Sejarah Istilah “Computational Thinking”
Istilah “computational thinking” pertama kali digunakan dalam konteks pendidikan matematika pada tahun 1967, berhubungan dengan bahasa pemrograman Logo yang dikembangkan oleh Seymour Papert, Cynthia Solomon, dan Wally Feurzeig. Pada masa itu, tujuan utama pemrograman adalah memahami cara kerja bahasa komputasi, dengan fokus awal pada pengembangan cara berpikir anak-anak mengenai "bagaimana" dan "mengapa" mereka memprogram.
Papert dan timnya melakukan eksperimen untuk menganalisis bagaimana anak-anak mengendalikan pergerakan robot menggunakan instruksi dari bahasa Logo. Robot tersebut dilengkapi pena yang dapat menggambar jalurnya di atas kertas, menghasilkan bentuk-bentuk geometris, misalnya.
Melalui eksperimen ini, Papert dan timnya mengembangkan teori pembelajaran yang disebut Konstruksionisme (Constructionism), yang merupakan cabang dari konstruktivisme Piaget. Secara umum, pendekatan ini menganggap siswa mampu membangun pengetahuan mereka sendiri melalui "tindakan", menciptakan objek konkret yang dapat dibagikan dengan bimbingan guru (Papert, 1985).
Implementasi Awal di Brasil
Pada tahun 1980, eksperimen dengan bahasa Logo dilakukan di Brasil di bawah bimbingan peneliti seperti José Armando Valente dan Léa Fagundes, bekerja sama dengan sistem pendidikan negeri dan swasta. Namun, konstruksionisme dan bahasa pemrograman Logo tidak mendapat perhatian luas dalam praktik sekolah. Hal ini disebabkan, antara lain, keterbatasan laboratorium di sekolah dan model penggunaan komputer (Valente, 1996).
Pergeseran Fokus pada 1990-an
Pada 1990-an, perhatian utama para peneliti beralih ke pertanyaan: untuk apa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) digunakan? Fokus pada periode ini bukan pada pemrograman itu sendiri, melainkan pada penerapan alat-alat yang sudah tersedia. Akibatnya, istilah “computational thinking” dan bahasa yang terkait dengannya kehilangan daya tarik di bidang pendidikan matematika, digantikan oleh internet dan berbagai aplikasi lainnya. Namun, para ilmuwan komputer tetap mempelajari tema ini sebagai area kajian tersendiri.
“Computational Literacy” dan Perspektif Baru
Menurut diSessa (2000), komputer dapat menjadi dasar teknis bagi jenis literasi baru, yang ia sebut sebagai “computational literacy”. Berbeda dengan “computer literacy”, computational literacy merujuk pada penggunaan komputer secara alami sesuai dengan kebutuhan pribadi dan profesional yang terus berkembang.
Melalui proses ini, komputer menjadi alat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, sekaligus berguna untuk mengembangkan bahasa dan konsep lainnya. Dalam perspektif ini, Blikstein (2008) mengusulkan bahwa konsep-konsep ilmiah dan matematis, misalnya, dapat disederhanakan melalui representasi simbolik dan bahasa komputasi.
Relevansi dalam Pendidikan Matematika
Akibatnya, TIK memperoleh fungsi dan perspektif baru dalam pendidikan matematika. Peneliti mulai menganalisis pentingnya merefleksikan di sekolah tentang "bagaimana" dan "mengapa" kita menggunakan TIK tertentu untuk mencapai tujuan dan tindakan sehari-hari. Argumen ini semakin mendapat perhatian melalui artikel yang diterbitkan oleh Jeanette Wing pada tahun 2006. Dalam artikelnya, Wing menyoroti pentingnya berpikir dengan teknologi, bukan hanya menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Royal Society (2012, hlm. 29) mendeskripsikan computational thinking sebagai "proses mengenali aspek-aspek komputasi di dunia yang mengelilingi kita dan menerapkan alat serta teknik ilmu komputer untuk memahami dan menganalisis sistem dan proses alam maupun buatan."
Definisi-definisi ini bersifat operasional, tetapi menunjukkan bahwa pemahaman computational thinking erat kaitannya dengan "mengembangkan pendekatan computational thinking yang sesuai untuk siswa K-12," seperti yang dinyatakan dalam laporan Computer Science Teachers Association (CSTA) (Seehorn, 2011, hlm. 10).
Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Italia, meskipun belum ada konsep spesifik yang terkait dengan computational thinking, relevansi pengembangan pola pikir ini dalam pendidikan telah banyak diteliti. Beberapa publikasi mengakui manfaat dan cakupan pendidikan yang dapat diberikan oleh pola pikir ini (Barr & Stephenson, 2011; Denning, 2009; Hu, 2011; Wing, 2006, 2008, 2011).
Dalam penelitian pustaka yang bertujuan mendefinisikan pendekatan terhadap istilah computational thinking, ditemukan bahwa meskipun telah ada berbagai studi yang menjelaskan pentingnya pola pikir ini dalam pendidikan, istilah tersebut masih belum memiliki definisi atau pendekatan yang seragam dalam seluruh karya ilmiah. Dalam beberapa penelitian, computational thinking sepenuhnya terkait dengan ilmu komputer. Namun, dalam studi seperti yang diusulkan oleh Wing (2006, 2011), terdapat upaya untuk memisahkan computational thinking dari eksklusivitas ilmu komputer. Dengan fokus yang berbeda, penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan pengembangan pola pikir ini dalam pendidikan. Dengan demikian, pemrograman, yang dulunya merupakan bagian mendasar dari computational thinking, tidak lagi menjadi fitur yang paling signifikan seperti pada bahasa "Logo".
Menghadapi tantangan dalam mendefinisikan dan membangun konsep computational thinking yang umum, CSTA dan International Society for Technology in Education (ISTE) mengusulkan sembilan konsep esensial yang terkait dengan computational thinking, yaitu: pengumpulan data, analisis data, representasi dan analisis data, dekomposisi masalah, abstraksi, algoritma dan prosedur, otomasi, paralelisasi, dan simulasi (CSTA, 2011).
Meskipun telah ada banyak upaya untuk mendefinisikan istilah ini, belum ada konsensus konseptual tentang apa sebenarnya computational thinking itu. Meskipun istilah ini telah dimasukkan dalam kurikulum beberapa negara yang dimana semua referensi terhadap istilah tersebut hanya ditemukan dalam konteks matematika.
Terus, bagaimana penerapan di Indonesia? Tentunya juga ada! Karena, berpikir komputasi berkaitan dengan matematika dan pastinya akan diterapkan dari Sabang sampai Merauke. Kapan Waktunya? kita tunggu saja dan akan di bahas dalam tulisan mendatang.
Referensi

Nama : lsdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Izin menanggapi materi di atas pak menurut saya materi ini sangat bagus karena melatih cara berpikir anak dan cara bagaimana anak anak dapat memahami setiap langkah yang mereka kerjakan dan bagaimana mana mereka dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Pertanyaan saya pak mengapa pemrograman Logo dianggap penting dan mengapa pembelajarannya difokuskan pada anak-anak.
Menurut saya pak, hal ini sangat susah karena pemrograman ini berkaitan dengan logika dan cara yang cukup rumit. Bagaimana anak-anak, khususnya di jenjang sekolah dasar, dapat memahami konsep tersebut.dan bagaimana cara penerapan pemrograman ini bisa diterapkan di tingkat SD🙏
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNpm : 2386206086
Kelas : 5D
Materi ini memberikan gambaran yang sangat menarik tentang bagaimana sih konsep berpikir itu berkembang dari masa ke masa .
Ternyata berpikir komputasi bukan sekedar belajar coding atau pemerograman saja tetapi juga gimana cara berpikir sistematis untuk memecahkan masalah , saya tertarik pada bagian yang menjelaskan bagaimana pada istilah computational thingking sempat kehilangan fokus ketika perhatian beralih ke penggunaan teknologi yang lebih praktis dari pada abad tahun 1990 an , namun pemikiran jeanette wing bisa menghidupkan kembali ide - ide bahwa teknologi itu seharusnya tidak hanya digunakan saja tetapi juga bisa dipahami secara mendalam melalui proses berpikir yang komputasional , ya ini bukan hanya sekedar memakai alat digital saja tetapi memahami Logika di balik cara alat itu untuk bekerja.
Penerapan berpikir komputasi ini memang belum banyak yang paham secara utuh tentang berpikir komputasi ya memang akan menjadi tantangan , berpikir komputasi ini bisa sekali menjadi jembatan untuk memiliki kemampuan kreatif siswa , saya berharap ya dapat di terapkan di dunia pendidikan secara luas .
Saya telah membaca laman yang memiliki tema sama yaitu mengenal computational thinking part 1 dan sekarang ketemu part 2, dari sini kita belajar bahwa mengemukakan teori atau temuan membutuhkan waktu yang sangat panjang, malahan sudah melewati waktu yang panjang pun belum bisa menetukan akhir atau final nya dari computational thinking ini. Benar-benar istilah yang belum bisa dipecahkan.
BalasHapusPada laman ini saya tertarik dengan subtopik relevansi dalam pendidikan matematika, khusunya pada bagian peneliti mulai menganalisis pentinya merefleksikan kata bagaimana dan mengapa disekolah kenapa ? menurut saya merefleksikan kata bagiamana ini memiliki banyak arti ketika kita bertanya pada diri sendiri, misalnya bagaimana hal ini dapat terjadi, bagaimana cara saya memahami materi,bagaimana saya dapat menyelesaikan masalah ini. Dan sangat erat keterkaitannya dengan kata mengapa, seperti mengapa hal ini terjadi, mengapa saya harus memahami materi, dan mengapa saya harus menyelsaikan ini.
HapusTanpa kita sadari dengan 2 kata ini bisa membuat kita sadar, membuat diri kita berpikri akar permaslahan dan penyelsaian permasalahan. ini sangat baik diterapkan akan dapat menjadi pukulan tersendiri bagi peserta didik yang susah diatur.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Jadi setelah membaca materi di atas dapat kita ketahui bahwa istilah komputational thinking pertama kali muncul dari para ahli yang ingin membuat cara berpikir manusia terstruktur seperti komputer. awal mulanya konsep ini banyak diterapkan di Brazil sebagai bagian dari percobaan pendidikan teknologi. Para ahli mencoba mengajarkan anak-anak untuk tidak hanya menggunakan komputer tapi juga memahami cara berpikir di baliknya jadi di tahun 1990-an fokusnya mulai berubah para peneliti lebih menyoroti untuk apa sebenarnya teknologi informasi dan komunikasi digunakan di dalam kehidupan sehari-hari kita dari penelitian itu muncul ide tentang komputational literasi apa sih itu komputational literasi yaitu kemampuan untuk berpikir lebih masuk akal dan analisis tanpa harus jadi seorang ahli komputer. Kemudian ini dianggap penting terutama dalam dunia pendidikan seperti di pembelajaran matematika yang butuh cara berpikir lebih kritis dan sistematis.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Saya ingin bertanya bagaimana pandangan bapak/teman-teman tentang penerapan komputasional thinking di sekolah dasar yang belum memiliki fasilitas komputer yang memadai.
Dan juga apa perbedaan antara computational thinking dan computational literasi dalam konteks pembelajaran di era modern ini?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Izin menjawab yah andi nurfika, menurut saya untuk penerapan computational thinking ini di SD yang belum memiliki komputer yaitu kita dapat melatih nya melalui kegiatan sehari-hari, yaitu dengan mengajar siswa menyusun langkah- langkah membuat sesuatu, ataupun mengelompokkan benda berdasarkan polanya. Dengan fokusnya adalah untuk melatih cara berpikir logis dan sistematis siswa.
Selanjutnya untuk perbedaan computational thinking dan computational literasi adalah untuk computational thinking ini menekankan pada cara berpikir untuk memecahkan suatu masalah. Sedangkan computational literasi ini berkaitan dengan kemampuan menggunakan alat atau bahasa komputer untuk mengekspresikan ide.
Jadi computational thinking ini bisa dilatih tanpa menggunakan komputer, baru itu meningkatkan nya ke literasi jika sarana sudah mendukung
Nama:elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:VD
Izin menjawab pertanyaan di atas Menurut saya, penerapan computational thinking (berpikir komputasional) tidak selalu harus bergantung pada adanya komputer. Meskipun fasilitas di sekolah dasar belum memadai, guru tetap dapat melatih cara berpikir komputasional melalui kegiatan sederhana seperti permainan logika, pemecahan masalah, penyusunan langkah-langkah kegiatan (algoritma), atau proyek berbasis kolaborasi. Inti dari computational thinking adalah cara berpikir sistematis dan terstruktur dalam menyelesaikan masalah, bukan semata-mata kemampuan menggunakan komputer. Dengan pendekatan kreatif, guru dapat menumbuhkan kemampuan ini bahkan tanpa perangkat teknologi canggih
nama : bangkit dwi prasetyo
Hapuskelas : 5b
npm : 2386206044
izin menjawab juga ya andi nurfika, Menurut saya, penerapan computational thinking di sekolah dasar yang belum memiliki fasilitas komputer tetap dapat dilakukan melalui kegiatan sederhana tanpa teknologi. Misalnya dengan melatih siswa menyusun langkah-langkah kerja secara runtut, memecahkan masalah dengan mencari pola, dan belajar menyederhanakan masalah yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil.
Perbedaan computational thinking dengan computational literasi adalah:
Computational thinking lebih menekankan pada cara berpikir dalam menyelesaikan masalah.
Computational literasi berkaitan dengan kemampuan menggunakan perangkat komputer atau teknologi digital.
Di era modern, computational thinking menjadi sangat penting karena membantu siswa terbiasa berpikir terstruktur dan siap menghadapi pembelajaran berbasis teknologi di masa depan.
Nama: Zakky Setiawan
BalasHapusNPM: ( 2386206066 )
Kelas: 5C
Dilihat pada tahun 1990, TIK telah digunakan untuk mengaitkan dengan berpikir komputasi mengapa, dan bagaimana itu sebabnya sangat relevan untuk matematika, karena untuk mencari tau mengapa hasil dari suatu perkalian bisa begini, dan bagaimana jawabannya bisa begitu, itu semua bagiaan dari kepuasan diri
Nama: Zakky Setiawan
HapusNPM: ( 2386206066 )
Kelas: 5C
Izin menambahkan, berpikir komputasi dalam TIK sendiri itu sebenarnya untuk mencari tau, ada loh fungsi dan pandangan baru terhadap TIK yang digunakan sampai sekarang, hal itu sangat membantu dan sangat memudahkan untuk orang yang menggunakan komputer untuk segala hal
Nama: Stevani
BalasHapusNPM: (2386206045)
Kelas: V C PGSD
WELL part 2 guys sejujurnya diera sekarang ada baik dan buruk nya semua serba digital dan mudah tapi begini sudah yang Tuhan atur untuk kehidupan manusia di muka bumi ini, Mengenal sejarah berpikir komputasi membuat saya sadar bahwa konsep ini jauh lebih tua dari yang saya kira m
eskipun istilah computational thinking baru populer pada tahun 2006, prinsip prinsipnya seperti pemecahan masalah sistematis, pengenalan pola, dan algoritma sudah ada sejak zaman itu,
I have questions mr! bagaimana kita bisa mengajarkan berpikir komputasi pada anak-anak yang belum bisa membaca atau berhitung?? dannn apakah berpikir komputasi bisa terlalu kaku jika diterapkan secara berlebihan dalam pendidikan, sehingga mengurangi kreativitas siswa??
HapusNama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206058
Halo kak stevani izin menjawab yh, Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
Kelas : VB PGSD
Npm : 2386206058
Halo kak Aprilina Awing kalo menurutku, computational thinking ini bisa banget diterapkan di pelajaran lain, bukan cuma di matematika saja. Karena soalnya inti dari berpikir komputasional itu adalah melatih cara berpikir logis, sistematis, dan mencari solusi langkah demi langkah. Contohnya di IPA, siswa bisa memecah proses percobaan jadi tahapan-tahapan kecil. Di IPS juga bisa dipakai saat menganalisis data atau mencari pola dalam peristiwa sosial. Jadi, prinsipnya tetap sama, hanya penerapannya yang menyesuaikan dengan bidangnya🙏🏻
Terima kasih bapak,Materi Computational Thinking (CT) bagian kedua ini sangat mencerahkan, terutama penjelasan mengenai abstraksi dan pengenalan pola. Pengaplikasiannya dalam contoh sehari-hari membuat konsep yang awalnya terasa berat menjadi sangat mudah dipahami.
BalasHapusNama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Awalnya waktu saya scrol buat memilih artikel mana yang mau saya baca hari ini dan saya membaca judul computational thinking, saya mengira artikel ini cuma akan membahas tentang komputer saja. Tapi setelah membaca artikel part 1 dan part 2 ini, saya jadi berpikir kalau cara berpikir ini bisa dipakai siapa saja, bahkan untuk anak SD sekalipun.
Istilah ini punya sejarah yang panjang sekali yaa ternyata. Dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang sudah disebutkan tadi dan harapannya bisa diterapkan di berbagai bidang.
Bagian yang menurut saya paling menarik itu, pedekatan ini bisa masuk ke pelajaran apapun, ga harus matematika atau komputer. Jadi, computational thinking itu fleksibel banget dan bisa disesuaikan dengan gaya belajar masing-masing anak.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Dan untuk saya dan teman-temanku calon pendidik, ilmu ini tuh bisa jadi bekal yang keren banget buat kita nanti merancang pembelajaran yang seru dan bermakna.
Semoga pendekatan ini bisa masuk ke pendidikan Indonesia, bisa masuk ke sekolah-sekolah dasar dengan cara yang sederhana dan dekat sama dunia anak, supaya anak-anak Indonesia tumbuh menjadi generasi yang pintar mikir, bukan cuma pintar ngafal.
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM :2386206113
Pak, kalau saya baca dari materinya, ternyata istilah computational thinking itu udah lama banget munculnya ya, bahkan sejak tahun 1967. Awalnya fokusnya bukan kayak sekarang yang banyak dipakai untuk teknologi modern, tapi lebih ke cara anak-anak berpikir lewat pemrograman Logo. Trus makin ke sini konsepnya makin luas, apalagi setelah pemikiran dari Jeanette Wing yang bilang kalau berpikir komputasi itu bukan cuma soal ngoding, tapi gimana kita bisa melihat masalah dengan pola pikir komputasi.
Menarik juga, Pak, karena beberapa negara sudah mulai masukin ini ke kurikulum mereka, meskipun definisinya masih belum seragam. Ternyata banyak pakar yang nganggap computational thinking ini bisa bantu banget dalam pendidikan, khususnya matematika. Jadi lebih ke gimana anak itu bisa menganalisis, memecah masalah, sampai berpikir lebih sistematis. Kalau di Indonesia sih, sepertinya arahnya juga akan ke sana, cuma mungkin implementasinya belum merata dan masih menunggu regulasi atau kurikulum baru.
Nama : Aprilina Awing
HapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Pak, apakah computational thinking ini nantinya akan dibedakan secara jelas dari pemrograman ketika diterapkan di kurikulum Indonesia?
Soalnya dari materi kayaknya arah global sudah mulai misahin dua hal itu.
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206058
Halo kak Aprilina Awing kalo menurutku, computational thinking memang awalnya berhubungan sama pemrograman, tapi sekarang lebih luas. Bukan cuma soal nulis kode, tapi tentang gimana cara kita berpikir logis dan terstruktur buat nyelesain masalahnya. Kalau di kurikulum Indonesia nanti, aku rasa ini bisa diterapkan di banyak pelajaran, bukan cuma di komputer. Jadi mungkin ke depannya computational thinking dan pemrograman bakal dipisahin biar siswa bisa belajar cara berpikirnya dulu sebelum praktik coding-nya🙏🏻
Nama:Elisnawatie
HapusNpm:2386206069
Kelas:5D
Haloo aprilina izin menjawab ya menurut saya computational thinking (CT) dan pemrograman memang akan dibedakan secara lebih jelas dalam kurikulum Indonesia, mengikuti arah perkembangan global. CT diposisikan sebagai cara berpikiryang membantu siswa memecah masalah, mencari pola, membuat generalisasi, dan menyusun langkah-langkah solusi. Sementara itu, pemrograman hanyalah salah satu alat atau praktik yang dapat digunakan untuk melatih CT, tetapi bukan satu-satunya cara.
Kurikulum Indonesia, khususnya Kurikulum Merdeka, sudah mulai menerapkan pemisahan ini dengan menempatkan CT sebagai bagian dari kompetensi berpikir kritis dalam Profil Pelajar Pancasila, serta memisahkannya dari kemampuan teknis pemrograman dalam mata pelajaran Informatika. Dengan pendekatan ini, guru dapat mengajarkan CT di berbagai mata pelajaran tanpa harus selalu menggunakan komputer, dan pemrograman bisa menjadi topik tersendiri yang tidak wajib diterapkan di semua kelas.
Intinya, arah kurikulum Indonesia saat ini menunjukkan bahwa CT bukanlah “mengajarkan coding”, tetapi mengembangkan cara berpikir siswa agar lebih logis, sistematis, dan kreatif.
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Aprilina Awing, menurut sepengetahuan saya iya betul sekali awing arahan global itu memanglah memisahkan CT dari pemrograman, dan dari sepengetahuan saya besar kemungkinannya kalau indonesia itu juga akanlah mengikuti pola yang sama itu. CT itu hanyalah berfokus pada bagaimana cara berpikir dan juga cara untuk memecahkan sebuah masalah, sedangkan pada pemrograman itu hanyalah sebuah alat untuk melatihnya saja.
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Oh iya pak, saya juga ingin tahu lebih lanjut Pak, apakah computational thinking ini bisa diterapkan juga pada mata pelajaran lain selain matematika?
Misalnya di IPA atau IPS, apa masih relevan, Pak?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206058
Halo kak Aprilina Awing kalo menurutku, computational thinking ini bisa banget diterapkan di pelajaran lain, bukan cuma di matematika saja. Soalnya inti dari berpikir komputasional itu adalah melatih cara berpikir logis, sistematis, dan mencari solusi langkah demi langkah. Contohnya di IPA, siswa bisa memecah proses percobaan jadi tahapan-tahapan kecil. Di IPS juga bisa dipakai saat menganalisis data atau mencari pola dalam peristiwa sosial. Jadi, prinsipnya tetap sama, hanya penerapannya yang menyesuaikan dengan bidangnya🙏🏻
Nama:Elisnawatie
HapusKelas:5D
NPM:2386206069
Haloo aprilina izin menjawab yaa menurut saya bisaa banget dong di terapkan dalam pembelajaran yang lain,bukanncuman matematika ajaa tau. computational thinking sangat bisa diterapkan di IPA, IPS, dan mata pelajaran lainnya.
Justru CT membuat pembelajaran lebih bermakna karena membantu siswa melihat pola, berpikir logis, dan menyelesaikan masalah secara terstruktur—apa pun pelajarannya
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm:2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Aprilina Awing, menurut sepengetahuan yang saya ketahui itu sangat bisa dan juga sangatlah releven, CT itu bukanlah hanya sekedar untuk di mata pelajaran matematika atau komputer saja, namun juga berupa suatu pola pikir yang bisa di pakai di semua mata pelajara, contohnya seperti di mata pelajaran ipa yaitu bisa untuk menganalisi sebuah proses dan juga pola, lalu bisa juga di mata pelajaran ips yaitu bisa untuk menganalisis sebuah proses, lalu bisa juga untuk memahami sebuah data dan juga memecahkan suatu masalah sosial.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Izin menanggapi materi diatas pak setelah saya baca dan saya pahami materi diatas Materi ini memberikan tinjauan historis dan konseptual yang sangat mendalam mengenai evolusi istilah Computational Thinking (CT) pak, mulai dari akarnya di bahasa pemrograman Logo dan teori Konstruksionisme Seymour Papert, hingga relevansinya saat ini sebagai literasi esensial (Computational Literacy) yang lepas dari eksklusivitas ilmu komputer.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Izin menanggapi lagi pak
Mengintegrasikan 9 Konsep Esensial CT. Guru secara sengaja merancang aktivitas yang melatih Dekomposisi (memecah masalah), Abstraksi (mengabaikan detail tidak relevan), dan Algoritma (langkah-langkah solusi) dalam berbagai mata pelajaran, bukan hanya Ilmu Komputer.
Memodelkan Pendekatan Pemecahan Masalah Komputasi. Guru memodelkan bagaimana menerapkan proses pemecahan masalah (seperti membuat algoritma untuk kegiatan sehari-hari atau menyederhanakan masalah kompleks melalui abstraksi) menggunakan metode Think Aloud (berpikir keras).
Menganalisis Prosedur dan Representasi Siswa. Mengobservasi Representasi Data dan Algoritma/Prosedur yang dibuat siswa (baik dalam bentuk flowchart sederhana, langkah-langkah tertulis, atau kode) untuk menilai sejauh mana mereka menguasai konsep CT.
Komitmen untuk Mengembangkan Computational Literacy. Berkomitmen untuk melatih siswa menggunakan komputer sebagai alat alami untuk menciptakan pengetahuan dan memecahkan masalah pribadi/profesional (sesuai perspektif diSessa), bukan sekadar alat konsumsi.
Nama: Nanda Vika Satri
BalasHapusNpm: 2386206053
Kelas: 2386206053
Setelah saya membaca materi ini, menurut saya materi ini memberikan gambaran yang cukup jelas tentang perkembangan konsep computational thinking dari masa ke masa dan relevansinya dalam pendidikan, khususnya matematika. Penerapan konsep ini di indonesia akan sangat penting untuk menyiapkan generasi yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan berpikir kritis dalam menghadapi tantangan abad ke-21.
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
BalasHapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
hmm ternyata CT ini memiliki perjalanan hidup yang panjang sampai dengan sekarang. Dan anaul (analisa aul) pada part 1 ternyata ada benarnya bahwa CT ini punya hubungan yg kuat sama MTK. Tapi karena semua hal punya history perjalanan ternyata juga asal muasal CT ini dari komputer. Dan sampai sekarang perjalanan hidup CT belum terselesaikan.
(58)
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Tapi ya, dari perjalanan panjang hidup si CT ini saya ngerasa waktu itu kayak hectic banget. Kayak si CT lagi mencari jati dirinya tapi yg diteliti sama peneliti-peneliti itu hihi. Dan, sederhananya si CT sering banget masuk pikiran kita sebagai sistem. Dan temennya, si CLiteracy ternyata berbaur dengan kehidupan kita sehari hari karna kita selalu menggunakannya. Kayak darah yang selalu ngalir di badan manusia (tak terpisahkan maksudnya wkwkwk).
(59)
Nama:syahrul
BalasHapusKelas:5D
NPM:2386206092
Saya baru tau setelah membaca artikel ini kalau ternyata istilah Computational Thinking ini sudah lama ada.Awalnya saya kira klau CT ini cuma kayak ilmu komputer. Namun, tokoh seperti Jeanette Wing menjelaskan telah memasukkan konsep ini ke pendidikan secara lebih luas, bukan eksklusif untuk anak-anak programmer. Intinya, fokusnya bergeser. Dulu CT identik dengan coding pakai bahasa pemrograman seperti Logo, tapi sekarang programming tidak lagi jadi fitur utamanya, melainkan hanya salah satu bagian.
Nama:Syahrul
BalasHapusKelas:5D
Npm:2386206092
Menariknya ternyata CT ini pertama kali muncul di pendidikan matematika pada tahun 1967 loh terkait dengan bahasa pemrograman Logo yang dikembangkan Seymour Papert. Tujuan awalnya tuh sebenarnya sederhana kayak membantu anak-anak memahami cara kerja komputer dan alasan di balik pemrograman. Namun, fokus ini bergeser tajam di era 90-an.Para peneliti mulai bertanya mengapa dan bagaimana Teknologi Informasi dan Komunikasi bisa digunakan di luar pemrograman. Pergeseran ini juga menyebabkan memunculkan konsep Computational Literacy, di mana komputer dipandang sebagai alat yang terintegrasi dan digunakan secara alami untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bukan lagi alat yang hanya fokus pada pelajaran pemrograman.
Nama: Margaretha Elintia
BalasHapusKelas: 5C PGSD
NPM: 2386206055
izin menanggapi ya pak, materi yang di bahas saat ini sangat menarik karena membahas asal usul computational itu dari mana dan ternyata konsepnya sudah ada dari lama walau pun sempat berubah-rubah fokusnya, biarpun seperti itu inti dari CT tetap sama yaitu cara berpikir yang rapi dan terstruktur untuk menyelesaikan masalah.
Nama: Nur Sinta
BalasHapusNPM: 2386206033
Kelas: 5B PGSD
Ternyata sejarahnya sudah lama ya tentang berpikir komputasi ini dan berpikir komputasi juga berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme yaitu membangun pengetahuan sendiri melalui menciptakan objek nyata, computational thinking merujuk pada pentingnya berpikir dengan teknologi serta ada berbagai studi yang menjelaskan pentingnya pola pikir ini dalam pendidikan namun ternyata belum ada konsep yang spesifik dengan computational thinking namun walaupun begitu pola pikir ini sangat bermanfaat sehingga diteliti terus sampai menemukan konsep yang spesifik dengan pola pikir kompetisi ini
Nama : Erlynda Yuna Nurviah
BalasHapusNpm : 2386206035
Kelas : VB PGSD
Setelah saya baca konsep berpikir komputasi ini sudah ada sejak lama dan bukan hal yang baru, yang berfokus pada memahami cara kerja bahasa komputasi atau pemograman yang bertujuan untuk mengembangkan pola pikir anak - anak, keterkaitanya dengan konstruksionisme mengajarkan siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui tindakan, Dalam hal ini anak - anak tidak hanya belajar tentang program tetapi juga belajar melalui proses membuat program tersebut. Jadi tujuan dari materi yang saya baca yaitu pembelajaran komputasi ini mengubah cara berpikir dan bukan sekedar mengajarkan penggunaan alat saja (program).
Penjelasan tentang computational literacy sangat membantu. Selama ini saya kira hanya soal bisa menggunakan komputer, ternyata lebih luas dan berkaitan dengan cara berpikir sistematis.
BalasHapusMenurut saya, konsep dekomposisi, abstraksi, dan algoritma memang sangat cocok diterapkan di sekolah. Ini bisa melatih siswa berpikir lebih logis dan terstruktur dalam menyelesaikan masalah.
BalasHapusNama : Miftahul hasanah
BalasHapuskelas : 5C
Npm : 2386206040
Izin bertanya, Pak. Saya masih agak bingung soal computational thinking ini. Dari penjelasan tadi kayaknya konsepnya luas banget dan belum ada definisi yang benar-benar disepakati. Sebenarnya bagian mana dulu yang paling masuk akal untuk mulai dikenalkan ke siswa? Soalnya takutnya kalau mulai dari pemrograman langsung, malah jadi terasa berat buat mereka.
Nama :Dita Ayu Safarila
HapusKelas : 5C
NPM : 2386206048
izin menjawab pertanyaan dari mifta sesuai pengetahuan saya.
Computational thingking yaitu belajar menjadi pemecah masalah yang baik dan logis,ini bukan hanya untuk program mer tetapi keterampilan berpikir logis yang sangat berguna di smua bidang,melalu permainan,teka teki dan kegiatan kelompok yang melatih mereka untuk memecahkan masalah atau menyusun langkah langkah karena ini bisa di pahami oleh anak SD-SMA,mungkin kalau sd caranya agar lebih di permudah dan soal lebih sederhana karna masih tingkat rendah. terimakasih
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Miftahul Hasanah, menurut sepengetahuan yang saya ketahui bagian yang paling aman dan juga masuk akal itu untuk memulai digunakan ke para siswa itu ialah cara berpikir dulu, bukan pemrogramannya, yaitu dari decompostion/memecahkan sebuah masalah, lalu pattern decompostion/mengenali sebuah pola, lalu abstraction/mengambil sebuah inti yang penting, lalu algorithmic thinking/ menyusun sebuah langkah yang cukup logis, pemrograman bisa dikarenakan setelah para siswanya itu nyaman dengan empat cara berpikir ini dulu.
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusKelas : 2386206048
Kelas : 5C
berati materi ini membahas dengan cara berpikir untuk memecahkan masalah besar dengan memecahnya menjadi bagian bagian kecil. dan juga menjelaskan bahwa pertama kali muncul tahun 1967 dalam konteks pendidikan matematika,terkait dengan bahasa pemrograman logo yang di kembangkan oleh seymour papert
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Dita sudah sangat tepat karena menyoroti dua hal penting pemecahan masalah besar menjadi bagian kecil dan asal mula CT di pendidikan matematika tahun 1967. Menurut saya, hal yang menarik di sini adalah bagaimana konsep memecah masalah (dekomposisi masalah) yang disebut Dita itu sekarang jadi salah satu dari sembilan konsep esensial CT yang disepakati oleh CSTA dan ISTE. Ini membuktikan bahwa ide awal CT yang terkait dengan bahasa pemrograman Logo itu memang masih sangat relevan sampai sekarang. Intinya, nggak peduli kita pakai bahasa coding apa, kemampuan dasar untuk memecah dan menganalisis itu tetap jadi kunci utama dari berpikir komputasi.
Biar siswa kita benar-benar bisa memecahkan masalah besar secara efektif seperti yang Dita bilang, kita harus lihat perkembangan definisi CT saat ini. Materi ini menjelaskan kalau sekarang ada upaya untuk memisahkan CT dari eksklusivitas ilmu komputer. CT tidak lagi cuma soal ngoding yang dulu terkait dengan Logo, tapi sudah jadi literasi baru yang disebut computational literacy. Ini artinya, CT sekarang dipandang sebagai proses mengenali aspek komputasi di dunia dan menggunakan teknik ilmu komputer untuk menganalisis sistem alam maupun buatan. Jadi, CT benar-benar melatih logika dan bikin siswa jadi terampil nemuin solusi efektif di kehidupan sehari-hari.
Nama: Maya Apriyani
BalasHapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Dari bacaan ini saya dapat melihat betapa pentingnya kita harus mengajarkan siswa itu tentang mengapa dan bagaimana. Kenapa ada bacaan ini tuh kita diajarkan untuk memecahkan masalah, berpikir kritis, dan memiliki struktur-struktur cara membuat itu sama seperti pemikiran sistematis.
Berpikir komputasi itu bagaimana siswa diajarkan tidak hanya menggunakan teknologi tetapi juga harus memahami dan paham setiap langkah-langkah dalam pembelajaran dan tentunya dapat menyelesaikan permasalahan.
Navada Berpikir komutasi itu kita diminta untuk menyelesaikan sebuah permasalahan seperti komputer tetapi tidak menggunakan komputer melainkan hanya menggunakan sistematisnya saja
Terima kasih bapak sudah memberikan materi apalgi materi ini mengenai sejarah dan pergeseran definisi Computational Thinking (CT). Poin penting yang saya tangkap adalah bagaimana konsep CT tidak lagi dimonopoli oleh Ilmu Komputer, seperti yang diupayakan oleh Jeannette Wing. Awalnya CT erat kaitannya dengan pemrograman Logo, tetapi kini difokuskan untuk mengintegrasikannya sebagai pola pikir dalam pendidikan secara umum.
BalasHapusSaya merasa lega karena ini berarti CT bukan hanya tentang coding, melainkan tentang strategi memecahkan masalah. Sembilan konsep esensial yang diusulkan oleh CSTA dan ISTE pengumpulan data, dekomposisi masalah, abstraksi, dan lain sebagai nya, benar-benar menunjukkan bahwa CT adalah seperangkat keterampilan berpikir yang bisa diterapkan di semua mata pelajaran, tidak hanya matematika. Misalnya, konsep dekomposisi masalah bisa dipakai saat membuat esai atau proyek, yaitu dengan memecah tugas besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mudah dikelola. Ini menegaskan bahwa CT adalah literasi abad ke-21 yang sifatnya fundamental bagi semua peserta didik.
Dari materi bapak yang ini menurut saya materi bapak pada bagian sembilan konsep esensial CT yang disebutkan, saya pribadi sangat tertarik pada dua konsep yang saling berkaitan: Abstraksi dan Generalisasi/Otomasi. Menurut saya, ini adalah kunci untuk mengajarkan efisiensi berpikir kepada peserta didik.
BalasHapusAbstraksi mengajarkan kita untuk fokus pada informasi yang paling penting dan mengabaikan detail yang tidak relevan saat memecahkan masalah. Ini adalah keterampilan yang sangat berharga dalam kehidupan sehari-hari maupun akademik, misalnya saat kita mencoba memahami inti dari sebuah teks panjang atau laporan. Setelah kita menemukan inti (Abstraksi), kita bisa beralih ke Otomasi, yaitu merancang prosedur atau algoritma (langkah-langkah) agar proses serupa bisa diulang secara efisien di masa depan. Contohnya adalah membuat checklist atau template untuk tugas tertentu. Dengan mengajarkan anak Abstraksi dan Otomasi, kita tidak hanya membuat mereka berpikir seperti seorang ilmuwan komputer, tetapi juga menjadi pemikir yang logis dan sistematis dalam menghadapi berbagai situasi.
mengenai penerapan CT di Indonesia, saya sangat optimis. Karena CT berakar kuat pada matematika dan logika, yang mana adalah dasar dari kurikulum kita. Walaupun implementasinya mungkin masih perlu waktu dan konsensus, potensi penerapan CT dari Sabang sampai Merauke sangat besar. Penerapan CT tidak harus selalu mewah dengan komputer canggih; ia bisa dimulai dari mengajarkan cara memecahkan masalah (dekomposisi) atau mengidentifikasi pola (analisis data) dalam kegiatan belajar sehari-hari. Saya setuju bahwa pembahasan lebih lanjut mengenai implementasinya di konteks pendidikan Indonesia akan sangat menarik untuk ditunggu.
BalasHapusNama : Maria Ritna Tati
BalasHapusKelas : V A PGSD
Izin menangapi pak,dari materi ini sangat bagus karena menjelaskan computational thinking tidak hanya dari sisi teknis komputer, tapi juga bagaimana cara berpikir ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.contohnya, saat kita memecahkan masalah atau membuat keputusan, kita sebenarnya sudah menggunakan prinsip-prinsip computational thinking tanpa sadar.jadi, ini bukan cuma buat anak IT aja, tapi buat semua orang.computational thinking itu bukan cuma soal coding atau program komputer, tapi lebih ke cara berpikir logis dan sistematis untuk memecahkan masalah.dengan memahami konsep-konsep seperti dekomposisi, abstraksi,pengenalan pola,dan algoritma, kita bisa lebih efektif dalam menghadapi berbagai tantangan, baik di dunia kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Tambahan lagi terkait materi ini saya suka bagaimana materi ini menghubungkan computational thinking dengan pendidikan.dengan mengajarkan computational thinking sejak dini, anak-anak jadi lebih kreatif, kritis, dan mampu memecahkan masalah dengan lebih baik.ini penting banget buat bekal mereka di masa depan, apalagi di era digital yang semakin maju.computational thinking punya peran penting dalam pendidikan karena membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan problem-solving pada anak-anak.dengan mengintegrasikan computational thinking ke dalam kurikulum, kita bisa mempersiapkan generasi muda yang lebih siap menghadapi tantangan di era digital dan mampu berinovasi untuk menciptakan solusi-solusi baru.
Nama: Imelda Rizky Putri
BalasHapusNpm: 2386206024
Kelas:5B
Materi ini membantu karena memperkenalkan cara berpikir sistematis dalam menyelesaikan masalah. Dan lebih terampil menemukan solusi yang efektif. Pemikiran komputasi ini komputasi ini bukan hanya berpikir, tetapi juga pelajaran TIK, tetapi juga berguna dalam kehidupan sehari-hari karena melatih logika.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Imelda tentang computational thinking (CT) itu pas banget, terutama soal melatih logika dan menemukan solusi efektif. Menurut saya, bagian menariknya adalah sejarah CT itu sendiri, yang tadinya erat sama bahasa pemrograman Logo di tahun 1967 tapi sekarang sudah berkembang jadi pola pikir yang jauh lebih luas. Ini penting karena sekarang CT tidak lagi dilihat cuma sebagai ilmu komputer yang eksklusif, tapi sebagai literasi baru yang disebut computational literacy. Jadi, CT ini bukan cuma pelajaran TIK atau ngoding seperti yang dikira banyak orang, melainkan cara kita menggunakan komputer secara alami sesuai kebutuhan. Tujuannya, ya seperti kata Imelda, biar kita bisa berpikir sistematis di kehidupan sehari-hari.
Biar siswa kita benar-benar bisa nemuin solusi efektif, mereka harus diajarkan sembilan konsep esensial CT yang diusulkan oleh CSTA dan ISTE. Ini termasuk dekomposisi masalah, abstraksi, dan algoritma. Konsep-konsep inilah yang bikin siswa jadi terampil menganalisis masalah kompleks. Materi ini juga nyebutin kalau CT itu sangat berhubungan dengan pendidikan matematika. Jadi, CT membantu kita merefleksikan bagaimana dan mengapa kita pakai TIK untuk mencapai tujuan. Singkatnya, CT adalah kerangka berpikir yang kuat untuk memecah masalah besar, menemukan solusi logis, dan membuat siswa kita jadi lebih cerdas secara sistematis.
Nama:Elisnawatie
BalasHapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Wahh ternyata setelah saya membaca materi di atas, saya jadi benar-benar paham bahwa konsep berpikir komputasi itu sebenarnya sudah ada sejak lama dan bukan hal yang baru. Ternyata fokus utamanya bukan sekadar ngajarin anak cara memakai program atau alat tertentu, tapi lebih ke bagaimana mengubah pola pikir mereka dalam memahami suatu masalah. Wahh makin kelihatan juga kalau konsep ini sangat nyambung sama konstruksionisme, di mana anak-anak diajak untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui tindakan. Jadi mereka itu bukan cuma belajar tentang programnya, tetapi juga belajar melalui proses membuat program tersebut. Wahh, dari materi itu aku jadi sadar kalau inti pembelajaran komputasi adalah membentuk cara berpikir yang runtut, kreatif, dan terstruktur—bukan cuma ngotak-atik program doang.
Nama:Elisnawatie
BalasHapusKelas:5D
NPM:2386206069
Izin bertanya pak Siswa sering kali lebih fokus pada “hasil akhirnya” ketika membuat sesuatu, termasuk program. Menurut bapa/teman teman bagaimana guru dapat mengubah pola pikir siswa agar mereka lebih menghargai proses pembelajaran—seperti mencoba, gagal, memperbaiki, dan mencoba lagi sebagai bagian penting dari pengembangan berpikir komputasi?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : 5B PGSD
Hallo elisnawatie izin menjawabyh. Menurut aku, guru bisa mengubah cara berpikir siswa dengan cara yang mudah saja, misalnya dengan mengajarkan mereka untuk lebih menghargai proses belajar. Siswa seringkali cuma fokus ke hasil akhirnya, padahal yang lebih penting itu gimana mereka melewati proses mencoba, gagal, dan kemudian mencoba lagi. Ini bikin mereka lebih paham kalau gagal itu bagian dari belajar. Cara guru bisa membantu dengan ngasih tantangan yang seru, yang bikin siswa berpikir lebih dalam dan nggak cuma mikirin jawaban yang benar. Misalnya, biar mereka belajar gimana cara mengatasi kesulitan, bukan cuma mencari jawaban yang pas. Dengan begitu, siswa nggak cuma belajar matematika, tapi juga belajar untuk lebih kreatif dan berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari.
Terimakasih😊
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
HapusSalam respect untuk Elisnawatie dan Isdiana!!
Saya Fauzan Nashrullah Fajar, NPM. 2386206021 dari Kelas 5B PGSD.
Topik pembahasan kalian soal siswa yang fokus ke "hasil akhir". Ini tuh benar banget teman-teman..! Ini lah tantangan kita semua sebagai calon pendidik. Mengenai pendapat Isdiana yang bertuliskan "kita harus mengubah fokus mereka ke proses mencoba, gagal, dan memperbaiki", Saya sangat suka dengan pendapatnya Isdiana ini. Karena pengembangan berpikir komputasi komputasi (CT), bukan sekadar ngotak-atik program. Seperti kata Kak Ross pada komentarnya di bawah, CT itu penting untuk membentuk pola pikir kreatif dan kritis dalam kehidupan.
Jadi untuk saudari Elisnawatie dan Isdiana, maupun teman-teman, Pertanyaan yang harus kita cari jawabannya sekarang adalah: Bagaimana kita meyakinkan orang tua bahwa proses 'gagal dan mencoba lagi' ini penting dan bukan buang-buang waktu dalam pembelajaran CT?
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Elisnawatie, menurut sepengetahuan yang saya ketahui seorang guru itu sangat bisa mengubah sebuah fokus para siswanya yaitu dari hasil akhir ke sebuah proses yaitu dengan cara membuat sebuah proses tersebut itu menjadi terlihat, dihargai, dan juga dinilai. Yaitu bisa dengan menormalisasikan suatu kesalahan itu menjadi dari bagian penting dalam belajar, lalu menilai sebuah prosesnya, bukanlah hanya sekedar hasil akhirnya saja, lalu memberikan tugas bertahap, dan bisa juga memakai aktivitas ringan tanpa komputer supaya proses berpikirnya para siswa itu bisa terasa lebih menyenangkan lagi.
Nama : Reslinda
BalasHapusKelas : 5C Pgsd
Npm : 2386206067
Menurut saya Pak, artikel ini membantu banget buat memahami kalau berpikir komputasi itu bukan cuma soal komputer, tapi cara kita memecahkan masalah dengan langkah yang lebih teratur. Penjelasannya juga mudah dipahami, jadi kita bisa liat kalau teknik seperti dekomposisi, pola, dan algoritma itu sebenarnya sering kita pakai di kehidupan sehari-hari. Artikel ini bikin konsepnya jadi lebih dekat dan nggak terasa rumit.
Nama : Reslinda
BalasHapusKelas : 5C Pgsd
Npm : 2386206067
izin bertanya Pak, dari semua keterampilan dalam berpikir komputasi, menurut penulis keterampilan mana yang palig penting untuk dilatih pertama kali agar siswa mudah mengikuti tahap berikutnya?
Nama: Rosidah
HapusNpm: 2386206034
Kelas: 5B (PGSD)
Hallo reslinda, ijin menanggapi ya, menurut saya dari materi diatas keterampilan yang penting dilatih pertama kali yaitu dekomposisi atau memecahkan masalah menjadi bagian-bagian kecil. Ini penting karena proses belajar dimulai dilangkah yang sederhana agar siswa lebih memahami dan mudah untuk lanjut ke tahap berikutnya😊
Semoga jawaban saya membantu ya
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
HapusSalam hangat untuk Reslinda dan Kak Ross:v
Saya Fauzan Nashrullah Fajar, NPM. 2386206021 dari Kelas 5B PGSD.
Wahh... Pertanyaan-nya Reslinda horor banget yahh... "Keterampilan CT mana yang paling penting dilatih duluan?". Untung balasan Kak Ross soal dekomposisi masalah itu on point banget!
Kenapa dekomposisi adalah jawaban yang tepat? Karena proses belajar itu memang harus dimulai dari langkah yang sederhana agar siswa lebih mudah memahami. Sederhananya gini... Kalau kita mau bikin PR matematika yang banyak (seperti di semester rendah kemaren) atau proyek seni yang rumit (kek tugas Pak Samsul), kita pasti mulai dengan memecah masalah itu jadi bagian-bagian kecil dulu, iya kan? Agaar kita bisa lebih muda mengerjakannya. Itu lah esensi dari dekomposisi. Tanpa kemampuan memecah masalah, anak SD pasti langsung cemas melihat masalah yang terasa "besar" dan akhirnya jadi malas.
Ini nyambung banget sama diskusi CT kita di bawah Kak Ross... Kalau CT itu intinya membentuk pola pikir untuk memecahkan masalah relevan di kehidupan nyata, maka dekomposisi adalah pintu masuknya. Setelah anak-anak terbiasa memecah masalah, barulah mereka bisa lanjut ke tahapan berikutnya, seperti abstraksi atau algoritma, yang memang diusulkan sebagai konsep esensial CT.
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Relinda, menurut sepengetahuan yang saya ketahui keterampilan yang paling penting dilatih pertama kalinya yaitu dekomposisi/memecahkan suatu masalah menjadi menjadi bagian yang kecil. Karena jika para siswa itu mampu untuk memecahkan sebuah masalah, maka para siswa itu akan menjadi lebih mudah untuk menahami sebuah pola, dan memilih strategi. Dan keterampilan berpikir komputasi lainnya seperti pengenalan pola, abstrak, dan juga algoritma akan bisa menjadi lebih mudah lagi untuk dipelajari setelah itu.
nama dias pinasih kelas 5b pgsd npm 2386206057
Hapusizin menambahakan sedikit dari semua tanggapan nya teman jadi Saya setuju banget dengan apa yang kalian diskusikan mengenai Computational Thinking (CT) dan bagaimana pentingnya keterampilan ini, baik dalam pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari.
Secara keseluruhan, saya setuju bahwa CT itu sangat relevan dan penting untuk diajarkan sejak dini, dan tidak hanya berhenti di pelajaran komputer atau matematika saja, tapi juga untuk kehidupan sehari-hari. Begitu siswa memahami cara berpikir komputasional, mereka akan lebih siap menghadapi masalah nyata di kehidupan mereka.
Jadi, penting banget bagi kita, sebagai calon guru, untuk memastikan bahwa CT diajarkan dengan cara yang praktis dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari, bukan hanya di ruang kelas. Kita bisa mulai dengan mengajarkan siswa untuk memecah masalah sederhana, mengenali pola, dan mengorganisir tugas mereka dengan cara yang lebih sistematis.
Nama: Rosidah
BalasHapusNpm: 2386206034
Kelas: 5B (PGSD)
Materi tentang CT di atas bukan hanya belajar komputer maupun program, tetapi dengan belajar memecahkan masalah yang relevan dengan kehidupan nyata. Nah Oleh karena itu, penerapan CT di pendidikan bukan hanya penting di pelajaran matematika, tetapi juga membentuk pola pikir yang dibutuhkan di dunia modern. Jadi kalo dikehidupan sehari-hari itu lebih memuat, pada pemecahan masalah, dan mengatur waktu
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
HapusKelas Kak Ross....! Terimakasih atas pandangannya!
Saya Fauzan Nashrullah Fajar, NPM. 2386206021 dari Kelas 5B PGSD.
Aku setuju banget Kak Ross.. Poin yang Kak Ross angkat tentang CT itu bukan cuma soal komputer atau program, tapi soal membentuk pola pikir untuk memecahkan masalah relevan di kehidupan nyata. Jadi, Intinya tuh... Tentang kemampuan kita menerapkan teknik ilmu komputer untuk memahami dan menganalisis alam.
Pas banget dengan pertanyaan saya pada komentar di materi. Karena CT itu esensinya adalah pola pikir, bukan perangkat, maka tantangan kita sebagai calon guru SD adalah memastikan CT ini tidak hanya berhenti di mata pelajaran matematika. Pola ini tuh.. harus bisa kita ajarkan tanpa harus tergantung pada lab komputer yang seringkali terbatas.
Kalau kita bisa membuktikan bahwa CT ini berguna dalam memecahkan masalah sehari-hari, mengatur waktu, dan membuat hidup lebih teratur (seperti yang Kak Ross bahas), maka CT akan menjadi skill yang relevan dan tidak lagi terasa asing bagi anak-anak, iyya kann..?
nama dias pinasih kelas 5b pgsd npm 2386206057 izin menanggapai penjelasan dari fauzan dan rosidah ya pak
Hapushai teman Fauzan dan Rosidah, saya setuju banget dengan apa yang kalian sampaikan. Memang benar bahwa Computational Thinking (CT) itu lebih dari sekadar komputer atau programming. Seperti yang Fauzan bilang, CT bukan hanya soal teknologi, tapi lebih ke kemampuan untuk memecahkan masalah dengan cara yang terstruktur, yang sangat relevan untuk kehidupan sehari-hari. Dalam CT, kita diajarkan untuk mengidentifikasi pola, memecah masalah besar menjadi bagian-bagian kecil, dan mencari solusi yang lebih efisien.
Rosidah juga benar banget, karena CT membantu kita untuk menganalisis masalah nyata dan mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan pola pikir yang terstruktur ini, kita jadi lebih siap menghadapi berbagai tantangan, baik dalam pelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengatur jadwal atau memecahkan masalah yang kompleks.
Saya juga setuju dengan pendapat kalian kalau CT itu harus bisa diajarkan tanpa bergantung pada komputer atau fasilitas lab yang terbatas. Intinya, CT itu bukan cuma skill yang penting di kelas atau pelajaran tertentu, tapi lebih kepada pola pikir yang bisa digunakan dalam banyak hal. Misalnya, kita bisa mengaplikasikan CT untuk mengatur waktu, merencanakan tugas, atau mengambil keputusan dengan lebih efektif.
Jika kita bisa menunjukkan contoh nyata bagaimana CT bisa membantu menyelesaikan masalah sehari-hari, maka anak-anak atau siswa tidak akan merasa CT itu asing atau sulit. Sebaliknya, mereka akan semakin tertarik dan melihatnya sebagai skill yang bermanfaat dan relevan dalam hidup mereka.
nama : bangkit dwi prasetyo
BalasHapuskelas : 5b
npm 2386206044
Materinya bagus banget pak. Penjelasan tentang Computational Thinking dibuat jelas dan mudah dipahami, jadi saya bisa mengerti kalau Computational Thinking (CT) itu bukan cuma soal komputer, tapi cara berpikir yang memudahkan kita dalam menyelesaikan masalah sehari-hari. Informasinya juga nambah wawasan, apalagi tentang sejarah dan penerapannya di dunia pendidikan. Secara keseluruhan, artikelnya ringan tapi tetap berisi. Terima kasih sudah berbagi materi bermanfaat seperti ini pak.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Bangkit yang bilang kalau Computational Thinking (CT) itu bukan cuma soal komputer tapi cara berpikir untuk masalah sehari-hari itu benar banget. Menurut saya, hal yang paling penting dari materi ini adalah bahwa sekarang ada upaya kuat buat misahin CT dari eksklusivitas ilmu komputer. Jadi, CT itu sekarang dilihat sebagai literasi baru yang penting buat semua orang. CT itu intinya adalah proses mengenali aspek komputasi di dunia dan menggunakan teknik ilmu komputer buat menganalisis sistem yang ada. Ini membuat CT jadi pola pikir yang bisa kita pakai buat ngurusin segala macam masalah, baik yang ada di alam maupun yang dibikin manusia.
Biar CT ini bisa dipakai buat menyelesaikan masalah sehari-hari seperti yang Bangkit bilang, kita harus fokus ke konsep esensialnya. Ada sembilan konsep penting, seperti dekomposisi masalah, abstraksi, dan algoritma. Meskipun CT pertama kali muncul di pendidikan matematika pada tahun 1967 terkait bahasa pemrograman Logo, sekarang konsep-konsep itu yang jadi kunci. TIK sendiri sudah dapat fungsi baru dalam pendidikan matematika, lho, karena bisa membantu kita merefleksikan bagaimana dan mengapa TIK digunakan. Jadi, CT itu benar-benar alat berpikir logis yang bikin kita lebih gampang nyari solusi.
Nama : Alya Salsabila
BalasHapusNpm : 2386206062
Kelas : V C
Materinya menarik sekali pak, penjelasan tentang berpikir komputasional jadi lebih mudah di pahami, saya juga setuju kalau cara berfikir seperti memecah masalah, mencari pola, dan membuat langkah teratur itu penting di kenalkan sejak sd, dengan begitu anak anak jadi lebih terarah saat menghadapi tugas atau masalah di kehidupan sehari-hari, terimakasih banyak bapak sudah berbagi ilmunya
Nama : Alya Salsabila
BalasHapusNpm : 2386206062
Kelas : V C
Izin bertanya ya pak, bagaimana cara kita mengetahui kalau siswa sudah mulai paham langkah langkah berpikir komputasional? terimakasih
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Halo Alya izin menjawab, menurut aku cara paling mudah buat tahu apakah siswa sudah mulai paham langkah-langkah berpikir komputasional itu bisa dilihat dari cara mereka nyelesain masalah. Misalnya, kalau mereka udah bisa mecah masalah besar jadi bagian-bagian kecil, terus nyusun langkahnya satu per satu, biasanya itu tanda mereka mulai ngerti. Selain itu, kalau mereka bisa nemuin pola atau cara yang mirip buat nyelesain tugas lain, berarti mereka udah mulai pakai cara berpikir komputasi. Kadang juga keliatan dari cara mereka ngejelasin ulang prosesnya kalau urut dan masuk akal, berarti mereka sudah nangkep alurnya. Intinya, kalau siswa nggak langsung bingung waktu ketemu masalah baru dan coba mikir pelan-pelan, mecah, nyusun langkah, terus nyoba solusi sendiri, itu tanda mereka sudah mulai paham berpikir komputasional.
Semoga membantu terimakasih😊
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusNama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Alya Salsabila, menurut sepengetahuan yang saya ketahui setiap guru itu bisa mengetahui setiap siswanya itu sudah mulai paham mengenai berpikir komputasional itu ketika para siswanya dapat mulai menunjukkan tanda-tanda seperti para siswa itu dapat memecahkan sebuah tugas menjadi bagian kecil/dekomposisi, lalu para siswa mulai bisa mencari sebuah pola tanpa disuruh oleh gurunya, lalu para siswa bisa menjelaskan intinya tanpa detail yang berlebihan/abstraksi, lalu para siswa juga bisa membuat langkah kerja berurutan/algoritma, dari sini para siswa akan jadi tidak takut untuk mencoba walau gagal terus akan memperbaiki.
nama dias pinasih kelas 5b pgsd npm 2386206057 izin menjawab yah pak pertanyaan dari alya ,Halo Alya, izin menjawab ya. Menurut aku sih, cara paling gampang buat tahu apakah siswa sudah mulai paham langkah-langkah berpikir komputasional itu bisa dilihat dari cara mereka nyelesain masalah.
HapusBiasanya ada beberapa tanda yang kelihatan, misalnya:
1. Siswa bisa mecah masalah jadi bagian-bagian kecil.
Kalau mereka udah mulai pisahin masalah besar jadi langkah-langkah kecil, berarti mereka udah mulai pakai decomposition.
2. Mereka mulai lihat pola.
Misalnya, kalau mengerjakan beberapa soal mirip terus mereka bilang, “Oh ini polanya sama, jadi caranya gini lagi," itu tandanya mereka udah pakai pattern recognition.
3. Siswa bisa jelasin langkah mereka sendiri.
Kalau mereka bisa ngomong, “Pertama aku lakuin ini, terus ini, habis itu baru dapat hasilnya,” itu menunjukkan mereka sudah memahami algoritma atau urutan langkah.
jadi itu aja mungkin alya tambahan dari saya ya alya semoga membantu.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
BalasHapusHalo teman-teman semua, Saya Fauzan Nashrullah Fajar, NPM. 2386206021 dari Kelas 5B PGSD.
Pada materi kali ini tentang Computational Thinking (CT), sangat relevan yahh... Dengan kita. Kenapa saya bilang seperti ini?karena setelah saya membacanya baik materi part 1 maupun part 2 di atas. Saya rasa CT ini menjadi bagian yang sangat penting dalam pendidikan kita. Ternyata CT itu bukan sekadar coding... teman-teman. Inti yang ada didalamnya itu... tentang bagaimana kita bisa menerapkan cara berpikir sistematis dan logis, yang akarnya sudah ada sejak bahasa Logo dan teori Konstruksionisme oleh Papert!
Poin penting nan kritis yang tentunya sangat penting untuk kita bahas adalah masalah definisi dan implementasinya. Materi ini menyebutkan bahwa di tingkat global saja, definisi CT masih belum seragam, dan konsep ini cenderung hanya ditemukan dalam konteks matematika. Tentunya adalah salah satu tantangan besar bagi kita sebagai calon pendidik!!! Bagaimana tidak? Jika definisinya saja belum jelas, bagaimana kita bisa mengajarkan sembilan konsep esensial yang ada didalam CT kepada anak-anak? Apalagi, kita tahu di lapangan kita menghadapi kendala infrastruktur dan keterbatasan lab komputer!!
Mari teman-teman! Ayo kita berdiskusi mengenai hal ini... Menurut teman-teman, bagaimana cara kita sebagai calon pendidik menerjemahkan konsep CT yang masih diperdebatkan ini menjadi kegiatan belajar yang sederhana, menyenangkan, dan dapat diterapkan secara merata di semua sekolah dasar di Indonesia, tanpa harus bergantung sepenuhnya pada komputer yang canggih?
Nama : Restu Bayu Anugrah
BalasHapusKelas : 5 B
Npm : 2386206077
artikel kali ini. Membahas tentang apa itu konsep Computational Thinking beserta komponen utamanya dijelaskan dengan sangat baik. Materi seperti ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran, khususnya dalam melatih siswa berpikir kritis dan sistematis.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Restu sudah benar banget kalau materi ini ngebahas konsep CT dan komponennya dengan baik, apalagi buat melatih siswa berpikir kritis dan sistematis. Menurut saya, kunci dari semua ini adalah bagaimana CT dipisahkan dari harus selalu ngoding. Dulu, CT itu identik dengan ilmu komputer, terutama pemrograman bahasa Logo. Tapi sekarang, seperti kata Royal Society, CT itu lebih ke proses mengenali aspek komputasi di dunia dan pakai teknik ilmu komputer buat ngulik sistem alam atau buatan. Jadi, CT ini bukan cuma buat pelajaran komputer, tapi memang pola pikir baru yang berguna di semua pelajaran, mirip literasi dasar lainnya.
Nah, karena Restu bilang ini penting buat berpikir sistematis, materi ini kasih list yang mantap banget: sembilan konsep esensial dari CSTA dan ISTE. Ini termasuk dekomposisi masalah, abstraksi, algoritma, dan otomatisasi. Konsep-konsep inilah yang bikin siswa jadi sistematis. Apalagi materi ini juga menekankan bahwa CT itu erat kaitannya sama pendidikan matematika, di mana TIK dapat membantu merefleksikan bagaimana dan mengapa kita menggunakan TIK. Jadi, CT benar-benar alat yang powerful buat bikin siswa nggak cuma tahu jawaban, tapi juga tahu proses yang paling efisien buat dapat jawaban itu.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Menurut saya, materi tentang Computational Thinking ini penting banget karena menjelaskan kalau kemampuan berpikir ini bukan cuma buat anak IT atau orang yang jago komputer, tapi ini pola pikir yang wajib dimiliki semua siswa. Saya setuju, CT ini sebenarnya adalah cara berpikir yang bisa kita pakai untuk memecahkan masalah sehari-hari dengan langkah-langkah yang logis dan terstruktur. Ibaratnya, kita diajak untuk membongkar masalah besar jadi bagian-bagian kecil (dekomposisi) dan fokus ke hal yang penting-penting saja (abstraksi). Ini skill yang keren banget karena CT sudah bergeser dari sekadar pemrograman (coding) dan sekarang dilihat sebagai literasi baru yang sangat relevan untuk pendidikan saat ini.
Jadi, inti dari semua pembahasan ini adalah CT itu fondasi untuk berpikir kritis dan logis. Melihat sejarahnya, ternyata ide ini sudah ada sejak lama, dari tahun 1967, meskipun implementasinya sempat susah di beberapa tempat. Tapi sekarang, di era digital, kita tidak bisa lari dari tantangan ini. Konsep-konsep CT seperti algoritma, pengumpulan data, dan simulasi harus diajarkan di sekolah, khususnya karena CT punya kaitan erat dengan matematika. Tujuannya jelas, yaitu mencetak siswa yang pintar dan adaptif, yang bisa menganalisis sistem dan proses di dunia ini, baik alam maupun buatan.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Menurut saya, bagian sejarah dalam materi ini sangat menarik dan memberi kita perspektif kenapa CT sempat tenggelam sebelum populer lagi. CT pertama kali muncul di pendidikan matematika pada tahun 1967, terkait dengan bahasa pemrograman Logo. Tujuannya saat itu adalah memahami kerja bahasa komputasi dan mengembangkan teori Konstruksionisme, yang merupakan ide bagus dari Papert. Namun, di tahun 1990-an, fokus penelitian justru bergeser ke pertanyaan untuk apa TIK digunakan, bukan lagi pemrograman. Akibatnya, CT sempat kehilangan daya tarik karena internet dan aplikasi lain lebih populer, sementara keterbatasan laboratorium di sekolah juga jadi penghalang.
Ini menunjukkan bahwa meskipun idenya bagus, implementasi CT punya tantangan besar dari sisi fasilitas dan fokus penelitian. Terlebih lagi, materi menyebutkan bahwa belum ada konsensus konseptual yang seragam tentang apa sebenarnya CT itu, meski sudah banyak upaya mendefinisikannya. Tantangan inilah yang coba diatasi oleh CSTA dan ISTE dengan mengusulkan sembilan konsep esensial CT, seperti dekomposisi, abstraksi, dan algoritma. Menurut saya, sembilan konsep inilah yang harus jadi panduan utama guru, karena ini memisahkan CT dari eksklusivitas ilmu komputer dan membuatnya relevan untuk diintegrasikan ke semua pelajaran.
Izin menanggapi pak Materi ini memberikan gambaran historis dan konseptual yang sangat komprehensif tentang perkembangan computational thinking (CT), mulai dari akar kemunculannya pada bahasa Logo hingga evolusi pemaknaan CT dalam pendidikan modern. Penjelasan mengenai pergeseran fokus dari sekadar pemrograman menuju literasi komputasional yang lebih luas sangat membantu memahami mengapa CT bukan hanya milik ilmu komputer, tetapi memiliki relevansi kuat bagi pendidikan, khususnya matematika.
BalasHapusLanjut Uraian tentang bagaimana CT dipahami oleh berbagai tokoh dan lembaga seperti Papert, Wing, CSTA, ISTE, hingga Royal Society menunjukkan bahwa CT terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan pembelajaran abad ke-21. Materi ini juga menyoroti dengan baik bahwa belum ada definisi tunggal yang disepakati, tetapi sudah ada kesepakatan mengenai konsep-konsep esensial yang membentuk CT, seperti dekomposisi, abstraksi, algoritma, otomasi, dan simulasi.
HapusLanjut terakhir pak bahwa Pemaparan konteks internasional memberikan perspektif penting bahwa CT telah menjadi perhatian global, meskipun implementasinya berbeda di setiap negara. Penutup materi yang mengaitkan isu ini dengan potensi penerapan di Indonesia juga sangat relevan, mengingat urgensi pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa. Secara keseluruhan, materi ini informatif dan membuka ruang diskusi lebih lanjut tentang bagaimana CT dapat diintegrasikan secara efektif di sekolah-sekolah Indonesia.
HapusNama: Yormatiana Datu Limbong
BalasHapusKelas : 5C
Npm : 2386206082
izin menanggapi pak,menurut saya materi tentang computational thinking ini cukup menarik, karena masih banyak yang belum paham tentang konsep ini. Awalnya saya pikir computational thinking itu hanya tentang komputer atau coding, tapi setelah baca ternyata ini cara berpikir untuk memecahkan masalah. Penjelasannya cukup jelas, mulai dari pengertian sampai langkah-langkahnya. Saya juga suka karena ada contoh penerapannya dalam pembelajaran, jadi lebih mudah digunakan di kelas.
NAMA : KORNELIA SUMIATY
BalasHapusNPM : 2386206059
KELAS : 5B PGSD
materi ini ngejelasin gimana perkembangan istilah computational thinking dari masa ke masa dan bagaimana konsep ini berubah sesuai kebutuhan pendidikan. Awalnya, computational thinking muncul dari eksperimen Papert dengan bahasa Logo, yang fokusnya bukan hanya mengajar anak-anak memprogram, tetapi bagaimana mereka membangun pemahaman lewat tindakan—sejalan dengan teori konstruksionisme.
Nama : dias pinasih
BalasHapuskelas : 5b pgsd
Npm : 2386206057
izin menanggapi materi yang bapak jelaskan di atas pak
Menurut saya, materi ini cukup lengkap dalam menjelaskan perkembangan Computational Thinking (CT) dari waktu ke waktu. Mulai dari sejarah awal CT, penjelasan tentang bagaimana konsep ini muncul, tokoh-tokoh yang berpengaruh, sampai bagaimana CT diterapkan dalam dunia pendidikansemuanya dibahas dengan runtut.
Materinya yang bapak jelaskan nunjukkin bahwa CT itu bukan cuma soal komputer, tapi lebih ke cara berpikir yang sistematis dan terstruktur untuk menyelesaikan masalah. Jadi bisa dipakai di berbagai bidang, bukan cuma IT.di bagian penerapan CT dalam pendidikan juga menarik, karena dijelaskan bahwa banyak negara sudah mulai memasukkan CT ke kurikulum sekolah. Ini ngebantu banget buat gambaran bagaimana CT itu sebenarnya penting untuk masa depan siswa.
izin menambahkan sedikit tentang kritik tentang materi yang bapak jelaskan
BalasHapusBeberapa penjelasan terasa terlalu akademisUntuk siswa atau pembaca awal, mungkin akan terasa berat karena banyak istilah teknis dan teori.Kurang contoh nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mahasiswa membaca bakal lebih cepat paham kalau ada contoh sederhana tentang bagaimana CT dipakai dalam kehidupan sehari-hari atau dalam pelajaran lain.Tidak ada visual pendukung
Materi sepanjang itu yanag bapak berikan akan lebih menarik kalau ada gambar, diagram, atau ilustrasi.
izin yah pak menambahakan lagi pak saran pak di materi yang bapak jelaskan pak tambahkan contoh-contoh sederhana Misalnya contoh CT saat memasak, menyusun jadwal, memecahkan soal matematika, atau membuat keputusan sehari-hari. bapak juga bisa tambahkan ilustrasi atau tabel kecil misalnya timeline sejarah CT, contoh algoritma sederhana, atau langkah-langkah cara berpikir komputasi.
BalasHapusnama : dias pinasih
BalasHapuskelas : 5b pgsd
npm : 2386206057
izin bertanya pak dari maetri yang bapak jelaskan
Pak, dalam sejarahnya CT mengalami perkembangan cukup panjang. Apakah Bapak bisa menjelaskan faktor apa yang membuat CT mulai banyak diterapkan dalam dunia pendidikan sejak tahun 2000-an?
Tulisan ini memberikan gambaran yang sangat kaya tentang perkembangan konsep Computational Thinking (CT) dari masa ke masa. Penjelasan sejarahnya dimulai dari eksperimen bahasa Logo oleh Papert hingga perkembangan konstruksionisme membuat pembaca memahami bahwa CT sejak awal dirancang untuk membantu anak belajar melalui tindakan nyata, bukan sekadar memahami komputer. Uraian ini memperlihatkan bahwa CT memiliki akar filosofis dan pedagogis yang kuat, bukan tren sesaat.
BalasHapusSelain itu, tulisan ini berhasil menghubungkan pergeseran fokus pada tahun 1990-an, ketika teknologi informasi lebih banyak digunakan untuk aplikasi praktis dan bukan pemrograman. Hal ini memperlihatkan bagaimana CT sempat meredup dalam pendidikan, tetapi kemudian bangkit kembali berkat pemikiran tokoh seperti Jeanette Wing yang menekankan bahwa CT adalah cara berpikir yang dapat digunakan semua orang, bukan hanya ilmuwan komputer.
Materi ini sangat membantu karena menjelaskan perkembangan Computational Thinking (CT) dari masa ke masa dengan cara yang runtut dan mudah dipahami. Penjelasannya membuat kita sadar bahwa CT bukan hanya tentang belajar komputer atau coding, tetapi lebih pada cara berpikir yang terstruktur untuk menyelesaikan masalah. Dengan melihat sejarahnya, kita bisa memahami bahwa CT tumbuh dari berbagai pemikiran penting, seperti konstruksionisme Papert, munculnya program Logo, hingga berbagai perubahan dalam dunia pendidikan dan teknologi.
BalasHapusHal yang paling menarik dari materi ini adalah penjelasan bahwa CT berkembang tidak hanya karena teknologi, tetapi juga karena kebutuhan pendidikan untuk melatih cara berpikir yang lebih analitis, kreatif, dan terarah. Uraian mengenai perdebatan konsep CT, seperti apa sebenarnya CT itu dan mengapa definisinya berbeda-beda, membuat tulisan ini semakin kaya. Selain itu, penjelasan tentang sembilan konsep CT dari CSTA-ISTE membuat kita memahami bahwa CT terdiri dari banyak kemampuan, bukan hanya satu keterampilan saja.