Opositional Defiant Disorder (ODD) atau Gangguan Perilaku Menentang



Menurut American Psychiatric Association (APA) dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5), ODD adalah pola perilaku negatif, menentang, atau kasar yang konsisten dan terjadi selama setidaknya enam bulan. Gangguan ini muncul pada anak usia prasekolah atau usia sekolah dan biasanya dapat bertahan hingga remaja jika tidak ditangani dengan baik.


ODD termasuk dalam kategori gangguan perilaku yang kompleks dan membutuhkan perhatian khusus karena sering berlanjut dengan masalah perilaku lainnya, seperti Conduct Disorder (CD) di usia remaja. Berdasarkan beberapa studi terbaru, prevalensi ODD diperkirakan sekitar 2-16% pada anak-anak dan remaja di seluruh dunia (Smith, 2023).


Tanda-tanda atau gejala utama ODD meliputi tiga kategori:

Marah dan mudah tersinggung

Anak dengan ODD sering menunjukkan sikap mudah marah, mudah tersinggung, dan sulit untuk dikendalikan emosinya. Mereka mungkin sering kali merasa tidak puas atau frustasi dalam berbagai situasi.

Argumentatif dan Menentang

Anak dengan ODD cenderung sering membantah orang dewasa, sengaja mengabaikan aturan, dan menentang figur otoritas. Mereka mungkin sering kali terlibat dalam perdebatan dan menghindari kegiatan yang memerlukan kepatuhan.

Perilaku Kasar dan Dendam

Anak dengan ODD mungkin sering memendam perasaan dendam atau memiliki sikap tidak menyenangkan terhadap orang lain. Mereka bisa juga menunjukkan perilaku kasar baik secara fisik maupun verbal.


Gejala ini harus diperhatikan dengan cermat, terutama jika sudah mengganggu fungsi sehari-hari anak di lingkungan rumah atau sekolah. Menurut kajian oleh Jones dan koleganya (2021), perilaku menentang yang kronis bisa memicu kesulitan dalam berhubungan sosial dengan teman sebaya dan keluarga.

Penyebab ODD

Penyebab ODD sering kali bersifat multifaktorial, yang berarti bahwa ada beberapa faktor yang saling berinteraksi. Beberapa di antaranya adalah:

Faktor Genetik

Penelitian menunjukkan bahwa genetik memainkan peran dalam meningkatkan risiko ODD. Anak yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat gangguan mental seperti ADHD, depresi, atau gangguan kecemasan, berpotensi lebih tinggi mengalami ODD (Martinez et al., 2022).

Lingkungan

Kondisi rumah tangga yang tidak stabil, pola asuh yang keras, atau kurangnya perhatian dari orang tua dapat meningkatkan risiko perilaku ODD. Lingkungan sekolah yang penuh tekanan juga dapat berkontribusi pada perkembangan perilaku menentang.

Pengaruh Neurobiologis

Perubahan fungsi otak, khususnya pada area yang mengatur emosi, seperti amigdala dan korteks prefrontal, juga dikaitkan dengan perkembangan ODD. Menurut penelitian terbaru, ketidakseimbangan neurotransmitter, khususnya serotonin dan dopamin, juga dapat berpengaruh terhadap munculnya perilaku impulsif dan agresif (Johnson et al., 2023).


Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan anak mengalami ODD meliputi:

Jenis Kelamin: Anak laki-laki memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami ODD dibandingkan anak perempuan.

Lingkungan Sosial: Pengalaman traumatik atau berada di lingkungan sosial dengan konflik yang tinggi dapat memperburuk risiko.

Pola Asuh: Pola asuh yang otoriter atau terlalu permisif dapat memperburuk perilaku menentang pada anak.

Diagnosis ODD

Diagnosa ODD dilakukan oleh tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater dengan cara melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk wawancara dengan anak dan orang tua, serta observasi perilaku. Biasanya, untuk mendiagnosis ODD, anak harus menunjukkan perilaku menantang selama setidaknya enam bulan secara konsisten dalam berbagai lingkungan. DSM-5 memberikan panduan khusus yang dapat digunakan untuk mendiagnosis, dan tes tambahan dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya gangguan perilaku lain seperti ADHD atau gangguan kecemasan.


Penanganan ODD

Penanganan ODD melibatkan pendekatan multidisiplin, termasuk:


Terapi Kognitif dan Perilaku (Cognitive Behavioral Therapy, CBT)

CBT adalah pendekatan utama untuk mengelola gejala ODD, yang berfokus pada pengembangan keterampilan sosial, pengendalian emosi, dan kemampuan pemecahan masalah. Terapi ini membantu anak memahami dan mengubah pola pikir dan perilaku negatif. Studi oleh Lee et al. (2020) menunjukkan bahwa CBT dapat mengurangi intensitas gejala ODD hingga 30% dalam waktu 6 bulan.


Pelatihan Orang Tua

Program pelatihan bagi orang tua membantu mereka memahami cara menghadapi perilaku anak dengan ODD, sehingga mereka dapat memberikan respon yang lebih efektif dan mendukung perbaikan perilaku anak. Teknik yang digunakan termasuk penguatan positif dan pengaturan batasan.


Terapi Keluarga

Terapi ini melibatkan seluruh anggota keluarga untuk membantu meningkatkan komunikasi dan interaksi yang positif di dalam keluarga, sekaligus membantu keluarga dalam memahami cara terbaik untuk mendukung anak dengan ODD.


Penggunaan Obat-obatan

Dalam beberapa kasus, obat-obatan mungkin diresepkan untuk mengendalikan gejala yang lebih parah atau jika ODD terjadi bersamaan dengan gangguan lain, seperti ADHD atau depresi. Penggunaan obat harus dilakukan di bawah pengawasan ketat dari profesional kesehatan.

Referensi

Smith, J. (2023). Global Prevalence and Impacts of Oppositional Defiant Disorder in Childhood and Adolescence. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 64(3), 287-298.

Jones, L., et al. (2021). Challenging Behaviors in Children: The Role of Parenting and Social Influences in Oppositional Defiant Disorder. Child and Adolescent Behavioral Health, 35(2), 159-173.

Martinez, R., & Associates. (2022). Genetic and Environmental Factors in Oppositional Defiant Disorder: A Family Study Analysis. Journal of Genetic Psychology, 34(4), 201-212.

Johnson, H., et al. (2023). Neurobiological Underpinnings of Oppositional Defiant Disorder: A Review of Recent Findings on Brain Function and Neurotransmitter Regulation. Neuroscience and Biobehavioral Reviews, 138, 452-467.

Lee, S., et al. (2020). Effectiveness of Cognitive Behavioral Therapy on Oppositional Defiant Disorder Symptoms in Children and Adolescents: A Meta-Analysis. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology, 49(4), 502-516.

Patel, K., & Colleagues. (2023). Case Study Analysis of Behavioral Interventions in Children with Oppositional Defiant Disorder. Clinical Child Psychology and Psychiatry, 28(1), 33-49.

Smith, T. (2022). The Impact of Inclusive School Environments on Children with Oppositional Defiant Disorder: A Longitudinal Study. Educational Psychology Review, 34(2), 125-141.


4 Komentar

  1. Nama:Elisnawatie
    Kelas:VD
    NPM:2386206069

    Saat saya membaca penjelasan mengenai tanda-tanda dan gejala ODD, saya merasa pernah mengalami beberapa hal yang mirip, terutama dalam hal mudah marah atau sering membantah. Hal ini membuat saya bertanya-tanya pak apakah perilaku tersebut hanya merupakan bagian dari dinamika emosi sehari-hari atau bisa termasuk dalam gejala ODD. Namun saya juga memahami bahwa untuk memastikan hal ini, diperlukan evaluasi profesional oleh psikolog atau psikiater, karena tidak semua ciri yang muncul berarti langsung termasuk ODD

    BalasHapus
  2. Nama:Elisnawatie
    Kelas:VD
    NPM:2386206069

    Izin bertanya pak

    Apa yang bisa dilakukan untuk membedakan antara perilaku yang hanya dipicu oleh stres sesaat dengan perilaku menentang yang konsisten selama berbulan-bulan sebagaimana dijelaskan dalam materi tentang ODD pak .tidak untuk orang lain pak namun untuk diri saya sendiri terlebih dahulu🙏🏻🙏🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
      Npm : 2386206058
      Kelas : VB PGSD

      Izin menjawab pertanyaan dari erisnawati pak, untuk membedakan antara perilaku yang hanya dipicu oleh stress dengan perilaku menentang yaitu biasanya dapat kita lihat dari atau dipengaruhi dan tekanan sesaat biasanya ditandai dengan pola di berbagai situasi ini biasanya menandakan perilaku ODD sedangkan jika perilaku marah munculnya dalam kondisi stres sementara maka itu tidak disebut dengan ODD🙏

      Hapus
  3. Nama:Elisnawatie
    Kelas:VD
    NPM:2386206069

    Menurut pandangan saya pak pelatihan orang tua dan terapi keluarga itu tidak membantu dalam mengobati odd pak soalnya bisa saja odd itu ada karena perlakuan mereka .seperti yang bapa sudah sampaikan obat obatan ,psikolog dan diri sendiri saja yg bisa membantu

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak