Usia 2-7 Tahun Penting dalam Perkembangan Otak

 


Perkembangan otak anak terjadi dalam periode-periode yang dikenal sebagai masa kritis. Masa kritis pertama berlangsung sekitar usia 2 tahun, sementara masa kritis kedua terjadi saat remaja. Pada awal periode ini, jumlah koneksi antara sel-sel otak (sinapsis) meningkat tajam, membuat otak anak usia dua tahun memiliki sinapsis dua kali lebih banyak daripada otak orang dewasa. Karena sinapsis adalah tempat proses pembelajaran terjadi, jumlah sinapsis yang lebih banyak memungkinkan anak belajar lebih cepat daripada periode lainnya. Oleh karena itu, pengalaman yang dialami anak pada fase ini memiliki dampak jangka panjang pada perkembangan mereka.

Masa kritis pertama ini dimulai sekitar usia 2 tahun dan berlanjut hingga usia sekitar 7 tahun. Periode ini adalah kesempatan penting untuk membangun fondasi pendidikan holistik bagi anak. Ada empat langkah utama untuk mengoptimalkan masa kritis ini: mendorong kecintaan terhadap belajar, memperluas cakrawala pengetahuan, mengembangkan kecerdasan emosional, dan melihat pendidikan usia dini sebagai bagian yang bernilai, bukan sekadar persiapan pembelajaran "formal."

Mendorong Kecintaan terhadap Belajar

Pada usia dini, anak-anak sebaiknya menikmati proses belajar, bukan terfokus pada pencapaian. Orang tua dan pendidik dapat mengajak anak menemukan kesenangan dalam mencoba hal baru dan mempelajari sesuatu yang berbeda. Kesalahan pun perlu dilihat sebagai bagian alami dari proses belajar.

Ini juga menjadi momen untuk menumbuhkan pola pikir berkembang, yakni keyakinan bahwa kemampuan bisa diasah melalui usaha, bukan dari bakat yang sudah ditetapkan sejak lahir. Pendidik sebaiknya menghindari memberi label atau pujian berlebihan seperti “Kamu sangat pintar,” karena hal ini bisa berakibat kurang baik. Sebaliknya, tekankan usaha yang gigih dan ciptakan lingkungan belajar yang aman. Ketika anak merasa proses belajar lebih berharga daripada hasilnya, mereka cenderung mengembangkan kecintaan terhadap belajar.

Prioritaskan Cakrawala, Bukan Kedalaman

Selama masa perkembangan ini, sebaiknya kita fokus pada luasnya pengalaman belajar anak ketimbang mendalami satu bidang saja. Memperkenalkan anak pada berbagai aktivitas seperti musik, membaca, olahraga, matematika, seni, sains, dan bahasa memberi mereka bekal yang kaya untuk masa depan.

Dalam bukunya Range, David Epstein menjelaskan bahwa pengalaman yang luas sering kali lebih bermanfaat daripada terlalu dini menguasai satu bidang. Dalam dunia yang terus berkembang, individu yang mampu menggali dari berbagai bidang dan berpikir kreatif serta abstrak lebih mudah beradaptasi. Ini adalah periode yang tepat bagi anak-anak untuk mencoba berbagai hal yang kelak membantu mereka mengembangkan minat secara alami.

Perhatikan Kecerdasan Emosional

Meski penting bagi anak untuk belajar membaca dan memahami matematika dasar, kecerdasan emosional juga tidak boleh diabaikan. Keterampilan interpersonal, seperti empati, kerja sama, dan kebaikan, adalah hal yang sangat penting untuk dikembangkan dalam masa kritis ini.

Dalam bukunya The Whole-Brain Child, Daniel Siegel dan Tina Payne Bryson menjelaskan pentingnya mengajarkan empati dengan membantu anak mengenali dan memberi nama pada emosinya. Dengan latihan ini, anak-anak dapat belajar memahami perasaan orang lain, sehingga empati dan rasa kepedulian mereka dapat berkembang. Salah satu cara meningkatkan kepedulian anak adalah dengan mengajak mereka terlibat dalam kegiatan membantu orang lain, seperti tugas-tugas sederhana yang membuat mereka merasa berguna dan peduli.

Lihat Pendidikan Anak Usia Dini Sebagai Proses Penting, Bukan Persiapan Belaka

Pada masa kritis ini, otak anak sangat mudah menyerap informasi. Jika kecerdasan diartikan sebagai kemampuan belajar, anak-anak berusia 2 hingga 7 tahun mungkin adalah kelompok paling cerdas. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa keterampilan, seperti pola bahasa, paling baik dipelajari selama masa kritis ini. Misalnya, anak-anak yang belajar bahasa kedua sebelum usia 8 tahun cenderung menguasainya dengan baik, hampir setara dengan bahasa ibu.

Contoh inspiratif adalah Einstein, yang orang tuanya tidak memfokuskan pembelajaran fisika padanya sejak kecil. Ayahnya membiarkan Einstein ikut dalam pekerjaan rekayasa, sementara ibunya mengajarinya bermain biola untuk menumbuhkan cinta terhadap musik. Pendekatan ini mengembangkan pikirannya secara menyeluruh. Maka, alih-alih menganggap pendidikan dini sebagai persiapan belajar "resmi," periode ini sebaiknya dipandang sebagai waktu yang sangat penting dalam membentuk dasar pembelajaran sepanjang hidup.

Referensi

Rishi Sriram. 2020. Why Ages 2-7 Matter So Much for Brain Development

9 Komentar

  1. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
    Npm: 2386206058
    Kelas : VB PGSD

    Izin menanggapi Pak, pada materi di atas memberikan Penjelasan bahwa pada usia 2 sampai 7 tahun dijelaskan di mana ini sebagai masa kritis otak anak di mana ini akan terjadi perkembang pesat dan beragam. Pengalaman bisa mempengaruhi pada perkembangan mereka dan juga bagaimana anak berinteraksi dengan dunia luar. Dari penjelasan langkah-langkah di atas Saya ingin menanyakan terkait materi di atas pak, karena pentingnya perkembangan anak ini khusus pada anak usia dini Bagaimana peran orang tua atau guru dalam membentuk kemampuan ini secara efektif Pak 🙏

    BalasHapus
  2. Nama : Nabilah Aqli Rahman
    NPM : 2386206125
    Kelas : 5D PGSD

    "Usia 2 sampai 7 Tahun Penting dalam Perkembangan Otak"

    Waktu saya membaca judul sebelum mengklik, yang terbesit di pikiran saya 'ohh mungkin ini supaya kita-kita mahasiswa yang statusnya calon guru mengetahui kalau anak SD kelas 1 (biasanya usianya 7 tahun) itu masih masuk masa kritis anak, dan bagaimana peran kita sebagai pendidik atau pendamping belajarnya.

    Ternyata, ilmu yang disampaikan di blog kali ini lebih dari sekedar untuk mempersiapkan kita para calon pendidik, tapi ilmu ini juga berguna untuk kita kalau suatu hari nanti menjadi orang tua. Betapa pentingnya perkembangan otak anak di usia 2-7 tahun. Kalau nanti kita di beri kesempatan menjadi orang tua, ilmu ini pasti akan sangat bermanfaat. Seperti tadi ada di jelaskan mengenai : Langkah utama untuk mengoptimalkan masa kritis anak. Point-point yang sudah dijelaskan tadi bisa menjadi langkah kita untuk mengoptimalkan perkembangan otak anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Nabilah Aqli Rahman
      NPM : 2386206125
      Kelas : 5D PGSD

      Saya izin berbagi sedikit cerita Pak

      Saya sangat setuju sekali dengan kalimat yang bapak tulis di atas : Anak-anak usia dini sebaiknya menikmati proses belajar, bukan terfokus pada pencapaian. Saya kenal akrab dengan adek kelas saya di Organisasi. Sekarang dia duduk di kelas 1 SMA. Bakatnya macam-macam Pak. Dia pandai main piano, bisa musikalisasi puisi, jago akting, suaranya bagus banget kalau nyanyi, akademiknya juga keren, atlet lomba lari, menggambar juga dia juara Pak, apalagi masakannya Pak, bisa nambah 3 piring saya kalau makan masakannya dia 😀.

      Tapi dengan segudang bakatnya yang saya sebutkan tadi, dia sama sekali ga menikmati proses belajarnya—karena tekanan dari kedua orang tuanya. Orang tua yang seharusnya jadi alasan utama anak untuk semangat malah jadi sebaliknya. Contoh, Setiap kali dia memenangkan kontes nyanyi tapi hanya mendapatkan juara 2, bukannya mengapresiasi orang tuanya malah marah.. bilang seharusnya dia bisa dapat juara 1. Kalau dia menang lomba baca puisi orang tuanya malah membandingkan dia dengan anak lain yang juara lomba menulis cerpen.

      Kenapa saya jadi tau ceritanya? kenapa dia bisa cerita ke saya? ya karna saya tanya 😀

      Kenapa saya tanya? karena saya liat setiap kali dia menang kontes atau lomba, dia sama sekali ga semangat menceritakannya. Di saat orang-orang di sekitarnya ngasih ucapan selamat, menggaung-gaungkan semua bakat yang dia punya, dia malah merasa itu semua ga spesial. Dia sama sekali ga menikmati proses belajar nyanyinya, proses les pianonya, karena dukungan utama yang dia harapkan sama sekali ga ada. "paling habis ini bunda bilang besok pokoknya harus juara 1, bukannya bilang hebattt anak bundaa bisa juara 3 di kelas kak, hehehe, sudah biasa" sedih saya kalau dengar dia cerita tuh.

      Hapus
    2. Nama : Nabilah Aqli Rahman
      NPM : 2386206125
      Kelas : 5D PGSD

      Saya jadi semakin sadar dan mengerti Pak, kalau kita memang sebaiknya lebih melihat proses daripada hasil. Bukan berarti kita menyepelekan hasil yang kita peroleh. Tapi memaknai sesuatu biarpun itu hal kecil itu jauh lebih membahagiakan. Seandainya orang tua dari adek kelas saya tadi melihat proses yang dilalui anaknya, melihat semua usaha-usaha kecil dan besar anaknya untuk terus belajar pasti mereka akan sangat bangga sekali. Tapi saya juga ga bisa 100% menyalahkan sikap orang tuanya. Mungkin orang tua dari adek kelas tadi bersikap seperti itu supaya adek kelas saya menjadi pribadi yang lebih kuat. Mungkin orang tuanya mau supaya anaknya ga di remehkan orang lain, makanya mau anaknya selalu juara 1 😃

      Hapus
    3. Nama : Nabilah Aqli Rahman
      NPM : 2386206125
      Kelas : 5D PGSD

      Usia anak 2-7 tahun itu selain masa kritis anak juga menjadi masa-masa kecemasan orang tua. Banyak orang tua merasa cemas atau bersalah saat merasa belum memberikan stimulasi di usia tersebut. Seolah-olah masa emas telah terlewati dan anak ga bisa berkembang lebih optimal lagi. Hal ini berdampak membuat orang tua terlalu fokus pada pencapaian dan target perkembangan (kaya cerita saya tadi hehehe). Terus juga ada anggapan keliru kalau setelah anak berusia 7 tahun otak anak ga berkembang lagi,“Duh, aku telat ngajarin anakku!” atau “Kalau gak pintar sekarang, nanti gimana?" padahal mah engga gitu yaa..

      Hapus
    4. Nama : Nabilah Aqli Rahman
      NPM : 2386206125
      Kelas : 5D PGSD

      Perlu banget orang tua ketahui kalau belajar itu bisa kapan aja, belajar ga cuma soal umur. Yang penting anak diajak main, diajak ngobrol, di sayang-sayang—jangan buat anak sampai merasa tertekan target pencapaian pokoknya. Otak anak pasti suka banget kalau dia happy, didukung, dan merasa disayang. Jadi, ga usah takut telat dalam pembelajaran anak. Tapi tetap ikhtiar mengoptimalkan masa-masa keemasan anak!

      Hapus
    5. Nama : Elisnawatie
      Kelas:VD
      NPM:2386206069
      Saya setuju banget pak smaa Nabila orang tua tidak perlu menekan anak dengan target pencapaian tertentu pak karena setiap anak punya waktu tumbuh dan belajar yang berbeda. Yang terpenting adalah mendampingi anak dengan sabar dan terus berusaha mengoptimalkan masa keemasan mereka dengan cara yang menyenangkan. Kalau anak bahagia, rasa ingin tahunya tumbuh, dan proses belajar pun jadi alami😁

      Hapus
  3. Nama:Elisnawatie
    Kelas:VD
    NPM:2386206069

    Menurut saya materi ini sangat relavan pak karena mencerminkan pendekatan pendidikan yang menyeluruh, seimbang, serta menekankan peran keluarga terutama ayah dan ibu dalam membentuk dasar pembelajaran sepanjang hayat pak .

    Izin menambahkan pak peran ayah juga sangat penting dalam proses pendidikan anak usia dini. Kehadiran dan keterlibatan ayah baik melalui bermain, berdiskusi, maupun mengenalkan hal-hal baru dapat membantu membentuk rasa percaya diri, kemandirian, dan keseimbangan emosi anak. Seperti yang terlihat pada kisah masa kecil Einstein, dukungan ayah dalam mengajak anak terlibat pada kegiatan kreatif mampu menumbuhkan rasa ingin tahu dan cara berpikir yang menyeluruh

    BalasHapus
  4. Nama: Maya Apriyani
    Npm: 2386206013
    Kelas: V.A

    Dari materi ini mengajarkan bahwa usia 2 sampai 7 tahun merupakan periode penting untuk membangun pengetahuan dan membuat anak bisa berpikir kritis, fase ini memiliki dampak yang berpengaruh pada perkembangan anak.
    Pada fase ini peranan orang tua sangat diperlukan untuk membimbing anak menemukan apa yang mereka sukai dengan mencoba semua hal dan dibebaskan untuk mengeksplorasi diri mereka.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak