Matematika merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan anak, namun sayangnya, literasi matematika di Indonesia masih tertinggal. Berdasarkan data Program for International Student Assessment (PISA), kemampuan matematika remaja di negara ini jauh di bawah standar yang diharapkan. Masalah ini sebenarnya dimulai jauh sebelum usia remaja—yakni pada masa kanak-kanak awal.
Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan keterampilan matematika pada usia dini sangat berpengaruh terhadap pencapaian matematika di masa depan. Namun, survei terbaru dari Age of Learning, pencipta program pendidikan seperti ABCmouse, menemukan bahwa hampir 70% orang tua salah mengira bahwa anak-anak mereka telah mendapatkan cukup waktu untuk belajar matematika, baik di sekolah maupun di rumah.
Sebagian besar orang tua cenderung fokus membantu anak-anak belajar membaca dan menulis angka, padahal ada banyak kegiatan matematika lain yang justru memberikan manfaat lebih besar. Untuk meningkatkan pengalaman matematika di rumah, orang tua perlu melampaui sekadar latihan berhitung. Strategi "4C" dapat menjadi panduan sederhana bagi orang tua untuk menciptakan aktivitas matematika yang lebih bermakna bagi anak-anak.
Apa Itu Strategi 4C?
Anastasia Betts (2020) Strategi 4C mengacu pada Converse (Bercakap), Count (Menghitung), Compare (Membandingkan), dan Categorize (Mengelompokkan). Keempat aktivitas ini berperan penting dalam membangun dasar pengetahuan matematika anak. Dengan menerapkan 4C, orang tua dapat memperkaya diskusi matematika bersama anak dan membantu mereka mengembangkan kosakata serta keterampilan berpikir kritis.
1. Converse (Bercakap)
Berbicara dengan anak tentang konsep-konsep matematika adalah langkah awal yang penting untuk membangun rasa ingin tahu dan pengetahuan mereka tentang angka.
Diskusi sebaiknya melibatkan kegiatan sehari-hari yang relevan dengan pengalaman hidup anak, seperti melompat tali, berjalan-jalan di taman, atau membantu pekerjaan rumah tangga. Anak-anak cenderung lebih terlibat dan antusias ketika konsep matematika dikaitkan dengan kegiatan yang mereka pahami, dibandingkan dengan aktivitas formal seperti mengerjakan lembar kerja.
Orang tua dapat memulai percakapan sederhana dengan pertanyaan seperti:
- "Ada berapa ini?"
- "Mana yang lebih besar atau lebih kecil?"
- "Apa yang membuat benda-benda ini termasuk dalam satu kelompok?"
Yang paling penting, ajukan pertanyaan yang mendorong anak untuk menjelaskan alasannya, seperti:
- "Mengapa kamu berpikir seperti itu?"
- "Bagaimana caramu membuktikannya?"
Sebagai contoh, saat membandingkan dua kelompok mainan, Anda dapat bertanya, "Bagaimana kamu tahu kelompok ini lebih banyak? Apa cara lain untuk menunjukkan ide ini?"
2. Count (Menghitung)
Pengalaman menghitung sangat penting untuk membantu anak mengembangkan pemahaman angka yang kuat. Namun, menghitung bukan hanya sekadar menyebutkan urutan angka. Aktivitas ini mencakup:
- Menghitung jumlah total objek dalam satu tumpukan.
- Mengambil sejumlah tertentu dari sebuah kelompok.
- Menambah atau mengurangi angka dari kelompok yang ada.
- Menghitung maju dan mundur dari angka tertentu.
Orang tua bisa memanfaatkan berbagai peluang sehari-hari untuk menghitung bersama anak, misalnya:
- Menghitung jumlah apel yang akan dibeli di toko.
- Membagi 10 anggur secara merata untuk makan siang.
Dengan melibatkan anak dalam berbagai jenis aktivitas menghitung, mereka akan belajar mengenali hubungan angka secara lebih mendalam.
3. Compare (Membandingkan)
Membandingkan adalah keterampilan kunci yang mendasari banyak konsep dalam matematika dan ilmu pengetahuan. Dengan mengenalkan anak pada karakteristik objek yang dapat diamati dan dibandingkan, orang tua membantu mempersiapkan mereka untuk memahami konsep matematika yang lebih kompleks.
Contoh pertanyaan yang dapat digunakan:
- "Mana yang lebih gelap atau lebih terang?"
- "Mana yang lebih panjang atau lebih pendek?"
- "Mana yang memiliki lebih banyak sisi?"
Pemahaman tentang kuantitas juga sangat penting, misalnya:
- "Siapa yang memiliki lebih banyak anggur, kamu atau aku? Bagaimana kamu tahu?"
