa? Matematika dikatakan praktis karena matematika dipandang sebagai alat untuk memecahkan masalah di kehidupan nyata, pada laman ini juga penekanannya pada penerapan utilitrian pengetahuan matematika dengan tujuan memungkinkan individu itu berfungsi dan berkontribusi pada masyarakat di mana mereka tinggal.

    Menurut saya ini artinya dengan pengetahuan matematika kita dapat memecahkan masalah baik itu di kehidupan kita sendiri maupun di lingkungan kehidupan kita, dengan cara mungkin kita dapat membantu tentang perhitungan keuangan, tentang perhitungan waktu, atau bahan pekerjaan misalnya di lingkungan kita ingin membangun suatu bangunan kita bisa membantu menghitung jumlah bahan yang diperkirakan untuk dapat digunakan.

    Nah sedangkan matematika dikatakan disiplin mental karena dalam matematika itu ada aktivitas intelektual berkaitan dengan konsep-konsep abstrak misalnya begini kita ingin memahami sesuatu di matematika ini, ketika kita memahami sesuatu kita harus mengetahui dulu dasar dan konsep-konsep awal dari pengenalan matematika. Nah setelah kita mengetahui konsep-konsep itu pun kita tidak bisa langsung menghasilkan sesuatu kita perlu yang namanya melatih keterampilan kita dalam menyusun,lalu dalam menghitung, dalam menganalisa, dan dalam memecahkan masalah, yang secara kompleks, pastinya di kegiatan ini kita melewati proses-proses yang melatih otak kita untuk berpikir.

    Nah gabungan antara matematika dikatakan praktis dan disiplin mental itu menurut saya menjadi satu kesatuan yang luar biasa karena di antara pola pikir yang harus menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari ,tetapi harus bisa mendampingi lagi bagaimana proses penerapan itu terjadi dalam kehidupan kita, misalnya dari caranya,dari konsep-konsepnya,dari pemecahan masalahnya,dan dari hasilnya yang kita hasilkan atau kita dapatkan setelah melewati proses dari penerapan konsep-konsep itu sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama:Elisnawatie
      Kelas:VD
      Npm:2386206069

      Izin menambahkan ka alusia saya 1 pemikiran dengan kaa alusia ,Matematika memang dapat dikatakan sebagai keterampilan praktis sekaligus disiplin mental. Dari sisi praktis, matematika membantu kita memecahkan berbagai masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti perhitungan keuangan, waktu, dan kebutuhan pekerjaan. Sementara dari sisi disiplin mental, matematika melatih cara berpikir logis, analitis, dan sistematis melalui pemahaman konsep-konsep dasar hingga penerapan yang lebih kompleks. Keduanya saling melengkapi dan menunjukkan bahwa matematika bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang cara berpikir dan bertindak secara cermat dalam kehidupan.

      Hapus
  2. Nama: Zakky Setiawan
    NPM:( 2386206066 )
    Kelas: 5C
    Dispilin mental akan membuat matematika menjadi keteramplan praktis, maksudnya kalau mental seorang peserta didik sudah kuat, meraka akan terampil dalam matematika, dan bisa menjadi praktis jika mereka juga sudah sangat terampil

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Zakky Setiawan
      NPM:( 2386206066 )
      Kelas: 5C
      Sedikit menambahkan, dalam hal apapun tidak hanya dalam matematika, jika mental seorang peserta didik sudah kuat mereka tidak akan goyah dalam melakukan sesuatu hal yang benar, peserta didik jadi bisa mengeksplorasi sesuatu hal dengan lebih praktis

      Hapus
  3. Nama: Maya Apriyani
    Npm: 2386206013
    kelas: V.A
    dari materi yang saya baca bahwa keterampilan praktis pada pendekatan matematika utilitarian yaitu alat yang di gunakan untuk memecahkan permasalahan kehidupan nyata yang di mana matematika tersebut telah menyediakan bahan dan sarana yang siap di gunakan, misalnya rumus-rumus dalam matematika.
    sedangkan disiplin mental yaitu berkaitan dengan konsep yang abstrak dan membutuhkan pengembangan pemikiran yang logis tujuannya yaitu untuk mempelajari matematika untuk kepentingan sendiri.
    kedua hal bukan suatu yang harus menjadi pilihan tetapi keduanya saling berkaitan dari adanya disiplin mental maka terciptanya keterampilan praktis, dan dalam memecahkan permasalahan membutuhkan keduanya yang di mana bukan hanya mengunakan keterampilan praktis tapi setelah mengunakan pastinya harus melihat sebuah kebenaran melalui displin mental. terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Maya Apriyani
      Npm: 2386206013
      Kelas: V.A

      saya izin bertanya kan kedua hal ini harusnya berjalan seiringan yaitu keterampilan praktis dan disiplin mental, tapi guru terkadang hanya memberikan keterampilan praktis saja yaitu dengan memberikan rumus-rumus kemudian menghafalkan dan di akhiri dengan mengerjakan soal. pertanyaan saya mengapa hal itu sering terjadi apakah karena kurang nya waktu dalam pembelajaran dan kurangnya pemahaman guru itu sendiri? terima kasih.

      Hapus
    2. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
      Npm : 2386206058
      Kelas : 5B PGSD

      Halo Maya Apriyani saya izin menjawab yah, Menurut saya keterampilan praktis dan disiplin mental dalam belajar matematika memang tidak bisa dipisahkan. Seperti yang dijelaskan pada materi di atas, matematika ini bukan hanya soal menghitung atau menghafal rumus, tetapi juga bagaimana cara latihan berpikir logis dan teratur. Saat siswa hanya diajarkan cara cepat mengerjakan soal tanpa memahami konsepnya, mereka akan kesulitan melihat makna dan manfaat matematika dalam kehidupan nyata.Sebagai guru seharusnya menuntun siswa agar dapat memahami mengapa suatu rumus digunakan dan bagaimana konsep itu terbentuk. Dengan begitu, siswa tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga terlatih dalam cara berpikir kritis dan sistematis. Jadi, ketika pembelajaran tampak lebih menekankan aspek praktis, bisa jadi karena kurangnya waktu atau pemahaman guru dalam menyeimbangkan kedua aspek tersebut🙏🏻

      Hapus
    3. Hallo ka Maya saya izin menaanggapi

      Menurut saya pandangan ka Maya tentang guru hanya memberikan keterampilan praktis saja dengan memberikan rumus-rumus kemudian menghafalkan dan diakhiri dengan mengerjakan tugas atau soal itu kurang adanya keterampilan disiplin mental
      Menurut saya kak Maya agak keliru untuk mendeskripsikan tentang berjalan seiringnya keterampilan praktis dan disiplin mental.
      Karena menurut saya ya ,ketika seseorang menghafalkan rumus dan diakhiri dengan mengerjakan tugas lalu dipresentasikan seseorang itu sudah atau sedang dibentuk mentalnya , karena kita ketika kita menghafalkan rumus kita membutuhkan mental dan juga kesiapan diri yang matang untuk menyampaikan pikiran kita tentang apa yang kita hafalkan dari rumus rumus yang telah diberikan, selanjutnya saat mengerjakan soal atau memecahkan permasalahan di sini juga sebenarnya mental kita itu dilatih ketika kita mendapatkan tugas yang susah dengan waktu yang singkat mental kita itu sangat diuji pada kesempatan ini karena kita harus benar-benar bisa kita harus benar-benar dapat menjawab pertanyaan dengan baik dengan waktu yang singkat. Ini juga melatih disiplin mental kita kak karena pada saat mengerjakan tugas itu kita harus fokus dan benar-benar siap mental kita untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan waktu yang ditentukan.
      Jadi menurut saya pendapat ke Maya tentang keselarasan atau berjalan seiringnya keterampilan praktis / dispilin mental dari pertanyaan yang kaka ajukan masih sangat keliru
      Terima kasih ...

      Hapus
  4. Nama: Nanda Vika Sari
    Npm: 2386206053
    Kelas: 5B PGSD

    Setelah saya membaca materi ini, ternyata materi ini sangat amat bagus karena pada materi ini mengajak para pembaca untuk tidak memandang matematika secara sepele, melainkan sebagai bidang ilmu yang memiliki instrumental sekaligus intrinsik. Pendidikan matematika yang ideal itu ialan yang menyentuh keterampilan yang praktis dengan pengembangan intelektual, membentuk untuk mampu berpikir logis, kreatif, dan adaptik terhadap berbagai macam situasi kehidupan.

    BalasHapus
  5. nama:Erfina feren heldiana
    kelas:5c
    npm:2386206065

    Izin bertanya pak. Sebenarnya matematika itu lebih penting sebagai keterampilan yang dipakai sehari-hari atau justru sebagai latihan berpikir abstrak yang membentuk pola pikir kita? Soalnya dua pandangan ini kesannya beda arah, tapi kok bisa dibilang saling melengkapi. Saya jadi bertanya-tanya, di kelas kita seharusnya fokus ke yang mana dulu ya kegunaan praktisnya atau proses berpikirnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Maya Apriyani
      Npm: 2386206013
      kelas: V.A

      Izin menjawab pertanyaan dari erfina feren yaitu sebenarnya Matematika itu lebih penting sebagai keterampilan yang dipakai sehari-hari atau justru sebagai latihan berpikir abstrak yang membentuk pola pikir kita dan di kelas kita seharusnya fokus ke yang mana dulu ya kegunaan praktisnya atau proses berpikirnya?
      Menurut pendapat saya sesuai dengan dibacaan bahwa kedua hal ini harusnya berjalan seiringnya, kedua hal ini Tentunya sama-sama penting dan saling berhubungan. Nah kalau di kelas itu seharusnya libur fokus yang ke mana dulu praktis atau proses berpikir nah bener-bener pendapat saya itu yang pertama yaitu ke kegunaan praktis yang di mana kita harus menunjukkan kegunaan dari matematika itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari maka dari situ kita akan membentuk pola pikir yang menyatakan bahwa Matematika itu sangat penting, setelah itu baru ke proses berpikir yang di mana Hal itu merupakan hal lanjutan dari kegunaan praktis tadi proses berpikir itu kita mulai membentuk pola-pola yang ada dalam pemikiran kita untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan secara step by step.
      Terima kasih.
      semoga dari penjelasan saya dapat membantu.....

      Hapus
    2. Hallo ka Erfina saya izin menanggapi pertanyaanya

      Saya sebetulnya kurang setuju dengan pernyataan kak Erfina mengenai pandangan kak Erfina tentang matematika itu lebih penting sebagai keterampilan dipakai sehari-hari atau justru sebagai latihan berpikir abstrak yang membentuk pola pikir dan kak Ervina bilang kedua poin ini memiliki kesan yang berbeda arah

      Menurut saya kak Erfina ini keliru untuk memberikan pandangannya terkait matematika sebagai keterampilan dipakai sehari-hari atau sebagai latihan berpikir abstrak yang membentuk pola pikir kita.
      Karena kedua pandangan ini sebenarnya berjalan beriringan dan selaras ketika, kita belajar untuk berpikir abstrak dalam membentuk pola pikir kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari ketika kita bisa menguasai pola-pola dalam matematika kita bisa menerapkan pola tersebut untuk membantu menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari jadi menurut saya kedua aspek ini berjalan searah tidak berbeda arah

      Selanjutnya di kelas seharusnya kita fokus ke mana dulu ya kegunaan praktisnya atau proses berpikirnya?
      Menurut saya kalau bisa keduanya dapat dijalankan jalan dalam fokus pembelajaran yang sama kenapa tidak? karena begini kak, dalam pembelajaran ketika kita belajar untuk membentuk pola pikir dalam kelas kita bisa mengaitkan pembelajaran tersebut kepada kegunaan praktis nya dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mengaitkan kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu kita melatih atau membentuk pola pikir kita terkait belajar matematika. Biasanya setahu saya ini disebut sebagai pembelajaran yang kontekstual mengaitkan kegiatan-kegiatan atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari dengan pembelajaran untuk dapat lebih mudah mengetahui atau membentuk pola berpikir kita tentang pembelajaran matematika.

      Sekian terimakasih....

      Hapus
    3. Nama:Elisnawatie
      NPM:2386206069
      Kelas:VD

      izin menjawab yaa Ervina
      Matematika itu sebenarnya penting dalam dua hal sekaligus. Pertama, untuk membantu kita dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghitung uang, membaca waktu, atau mengukur sesuatu. Kedua, matematika juga melatih cara kita berpikir: lebih teliti, logis, dan teratur dalam mengambil keputusan atau memecahkan masalah. Menurut aku Keduanya tidak bertentangan, justru saling melengkapi. Saat kita belajar konsep matematika, kita sekaligus belajar cara berpikir yang baik. Di kelas, guru bisa memulai dari hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari agar siswa paham manfaatnya. Setelah itu, barulah dilatih berpikir lebih abstrak sesuai kemampuan siswa.
      Jadi, manfaat praktis dan latihan berpikir dapat berjalan bersama. Matematika bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang bagaimana kita memahami dan menyelesaikan masalah dengan lebih cerdas.

      Hapus
  6. Nama : Andi Nurfika
    NPM : 2386206017
    Kelas : VB PGSD

    Menurut saya, pembahasan tentang matematika sebagai keterampilan praktis dan juga sebagai latihan berpikir itu memang dua hal yang sangat penting. Matematika memang harus berguna dalam kehidupan sehari-hari, karena itu yang sering dicari siswa dan orang tua titik tapi kalau hanya fokus ke hal yang praktis kita jadi kehilangan sisi matematika yang bikin orang bisa berpikir lebih dalam dan kreatif. Bagian abstrak itu sebenarnya yang bikin otak kita terlatih untuk memahami pola dan membuat keputusan. Jadi dua pandangan itu bukan sesuatu yang harus dipilih salah satu, tapi justru saling melengkapi. Kurikulum ideal adalah yang bisa menggabungkan dua pendekatan ini dengan seimbang.
    Saya ingin bertanya apakah sekolah sekarang sudah cukup seimbang belum antara matematika praktis dan matematika yang sifatnya intelektual?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Nabilah Aqli Rahman
      NPM : 2386206125
      Kelas : 5D PGSD

      Hai Fika, aku izin mau jawab pertanyaan kamu yaa 😃

      Kalau ditanya apakah sekolah sekarang sudah cukup seimbang antara matematika praktis dan yang sifatnya intekektual, menurut ku jawabannya belum.

      Kenapa aku bisa bilang belum, ini berdasarkan pengalaman aku sendiri, beberapa bulan yang lalu aku pernah berkunjung ke salah satu sekolah dasar Muhammadiyah di Samarinda (kegiatan organisasi). Aku liat langsung tuh, gimana guru berusaha banget untuk menyeimbangkan antara matematika praktis sama abstrak. Dan ini baru aku sadari waktu habis baca artikel Pak Nurdin ini 😀.

      Yang aku liat saat itu, mereka lagi belajar pecahan, gurunya mulai dari hal nyata dulu tuh bagi-bagi kue, terus gurunya jelasin simbol pecahan di papan tulis. Aku jadi sadar deh, kalau sekolah udah berusaha supaya keduanya seimbang. Meskipun kadang masih banyak menekankan ke latihan abstrak.

      Menurutku yaa itu tadi, sekolah sekarang belum sepenuhnya seimbang (gatau sih kalau di sekolah lain hehehe).

      Cmiiw guys 😀🙌

      Hapus
  7. Nama : Andi Nurfika
    NPM : 2386206017
    Kelas : VB PGSD

    Penjelasan tentang teori piaget juga menarik, karena memang anak belajar matematika lewat tahap-tahap tertentu titik kita juga nggak bisa memaksa anak untuk langsung ke konsep abstrak kalau konsep dasar saja belum begitu kuat. Penggunaan alat peraga atau kegiatan konkret itu jadi jembatan penting untuk menahan ide yang lebih rumit nanti pendekatan ini masuk akal Karena tiap anak punya kesiapan yang berbeda-beda titik dengan cara seperti ini, siswa bisa lebih percaya diri dan nggak merasa matematika itu menakutkan. Yang penting itu guru memberikan pengalaman belajar yang menarik yang tepat sesuai tahap siswa, bukan hanya mengejar materi titik jadi perkembangan individu tetap jadi pusat dari pembelajaran matematika.

    BalasHapus
  8. Nama : Andi Nurfika
    NPM : 2386206017
    Kelas : VB PGSD

    Bagian yang bilang matematika itu juga sumber kegembiraan dan keajaiban sebenarnya relevan banget. Banyak orang terjebak pada anggapan bahwa matematika itu cuma soal hitungan padahal ada banyak aspek kreatif di dalamnya. Sebenarnya saya juga ada di salah satu banyak orang tersebut pak, ketika siswa diberi kesempatan mengeksplorasi pola, mencoba strategi baru, atau menemukan hubungan antar konsep mereka bisa merasakan sisi menarik dari matematika titik di sinilah peran guru untuk membawa matematika sebagai pengalaman yang menyenangkan, bukan tekanan titik kalau cuma fokus ke kegunaan sehari-hari mungkin siswa jadi gagal menikmati keindahan logika yang ada di dalamnya tapi kalau terlalu abstrak juga siswa jadi hilang arah titik jadi pembelajaran matematika yang ideal harus bisa menyeimbangkan manfaat nyata dan kesenangan intelektual dari siswa.

