Mengelola siswa yang terpengaruh trauma merupakan tugas yang membutuhkan keseimbangan yang cermat.
Sebagai pendidik, harus menyadari dampak masa lalu yang sulit, sambil berharap masa depan yang lebih baik bagi siswa. Terus berupaya menciptakan lingkungan yang aman untuk mereka berbagi cerita, namun tetap mempertahankan batas profesional. Di sisi lain, sebagai pendidik juga harus menjaga kesehatan mental diri juga sambil memberikan dukungan pada siswa. Meski berpusat pada ruang kelas, peran guru sangat bergantung pada dukungan dari komunitas guru-guru.
Terkait tentang trauma dan pembelajaran sosial emosional (SEL). Dua prinsip mendasar mencuat dari diskusi tersebut: pertama, pentingnya mendekati siswa sebagai individu dan membangun hubungan kuat serta personal yang dapat mendukung mereka yang terdampak trauma. Kedua, menciptakan hubungan ini menuntut adanya perubahan budaya yang lebih luas, di mana komunitas berkolaborasi untuk menyediakan ruang di mana siswa, guru, dan staf lainnya bisa berkembang.
Bahkan di kelas yang tampaknya tidak terpengaruh trauma, penting untuk tidak mengabaikan kemungkinan trauma pada siswa. Penelitian dari Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa trauma masa kecil lebih luas dari yang diperkirakan dan sering kali tak terlihat. Praktik yang sadar trauma dan pembelajaran sosial emosional sebenarnya bermanfaat bagi semua siswa, mendorong pengembangan kesadaran diri, empati, pengaturan diri, dan keterbukaan pada kerja tim. Zero to Three, organisasi nirlaba, menyarankan pendekatan "universal," di mana semua anak dianggap mungkin terkena dampak trauma dan memerlukan dukungan dalam pembelajaran sosial emosional.
Sejumlah studi mendukung pendekatan ini. Sebuah metastudi pada 2017 yang melibatkan lebih dari 97.000 siswa TK-SMA menemukan bahwa praktik SEL dapat meningkatkan prestasi akademik, mengurangi perilaku bermasalah, serta menurunkan tekanan emosional dalam jangka panjang.
Lalu, bagaimana kita bisa menyeimbangkan fokus pada kebutuhan individu dengan komitmen komunitas terhadap SEL yang peka trauma? Para pendidik dapat untuk:
Kenali Siswa Anda
Untuk mendukung siswa yang mengalami trauma, prioritas harus diberikan pada hubungan daripada isi pelajaran. Banyak pendidik menegaskan bahwa jika kita tidak memperhatikan trauma, maka siswa yang terganggu dan tidak fokus tidak akan mendapatkan manfaat dari kurikulum terbaik sekalipun. Saran mereka: hubungan yang personal adalah fondasi bagi SEL dan praktik yang sadar trauma.
Namun, dengan jumlah siswa yang berbeda-beda di setiap kelas, bagaimana guru dapat mengenali dan mendukung setiap siswa secara efektif? Jawabannya adalah dukungan kolektif, dengan pendekatan berbasis tim yang melibatkan seluruh sistem pendidikan. Menurut Mathew Portell, seorang kepala sekolah yang sadar trauma, penting untuk memahami bahwa setiap siswa merespons trauma dengan cara yang berbeda, dan mengenali kisah hidup mereka dapat membantu guru dalam memberikan dukungan yang tepat.
Trauma dapat muncul dalam berbagai bentuk perilaku yang sering kali disalahartikan sebagai gangguan. Misalnya, Sarah MacLaughlin mencatat bahwa kewaspadaan yang berlebihan bisa tampak seperti hiperaktif, sementara ketakutan bisa terlihat seperti agresi. Pentingnya memahami perilaku ini terlihat jelas dalam pengalaman Kareem Farah, seorang guru matematika, yang mengamati bahwa siswa yang mengalami kemiskinan sering kali mengekspresikan rasa sakit mereka melalui kemarahan.
Model Sekolah Secara Menyeluruh
Hubungan personal memang sangat penting, tetapi dampak dari hubungan ini akan lebih besar bila didukung oleh pendekatan di seluruh sekolah dan komunitas. Banyak pendidik yang menyarankan adanya konsistensi tim dalam penerapan pendekatan sadar trauma, di mana semua orang di sekolah, termasuk administrator dan staf, berkomitmen pada perubahan pola pikir ini. Dukungan ini memperkuat solidaritas dalam mendukung siswa secara berkelanjutan.
Sejumlah guru juga berbagi pendekatan yang bisa digunakan untuk menggalakkan keterlibatan staf. Di beberapa sekolah, pertemuan kelompok kecil digunakan untuk saling mendukung dan mengingatkan rekan kerja tentang pentingnya kesadaran akan trauma. Beberapa sekolah bahkan melibatkan semua staf dalam lingkaran pemulihan, memberikan pengalaman langsung dalam keterampilan sosial emosional yang diperlukan oleh siswa.
Fokus pada Kesejahteraan Guru
Sebagai pendidik, kita tidak boleh mengabaikan kebutuhan sosial dan emosional diri kita sendiri. Banyak pendidik dalam diskusi menyadari bahwa dukungan sosial emosional juga perlu dimulai dari guru. Dukungan ini tidak hanya membantu guru menangani dampak trauma tidak langsung, tetapi juga membangun ekosistem belajar yang sehat di mana semua anggota komunitas dapat berkembang. Menurut organisasi Move This World, perhatian pada kesejahteraan guru memungkinkan mereka untuk lebih siap dalam mendukung kebutuhan siswa secara autentik.
Akhirnya, tantangan yang dihadapi oleh para pendidik dalam mendukung siswa tidak dapat diatasi oleh sekolah sendiri. Diperlukan kerja sama dengan orang tua, konselor, dan pihak lain untuk membimbing siswa melalui tantangan. Sehingga, trauma dan pembelajaran sosial emosional (SEL) adalah tanggung jawab kita semua.
Referensi

Nama:Elisnawatie
BalasHapusKela:VD
NPM:2386206069
Izin menambahkan pak trauma bisa dialami sejak usia sangat dini, bahkan sebelum anak masuk sekolah. Pengalaman-pengalaman sulit seperti kehilangan, kekerasan, atau ketidakstabilan keluarga dapat meninggalkan jejak emosional yang memengaruhi cara anak belajar dan berinteraksi di kelas. Karena itu, penting bagi guru untuk memahami bahwa perilaku siswa seperti sulit fokus, mudah marah, atau tampak tidak peduli bisa jadi merupakan respons terhadap trauma yang telah dialami sebelumnya.Izin menambahkan pak bahwa trauma bisa dialami sejak usia sangat dini, bahkan sebelum anak masuk sekolah. Pengalaman-pengalaman sulit seperti kehilangan, kekerasan, atau ketidakstabilan keluarga dapat meninggalkan jejak emosional yang memengaruhi cara anak belajar dan berinteraksi di kelas. Karena itu, penting bagi guru untuk memahami bahwa perilaku siswa seperti sulit fokus, mudah marah, atau tampak tidak peduli bisa jadi merupakan respons terhadap trauma yang telah dialami sebelumnya.Izin menambahkan pak bahwa trauma bisa dialami sejak usia sangat dini, bahkan sebelum anak masuk sekolah. Pengalaman-pengalaman sulit seperti kehilangan, kekerasan, atau ketidakstabilan keluarga dapat meninggalkan jejak emosional yang memengaruhi cara anak belajar dan berinteraksi di kelas. Karena itu, penting bagi guru untuk memahami bahwa perilaku siswa seperti sulit fokus, mudah marah, atau tampak tidak peduli bisa jadi merupakan respons terhadap trauma yang telah dialami sebelumnya.Dengan dukungan dari seluruh pihak di sekolah, serta perhatian terhadap kesejahteraan guru, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang sadar trauma dan mampu mendukung siswa sejak tahap perkembangan paling awal.
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Izin menanggapi pak, terkait materi ini adalah sebagai guru kita harus menciptakan lingkungan nyaman aman dan mendukung siswa. Karena mengelola siswa yang memiliki trauma sangatlah mempengaruhi mental siswa dan kesehatannya. Sebagai guru Kita juga harus memperhatikan kesehatan mental siswanya. Karena kita tidak tahu bahwa anak tersebut mengalami trauma di mana saja baik di lingkungan keluarga ataupun lingkungan sekitarnya maka dari itu, penting untuk guru menerapkan dua prinsip yang ada pada materi di atas. Materi di atas juga mengajarkan kita untuk cara mengatasi masalah trauma salah satunya adalah melakukan pendekatan kepada siswa tersebut. selain itu juga materi ini memberi wawasan yang berguna tentang peran guru dan komunitas sekolah dalam membantu siswa yang mengalami trauma.
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Baik pak saya izin bertanya, pelatihan apa Pak atau materi apa yang paling membantu guru untuk menerapkan pendekatan trauma ini kususnya di sekolah dasar pak🙏
Hallo ka Isdi saya izin menjawab pertanyaanya ya.
Hapuskalo menurut saya materi yang dapat membantu guru untuk melakukan pendekatan trauma pada anak didik itu ialah mempelajari psikolog anak, biasanya kalo guru yang lulusan PGSD itu ada mata kuliah tentang mempelajari Psikologis anak, pertumbuhan dan perkembangan anak dan filsafat pendidikan, nah guru dengan lulusan ini bisa mengingat kembali mata kuliahnya agar dapat digunakan untuk menyelesaika permasalan ini.
Selain itu juga strategi yang di uraikan laman ini dapat dimanfaatkan oleh seorang guru untuk mengatasi trauma anak.
Nama : Putri Lestari Pinang
HapusNPM : 2386206081
Kelas : 5D PGSD
izin bantu menjawab dari pertanyaan Isdiana, Guru dapat mempelajari tentang pengertian trauma dan dampaknya pada siswa, sehingga mereka dapat memahami bagaimana trauma dapat mempengaruhi perilaku dan kemampuan belajar siswa. Mereka juga dapat belajar tentang strategi untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung, seperti membangun hubungan yang positif dengan siswa dan menyediakan ruang yang nyaman untuk siswa berbicara tentang perasaan mereka. Guru juga dapat mempelajari teknik pengelolaan emosi dan perilaku siswa yang mengalami trauma, sehingga mereka dapat membantu siswa mengelola perasaan dan perilaku mereka dengan lebih efektif. Dengan memahami dan menerapkan pendekatan trauma, guru dapat membantu siswa-siswi yang mengalami trauma untuk merasa lebih aman dan didukung, sehingga mereka dapat lebih fokus pada pembelajaran dan mencapai potensi mereka. Semoga membantu.
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Haloo isdiana izin menjawab yak Agar guru SD bisa menerapkan trauma-informed approach, pelatihan yang paling membantu adalah pelatihan yang mengajarkan guru mengenali tanda-tanda trauma pada anak, mengelola emosibaik untuk diri sendiri maupun siswa, membuat lingkungan kelas yang aman dan konsisten, serta berkomunikasi dengan empati. Selain itu, materi tentang cara menangani perilaku tanpa memicu stres, bekerja sama dengan orang tua, dan menjaga kesehatan mental guru juga sangat penting. Kombinasi materi-materi ini membantu guru memahami bahwa perilaku sulit sering berasal dari pengalaman anak, sehingga guru dapat merespons dengan cara yang lebih tenang, hangat, dan tidak menghakimi. Ini membuat kelas lebih aman, hubungan guru–siswa lebih kuat, dan proses belajar anak lebih optimal.
Saya itu kadang sedih ketika membaca berita yang berisikan pengalaman yang menyakitkan atau trauma pada anak didik, apalagi masih tingkatan sekolah dasar.
BalasHapusRasanya untuk umur yang masih dibilang sangat muda merupakan pukulan keras bagi anak didik tersebut untuk merasakan trauma, lebih kasihan lagi ketika siswa yang mengalami trauma ini masuk ke dalam lingkungan sekolah yang menganggap remeh rasa trauma itu , semakin bertubi-tubi rasa trauma itu tumbuh dalam diri siswa tersebut.
Sebagai calon pendidik saya sangat bersyukur mendapatkan uraian pada laman ini ,ini merupakan bekal saya ketika mendidik untuk mengenali apakah anak didik saya mempunyai trauma bawaan sejak dini ,dan dengan strategi yang diuraikan pada laman ini akan saya coba terapkan untuk anak didik saya.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNpm : 2386206086
Kelas : 5D
materi inii sangat penting menurut saya karena membahas sisi manusiawi dari Pendidikan yaitu bagaimana guru itu berperan tidak hanya sebagai pengajar saja , tetapi juga sebagai pendamping emosional bagi siswa yang mengalami trauma , mengelola siswa yang memiliki trauma itu memang membutuhkan keseimbangan antara empati, profesionalitas, dan Kesehatan mental guru itu sendiri , trauma pada anak sering kali tidak tampak secara langsung, tetapi mempengaruhi prilaku,emosi, dan kemampuan mereka untuk tetap focus belajat, anak yang tampak nakal , pendiam, atau mudah marah bisa jadi dia sedang berjuang dengan pengalaman masa lalu yang menyakitkan, karena itu, guru harus melihat prilaku anak , bukan karena sebagai masalah untuk disiplin , tetapi sebagai bentuk komunikasi dari luka batin yang belum sembuhmemang benar hubungan personal antara guru dan siswa merupakan kunci Utama , anak yang merasa aman , dihargai, dan di terima akan lebih mudah terbuka dan termotivasi untuk belajat, hubungan yang positif perlu dibangun tidak hanya oleh guru saja , tetapi juga seluruh warga sekolah , dukungan antar guru dan kolaborasi Bersama orang tua sangat dibutuhkan agar anak tidak merasa sendirian , mengelola siswa yang memiliki trauma itu bukan hanya soal mengubah prilaku merka saja , tetapi menciptakan lingkungan belajar yang aman , penuh empati, dan saling mendudkung , Ketika guru sadar pentinghnya pembelajar sosial emosional ( SEL ) , maka proses Pendidikan tidak hanya mencerdaskan pikiran saja , tetapi juga menyembuhkan hati dan membangun karakter.
Nama : Putri Lestari Pinang
BalasHapusNPM : 2386206081
Kelas : 5D PGSD
materi nya sangat bermanfaat pak, memang sebagai pendidik kita harus memperhatikan mengenai trauma dan pembelajaran sosial emosional siswa, supaya membangun erat hubungan dengan siswa agar mereka tidak trauma lagi dengan pembelajaran, juga mendorong pengembangan kesadaran diri, empati, dan pengaturan diri.
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Saya sangat setuju dengan apa yang Putri sampaikan pak. Sebagai pendidik, kita memang perlu memperhatikan kondisi sosial emosional siswa, termasuk pengalaman trauma yang mungkin mereka bawa ke sekolah. Ketika guru membangun hubungan yang hangat, aman, dan penuh kepercayaan, siswa akan merasa dihargai dan tidak lagi takut terhadap proses pembelajaran.Pendekatan ini juga membantu siswa mengembangkan kesadaran diri, empati, serta kemampuan mengatur emosi. Dengan begitu, mereka tidak hanya berkembang secara akademik, tetapi juga tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan siap menghadapi tantangan kehidupan.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Artikel ini buat saya makin paham kalau ternyata trauma itu bisa dialami siapa saja, terutama anak-anak. Artikel ini ngajak kita sebagai pendidik buat lebih peka dan sabar, karena anak yang punya trauma butuh ruang yang aman, bukan di tambah dengan tekanan. Pendekatan yang lembut..penuh kasih sayang.. dan bertahap pastinya, pasti bisa bantu mereka buat pulih lagi.
Kerennya lagi, seorang guru itu bukan cuma pengajar, tapi juga pendamping emosi. Saya punya pengalaman sendiri sewaktu mengajar bimbel. Kadang ada anak yang keliatannya 'malas' ternyata cuma taku salah. Jadi penting banget nih di inget buat kita-kita calon guru kalau nanti jadi guru, sebisa mungkin buat bangun suasana belajar yang hangat, supaya anak bisa berkembang tanpa rasa takut.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Ohh iyaa saya ada pertanyaan nih Pak. Teman-teman boleh bantu jawab yaa..
Saya rasa (masih ragu juga sih sebenarnya hehehe) salah satu murid saya tuh kaya punya trauma belajar gitu. Karena dia kaya ga semangat belajar, rasa ingin taunya kurang. Padahal kata orang tuanya waktu SD kelas 1 dia rajin anaknya (sekarang duduk dikelas 2). Sudah kurang lebih sebulan saya ngajar, tetap ga ada perubahan yang signifikan.
Pertanyaannya
Gimana yaa caranya membangun rasa aman dan percaya diri pada anak yang pernah trauma belajar, terutama saat mereka mulai belajar lagi dari nol?
Hallo ka Nabila saya izin menjawab pertanyaanya ya
Hapuskalo dari saya cara untuk mengatasi permasalahan tersebut ialah :
Yang pertama coba ka Nabila dekati anak muridnya secara intens, dengan cara ajak dulu bermain permainan kesukaannya 1/2 kali atau bahkan lebih ,nah sambil berjalanya waktu ketika anak didik tersebut sudah merasa nyaman baru deh coba ka Nabila tanyakan dengan pertanyaan yang tidak menyinggung perasaanya.
Lalu yang kedua coba kerjasama dengan orang tua anak didik tersebut, misalnya ka Nabila meminta orang tuanya untuk sering-sering mengajak anak tersebut jalan-jalan ketempat yang diinginkan untuk membangun hubungan yang lebih erat dan nyaman dan kalo bisa selalu menjadi tempat yang nyaman untuk bercerita,bertanya keadaan dan perasaan anak didik, supaya anak didik itu bisa terbuka tentang apa yang dia rasakan.
Dan untuk yang terakhir coba ka Nabila sedikit mengubah gaya pembelajaran, bisa dengan menggunakan gambar atau bahkan permainan serta bisa menggunakan cerita yang mengaitkan kegiatan sehari-hari peserta didik untuk menerangkan pembelajaran, supaya diia semakin semangat dan kembali aktif belajar.
semoga bermanfaat ka...
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Tanggapan saya dari materi yang di berikan, emang benar mengelola siswa yang terpengaruh trauma adalah tantangan yang kompleks bagi para pendidik. Dengan demikian, penting bagi guru untuk menyadari bahwa setiap siswa memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda. Trauma yang dialami anak-anak bisa muncul dalam berbagai bentuk perilaku, seperti kewaspadaan berlebihan yang sering kali disalahartikan sebagai hiperaktif. Oleh karena itu, membangun hubungan personal yang kuat dengan siswa menjadi prioritas utama. Dengan memahami kisah hidup mereka, guru dapat memberikan dukungan yang lebih tepat dan efektif, yang pada akhirnya dapat membantu siswa merasa lebih aman dan dihargai di lingkungan sekolah. Mungkin penting juga untuk menciptakan budaya sekolah yang mendukung dan peka terhadap trauma.Dari hal ini memerlukan kolaborasi antara guru, staf, dan seluruh komunitas sekolah. Pendekatan berbasis tim bisa menjadi solusi, di mana semua pihak terlibat dalam penerapan praktik yang sadar trauma. Misalnya, pertemuan rutin antar staf untuk saling mendukung dapat membantu menciptakan kesadaran dan konsistensi dalam menghadapi siswa yang mengalami trauma. Dengan cara ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan memahami kebutuhan semua siswa, bukan hanya yang terlihat terpengaruh trauma.
Nama: Nanda Vika Sari
BalasHapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Setelah saya membaca materi ini, menurut saya pada materi ini memberikan pemahaman yang luas/mendalam tentang betapa pentingnya pendekatan pembelajaran yang sadar trauma (trauma-informed education) serta kaitannya juga dengan pembelajaran emosional (SEL). Dan juga memberitahukan bahwa tugas guru bukan hanya mengajar tentang materi akademik, namun juga harus mendampingi siswa secara emosional, khususnya mereka yang pernah/sedang mengalami pengalaman traumatis.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Nanda sudah sangat tepat bahwa tugas guru kini melampaui akademik, yaitu mendampingi siswa secara emosional, apalagi yang punya pengalaman traumatis. Tambahan dari saya, ini menuntut adanya perubahan budaya sekolah secara menyeluruh, di mana semua orang di sekolah, termasuk staf dan administrator, harus memiliki pemahaman yang sama tentang pendekatan sadar trauma. Hal ini penting karena dampak dari hubungan personal guru akan lebih besar bila didukung oleh konsistensi tim dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan suportif secara berkelanjutan.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Menurut saya, mengelola siswa yang punya trauma memang butuh kesabaran dan empati tinggi titik guru harus bisa memahami latar belakang setiap anak karena pengalaman masa lalu bisa sangat mempengaruhi cara mereka belajar. Kalau guru bisa dekat secara emosional dengan siswanya maka anak jadi lebih nyaman dan lebih percaya kepada gurunya. Hal ini bikin mereka lebih berani mencoba dan tidak takut untuk salah. Jadi, hubungan yang hangat antara guru dan siswa itu adalah kunci penting guru dalam membantu anak yang punya trauma.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Saya setuju pak kalau sekolah perlu punya budaya yang peduli dan peka terhadap emosional anak semua pihak di sekolah bukan cuma guru tapi juga harus bekerja sama menciptakan lingkungan yang aman dan suportir. Dengan begitu anak yang punya pengalaman sulit merasa diterima dan lebih dihargai. Kadang yang dibutuhkan siswa bukan hanya nasehat panjang, tetapi juga rasa aman dan diterima apa adanya pada lingkungan sekolah baik dari guru atau maupun teman mereka sendiri. Kalau di sekolah memiliki suasana positif semangat belajar anak pasti ikut tumbuh.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Selain fokus ke siswa kesejahteraan guru juga nggak kalah penting. Guru yang stres atau kelelahan akan sulit untuk memberikan dukungan emosional pada anak-anaknya. Oleh karena itu di sekolah perlu memberi ruang bagi guru untuk beristirahat, berbagi cerita, dan saling mendukung. Kalau guru merasa tenang dan dihargai mereka bisa lebih sabar menghadapi siswa dengan trauma. Jadi kesehatan mental guru dan siswa harus berjalan seiringan supaya proses belajar bisa berjalan baik.
Terima kasih banyak, Bapak, atas materi yang sangat relevan dan mencerahkan mengenai pengelolaan siswa dengan trauma belajar. Penekanan pada pendekatan yang sensitif terhadap trauma (trauma-informed approach) adalah kunci yang sangat kami butuhkan di lapangan
BalasHapusNama: Rosidah
HapusNpm: 2386206034
Kelas: 5B (PGSD)
Izin menanggapi ya Rakinah, saya setuju dengan tanggapan kamu, bahwa pendekatan yang sensitif terhadap trauma memang sangat dibutuhkan dilapangan, apalagi kondisi siswa yang saat ini semakin beragam dan komplek.
Sedikit tambahan dari saya, satu hal penting yang saya pelajari dari materi ini adalah bahwa guru tidak harus selalu menyelesaikan trauma siswa, tetapi bisa menyediakan ruang aman agar siswa merasa didengar.
Semoga ilmu ini, bisa kita terapkan ketika nanti terjun langsung ke sekolah ya😊
Nama: Nur Sinta
BalasHapusNPM: 2386206033
Kelas: 5B PGSD
Izin menanggapi pak...
Mengelola siswa yang mengalami trauma sangat penting karena berpengaruh dengan mental dan proses belajar siswa, namun kita perlu pertimbangan yang cermat dalam mengelola siswa yang mengalami trauma salah satunya dengan cara praktik pembelajaran sosial emosional (SEL) yang sudah di dukung sejumlah studi, pendekatan sadar trauma dan kenali siswa atau latar belakang siswa melalui orang tuanya. Namun jangan lupakan diri sendiri juga harus menjaga kesehatan mental sebagai pendidik, masalah trauma memang berat jadi perlu banyak orang terlibat untuk membimbing siswa melalui tantangan pastinya harus di mulai dari lingkungan yang sehat
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Sinta sudah sangat tepat, bahwa mengelola siswa dengan trauma itu butuh pertimbangan cermat dengan pendekatan sadar trauma, dan kesehatan mental guru juga harus dijaga. Tambahan dari saya, penerapan pendekatan sadar trauma ini harus dilakukan secara universal oleh seluruh sekolah, bukan cuma guru tertentu, karena semua anak mungkin terdampak trauma. Konsistensi tim ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang hangat, aman, dan saling mendukung di mana guru bisa bekerja sama dengan orang tua, sehingga potensi belajar siswa bisa terbuka secara berkelanjutan.
Nama:Arjuna
BalasHapusNpm: 2386206018
Kelas: 5A
Menurut saya, isi tulisan ini kena sekali, karena kadang kita lupa kalau ada siswa yang datang ke kelas dengan beban masa lalu yang tidak kelihatan. Mereka tetap belajar, tapi hatinya belum tentu tenang. Tugas guru bukan cuma ngajar, tapi juga ngerti kondisi mereka.Yang penting, kelas dibuat aman, nggak menghakimi, dan siswa merasa didengar. Walaupun begitu, guru tetap perlu menjaga batas profesional. Intinya, kita berusaha jadi orang dewasa yang bisa mereka percaya tanpa membuat mereka merasa terbebani.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Arjuna sangat kena, bahwa guru harus menjadi orang dewasa yang bisa dipercaya dan memastikan siswa merasa didengar dan aman di kelas. Tambahan dari saya, peran ini menuntut kita untuk memperhatikan perilaku sebagai ekspresi trauma. Perilaku yang terlihat agresif atau terlalu waspada itu seringkali adalah ekspresi rasa sakit atau ketakutan dari pengalaman sulit di masa lalu. Dengan mengubah cara pandang ini, guru dapat merespons dengan empati dan dukungan personal, bukan dengan penghakiman atau hukuman, sehingga lingkungan aman yang Arjuna sebutkan benar-benar tercipta.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Hmmm saat membaca materi ini saya jadi mengingat kembali trauma saya saat masih kecil dan trauma itu yang membuat saya selalu kepikiran hingga sekarang.jika mengingat kembali saya rasanya ingin menangis kembali;(tapi mau bagaimana pun kehidupan harus tetap berjalan kita sebagai manusia hanya bisa iklas menerima semuanya.