Kegiatan seperti bermain puzzle juga dapat memperkuat kemampuan anak dalam membandingkan. Saat anak mencocokkan potongan puzzle, mereka memerhatikan warna, pola, dan bentuk—latihan yang sangat baik untuk berpikir kritis di masa depan.
4. Categorize (Mengelompokkan)
Mengelompokkan atau mengategorikan benda adalah aktivitas matematika yang bisa dilakukan dalam banyak kegiatan sehari-hari. Misalnya:
- Mengatur buku di rak berdasarkan ukuran atau warna.
- Menyusun makanan di dapur berdasarkan jenisnya.
- Melipat cucian dan memisahkan berdasarkan jenis pakaian.
- Memuat atau mengosongkan mesin cuci piring.
Ketika anak belajar memahami karakteristik yang membuat suatu benda termasuk atau tidak termasuk dalam kelompok tertentu, mereka sedang membangun dasar kuat untuk pemahaman matematika yang lebih lanjut.
Sebagai contoh:
- "Semua benda ini berbentuk persegi panjang."
- "Semua benda ini berwarna merah."
Mengapa Strategi 4C Penting?
Strategi 4C membantu orang tua memperkaya pengalaman matematika anak dengan cara yang menyenangkan dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengombinasikan percakapan bermakna, latihan menghitung, perbandingan, dan pengelompokan, anak-anak akan memiliki landasan yang kokoh untuk sukses dalam matematika sekolah dan kehidupan selanjutnya. Anastasia Betts merupakan eksekutif senior Perencanaan dan Desain Kurikulum di Age of Learning, mengatakan dengan menerapkan 4C tidak hanya meningkatkan keterampilan matematika anak, tetapi juga mempererat hubungan antara orang tua dan anak melalui aktivitas bersama yang bermanfaat. Dengan strategi ini, pembelajaran matematika tidak lagi hanya tentang menghafal angka, tetapi menjadi pengalaman yang relevan dan menyenangkan.
Referensi
Anastasia Betts. 2020. The 4 Cs: A Framework For Improving Math Skills
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNPM : 2386206086
Kelas : 5D
Menurut saya nih pak materi tentang strategi 4C yaitu Converse (Bercakap), Count (Menghitung), Compare (Membandingkan), dan Categorize (Mengelompokkan), keempat strategi ini sangat penting dan berperan dalam membangun dasar pengetahuan matematika anak dan starategi ini sangat relevan dan bermanfaat karena menekankan bahwa pondasi matematika anak itu tidak hanya dibangun di sekolah saja tetapi bisa dikembangkan dari rumah melalui keterlibatan orang tua , dengan menerapkan 4C ini orang tua dapat memperkaya diskusi matematika bersama anak dan membantu anak untuk mengembangkan kosakata itu dan bisa berpikir kritis
Berbicara dengan anak tentang matematika ini kadang membuat anak menganggap susah karena ngerasa matematika niii sulit karena ada nya hitung-hitungan saja , maka dari diskusi dengan anak sebaiknya melibatkan kegiatan sehari - hari yang relevan dengan pengalaman kehidupan anak sehari hari , anak-anak biasa cenderung lebih terlibat dan antusias ketika konsep matematika dikaitkan dengan kegiatan yang mereka pahami , dibandingkan dengan aktivitas formal seperti mengerjakan lembar kerja.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNPM : 2386206086
Kelas : 5D
Izin bertanya pak , bagaimana jika ada anak yang tidak mendapatkan peran orang tua di rumahnya ini , maka apakah sikap anak akan terbentuk terhadap matematika jika tidak pernah mendapatkan dukungan atau adanya keterlibatan orang tua?
Nama: Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Izin menanggapi komentar nya Oktavia menurut saya dari sini lah pentingnya peran guru kenapa, karena apabila anak tersebut tidak dapat dukungan dari orang tua, guru harus mengambil peran penting dimana guru harus mencari cara agar pembelajaran tersebut dapat menarik dan memotivasi siswa tersebut. Agar siswa tersebut juga merasakan bahwa mereka mendapat dukungan. Dalam pembelajaran matematika kita bisa kaitkan dengan dengan pengalaman anak tersebut sesuai materi yang di ajarkan🙏
Nama:Elisnawatie
BalasHapusKelas:VD
NPM:2386206069
Izin bertanya pak ,dari materi di atas menjelaskan bahwa survei dari age of learning menunjukan bahwa hampir 70% orang tua mengira anak anak mereka sudah mendapatkan cukup waktu belajar matematika disekolah maupun dirumah pak.apa yang menyebabkan kesalah pahaman ini bisa terjadi pak dan langkah apa saja yang bisa di lakukan untuk meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya pembelajaran matematika yang lebih mendalam pak?
Saya izin menjawab pertanyaan kamu ya ka Elisnawatie, menurut saya salah satu penyebab utama kesalapahaman ini ialah pihak sekolah kurang melibatkan peran kedua orang tua murid, kenapa saya memberikan hal ini menjadi penyebab utama? karena kita bisa lihat kegiatan anak zaman sekarang, kebanyakan anak yang kurang terbuka tentang kegiatan mereka disekolah , saya punya 1 contoh kejadian nyata ada anak yang diminta untuk memberitahukan undangan kepada orang tuanya untuk menghadiri rapat terkait perkembangan pembelajaran, nah undangan dari guru ini tidak sampai kepada orang tua ketika guru bertanya kepada siswa kenapa orang tuanya tidak hadir? jawab siswa sibuk bu, padahal undangan ini tidak sampai kepada orang tua, dari kejadian itu kesalahan pihak sekolah sendiri kenapa tidak langsung memberitahukan kepada orang tua siswa terkait undangan tersebut, padahal zaman sekarang sudah maju memberikan pesan dan undangan bisa lewat online, nah dari sini kita lihat tidak semuanya kesalahan orang tua, tapi disini juga tidak membenarkan posisi orang tua karena mereka kurang merangkul anak, dan mencoba mencari tahu kesulitan yang dihadapi anaknya, tapi kadang sebagai seorang anak punya rasa takut untuk bertanya kepada orang tua mungkin karena situasi yang kurang baik, atau keaadan yang kurang mendukung. Maka dari itu kita butuh guru untuk melibatkan orang tua dengan langsung berbicara tatap muka kepada orang tua murid terkait kurangnya pemahaman anak terhadap pembelajaran matematika dll.
Hapussemoga bermanfaat....
Nama :Elisnawatie
BalasHapusKelas:VD
NPM:2386206069
Bukan hanya orang tua ataupun guru pak saya juga sering kali beranggapan bahwa kemampuan matematika anak sudah sudah cukup apabila mereka bisa mengenal angka,membaca dan menuliskannya dengan benar.padahal perkembangan keterampilan matematika pada usia dini jauh lebih kompleks dan sangat menentukan pencapaian mereka Dimasa depan
NAMA : Dias pinasih
HapusNPM : 2386206057
KELAS : VB PGSD
Izin menanggapi ya Elis ada tambahan peran lingkungan belajar yang mendukung juga sangat berpengaruh. Misalnya, orang tua dapat membantu dengan memberikan pengalaman berhitung melalui kegiatan sehari-hari seperti berbelanja, memasak dan bermain. Dengan cara ini anak tidak hanya menghafal angka tetapi juga memahami makna penerapannya dalam kehidupan nyata.
Nama: Nanda Vika Sari
BalasHapusKelas: 5B PGSD
Npm: 2386206053
Pada materi ini strategi 4C ini sebuah pendekatan namun efektif untuk meningkatkan literasi matematika sejak dini. Dengan bercakap, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan anak tidak hanya belajar tentang angka namun mengembangkan kemampuan berpikir dan pemahaman yang lebih dalam.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM :2386206017
kelas : VB PGSD
materi 4c yang berjudul membangun pondasi matematika yang kokoh dari rumah (peran orang tua) dari judulnya saja bisa mengingatkan kita bahwa orang tua adalah tempat pertama anak belajar, sehingga orang tua juga memiliki peran penting dalam menciptakan suasana belajar anak yang menyenangkan untuk anak. dengan contoh sederhana pengenalan simbol matematika contoh nya tanda kurung, tambah, kali, dan masih banyak lagi secara umum. dalam aktivitas sehari-hari anak orng tua juga bisa mengasah pengetahuan matematika anak secara alami tanpa menggunakan metode ajar yang kaku dan susah di pahami.
Nama : Andi Nurfika
HapusNPM :2386206017
Kelas : VB PGSD
izin melanjutkan
dalam konteks pendidikan 4c merujuk pada keterampilan seperti critical thinking, creativity, collaboration, dan communication. dari keempat aspek tersebut dapat membantu anak untuk membangun kebiasaan anak berpikir kritis saat menyelesaikan tugas yang di berikan, kreatif menemukan hal hal yang baru, mau bekerja sama tim dengan teman bahkan keluarga, serta melatih anak menyampaikan langkah langkah pemecahan masalah secara komunikatif
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
disini saya ingin memberikan contoh sederhana yang bisa di lakukan orang tua untuk mengenalkan kepada anak simbol atau konsep matematika pada kehidupan sehari hari
yaitu mengajak anak untuk menghitung jumlah buah mangga yg ada di meja makan menggunakan tanda tambah dan kurung. orng tua juga dpat menanyakan berap jumlah kue kering setelah di makan? aktivis sehari hari juga bisa melatih anak mengerti konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian bahkan pembagian seperti mengajak anak ke pasar
NAMA : Dias pinasih
HapusNPM : 2386206057
KELAS : VB PGSD
Izin menanggapi jawaban dari Andi Fika pak
Saya setuju apa yang Andi jelaskan diatas memberikan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari sangat membantu anak memahami konsep matematika dengan lebih mudah. Kegiatan sederhana seperti menghitung buah, kue, atau saat berbelanja memang efektif untuk menanamkan pemahaman dasar tentang operasi hitungan
Ada tambahan sedikit selain kegiatan menghitung, orang tua juga bisa melatih kemampuan berpikir logis anak melalui permainan edukatif seperti puzzle angka atau permainan papan sederhana. Dengan begitu anak tidak hanya belajar berhitung, tetapi juga belajar memecahkan masalah dan berpikir kritis dengan cara yang menyenangkan.
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
BalasHapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Ini adalah bacaan ke lima saya di blog Bapak dan semangaattt (nyemangatin diri sendiri hehe).
Saya bener-bener amaze dengan kuliah di bidang perguruan ini. Karena sampe ke tips belajar efektif untuk ngebangun kemampuan matematika anak pada madrasah pertamanya pun dipelajari dan didapatkan ilmunya. Jadi, saya yang notabenenya adalah perempuan dan akan menjadi madrasah pertama untuk anak saya nanti (hihihi, aamiin ya Allah) udah kecipratan ilmu parenting dari materi yang ada di kuliah. Alhamdulillah, senengnyaaa.
Dan menurut saya kalau dipikir-pikir matematika itu ga cuman soal hitung-hitungan, soal rumus yang bikin pusing kalau dihapal dan pelajaran yang menakutkan. Tapi, matematika ini kayak dasar yang ngebangun sistem kerja ke olah pikir pada anak yang hasilnya itu bikin anak punya cara berpikir yang baik. Berpikir yang rapi, kerja otaknya saat dihadapkan sesuatu itu nyari jalan keluar kayak game labirin dengan start awal dan mencari titik finishnya setelah itu seperti puzzle yang mencocokkan potongan potongan masalah dan dirangkai menjadi satu kesatuan, dan permainan lainnya yang mengasah otak. Apalagi kalau emang dikenalkan saat masa masa golden age anak yang kayak usia dini ini. InsyaAllah mantap. Kalau saya analogikannya kaya begitu sih Pak.
Terus, saya ada yang mau ditanyakan Pak. 4C ini kan bagus untuk usia anak ketika dini tuh.. Nah, untuk umurnya sendiri Pak, spesifikasi umurnya di umur berapa Pak? kita bisa melakukan 4C ini bersama anak? Terus, pasti setelah 4C ini ada tahap selanjutnya kayak next level gitu kan Pak atau ada tahap sebelum 4C juga Pak? Kira kira kalau batas usianya sampe masuk sekolah itu tahap lain math parenting setelah atau sebelum 4C ini ada apa aja Pak? hehehehe. Maaf ya Pak, kalau Bapak baca pertanyaan ini kayak jadi konsultan tumbuh kembang anak usia dini 😀.
Terima kasih, Pak.
Nama : Bella Ayu Pusdita
BalasHapusKelas : 5d
Nim :2386206114
Tanggapan saya terhadap materi diatas pak menurut saya itu pendekatan yg sangat efektif ,karena pendekatan ini menggeser fokus dari sekedar menghafal rumus menjadi pengembangan keterampilan.jadi pada intinya peran orang tua dalam pendekatan 4c itu mengubah matematika dari cuma subjek akademik yang membuat anak takut menjadi perangkat berpikir yang digunakan buat memahami dan memecahkan tantangan dunia nyata.
Nama : Bella Ayu Pusdita
BalasHapusKelas : 5d
Nim : 2386206114
Saya mau bertanya juga pak aktivitas harian apa ya pak yang paling efektif dan mudah diterapkan orang tua dirumah untuk memperkenalkan konsep-konsep matematika dasar??
Nama : Erlynda Yuna Nurviah
HapusNpm : 2386206035
Kelas : VB PGSD
Saya izin menanggapi pertanyaan dari bella, sebelumnya dimateri yang sudah bapak jelaskan diatas ada strategi 4C yaitu ( Bercakap, Menghitung, Menggelomookkan dan Membandingkan), aktivis yang paling efektif diterapkan untuk anak- anak agar mereka dapat memahami dasar matematika bisa dilakukan dengan mengaitkannya melalui kegiatan sehari² mereka dirumah..Contohnya
Membantu ibu menimbang tepung saat membuat kue, mengelompokkan antara sendok dan garpu ketika sedang beberes alat makan, menyusun balok sesuai ukuran, warna dan bentuknya ketika sedang bermain , membandingkan panjang dan pendek suatu benda misalnya antara sapu dan raket dan masih banyak lagi. Ngga perlu harus yang berat² dlu tapi dengan cara mengaitkannya dengan kegiatan sehari-hari anak itu bisa jadi kegiatan efektif yang berkala bagi mereka untuk bisa memahami konsep matematika secara tidak langsung 🙏
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusNPM : 2386206125
Kelas : 5 D PGSD
Saya jadi teringat waktu pak, dulu waktu saya kecil kalau besok hari saya harus bertemu pelajaran matematika di sekolah, malamnya saya pasti belajar dulu sama Bapak saya hehehe. Dan setelah saya membaca tulisan Bapak saya baru menyadari. Kalau ternyata Bapak saya dulu tidak hanya mengajari saya matematika kalau di malam hari saja, tapi juga di kehidupan sehari-hari. Yang paling saya ingat dulu Bapak saya sering banget maksa saya buat ikut belanja ke pasar (iya, kalau di rumah saya yang belanja ke pasar Bapak saya hehehehe). Di hari Ahad, Pagi-pagi buta saya dibangunkan. Dulu saya merasa jengkel karna seharusnya ahad pagi itu saya tidur sampai siang (karna libur hehehehe), tapi malah dipaksa Bapak saya belanja ke pasar. Di perjalanan pulang ke rumah, Bapak saya pasti bakal nanya ke saya "Tadi kan kita dikasih Mama uang 100rb nah tadi kita belanja bla bla bla bla bla berarti sekarang uang kita tinggal berapa?"
converse, count, compare, categorize (4C) ini memang jadi pengingat, kalau belajar matematika itu bisa dimulai dari hal-hal kecil di rumah. Orang tua ga harus jadi guru matematika. Tapi cukup menemani anak mengobrol, mencoba, berpikir, bertanya. manfaatnya, belajar matematika pun bukan hanya soal angka. Tapi juga menjadi bermakna.
Nama: Rosidah
BalasHapusNpm: 2386206034
Kelas: V B (PGSD)
Menarik sekali membaca materi ini tentang peran orang tua dalam membantu anak belajar matematika menggunakan stategi 4C, namun saya sendiri jadi bingung harus berkomentar seperti apa di blog bapak kali ini hehe, saya jadi teringat masa kecil saya dulu, dimana orang tua saya memang sangat sibuk, mamak harus mengurus adik-adik, sementara bapak sering diluar rumah karena pekerjaan (mungkin sekitar 1 atau 2 bulan baru kembali), oleh karena itu saya bingung mau komen apa di blog ini hehe karena saya dulu kebanyakan belajar sendiri kalo di rumah, dan peran orang tua dalam mendampingi saya belajar, khususnya matematika memang kurang (menurut saya pribadi)
Namun setelah dewasa saya menyadari peran orang tua sangatlah penting, seperti yang dijelaskan pada blog ini, bahwa konsep matematika lebih bagus kita terapkan sejak masa kanak-kanak awal, keterlibatan orang tua dalam kehidupan sehari-hari sangatlah berarti untuk pertumbuhan anak-anak. Saya berharap banyak orang tua menyadari pentingnya peran mereka mendampingi anak-anak belajar, tidak hanya di sekolah, tetapi juga dirumah.
Nama: Stevani
BalasHapusNPM: (2386206045)
Kelas: V C PGSD
Buyaadin Menurut aku, strategi 4C ini keren banget buat diterapkan sama orang tua di rumah. Kadang orang tua mikir belajar matematika itu cuma soal ngitung angka atau ngerjain soal di buku, padahal dari hal-hal kecil sehari-hari aja anak udah bisa belajar banyak. Misalnya pas bantu masak bisa sambil ngitung jumlah bahan, atau waktu beresin mainan bisa sekalian belajar ngelompokkan bentuk dan warna.
Bagian yang paling aku suka itu “Converse” bercakap tentang matematika. Seru banget bisa sambil ingat” masa kecil dulu yang ternyata secara ga langsung sudah ngalamin fase 4C ini hahah… waktu aku SD pak aku sering bantuin mama ngoreksi tugas atau kasih nilai ke buku tugas murid-muridnya. Dari situ aku jadi sering ngitung nilai, ngebandingin hasil kerja teman-teman, dan kadang ngelompokkan mana yang udah bagus dan mana yang masih perlu latihan. Ternyata tanpa sadar, kegiatan itu juga termasuk belajar matematika, terutama bagian menghitung dan membandingkan. Jadi meskipun kelihatannya cuma bantu mama, sebenarnya aku juga ikut belajar dengan cara yang seru dan nggak terasa kaku.
Kadang anak lebih cepat paham kalau diajak ngobrol santai, bukan disuruh belajar terus. Jadi, hubungan orang tua dan anak juga bisa makin dekat karena belajarnya bareng dan seru.
Intinya, 4C ini ngajarin kita kalau matematika itu nggak harus selalu serius dan di depan meja belajar. Justru lewat kegiatan kecil di rumah, anak bisa belajar konsep-konsep dasar yang penting banget buat masa depannya.
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM:2386206113
Terimakasih atas materi yang telah disampaikan diatas pak.
ijin menanggapi pak, dari materi yang bapak sampaikan yaitu tentang strategi 4C yang dapat menjadi acuan sangat berguna bagi orang tua dan pendidik untuk meningkatkan kemampuan matematika anak-anak. Dengan memahami konsep strategi 4C, orang tua dan pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan matematika mereka.
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Ijin bertanya Bapak,
Bagaiman Strategi 4C dapan disesuikan uantuk anak-anak dengan berkebutuhan khusus atau gaya belajar yang berbeda?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm :2386206058
Kelas : VB PGSD
Ingin menjawab pak pertanyaan dari aprilina Awing menurut saya Pak strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara menyesuaikan cara berbicara menghitung, membandingkan dan mengelompokkan sesuai kemampuan anak. Contohnya Di mana kita dapat menggunakan benda nyata atau gambar agar anak tetap bisa memahami konsep matematika secara senang dan bermakna. Strategi ini dapat mendukung pembagian impulsif di rumah🙏
Nama : Alya Salsabila
BalasHapusNpm : 2386206062
Kelas : V C
Izin memberikan tanggapan pak, materinya sangat bermanfaat terutama 4c dalam membangun dasar matematika anak, penjelasannya juga jelas dan memberi gambaran nyata bagaimana peran orang tua bisa membantu anak belajar dengan cara yang menyenangkan di rumah.
Nama : Alya Salsabila
HapusNpm: 2386206062
Kelas : V C
Saya izin bertanya ya pak, apakah ada agar anak tetap semangat belajar matematika dengan metode 4C terutama kalau mereka mulai merasa bosan?
Nama: Maya Apriyani
HapusNpm: 2386206013
Kelas : V.A
izin menanggapi pertanyaan dari ka alya, menurut saya anak akan merasa bosan belajar khususnya matematika yang pertama yaitu mereka merasa bahwa belajar matematika itu sulit, jadi sebelum mereka belajar aja mereka sudah mikir gitu, dan di tambah lagi kalau orang tua mengajarkan matematika pasti seperti hal yang monoton saja.
na dari bacaan ini bisa bisa mengunakan metode 4c untuk mengatasi rasa bosan anak dalam belajar matematika.
1. bercakap( membuat soal matematika dalam bentuk cerita, misalnya ibu mempunyai 5 mangga, lalu ayah memakan 2, berapa sisa mangga milik ibu? gunakan gambar yang sudah di gunting agar lebih menarik
2. menghitung( misalnya mengajak anak bermain yang melibatkan hitungan contoh ular tangga) secara tidak langsung anak bermain sambil belajar.
3. membandingkan( kita bisa mengunakan barang2 yang ada di rumah seperti buah-buahan kita tanya kepada anak antara buah nanas dan semangka yang mana lebh berat?
4. mengelompokan( kita bisa menyuruh anak-anak merapikan mainan mereka, misalnya berdasarkan warna, na kita tanya tu kepada bisa mengelompokkan nya.
kita harus membuat pelajaran itu menyenangkan dan buat anak tidak berpikir bahwa rutinitas yang sedang mereka lakukan adalah belajar, tanpa mereka sadari.
Nama: Nur Sinta
BalasHapusNPM: 3386206033
Kelas: 5B PGSD
Izin menanggapi materi ini pak...
Saya setuju sekali bahwa perkembangan keterampilan matematika pada usia dini sangat berpengaruh terhadap pencapaian matematika di masa depan karena jika telah di ajarkan sejak dini anak akan terus mengingat hal tersebut contohnya saya sebelum masuk SD di ajarkan berhitung 1-20 lanjut bertahap sampai saya tahu berhitung 1-100 oleh bapak saya waktu itu saya ingat sampai sekarang karena di usia itu ingatan kita tersimpan. Menerapkan 4C converse (bercakap), count (menghitung), compare (membandingkan dan categorize (mengelompokkan) menarik dan seru sekali belajar matematika yang melibatkan kegiatan sehari-hari, anak akan cepat paham dengan begitu anak tidak akan merasa matematika itu sulit.
Nama : Fakhriyyah Mufidah Abidin
BalasHapusNPM : 2386206095
Kelas : 5D PGSD
Lagi dan lagi masya Allah banget bisa mendapatkan materi pembelajaran seperti ini. Seperti saya, Bapak, dan teman-teman ketahui sebentar lagi saya akan menjadi orang tua yang mengurus amanah dari Allah SWT sepanjang perjalanan hidup saya. Sebelumnya minta doa yaa buat semuanya mudahan saya bisa menjadi madrasah (Ibu) yang memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya dari segi pendidikan, sosial, ekonomi ataupun kebutuhannya nanti. Serta diberikan kesehatan keselamatan pada saat melahirkan, baik diri saya maupun anak saya Aamiin. Begitupun untuk teman-teman semuanya mudahan kalian nantinya bisa mendapatkan pasangan hidup yang bisa saling melengkapi dan saling mengisi satu sama lain serta diberikan keturunan yang berakhlak mulia, cantik-cantik maupun ganteng-ganteng Aamiin, dan untuk Pak Nurdin doanya dan ucapan terima kasih saya ke Bapak. Terima kasih Pak, Bapak sudah buat sedikit beban atau tanggung jawab saya di semester 5 ini tidak terlalu berat karena tidak adanya microteaching di mata kuliah Bapak. Mudahan semua ilmu yang Bapak berikan ke saya dan teman-teman bisa menjadi ladang pahala untuk Bapak, serta karier dan ekonomi Bapak lancar terus dan dipermudah Aamiin.
Nama : Fakhriyyah Mufidah Abidin
BalasHapusNPM : 2386206095
Kelas : 5D PGSD
Izin menambah sedikit Pak. Awalnya saya kira materi ini itu adalah kolaborasi Bapak bersama anak kelas 4C, ntah kenapa saya berpikir seperti itu, sepertinya karena penulisan judul materinya seperti ini "4C: Membangun Pondasi Matematika yang Kokoh dari Rumah (Peran Orang Tua)"😭😭😭🙏🏻. Okey kembali ke leptop yaa, setelah saya membaca materi ini saya langsung teringat akan masa-masa kecil saya dari TK sampai SD, ternyata materi ini itu sudah orang tua saya terapkan kepada diri saya dan adek-adek saya. Sekali lagi terima kasih Pak atas materi ini membuat mood saya yang hari ini awalnya jelek jadi bagus sekali hehehe, materi ini juga membuat saya mengingat akan masa kecil saya sampai masa pendidikan di SMP, kenapa hanya sampai di SMP?. Karena hanya sampai di SMP lah saya merasa matematika itu mudah dan matematika itu menyenangkan. Pada saat memasuki pendidikan SMK saya tidak begitu tertarik dengan matematika, karena keterpaksaan saya untuk mengambil Akuntansi berdampak ke matematika saya, dan itu berdampak sekali dengan prestasi dan kehidupan saya, yang dulunya saya selalu masuk 5 besar atau 10 besar malah menjadi 20 besar. Yang awalnya matematika itu sangat gampang sekali saya pahami sekarang butuh perjuangan ekstra untuk bisa dan paham bagi saya, itu semua terjadi karena keterpaksaan sehingga membuat saya kurangnya latihan dan menganggap gampang pada saat saya di bangku SMK.
Sekali lagi terima kasih Pak atas materinya yang bener-bener mengingatkan masa kecil dan masa waktu sekolah, walau ada sedikit hal yang bisa dibilang ada rasa penyesalan tapi itu sudah terjadi dan lewat, sekarang itu semua sudah saya jadikan sebagai pelajaran hidup saya, dan bisa menjadi cerita untuk anak saya.
Nama: Maya Apriyani
BalasHapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Menurut pendapat saya, setelah saya membaca materi ini saya baru memahami bahwa secara tidak langsung sebenarnya pertanyaan-pertanyaan kecil atau aktivitas kecil di rumah yang sering di tanyakan orang tua itu merupakan salah satu pondasi awal untuk memahami matematika, saya juga sebelum membaca materi ini saya kira belajar matematika itu hanya dengan angka-angka saja seperti anak-anak di suruh berlatih menghitung ini membuat anak rasa bosan dan membuat mereka tidak suka matematika.
dari materi ini kita dapat belajar bahwa peranan orang tua sangat di butuhkan sebagai pondasi awal, karena kita telah membaca dan memahami materi ini kiranya kita sebagai mahasiswa yang pastinya memiliki keluarga, saya harapkan kita bisa bersama-sama menerapkan hal ini untuk saudara-saudara kita di rumah, jika kita memiliki adik kiranya kita bisa mencontohkan hal ini, walaupun orang tua kita tidak tau menerapkannya.
Nama: Ratna Andina
BalasHapusNPM:2386206074
Kelas: 5C PGSD
Menurut saya Strategi 4C ini penting banget karena bisa bantu kita belajar matematika dengan cara yang lebih seru dan mudah diterapkan di kehidupan sehari-hari. Jadi, kita juga bisa ngobrol, kerja sama, dan mikir kreatif lewat kegiatan yang bermakna. Selain itu, strategi 4C juga bisa bikin hubungan antara guru, orang tua, dan siswa makin dekat.
Nama : Aprilina awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Saya sangat setuju dengan materi ini yang bawasanya strategi 4c ini sangat bermanfaat bagi anak-anak dalam mengembangkan kemampuan matematika mereka. dengan menerapkan strategi ini, anak-anak bisa belajar matematika dengan cara yang lebih menyenangkan dan bermakna. saya rasa salah satu kelebihan dari strategi 4c ini bisa diterapkan dalan kehidupan sehari-hari yang sederhana. misalnya, saat berbelanja di pasar, kita bisa menerapkan konsep count dengan meminta anak-anak menghitung jumblah barang yang dibeli. atau saat memasak, kita bisa menerapkan konsep compare dengan meminta anak-anak membandingkan ukuran dan jumblah bahan-bahan yang digunakan. dengan menerapkan strategi 4c dan menyedikan lingkungan belajar yang mendukung, dapat membantu anak-anak uantuk mengembangkan kemampuan matematika mereka.
Nama : Leoni Wulandari
HapusNPM : 2386206088
Kelas : 5D
Izin menanggapi pendapat dari Aprilina Awing, menurut saya apa yang disampaikan memang benar banget. Strategi 4C ini emang bisa banget diterapkan dalam kegiatan sehari-hari dan gak harus selalu lewat pelajaran di kelas. Dengan cara itu, anak-anak jadi bisa belajar matematika sambil main atau bantu orang tua di rumah.
Saya juga setuju kalau kegiatan seperti belanja atau masak bisa jadi sarana buat anak belajar menghitung dan membandingkan. Cara ini menurut saya bikin anak gak cepat bosan dan lebih paham makna dari apa yang mereka pelajari. Jadi, strategi 4C ini bukan cuma bantu anak paham angka, tapi juga melatih mereka berpikir logis dan kritis dari hal-hal sederhana di sekitar mereka.
Nama : Leoni Wulandari
BalasHapusNPM : 2386206088
Kelas : 5D
Menurut saya nih pak, materi tentang strategi 4C ini menarik banget karena ngajarin kita gimana cara bantu anak belajar matematika dari hal-hal sederhana di sekitar mereka. Empat langkahnya, yaitu Converse (bercakap), Count (menghitung), Compare (membandingkan), dan Categorize (mengelompokkan), menurut saya pas banget buat anak-anak yang lagi belajar memahami konsep dasar matematika tanpa harus merasa tertekan.
Saya juga ngerasa strategi ini bisa bikin anak lebih semangat belajar, soalnya belajar matematika gak cuma lewat angka dan rumus, tapi lewat aktivitas sehari-hari. Misalnya waktu bantu orang tua di rumah, belanja, atau main sambil ngitung barang. Dengan cara ini, anak jadi lebih mudah nangkep makna dari apa yang mereka pelajari dan bisa berpikir lebih kritis.
Nama : Desy Olivia Sapitri
BalasHapusKelas / Npm : 5D / 2386206087
materi bapak ini menjelaskan betapa pentingnya strategi 4c dalam membantu para orang tua memperdalam kemampuan belajar anak. Saya setuju dengan materi ini karena memang nyatanya pembelajaran yg bermakna tidak hanya berpusat pada angka atau hafalan tapi juga melibatkan kolaborasi komunikasi dan berpikir kritis.
Strategi 4c ini relevan dengan kebutuhan
parenting saat ini. Hal ini penting karna pendidikan bukan hanya dari sekolah tetapi dimulai dari lingkungan keluarga. Orang tua adalah guru pertama bagi anak, oleh karna itu penting bagi kita para calon orang tua membangun kedekatan emosional dengan anak agar proses belajar mereka bermakna dan melalui strategi 4c mempererat hubungan antara orang tua dan anak..