    BalasHapus
  9. Nama:syahrul
    NPM:2386206092
    Kelas:5 D

    Inti dari artikel di atas tuh dia membandingkan dua pandangan utama kenapa sih kita perlu belajar matematika. Pandangan pertama itu yang sifatnya utilitarian atau fungsional. Gampangannya, kita belajar matematika supaya bisa dipakai buat ngurusin masalah sehari-hari, kayak ngitung duit, atau buat bekal di dunia kerja. Kurikulum yang ikut pandangan ini bakal fokus ngajarin keterampilan yang langsung kepakai. Jadi, tujuannya jelas supaya individu bisa survive dan berkontribusi di masyarakat. Ini yang biasanya diajarin di sekolah dasar, fokusnya ke matematika yang aplikatif dan mudah dilihat manfaatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama:Elisnawatie
      Npm:2386206069
      Kelas:VD

      Wahh Apa yang disampaikan oleh Syahrul benar pak dan saya setuju. Pandangan utilitarian dalam belajar matematika memang menekankan pada manfaat langsung dalam kehidupan sehari-hari. Matematika diajarkan agar siswa memiliki keterampilan yang bisa digunakan untuk menghitung, mengukur, dan menyelesaikan masalah praktis di masyarakat. Karena itu, di sekolah dasar lebih banyak ditekankan pada matematika yang aplikatif dan mudah terlihat kegunaannya. Pendekatan ini penting agar siswa memahami bahwa matematika benar-benar membantu mereka untuk hidup dan berkontribusi di lingkungan sekitar.

      Hapus
  10. Nama:Syahrul
    Npm:2386206092
    Kelas:5 D

    Nah, pandangan kedua itu lebih keren, dia melihat matematika sebagai aktivitas intelektual atau seni. Intinya, matematika itu bukan cuma alat, tapi juga cara berpikir yang abstrak, logis, dan kreatif. Belajar matematika di sini tujuannya bukan cuma biar bisa ngitung, tapi biar otak kita terasah buat menghargai keindahan ide, struktur, dan penalaran. Ini sejalan dengan teori Piaget yang disebutkan, di mana belajar itu bertahap dan perlu eksplorasi. Artikel ini bilang kalau kedua pandangan itu sebenarnya enggak berbeda pendapat, tapi malah bisa saling melengkapi. Kita perlu matematika yang fungsional buat hidup, tapi kita juga butuh sisi intelektualnya biar pemikiran kita makin luas dan imajinatif. Intinya, matematika itu penting, baik buat dunia nyata maupun buat mengembangkan diri.

    BalasHapus
  11. Nama : Oktavia Ramadani
    NPM : 2386206086
    Kelas : 5D

    Materi ini memberikan gambaran yang sangat menarik tentang dua cara pandang besar dalam memaknai matematika , sebagai keterampilan yang praktis dan sebagai disiplin mental , pandangan pertama itu menekankan bawa matematika harus berguna dalam kehidupan sehari - hari , membantu individu dalam menyelesaikan masalah yang nyata , mendukung pembangunan ekonomi dan bisa mempersiapkan siswa menjadi yang fungsional , sementara itu pandangan kedua memandang matematika sebagai aktivitas intelektual yang bernilai pada dirinya sendiri , sebuah dunia abstrak yang menawarkan keindahan , kreaktivitas dan kepuasan dalam berpikir logis , dan bahwa kedua pandangan ini sebenarnya tidak saling bertentangan , keduanya saling melengkapi , matematika memang perlu diajarkan agar siswa dapat menggunakan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari , namun pembelajaran juga harus membuka ruang bagi siswa untuk menemukan pola dan mengembangkan kreativitas yang logis , contoh yang diberikan tentang Mesir kuno dan pembedaan matematika murni dan terapan menunjukkan bahwa. Kedua fungsi matematika itu ada sejak dulu dan tetap relevan hingga sekarang .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Oktavia Ramadani
      NPM : 2386206086
      Kelas : 5D

      Izin menambahkan pak , bahwa materi ini juga menyoroti pada pendidikan matematika modern banyak dipengaruhi oleh teori Piaget , ya terutama pada perkembangan tahap berpikir pada anak , dengan pemikiran bahwa pembelajaran itu harus selaras senggang kesiapan perkembangan siswa , Materi ini menekankan pentingnya pengalaman yang sangat konkret , eksplorasi , dan penggunaan alat peraga
      Sebagai dasar sebelum siswa dibawa ke konsep yang lebih abstrak , pendekatan ini sangat cocok dengan pandangan bahwa matematika itu adalah disiplin mental yang dibangun secara bertahap , tetapi juga mendukung kebutuhan praktis siswa untuk memahami konsep melalui pengalaman yang nyata.

      Hapus
  12. Nama : Maria Ritna Tati
    NPM :2386206009
    Kelas : V A PGSD

    Izin menanggapi materi ini membahas tentang apakah matematika itu lebih menekankan pada keterampilan praktis atau disiplin mental.saya rasa kedua aspek ini sama-sama penting.matematika memang berguna untuk memecahkan masalah sehari-hari, tapi juga melatih kemampuan berpikir logis dan analitis.jadi nih, matematika bukan hanya sekadar rumus dan angka, tapi juga cara berpikir.
    menurut saya jadi tuh matematika adalah kombinasi antara keterampilan praktis dan disiplin mental.keterampilan praktis memungkinkan kita untuk menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari, sementara disiplin mental melatih kemampuan berpikir logis dan analitis.kedua aspek ini penting untuk mengembangkan pemahaman matematika yang komprehensif.

    BalasHapus
  13. Nama : Maria Ritna Tati
    NPM:2386206009
    Kelas : V A PGSD

    Tambahan lagi dari saya terkait materi ini,saya setuju dengan poin bahwa matematika dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas.seringkali kita menganggap matematika itu kaku dan membosankan, tapi sebenarnya matematika bisa menjadi sarana untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan mengembangkan pemikiran yang inovatif. matematika bisa menjadi seperti seni, di mana kita bisa menciptakan sesuatu yang indah dan bermakna.
    materi ini juga memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana cara memandang matematika secara lebih luas.matematika bukan hanya sekadar mata pelajaran di sekolah, tapi juga cara berpikir dan cara memecahkan masalah. dengan memahami matematika secara lebih luas,kita dapat menghargai keindahan dan kegunaan matematika dalam kehidupan kita.