kembali ke materi dari materi yang saya baca bahwa memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana trauma dapat memengaruhi siswa di sekolah dan mengapa penting bagi guru untuk memiliki pemahaman yang baik tentang hal ini. pendekatan yang menekankan pada dukungan emosional dan sosial, serta kerjasama antara guru, staf sekolah, dan komunitas, sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi siswa yang mengalami trauma.matri ini juga mengingatkan kita bahwa setiap siswa unik dan mungkin membutuhkan dukungan yang berbeda-beda, sehingga penting bagi guru untuk mengenal siswa mereka secara individual.dengan mengelola siswa yang mengalami trauma adalah tugas yang kompleks dan membutuhkan kesabaran, pemahaman, dan kerjasama dari semua pihak.dengan menciptakan lingkungan sekolah yang aman, mendukung, dan inklusif, kita dapat membantu siswa yang mengalami trauma pulih, membangun ketahanan, dan mencapai potensi penuh mereka.pendidikan yang berfokus pada kesejahteraan emosional dan sosial (SEL) kunci untuk menciptakan lingkungan seperti itu.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM:2386206009
Kelas : V A PGSD
Tambahan lagi terkait materi ini jadi,materi ini juga menyoroti pentingnya kesejahteraan guru dalam mendukung siswa yang mengalami trauma. guru yang sehat secara emosional akan lebih mampu memberikan dukungan yang efektif kepada siswa mereka.oleh karena itu, sekolah perlu memberikan dukungan kepada guru agar mereka dapat menjaga kesejahteraan mereka sendiri dan menghindari kelelahan.serta materi ini tuh mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan hanya tentang akademik, tetapi juga tentang membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang penting untuk keberhasilan dalam hidup.dengan memberikan dukungan yang tepat kepada siswa yang mengalami trauma, kita dapat membantu mereka membangun masa depan yang lebih baik dan berkontribusi positif kepada masyarakat.
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusNPM : 2386206048
Kelas : 5 C
berarti kesimpulannya literasi siswa tidak akan optimal tanpa ada kesejahteraan emosional yang kokoh. Hubungan personal dan solidaritas sekolah dalam menerapkan pendekatan tanpa sadar trauma adalah kunci untuk membuka potensi belajar siswa secara berkelanjutan.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Dita sangat benar, bahwa literasi dan belajar tidak akan optimal tanpa kesejahteraan emosional yang kokoh. Tambahan dari saya, untuk menciptakan kesejahteraan emosional ini, kunci utamanya adalah solidaritas sekolah dalam menerapkan pendekatan sadar trauma yang Dita sebutkan. Artinya, semua orang di sekolah (guru, staf, administrasi) harus punya pemahaman yang sama, karena dukungan kolektif ini akan memperkuat hubungan personal yang diberikan guru di kelas. Hanya dengan konsistensi tim ini, lingkungan yang aman bisa tercipta, dan potensi belajar siswa bisa terbuka secara berkelanjutan.
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusKelas : 5 C
NPM : 2386206048
Izin bertanya pak, jika kesejahteraan siswa adalah tanggung jawab bersama,langkah nyata apa yang paling mendesak yang harus di lakukan oleh seluruh staf sekolah tanpa terkecuali untuk membangun budaya sekolah yang sadar trauma?
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Haloo Dita izin menjawab ya Langkah paling mendesak untuk membangun budaya sekolah yang sadar trauma adalah membuat lingkungan yang aman dan konsisten. Caranya: semua staf menyapa siswa dengan ramah, menggunakan komunikasi lembut, tidak mempermalukan, menjaga suasana sekolah tetap tenang, menerapkan aturan yang sama, memberi ruang tenang bagi siswa yang kewalahan, dan segera melaporkan perubahan perilaku siswa. Jika seluruh staf melakukan ini bersama-sama, sekolah menjadi tempat yang aman bagi semua anak.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Materi ini membahas pendekatan penting dalam pendidikan yang disebut "Praktik Sadar Trauma" (Trauma-Informed Practices), menekankan bahwa pengelolaan siswa yang terdampak trauma memerlukan keseimbangan antara dukungan individu dan komitmen komunitas (SEL) untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung. Trauma masa kecil tersebar luas dan sering tidak terlihat, sehingga pendekatan "universal" (menganggap semua anak mungkin terdampak) dan praktik sadar trauma sangat penting untuk semua siswa.
• Praktik sadar trauma dan Pembelajaran Sosial Emosional (SEL) saling mendukung dan bermanfaat bagi semua siswa, meningkatkan prestasi akademik, dan mengurangi perilaku bermasalah.
• Hubungan personal yang kuat antara guru dan siswa adalah fondasi utama untuk mendukung siswa yang mengalami trauma, bahkan lebih penting daripada kurikulum.
• Perilaku yang sering disalahartikan sebagai "gangguan" (misalnya, hiperaktif, agresi, kemarahan) sering kali merupakan manifestasi dari trauma, kewaspadaan berlebihan, atau rasa sakit.
• Dukungan efektif memerlukan pendekatan menyeluruh di tingkat sekolah dan komunitas, di mana semua staf (termasuk administrator) berkomitmen pada perubahan pola pikir sadar trauma.
• Kesejahteraan guru adalah kunci; guru harus didukung secara sosial dan emosional agar dapat mendukung siswa secara autentik (mencegah secondary trauma).jadi kesimpulan dari materi diatas adalah Kesimpulan utama adalah bahwa mendukung siswa yang terdampak trauma adalah tanggung jawab kolektif yang menuntut perubahan budaya sekolah menjadi lingkungan yang sadar trauma, berbasis hubungan, dan fokus pada kesejahteraan menyeluruh.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Dalam konteks pendekatan universal sadar trauma, jelaskan dua strategi SEL spesifik yang dapat diterapkan oleh guru di dalam kelas setiap hari, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri (self-awareness) dan regulasi diri (self-regulation) siswa, terlepas dari status trauma mereka?
Nama : Zakky Setiawan
BalasHapusNPM : ( 2386206066 )
Kelas : 5C
Menjadi persoalan yang sulit untuk mebuat peserta didik mengatasi trauma dalam belajar terkhususnya matematika, dengan adanya materi ini bisa membuat guru paham bagaimana cara untuk mengatasinya, saya sangat setuju dengan perlahan-lahan guru memciptakan susana belajar yang asik,dan cara guru mengajar agar perlahan-lahan peserta didik mau belajar
Nama : Zakky Setiawan
HapusNPM : ( 2386206066 )
Kelas : 5C
Sedikit menambahkan, memang sulit tapi perlahan-lahan hal positif yang dilakukan guru akan berdampak baik bagi peserta didik, bisa di cari tau dari orang tua atau peserta didik itu sendiri mengapa bisa sampai trauma akan belajar, jika sudah dapt informasi, baru guru membuat cara agar anak tersebut mau belajar lagi dan perlahan mulai lupa dengan trauma tersebut
Nama:Imelda Rizky Putri
BalasHapusNpm:2386206024
Kelas:5B
Setelah saya membaca materi ini, peran seorang guru juga sangat penting dalam mengelola siswa yang memiliki trauma, guru juga harus menjadi pendengar yang baik untuk siswa, menciptakan lingkungan yang aman untuk mereka berbagi cerita dan guru juga harus memberikan dukungan pada siswa agar siswa tidak merasa sendiri.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusNama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Imelda sudah sangat benar, bahwa peran guru sebagai pendengar yang baik dan pencipta lingkungan aman itu adalah kunci dalam membantu siswa trauma. Tambahan dari saya, peran ini menuntut guru untuk memahami perilaku siswa sebagai ekspresi dari trauma. Jadi, perilaku yang terlihat negatif seperti kewaspadaan berlebihan, hiperaktif, atau agresi seringkali adalah ekspresi rasa sakit atau ketakutan dari pengalaman sulit di masa lalu. Dengan memandang perilaku dari sudut pandang ini, guru dapat merespons dengan empati dan dukungan personal, alih-alih dengan hukuman, sehingga siswa benar-benar merasa didukung dan tidak sendirian.
Nama: Margaretha Elintia
BalasHapusKelas: 5C PGSD
Npm: 2386206055
Saya setuju terkait pembahasan di atas bahwa membangun hubungan yang baik dengan siswa adalah kunci utama, kalau guru sudah dekat dan di percaya siswa yang punya trauma pasti dirinya akan merasa lebih aman, mau terbuka dan belajar.
Nama: Margartha Elintia
HapusKelas: 5C PGSD
Npm: 2386206055
dan dari pernyataan di atas, saya ingin bertanya yaitu apa ciri-ciri yang paling mudah yang bisa kita lihat dari siswa yang sedang merasakan trauma, karena sering kali terlihat seperti mereka cuman nakal atau malas?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Hallo margaretha izin menjawab yh. Menurut aku, ciri-ciri siswa yang lagi mengalami trauma itu sebenarnya sering kelihatan seperti nakal atau malas, padahal mereka sedang berjuang dengan perasaan yang berat. Biasanya mereka jadi gampang marah atau gelisah, susah fokus saat belajar, sering menghindari tugas karena merasa kewalahan, dan kadang bereaksi berlebihan terhadap hal-hal kecil. Ada juga yang jadi menarik diri dari teman-temannya atau malah terlihat agresif. Jadi menurut aku, perilaku mereka itu bukan semata-mata karena nggak mau belajar, tapi lebih karena ada beban emosional yang mereka belum bisa ceritakan atau atasi, makanya guru perlu lebih peka dan mencoba memahami apa yang sebenarnya sedang mereka rasakan.
Terimakasih😊
Nama:Elisnawatie
BalasHapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Haloo Margaretha menurut aku gimana si caranya kita mengetahui anak itu memilikiciri ciri trauma nahh ciri cirinya itu bisa kita tandai dengan:
1.Mudah cemas atau takut
Terlihat tegang saat mendapat tugas baru atau ketika ditegur,Sering merasa salah meski belum melakukan apa-apa
2.Mudah marah atau meledak secara emosional Reaksi berlebihan terhadap hal kecil,Cepat tersinggung atau agresif
3.Tampak tidak fokus atau melamun
Sulit berkonsentrasi saat belajar,sering terlihat seperti “tidak peduli”
4.Tidak mau mencoba karena takut gagal
Lebih memilih diam, menyendiri, atau menjauh dari teman dan guru
5.Perubahan perilaku tiba-tiba Dari aktif menjadi pendiam, atau sebaliknya , Pola makan atau tidur (sering mengantuk) ikut berubah
6.Perfeksionis atau takut membuat kesalahanSelalu ingin benar dan panik jika salah,Bisa jadi terlalu bergantung pada guruMenghindar dari tugas atau interaks
Izin menambahkan ya Trauma sering muncul sebagai fight, flight, freeze, atau fawn:
Fight: marah, melawan, tampak nakal
Flight: menghindar, pergi, tidak mau terlibat
Freeze: diam membeku, terlihat malas
Fawn: selalu ingin menyenangkan orang lain agar aman.
Semoga membantu🙏🏻
Nama : Erlynda Yuna Nurviah
BalasHapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206035
Dari materi yang bapak berikan saya menyimpulkan bahwa mengelola siswa yang punya trauma belajar itu sangat penting, karena terkadang guru mungkin ada yang hanya fokus dengan materi tetapi tidak dengan personal siswa. Karena sebuah trauma dalam belajar bisa timbul akibat sebuah kejadian saat belajar misalnya trauma saat gagal berulang ( mendapat nilai yang rendah, susah memahami materi, medapatkan nilai yang rendah), dan trauma karena dimarahi atau dipermalukan( ditertawakan teman , salah menjawab ) dan lain sebagainya . Sebagai seorang guru kita perlu membangun rasa aman sebelum membangun pemahaman dengan menggunakan bhasa yang lebut , memberi ruang bagi siswa, serta menyediakanaktivitas yang sederhana dan konkret secara bertahap. Dan intinya proses pembelajaran harus membuat siswa merasa dihargai.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Erlynda sudah sangat akurat, bahwa rasa aman dan perasaan dihargai itu adalah fondasi utama untuk siswa yang punya trauma belajar. Tambahan dari saya, cara paling penting untuk membangun rasa aman itu adalah dengan mengubah cara pandang guru terhadap perilaku siswa. Guru harus ingat bahwa perilaku yang terlihat hiperaktif, melawan, atau agresif itu seringkali adalah ekspresi dari rasa sakit, ketakutan, atau trauma di masa lalu, bukan sekadar kenakalan biasa. Dengan memahami cerita hidup siswa dan melihat perilaku sebagai ekspresi trauma, guru bisa merespons dengan empati dan dukungan, alih-alih dengan hukuman, sehingga lingkungan yang aman dan membuat siswa dihargai bisa benar-benar tercipta.
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Izin menanggapi pak, setelah membaca kembli materi di atas. Menurut aku, selain soal bikin lingkungan belajar yang nyaman, materi di atas juga nunjukkin kalau ngadepin siswa yang punya trauma itu nggak bisa cuma ngandelin guru aja pak. Semua orang di sekolah—kayak guru lain, staf, bahkan orang tua—perlu kerja sama biar anak yang lagi kesulitan ini ngerasa aman. Soalnya tiap siswa beda-beda cara mereka nanggepin trauma, jadi nggak bisa disamain. Di materi tadi juga dibilang kalau hubungan yang dekat sama siswa itu penting banget, tapi hasilnya bakal lebih kerasa kalau seluruh sekolah punya pemahaman yang sama tentang pentingnya dukungan emosional. Aku juga setuju kalau guru harus jaga kesehatan mental diri sendiri dulu, karena kalau gurunya stabil, pasti lebih siap bantu siswa dengan sabar dan bener-bener ngerti kondisi mereka. Jadi intinya, kalau mau bantu siswa yang lagi ngalamin trauma, semuanya harus saling dukung dan bangun suasana sekolah yang peduli satu sama lain🙏🏻.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Isdiana sudah sangat tepat, bahwa menangani siswa dengan trauma itu tidak bisa cuma mengandalkan guru kelas, tapi harus didukung oleh seluruh sistem sekola agar konsisten. Tambahan dari saya, kolaborasi ini harus didasari oleh pendekatan universal di mana semua staf punya kesadaran trauma dan menyadari bahwa trauma itu luas dan seringkali tidak terlihat. Ini penting karena dukungan personal guru akan lebih berdampak jika didukung oleh konsistensi tim dalam penerapan pendekatan sadar trauma di seluruh sekolah. Dan ya, guru harus menjaga kesehatan mentalnya sendiri agar bisa mendukung siswa secara otentik.
Nama: Rosidah
BalasHapusNpm: 2386206034
Kelas: 5B (PGSD)
Hal yang saya suka dari materi diatas adalah penekanan pada dukungan untuk guru, kadang banyak orang lupa, guru juga manusia yang punya batas energi dan perasaan, kalau guru terus-terusan menghadapi siswa dengan banyak masalah tanpa dukungan, tentu mereka akan kewalahan.
Dalam pendekatan sadar trauma ini bukan cuma soal metode mengajar, tapi tentang membangun lingkungan sekolah yang hangat, aman dan saling mendukung.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Rosidah sangat tepat, bahwa dalam menghadapi siswa dengan trauma, guru juga manusia yang butuh dukungan, dan pendekatan sadar trauma ini harus jadi budaya sekolah secara menyeluruh. Tambahan dari saya, dukungan ini penting banget karena guru yang merasa aman dan didukung akan lebih siap untuk memberikan dukungan sosial emosional yang otentik kepada siswa. Ini bukan cuma tentang guru menangani masalah siswa, tapi juga tentang membangun ekosistem belajar yang sehat di mana semua anggota komunitas, termasuk guru, merasa bisa berkembang dan tidak kewalahan.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Menurut saya, materi tentang pengelolaan siswa dengan trauma ini sangat penting dan up-to-date dengan kebutuhan pendidikan sekarang. Intinya, guru dan sekolah harus menyadari bahwa pengalaman sulit di masa lalu siswa bisa mengganggu proses belajar mereka di kelas, bahkan jika kurikulumnya sudah bagus. Jadi, sebelum kita fokus ke pelajaran atau materi akademik, prioritas utama guru haruslah membangun hubungan pribadi yang kuat dan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan suportif. Hal ini sejalan dengan Pembelajaran Sosial Emosional yang semakin ditekankan, karena EQ dan rasa aman adalah fondasi bagi siswa untuk bisa menyerap ilmu.
Praktik sadar trauma ini bukan cuma tugas guru di kelas, tapi harus jadi budaya seluruh sekolah. Semua staf, mulai dari guru, administrator, sampai karyawan lain, harus sadar bahwa setiap anak mungkin terdampak trauma dan membutuhkan dukungan. Ini juga berarti kita harus bisa melihat perilaku nakal atau hiperaktif itu sebagai ekspresi rasa sakit atau takut, bukan sekadar kenakalan biasa. Terakhir, guru juga tidak boleh lupa menjaga kesehatan mental diri sendiri, karena guru yang sehat secara emosional baru bisa mendukung siswa secara otentik.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
materi tentang trauma dan SEL ini juga menunjukkan bahwa guru harus mengubah cara pandang mereka terhadap perilaku siswa. Penting bagi guru untuk tidak mengabaikan kemungkinan adanya trauma pada siswa, bahkan di kelas yang terlihat normal. Kita harus mulai melihat perilaku yang tampak seperti hiperaktif atau agresi itu sebagai cara siswa mengekspresikan rasa sakit atau dampak dari pengalaman sulit di masa lalu. Dengan mengubah pandangan ini, guru bisa merespons dengan empati dan dukungan, alih-alih dengan hukuman, sehingga kita benar-benar bisa mendukung kebutuhan siswa secara otentik. Ini berarti hubungan personal antara guru dan siswa harus menjadi prioritas di atas konten pelajaran.
Nama : Naida Dwi Nur Herlianawati
BalasHapusKelas : 5 B
Npm : 2386206042
setuju pak, Materi ini seperti panduan yang sangat peduli pada kemanusiaan dalam dunia pendidikan. Mengajar itu bukan cuma kasih ilmu di otak, tapi juga membantu siswa jadi pribadi yang utuh, punya hati dan bekal kemampuan buat hidup. Dan ini semua bukan tugas guru saja, tapi harus jadi tanggung jawab kita semua di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Terima kasih bapak telah memberikan materi ini, setelah saya membaca materi bapak ini, saya jadi lebih paham ternyata peran pendidik itu sangat luas ya, enggak cuma fokus ke kurikulum dan nilai saja. Di bagian awal materi, bapak sudah menjelaskan kalau mengelola siswa yang punya trauma itu butuh keseimbangan yang cermat. Intinya, kita sebagai calon guru harus sadar betul dengan masa lalu siswa yang sulit, tapi di saat yang sama harus tetap profesional dan menjaga batasan. Saya setuju sekali sama dua prinsip dasar terkait Trauma-Informed Teaching dan SEL Pembelajaran Sosial Emosional yang ditekankan di materi bapak ini. Prinsip pertama soal membangun hubungan kuat dan personal dengan siswa itu memang penting banget. Menurut saya, kalau siswa sudah merasa aman dan dekat dengan gurunya, baru deh mereka bisa fokus belajar. Sama seperti kita, kalau ke dosen sudah nyaman, mau bertanya atau diskusi juga lebih gampang. Prinsip kedua, tentang menciptakan perubahan budaya yang lebih luas di komunitas. Ini berarti kita enggak bisa kerja sendirian. Sekolah harus jadi lingkungan yang aman, dan semua pihak guru, staf, bahkan sesama siswa harus kolaborasi. Jadi, PR ini memang tanggung jawab bersama, bukan hanya guru mata pelajaran saja. Salut sama materi yang sudah mengingatkan kita untuk menjaga kesehatan mental diri juga sebagai pendidik, itu point yang sering terlupakan.
BalasHapusDisini saya juga mau menanggapi materi bapak pada bagian tengah materi ini, terutama tentang Kenali Siswa Anda dan bagaimana kita perlu menanggapi trauma yang muncul dalam perilaku siswa. Materi ini benar-benar menekankan bahwa hubungan personal harus jadi prioritas utama di atas isi pelajaran, terutama untuk siswa yang mengalami trauma. Itu logika yang masuk akal, bapak. Kalau fondasi hubungan aman itu belum ada, sebagus apa pun kurikulumnya, siswa enggak akan bisa menyerap pelajarannya. Buktinya, materi ini juga menyebut bahwa fokus harus dimulai dari mengenal kisah hidup mereka, karena setiap siswa merespons trauma dengan cara yang berbeda. Bagian yang menarik adalah tentang trauma yang sering disalahartikan sebagai gangguan. Saya baru tahu kalau perilaku seperti hiperaktif atau marah itu bisa jadi ekspresi dari rasa sakit atau kesulitan yang mereka alami, misalnya karena kemiskinan. Ini jadi pengingat buat saya nanti sebagai calon guru untuk tidak gampang melabeli siswa nakal atau bermasalah, tapi justru mencari tahu akar masalahnya. Dan solusi untuk menangani banyak siswa dalam satu kelas, yaitu dukungan kolektif berbasis tim, itu ide yang bagus. Guru tidak perlu menanggung beban ini sendirian, tapi melibatkan seluruh sistem sekolah. Ini membuat peran kita sebagai guru jadi lebih ringan dan hasilnya lebih konsisten.
BalasHapusDisini saya ijin menangapi materi bapak tentang Kesejahteraan Guru dan kesimpulan bahwa SEL serta trauma adalah tanggung jawab kita semua. Jujur, saya sangat menghargai materi ini karena tidak hanya fokus ke siswa, tapi juga ke guru. Seringkali kita dengar guru harus ikhlas dan mengutamakan siswa, tapi materi ini mengingatkan bahwa kesejahteraan sosial dan emosional guru itu juga penting. Dukungan emosional dan sosial harus dimulai dari guru itu sendiri, karena guru yang sehat secara mental dan emosional akan jauh lebih siap dan tulus dalam mendukung kebutuhan siswanya. Ini bukan soal egois, tapi soal kesiapan. Kalau gurunya saja sudah kosong, bagaimana bisa mengisi siswanya?. Lalu, bagian penutup yang menyatakan bahwa tantangan ini tidak bisa diatasi oleh sekolah sendiri, saya rasa sangat realistis. Dibutuhkan kerja sama dengan orang tua, konselor, dan pihak lain. Ini menegaskan bahwa pendidikan itu adalah urusan semua orang di komunitas. Jadi, kalau nanti saya jadi guru, saya harus siap untuk berkolaborasi dengan banyak pihak agar siswa yang trauma bisa dibimbing dengan baik. Intinya, penanganan trauma dan SEL itu memang tugas bersama. Terima kasih, Bapak, materi ini sangat membuka wawasan.
BalasHapusNAMA : KORNELIA SUMIATY
BalasHapusNPM : 2386206059
KELAS : 5B PGSD
Mengelola siswa yang punya pengalaman trauma itu butuh keseimbangan. Sebagai guru, kita harus peka sama masa lalu mereka, tapi tetap optimis sama perkembangan mereka ke depan. Kita juga perlu bikin kelas yang aman buat mereka bercerita, tapi tetap punya batas profesional. Di saat yang sama, guru juga harus jaga kesehatan mental diri sendiri. Intinya, dukungan dari guru itu sangat penting.
Dalam konteks trauma dan pembelajaran sosial emosional (SEL), ada dua hal besar yang perlu diingat:
Perlakukan siswa sebagai individu dan bangun hubungan yang kuat,
Perubahan ini harus jadi budaya sekolah, bukan hanya tugas guru tertentu.
Meskipun kelihatannya kelas aman-aman saja, trauma itu sering tidak terlihat.
Nama: Yormatiana Datu Limbong
BalasHapusKelas : 5C
Npm : 2386206082
izin menanggapi pak,Materi ini penting banget,ternyata trauma anak sering tidak terlihat. Kuncinya bukan cuma di kurikulum, tapi di hubungan personal guru dan siswa. Semua staf sekolah wajib kompak menerapkan pendekatan sadar trauma. Guru juga harus menjaga kesehatan mental diri.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Izin menanggapi lagi jadi,materi ini bener-bener ngebuka mata kita tentang betapa pentingnya guru-guru itu sadar kalau trauma itu bisa jadi penghalang besar buat proses belajar anak-anak. Kadang kita suka fokus sama nilai akademis aja, padahal kondisi mental dan emosional siswa itu juga penting banget.guru harus lebih peka sama tanda-tanda yang mungkin nunjukkin kalau ada siswa yang lagi berjuang sama traumanya.dengan begitu, guru bisa ngasih dukungan yang tepat dan ngebantu siswa buat tetep semangat belajar.penting banget guru-guru sadar kalau trauma itu bisa ganggu banget proses belajar anak.jadi, guru harus lebih peka dan bantu siswa yang lagi susah.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Pendekatan SEL (Sosial Emosional) ini menurut saya tuh keren banget, karena nggak cuma fokus sama aspek kognitif aja, tapi juga ngembangin kemampuan siswa buat lebih kenal diri sendiri, ngatur emosi, dan berinteraksi sama orang lain.nah tapi, yang perlu diinget, penerapannya nggak boleh asal-asalan.sekolah harus punya program SEL yang terstruktur dan guru-guru juga harus dilatih biar bisa ngimplementasiinnya dengan efektif. Kalau nggak, bisa-bisa malah nggak ada efeknya sama sekali.pendekatan SEL (Sosial Emosional) ini keren sih, bisa bantu siswa lebih kenal diri sendiri dan ngatur emosi.tapi, penerapannya harus bener-bener diperhatiin, jangan asal-asalan.pendekatan SEL itu cara yang bagus buat ngembangin kemampuan sosial dan emosional siswa.tapi, butuh komitmen dan kerjasama dari semua pihak.
Nama : Maria Ritna Tato
BalasHapusNPM : 2386206009
Kels : V A PGSD
Nahhhh,kerjasama antara guru, sekolah, dan orang tua itu menurutku kunci utama buat ngebantu siswa yang punya trauma.sekolah nggak bisa jalan sendiri, orang tua juga nggak bisa lepas tangan.harus ada komunikasi yang baik dan saling pengertian antara semua pihak. misalnya nih, guru bisa ngasih tau orang tua tentang perkembangan siswa di sekolah, dan orang tua juga bisa cerita ke guru tentang kondisi siswa di rumah.dengan begitu, penanganan yang diberikan bisa lebih komprehensif dan sesuai sama kebutuhan siswa.penting buat sekolah punya lingkungan yang aman dan nyaman buat siswa.biar mereka nggak takut buat cerita masalahnya.
Nama : Mari Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Tidak semua siswa nunjukkin trauma dengan cara yang sama.ada yang jadi pendiem dan menarik diri dari lingkungan, tapi ada juga yang malah jadi lebih aktif atau bahkan agresif.guru harus jeli banget ngeliat perubahan perilaku siswa, sekecil apapun itu.jangan langsung nge-judge atau ngasih hukuman kalau ada siswa yang tiba-tiba berubah.coba cari tau dulu apa penyebabnya, siapa tau dia lagi butuh bantuan.guru harus terus belajar dan ningkatin kemampuan buat ngenalin dan nanganin siswa yang punya trauma.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Tamabahan sedikit lagi,menurut saya selain ngebantu siswa yang udah kena trauma, sekolah juga harus punya program pencegahan.misalnya, ngadain workshop atau seminar tentang kesehatan mental buat siswa dan guru. atau, bikin kegiatan-kegiatan yang bisa ningkatin rasa percaya diri dan harga diri siswa.dengan begitu, diharapkan bisa ngurangin risiko terjadinya trauma di kalangan siswa.dengan penanganan yang tepat, siswa yang punya trauma bisa tetep berprestasi dan meraih cita-citanya.