    BalasHapus
  14. Nama : Miftahul hasanah
    Kelas : 5C
    Npm : 2386206040

    Setelah membaca tulisan ini, saya jadi penasaran… apakah matematika di sekolah sebaiknya lebih ditekankan pada manfaat praktisnya, atau justru pada pengembangan cara berpikir abstraknya? Soalnya keduanya sama-sama penting. Kalau di kelas nyata, bagaimana cara menyeimbangkan dua pandangan itu tanpa membuat siswa jadi bingung?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Nabilah Aqli Rahman
      NPM : 2386206125
      Kelas : 5D PGSD

      Hai Miftahul! aku izin bantu jawab pertanyaan kamu yaa 😃

      Kalau menurutku, matematika di sekolah memang punya dua sisi yang sama-sama penting (kaya yang sudah dijelaskan di atas).

      Kalau cuma ditekankan ke hal praktis, anak memang jadi lebih gampang liat kegunaannya sehari-hari, misalnya dalam mengatur waktu. Tapi kalau cuma abstrak, mereka bisa kehilangan rasa relate sama kehdiupan nyata.

      Jadi kuncinya itu ada di keseimbangan kedua hal tersebut.

      Di kelas, guru bisa mulai dari hal-hal sederhana yang bisa menjadi pengalaman anak, lalu pelan-pelan diarahkan untuk belajar simbol-simbol dan konsep abstrak. Misalnya, anak belajar materi pecahan lewat membagi kue, baru setelah itu dikenalkan bentuk angka sama rumusnya.

      Dengan cara bertahap kaya gini, menurutku anak sudah pasti ga akan bingung. Malah merasa matematika itu seru dan berguna.

      Cmiiw guys 😃

      Hapus
  15. Nama:bella ayu pusdita
    Kelas:5d
    Nim:2386206114
    Wah pak materi ini menyajikan analisis yang sangat baik mengenai dualitas tujuan pengajaran matematika. Artikel ini secara efektif menyeimbangkan dua pandangan historis yang sering berlawanan, yaitu matematika sebagai alat utilitarian (keterampilan praktis) dan matematika sebagai aktivitas intelektual (disiplin mental).

    BalasHapus
  16. Nama:bella ayu pusdita
    Kelas:5d
    Nim:2386206114

    Kekuatan artikel ini adalah penegasan bahwa kedua pandangan tersebut tidak bertentangan dan justru saling melengkapi. Pengakuan terhadap dualitas ini (seperti dalam pemisahan Matematika Murni dan Terapan) sangatlah penting untuk merancang kurikulum yang holistik.
    Saya juga baru tau pak kalo artikel ini juga punya kekuatan saya kira cuma ultramen aja yang punya ke kekuatan heheh🙏🏻☺️

    BalasHapus
  17. Nama : Nabilah Aqli Rahman
    NPM : 2386206125
    Kelas : 5D PGSD

    Sewaktu saya selesai membaca artikel ini, saya jadi punya pemikiran baru nih tentang matematika. Saya jadi mikir kalau matematika itu punya dua sisi. Ada yang praktis banget, dipakai dikehidupan sehari-hari kaya ngitung belanjaan atau manajemen waktu.

    Tapi ada juga sisi abstraknya, penuh simbol sama konsep yang kadang buat saya bingung kalau ga dikaitkan sama kehidupan nyata.

    BalasHapus
  18. Nama : Nabilah Aqli Rahman
    NPM : 2386206125
    Kelas : 5D PGSD

    Sebagai calon guru, saya merasa kalau dua sisi ini harus berjalan berbarengan. Anak-anak perlu punya pengalaman nyata dulu supaya gampang paham, baru deh pelan-pelan belajar konsep abstrak.

    Saya sendiri juga lebih cepat paham kalau ada contoh sehari-hari, bukan cuma dijelasin teorinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama:Elisnawatie
      NPM:2386206069
      Kelas:VD

      Wahh Sama banget apa yang kamu bilang Nabila. Aku juga sependapat bahwa sebagai calon guru, kita perlu menggabungkan kedua sisi tersebut. Anak-anak harus diberi pengalaman nyata terlebih dahulu agar mereka mudah memahami dan merasa matematika itu dekat dengan kehidupan mereka. Setelah itu, barulah secara bertahap diperkenalkan pada konsep-konsep yang lebih abstrak. Aku pribadi juga lebih cepat mengerti kalau ada contoh dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya teori saja xixi

      Hapus
  19. Nama : Nabilah Aqli Rahman
    NPM : 2386206125
    Kelas : 5D PGSD

    Saya punya pertanyaan nih buat temen-temen 😃

    Seandainya kalian adalah seorang guru, gimana cara kalian untuk bikin anak SD sadar, kalau matemaika itu berguna dikehidupan sehari-hari?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Erlynda Yuna NUrviah
      Kelas : VB PGSD
      Npm : 2386206035

      Hallo Nabila izin menjawab yaa..sebelumnya saya pernah dengar nih "kalau matematika itu berguna dikehidupan sehari-hari" tanpa kita sadari ini memang benar adanyaa. Nah kalau saya menjadi guru nanti saya akan menyadarkan asumsi ini ke mereka dari contoh yang paling sederhana dulu miaslnya :
      1. Matematika itu berguna saat kita mau kekkantin membeli jajan.
      " Misalnya kamu punya uang Rp. 5000, dan kamu mau membeli sosis-sosisan , harganya per tusuknya Rp.1000, kamu mau beli 3 tusuk aja, nah kamu harus hitung uangnya cukup apa ngga? Uangmu kembali berapa?".Ini termasuk kedalam matematika penjumlahan dan pengurangan.
      2. Menentukan waktu berangkat dari rumah ke sekolah.
      "Misalnya ketika kamu berangkat ke sekolah, dan batas masuknya itu jam 7.30, jarak rumahkmu ke sekolah 5 menit, nah kamu harus berangkat jam berapa supaya ngga terlambat? Ini masuk kedalam pengukuran waktu.
      3. Mengukur benda menggunakan penggaris, menggukur dan menimbang tinggi badan, berbagi makanan dengan teman, melihat bentuk suatu benda seperti bangun ruang dan bangun datar dan masih banyak lagi. Tanpa disadari mereka akan berpikir ohiya yaa benar juga.. pelajaran yang selama ini aku pelajari bukan hanya ada ibuku tapi bisa aku lihat, aku lakukan dan aku terapkan di kehidupanku..
      Mungkin kurang lebih begini yang saya terapkan nantii hehe semoga bisa membantu....

      Hapus
    2. Hallo ka Nabila saya izin menanggapi ya

      Menurut saya cara yang bisa guru gunakan untuk membuat siswa sekolah dasar berpikir bahwasanya matematika itu berguna di hidupan sehari-hari ialah : guru bisa melakukan pembelajaran yang sederhana terlebih dulu untuk pengenalan ,misalnya dengan implementasi pembelajaran menggunakan pendekataan contextual teaching and learning (CTL), nah pendekatan ini kan berat mengaitkan kebiasaan atau kegiatan siswa di kehidupan sehari-hari dengan pembelajaran hal ini menurut saya dapat merangsang ketertarikan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dan mengetahui bagaimana sih manfaatnya pembelajaran matematika ini dalam kehidupan sehari-hari.
      Sembari sebagai guru juga harus bisa menjadi stimulus yang baik untuk siswa agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif tentunya dengan melihat juga bagaimana respon siswa terkait stimulus yang guru berikan.
      Dengan adanya pendekatan ini saya yakin siswa akan berpikir bahwa pembelajaran matematika ini sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari.

      semoga bermanfaat...

      Hapus
  20. Nama: Imelda Rizky Putri
    Npm:2386206024
    Kelas: 5B

    Izin bertanya pak, kalau matematika itu disiplin mental, bagaimana cara latihan matematika bisa bikin lebih kuat dalam berpikir dan menyelesaikan masalah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Dita Ayu Safarila
      Kelas : 5 C
      NPM : 2386206048
      Halo,izin bantu jawab pertanyaannya Imelda Rizky Putri ya.
      Pertanyaan kamu bagus banget,Matematika sebagai disiplin mental itu sangat penting. Mau tau caranya? ini aku kasih tau ya.
      1. Melatih otak untuk berpikir logis dan terstruktur
      jadi setiap kali kita menyelesaikan soal atau membuktikan sesuatu kita di paksa untuk menyusun langkah langkah secara sistematis dari awal hingga akhir.
      2. Mengembangkan Imajinasi yang terkendali.
      Nah saat kita berhadapan dengan materi aljabar atau geometri kita belajar mengembangkan ide ide baru di dalam pikiran kita berdasarkan aturan yang jelas:
      3. Meningkatkan kemampuan analisis
      ini sangat berguna untuk menyelesaikan masalah apapun baik itu matematika ataupun masalah nyata lainnya.
      Nah kebiasaan mental inilah yang membuat kita kuat dan terampil dalam menyelesaikan masalah tidak hanya di pelajari tetapi juga di kehidupan sehari hari.
      Sudah begitu aja dari aku,terimakasih
      semoga bermanfaat yaa

      Hapus
    2. Nama:Elisnawatie
      Kelas:VD
      NPM:2386206069

      Hallo Imelda izin menjawab yaa

      Kalo menurut aku Kalau matematika dianggap sebagai latihan disiplin mental, artinya matematika membantu melatih otak kita. Saat mengerjakan soal matematika, kita belajar untuk:
      1. Berpikir logis
      Kita harus mengikuti langkah-langkah yang masuk akal untuk sampai ke jawaban.
      2. Teliti dan hati-hati
      Salah sedikit saja bisa membuat jawabannya salah, jadi kita terbiasa mengecek lagi pekerjaan kita.
      3. Mencari banyak cara untuk menyelesaikan masalah
      Kadang satu cara tidak berhasil, jadi kita mencoba strategi lain. Ini melatih kreativitas dalam berpikir.
      4. Tidak mudah menyerah
      Matematika sering membuat kita harus mencoba lebih dari sekali. Ini membangun ketekunan dan rasa percaya diri ketika berhasil.
      Dari kebiasaan itu, pola pikir kita jadi lebih teratur dan kuat, bukan hanya untuk pelajaran matematika, tapi juga untuk menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari.

      Hapus
  21. Nama : Reslinda
    Kelas : 5C Pgsd
    Npm : 2386206067

    Jadi, menurut saya artikel ini menarik karena membuka sudut pandang baru tentang peran matematika hanya sebagai alat buat hitung-hitungan sehari-hari, padahal lewat artikel ini terlihat kalau matematika juga berfungsi sebagai latihan mental yang penting.
    Nah matematika ngajarin kita berpikir runtut, menganalisis masalah, dan mengambil keputusan dengan lebih tenang dan logis. Jadi menurut saya matematika bukan cuma soal rumus, tapi juga cara membentuk pola pikir. Artikel ini berhasil ngejelasin dua sisi itu dengan jelas, sehingga kita bisa lihat kalau keterampilan praktis dan disiplin mental sebenarnya saling melengkapi.

    BalasHapus
  22. Terima kasih banyak bapak sudah mau memberi kan materi ini, dengan materi bapak pada bagian pembahasan mengenai dua pandangan kurikulum matematika ini sangat relevan dengan realitas di lapangan. Pandangan pertama, yaitu Utilitarian, yang menekankan bahwa matematika harus bermanfaat dan mengajarkan keterampilan untuk memecahkan masalah kehidupan nyata, ini adalah pandangan yang sering didengar oleh siswa. Mereka sering bertanya, Kapan saya pakai ini di kehidupan nyata?. Fokus pandangan ini adalah agar individu dapat berkontribusi pada masyarakat dan ekonomi. Saya sependapat bahwa kemampuan praktis ini penting, tetapi kalau hanya fokus di sini, matematika bisa jadi cuma sekadar alat untuk menghitung dan menyelesaikan tugas praktis, dan siswa kehilangan sisi keajaiban dari matematika itu sendiri.

    BalasHapus
  23. Dan juga di materi bapak ini bapak juga membahas, yaitu matematika sebagai Disiplin Mental atau upaya intelektual bernilai, ini adalah sisi yang sering luput dari kurikulum sekolah. Pandangan ini melihat matematika sebagai aktivitas intelektual untuk memahami konsep abstrak dan struktur numerik, di mana tujuannya adalah memahami matematika demi kepentingan itu sendiri. Konsep ini mengajarkan siswa untuk apresiasi estetika dan pemikiran logis abstrak. Contohnya seperti yang dilakukan oleh para pendeta Mesir kuno yang memegang peranan karena kemampuan mereka memahami logika matematika teoritis. Menurut saya, kurikulum yang ideal harusnya bisa menyeimbangkan kedua pandangan ini, agar siswa tidak hanya tahu cara menggunakan, tapi juga menikmati keindahan logis dari matematika.

    BalasHapus
  24. Dan saya rasa di materi bapak yang ini dengan tepat menunjukkan bahwa kedua pandangan—Utilitarian (Keterampilan Praktis) dan Disiplin Mental (Abstrak) sebenarnya tidak bertentangan dan justru dapat saling mendukung dan melengkapi. Pandangan utilitarian cenderung lebih banyak diajarkan di Sekolah Dasar, sementara pemikiran yang lebih abstrak seperti teori dan bukti diajarkan di Sekolah Menengah. Padahal, siswa perlu tahu bahwa matematika bukan hanya karena bermanfaat, tapi juga karena merupakan sumber kegembiraan dan keajaiban. Mengintegrasikan kedua tujuan ini, misalnya dengan mengajarkan konsep praktis seperti proyek yang pada akhirnya mengarah pada pemahaman ide abstrak, akan membuat siswa melihat matematika sebagai sesuatu yang lengkap: berguna di dunia nyata dan indah secara intelektual. Terima kasih bapak untuk materi bapak yang ini.

    BalasHapus
  25. Nama: Nur Sinta
    NPM: 2386206033
    Kelas: VB PGSD

    Menurut saya matematika bukan hanya keterampilan praktis atau disiplin mental, tetapi keduanya sekaligus memiliki dua peran penting dalam kehidupan dan pendidikan karena tanpa kita sadari hampir setiap hari kita menggunakan matematika dalam bentuk sederhana seperti menghitung uang, mengukur panjang dan lainnya yang membantu kita memahami dunia dan membantu kita menyelesaikan masalah sehari-hari dengan matematika, namun di sisi lain juga matematika berperan sebagai disiplin mental melatih cara berpikir yang logis, sistematis dan kritis dengan baik namun sesuai dengan teori dari Jean Piaget belajar matematika itu bertahap setiap tahap harus di kuasai dulu. Matematika tidak bisa dipandang sebagai salah satunya saja justru kekuatan utama matematika terletak pada kemampuan menggabungkan keterampilan praktis dan disiplin mental, siswa tidak hanya belajar cara menghitung tetapi juga cara berpikir.

    BalasHapus
  26. Nama : Erlynda Yuna Nurviah
    Kelas : VB PGSD
    Npm : 2386206035

    Sebuah sudut pandang baru bagi saya bahwa matematika tidak hanya berhenti sebagai kumpulan rumus tetapii latihan berpikir yang melatih ketelitian, kesabaran, dan kemampuan memecahkan masalah. Di materi ini menekankan bahwa matematika adalah proses membangun cara berpikir yang terstruktur dan logis, sehingga ketika siswa berlatih matematika, sebenarnya mereka sedang melatih pola pikir, bukan sekadar mencari jawaban. Pandangan ini sangat membantu guru untuk lebih fokus pada proses, bukan hanya hasil akhir. Dan kesalahan adalah bagian penting dari latihan mental, sehingga pembelajaran matematika perlu diarahkan untuk membentuk ketangguhan dan kebiasaan berpikir yang lebih matang.

    BalasHapus
  27. Tertarik dengan kalimat yang ada pada uraian ini ,mengenai pembelajaran di capai melalui pengalaman praktis dan eksplorasi dengan menggunakan berbagai sumber praktis. kalimat ini mempunyai arti yang mendalam bagi seorang guru ,seorang guru harus memperhatikan bagaimana melibatkan semua siswa dalam aktivitas langsung untuk memahami konsep-konsep dalam pembelajaran matematika. Hal ini pernah juga saya dapat ketika masih di sekolah dasar guru saya memberikan pengalaman langsung melibatkan saya dalam kegiatan pemeblajaran misalnya ,mengukur panjang meja ,lalu ada juga kegiatan melipat kertas dalam memahami simetri, memahami bangunan, dan juga kada kegiatan menggunakan uang palsu dalam memahami konsep operasi hitung dalam kegiatan berbelanja di kehidupan sehari-hari, lalu ada juga pembelajaran yang dihidupkan dengan cara mengaitkan kegiatan kita misalnya membagi sebuah kue kepada teman-teman kita yang berjumlah empat atau dua mungkin dalam ukuran yang sama.
    Lalu pada bagian eksplorasi menggunakan berbagai sumber praktis itu bisa melalui benda-benda atau simbol-simbol yang konkrit untuk mewakili bentuk bangun ruang, ataupun bangun datar yang kami pelajari, pada masa itu juga kami belajar menggunakan benda yang nyata seperti tali, meter, dan juga penggaris yang sangaat panjang.
    Menurut saya pembelajaran yang dilangsungkan dengan cara yang seperti ini sangat membantu siswa dalam mempersiapkan kesiapan awal untuk memahami konsep-konsep dan tahapan dalam pembelajaran matematika.

    BalasHapus
  28. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 2386206113

    Dari bacaan tersebut, saya menangkap bahwa cara orang memandang matematika itu ternyata nggak cuma satu. Ada dua pandangan besar yang sering dibahas: pandangan praktis (utilitarian) dan pandangan intelektual. Pandangan praktis melihat matematika sebagai alat yang benar-benar dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, menurut pandangan ini, matematika harus diajarkan supaya siswa bisa menyelesaikan masalah nyata, seperti menghitung keuangan, mengukur sesuatu, membuat keputusan yang tepat, dan memahami data yang mereka temui di kehidupan sehari-hari. Intinya, matematika dianggap berhasil kalau apa yang dipelajari benar-benar bisa dipakai dalam hidup.
    Tapi ada juga pandangan intelektual yang menganggap matematika itu lebih dari sekadar alat. Di sini, matematika dipahami sebagai sarana untuk mengembangkan cara berpikir siswa. Bukan hanya tentang hasil hitungan, tapi bagaimana siswa belajar berpikir logis, memahami pola, membuat argumen, dan melihat hubungan antaride. Pendapat tokoh-tokoh seperti Howson, Ernest, dan Piaget memperkuat bahwa matematika punya nilai yang penting untuk perkembangan kecerdasan manusia, terutama dalam hal menganalisis, memecahkan masalah, dan mengembangkan kreativitas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Aprilina Awing
      Kelas : 5D PGSD
      NPM : 2386206113

      Ijin menambahkan yaa, Selain itu, teori Piaget juga menunjukkan bahwa siswa belajar matematika itu harus bertahap dan sesuai dengan perkembangan berpikir mereka. Artinya, konsep-konsep abstrak nggak bisa langsung diberikan sebelum siswa siap secara mental. Ini mengingatkan bahwa dalam pembelajaran matematika, guru perlu betul-betul memahami kemampuan siswa dan memberikan materi yang sesuai, mulai dari yang konkret sampai akhirnya mereka siap menerima konsep yang lebih abstrak.

      Karena adanya dua pandangan yang sama-sama penting ini, kurikulum matematika yang baik seharusnya tidak hanya fokus pada satu sisi saja. Kalau hanya menekankan sisi praktis, siswa memang bisa mengerjakan hal-hal nyata, tapi mungkin kurang berkembang dalam hal bernalar dan menganalisis. Sebaliknya, kalau hanya fokus pada sisi intelektual, matematika bisa terasa terlalu abstrak dan sulit dipahami oleh siswa. Jadi, pembelajaran matematika akan lebih bermakna kalau mampu menggabungkan keduanya: memberikan pengalaman nyata yang relevan, tetapi tetap membangun cara berpikir yang kuat. Dengan cara ini, siswa bukan hanya bisa memakai matematika dalam hidup, tetapi juga punya kemampuan berpikir yang lebih matang dan kritis.

      Hapus
  29. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 2386206113

    Saya ijin bertanya pak, dari pandangan para ahli yang disebutkan manakah yang paling cocok diterapkan di kelas saat ini, terutama dengan kebutuhan siswa zaman sekarang ?

    BalasHapus
  30. Izin menanggapi pak Materi ini memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa matematika sebenarnya memiliki dua wajah yang sama pentingnya: sebagai keterampilan praktis dan sebagai disiplin mental. Saya setuju bahwa perdebatan tentang “untuk apa matematika diajarkan” tidak bisa dijawab hanya dari satu sudut pandang, karena pada kenyataannya kedua fungsi matematika saling melengkapi, bukan saling meniadakan.Di satu sisi, pandangan utilitarian melihat matematika sebagai alat penyelesaian masalah kehidupan nyata. Pendekatan ini masuk akal, terutama dalam konteks pendidikan modern yang menekankan kompetensi abad ke-21. Siswa memang perlu dibekali kemampuan numerasi, pengolahan data, pemecahan masalah, serta literasi keuangan yang relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Jika siswa tidak melihat keterkaitan matematika dengan pengalaman nyata, maka wajar jika mereka menganggap matematika sebagai pelajaran kering dan sulit. Oleh karena itu, gagasan bahwa matematika harus “bermanfaat” sangat penting dalam membangun motivasi belajar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lanjut pak Namun, materi ini juga menegaskan bahwa matematia bukan sekadar alat praktis; ia juga merupakan aktivitas mental yang mendalam, yang mengasah kemampuan berpikir abstrak, logika deduktif, serta imajinasi intelektual. Pandangan ini mengingatkan kita bahwa matematika memiliki unsur keindahan, kreativitas, dan struktur. Ketika siswa diajak memahami pola, struktur, atau hubungan antar-ide, mereka sedang dilatih untuk berpikir secara lebih logis, teratur, dan reflektif kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang lain.Keseimbangan dua pandangan ini sangat menarik. Seperti yang disampaikan Griffiths dan Howson, sejarah menunjukkan bahwa bangsa besar seperti Mesir kuno mampu memadukan matematika terapan dan matematika murni secara harmonis: matematika membantu mereka membangun peradaban, tetapi pada saat yang sama juga menjadi sumber prestise intelektual. Hal ini menunjukkan bahwa matematika selalu memiliki dimensi ganda: manfaat nyata dan nilai intelektual.

      Hapus
  31. Izin menanggapi lagi pak Materi ini juga relevan dengan konteks pendidikan masa kini, terutama ketika kurikulum sering kali lebih menekankan aspek utilitarian sementara aspek abstrak dianggap terlalu sulit bagi siswa sekolah dasar. Padahal, pengembangan pemikiran abstrak tidak harus melalui teorema rumit; bisa dimulai dari pola sederhana, permainan logika, eksplorasi bentuk, atau aktivitas yang mendorong cara berpikir analitis. Dengan demikian, kedua aspek matematika tetap bisa hadir dalam pembelajaran dasar, tanpa membuat siswa kewalahan.Pada akhirnya, komentar saya adalah bahwa materi ini mengingatkan kita bahwa matematika seharusnya tidak dipersempit menjadi hanya satu fungsi. Mengajarkan matematika secara bermakna adalah tentang membantu siswa memecahkan masalah kehidupan nyata dan membuka wawasan mereka terhadap keindahan cara kerja pikiran manusia. Ketika dua pendekatan ini berjalan berdampingan, matematika dapat menjadi pelajaran yang relevan, menantang, dan memuaskan secara intelektual.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak