4C: Membangun Pondasi Matematika yang Kokoh dari Rumah (Peran Orang Tua)

 

Matematika merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan anak, namun sayangnya, literasi matematika di Indonesia masih tertinggal. Berdasarkan data Program for International Student Assessment (PISA), kemampuan matematika remaja di negara ini jauh di bawah standar yang diharapkan. Masalah ini sebenarnya dimulai jauh sebelum usia remaja—yakni pada masa kanak-kanak awal.

Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan keterampilan matematika pada usia dini sangat berpengaruh terhadap pencapaian matematika di masa depan. Namun, survei terbaru dari Age of Learning, pencipta program pendidikan seperti ABCmouse, menemukan bahwa hampir 70% orang tua salah mengira bahwa anak-anak mereka telah mendapatkan cukup waktu untuk belajar matematika, baik di sekolah maupun di rumah.

Sebagian besar orang tua cenderung fokus membantu anak-anak belajar membaca dan menulis angka, padahal ada banyak kegiatan matematika lain yang justru memberikan manfaat lebih besar. Untuk meningkatkan pengalaman matematika di rumah, orang tua perlu melampaui sekadar latihan berhitung. Strategi "4C" dapat menjadi panduan sederhana bagi orang tua untuk menciptakan aktivitas matematika yang lebih bermakna bagi anak-anak.

Apa Itu Strategi 4C?

Anastasia Betts (2020) Strategi 4C mengacu pada Converse (Bercakap), Count (Menghitung), Compare (Membandingkan), dan Categorize (Mengelompokkan). Keempat aktivitas ini berperan penting dalam membangun dasar pengetahuan matematika anak. Dengan menerapkan 4C, orang tua dapat memperkaya diskusi matematika bersama anak dan membantu mereka mengembangkan kosakata serta keterampilan berpikir kritis.

1. Converse (Bercakap)

Berbicara dengan anak tentang konsep-konsep matematika adalah langkah awal yang penting untuk membangun rasa ingin tahu dan pengetahuan mereka tentang angka.

Diskusi sebaiknya melibatkan kegiatan sehari-hari yang relevan dengan pengalaman hidup anak, seperti melompat tali, berjalan-jalan di taman, atau membantu pekerjaan rumah tangga. Anak-anak cenderung lebih terlibat dan antusias ketika konsep matematika dikaitkan dengan kegiatan yang mereka pahami, dibandingkan dengan aktivitas formal seperti mengerjakan lembar kerja.

Orang tua dapat memulai percakapan sederhana dengan pertanyaan seperti:

  • "Ada berapa ini?"
  • "Mana yang lebih besar atau lebih kecil?"
  • "Apa yang membuat benda-benda ini termasuk dalam satu kelompok?"

Yang paling penting, ajukan pertanyaan yang mendorong anak untuk menjelaskan alasannya, seperti:

  • "Mengapa kamu berpikir seperti itu?"
  • "Bagaimana caramu membuktikannya?"

Sebagai contoh, saat membandingkan dua kelompok mainan, Anda dapat bertanya, "Bagaimana kamu tahu kelompok ini lebih banyak? Apa cara lain untuk menunjukkan ide ini?"

2. Count (Menghitung)

Pengalaman menghitung sangat penting untuk membantu anak mengembangkan pemahaman angka yang kuat. Namun, menghitung bukan hanya sekadar menyebutkan urutan angka. Aktivitas ini mencakup:

  • Menghitung jumlah total objek dalam satu tumpukan.
  • Mengambil sejumlah tertentu dari sebuah kelompok.
  • Menambah atau mengurangi angka dari kelompok yang ada.
  • Menghitung maju dan mundur dari angka tertentu.

Orang tua bisa memanfaatkan berbagai peluang sehari-hari untuk menghitung bersama anak, misalnya:

  • Menghitung jumlah apel yang akan dibeli di toko.
  • Membagi 10 anggur secara merata untuk makan siang.

Dengan melibatkan anak dalam berbagai jenis aktivitas menghitung, mereka akan belajar mengenali hubungan angka secara lebih mendalam.

3. Compare (Membandingkan)

Membandingkan adalah keterampilan kunci yang mendasari banyak konsep dalam matematika dan ilmu pengetahuan. Dengan mengenalkan anak pada karakteristik objek yang dapat diamati dan dibandingkan, orang tua membantu mempersiapkan mereka untuk memahami konsep matematika yang lebih kompleks.

Contoh pertanyaan yang dapat digunakan:

  • "Mana yang lebih gelap atau lebih terang?"
  • "Mana yang lebih panjang atau lebih pendek?"
  • "Mana yang memiliki lebih banyak sisi?"

Pemahaman tentang kuantitas juga sangat penting, misalnya:

  • "Siapa yang memiliki lebih banyak anggur, kamu atau aku? Bagaimana kamu tahu?"

Kegiatan seperti bermain puzzle juga dapat memperkuat kemampuan anak dalam membandingkan. Saat anak mencocokkan potongan puzzle, mereka memerhatikan warna, pola, dan bentuk—latihan yang sangat baik untuk berpikir kritis di masa depan.

4. Categorize (Mengelompokkan)

Mengelompokkan atau mengategorikan benda adalah aktivitas matematika yang bisa dilakukan dalam banyak kegiatan sehari-hari. Misalnya:

  • Mengatur buku di rak berdasarkan ukuran atau warna.
  • Menyusun makanan di dapur berdasarkan jenisnya.
  • Melipat cucian dan memisahkan berdasarkan jenis pakaian.
  • Memuat atau mengosongkan mesin cuci piring.

Ketika anak belajar memahami karakteristik yang membuat suatu benda termasuk atau tidak termasuk dalam kelompok tertentu, mereka sedang membangun dasar kuat untuk pemahaman matematika yang lebih lanjut.

Sebagai contoh:

  • "Semua benda ini berbentuk persegi panjang."
  • "Semua benda ini berwarna merah."

Mengapa Strategi 4C Penting?

Strategi 4C membantu orang tua memperkaya pengalaman matematika anak dengan cara yang menyenangkan dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengombinasikan percakapan bermakna, latihan menghitung, perbandingan, dan pengelompokan, anak-anak akan memiliki landasan yang kokoh untuk sukses dalam matematika sekolah dan kehidupan selanjutnya. Anastasia Betts merupakan eksekutif senior Perencanaan dan Desain Kurikulum di Age of Learning, mengatakan dengan menerapkan 4C tidak hanya meningkatkan keterampilan matematika anak, tetapi juga mempererat hubungan antara orang tua dan anak melalui aktivitas bersama yang bermanfaat. Dengan strategi ini, pembelajaran matematika tidak lagi hanya tentang menghafal angka, tetapi menjadi pengalaman yang relevan dan menyenangkan.


Referensi

Anastasia Betts. 2020. The 4 Cs: A Framework For Improving Math Skills

156 Komentar

  1. Nama : Oktavia Ramadani
    NPM : 2386206086
    Kelas : 5D
    Menurut saya nih pak materi tentang strategi 4C yaitu Converse (Bercakap), Count (Menghitung), Compare (Membandingkan), dan Categorize (Mengelompokkan), keempat strategi ini sangat penting dan berperan dalam membangun dasar pengetahuan matematika anak dan starategi ini sangat relevan dan bermanfaat karena menekankan bahwa pondasi matematika anak itu tidak hanya dibangun di sekolah saja tetapi bisa dikembangkan dari rumah melalui keterlibatan orang tua , dengan menerapkan 4C ini orang tua dapat memperkaya diskusi matematika bersama anak dan membantu anak untuk mengembangkan kosakata itu dan bisa berpikir kritis

    Berbicara dengan anak tentang matematika ini kadang membuat anak menganggap susah karena ngerasa matematika niii sulit karena ada nya hitung-hitungan saja , maka dari diskusi dengan anak sebaiknya melibatkan kegiatan sehari - hari yang relevan dengan pengalaman kehidupan anak sehari hari , anak-anak biasa cenderung lebih terlibat dan antusias ketika konsep matematika dikaitkan dengan kegiatan yang mereka pahami , dibandingkan dengan aktivitas formal seperti mengerjakan lembar kerja.

    BalasHapus
  2. Nama : Oktavia Ramadani
    NPM : 2386206086
    Kelas : 5D

    Izin bertanya pak , bagaimana jika ada anak yang tidak mendapatkan peran orang tua di rumahnya ini , maka apakah sikap anak akan terbentuk terhadap matematika jika tidak pernah mendapatkan dukungan atau adanya keterlibatan orang tua?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Isdiana Susilowati Ibrahim
      Npm : 2386206058
      Kelas : VB PGSD

      Izin menanggapi komentar nya Oktavia menurut saya dari sini lah pentingnya peran guru kenapa, karena apabila anak tersebut tidak dapat dukungan dari orang tua, guru harus mengambil peran penting dimana guru harus mencari cara agar pembelajaran tersebut dapat menarik dan memotivasi siswa tersebut. Agar siswa tersebut juga merasakan bahwa mereka mendapat dukungan. Dalam pembelajaran matematika kita bisa kaitkan dengan dengan pengalaman anak tersebut sesuai materi yang di ajarkan🙏

      Hapus
    2. Nama: Dominika Dew Daleq
      Npm: 2386206051
      Kelas: V.A

      Baik, saya Izin menjawab pertanyaan dari teman kita 🙏🏻

      Bagaimana jika ada anak yang tidak mendapatkan peran orang tua di rumahnya ini, maka apakah sikap anak akan terbentuk terhadap matematika jika tidak pernah mendapatkan dukungan atau adanya keterlibatan orang tua?


      Terima kasih atas pertanyaannya yang sangat penting ini, izin saya coba jawab ya, pertanyaan tentang anak yang tidak mendapatkan peran orang tua di rumah ini memang menyentuh realita yang cukup banyak terjadi di masyarakat kita. Menurut saya, sikap anak terhadap matematika memang akan sangat terpengaruh kalau mereka tidak mendapatkan dukungan atau keterlibatan orang tua, tapi bukan berarti otomatis jadi negatif atau pasti gagal dalam matematika yang terjadi adalah mereka kehilangan satu support system yang sebenarnya sangat berharga untuk membangun fondasi matematika yang kuat sejak dini, anak-anak yang tidak mendapatkan stimulasi matematika dari rumah biasanya akan lebih bergantung sepenuhnya pada pembelajaran di sekolah, dan ini bisa jadi masalah karena waktu di sekolah terbatas dan guru harus membagi perhatian ke banyak siswa, mereka mungkin tidak familiar dengan konsep-konsep dasar matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari seperti yang dijelaskan dalam strategi 4C tadi, sehingga matematika terasa lebih abstrak dan kurang relevan dengan kehidupan mereka.

      Dampaknya bisa bermacam-macam, ada yang mengembangkan kecemasan matematika karena merasa matematika itu sulit dan menakutkan, ada yang kurang percaya diri dalam kemampuan matematika mereka, atau bahkan mengembangkan pola pikir bahwa mereka memang tidak berbakat dalam matematika, tapi yang menarik adalah ini bukan deterministik, artinya tidak mendapat dukungan orang tua bukan vonis akhir bahwa anak pasti lemah dalam matematika, ada faktor-faktor lain yang bisa mengkompensasi, misalnya guru yang sangat supportive dan kreatif di sekolah, kakak atau saudara yang bisa jadi role model, atau program-program sepulang sekolah yang memberikan paparan matematika dalam cara yang menyenangkan. Yang penting bagi kita sebagai calon pendidik adalah menyadari bahwa tidak semua anak datang ke sekolah dengan latar belakang yang sama dalam hal paparan matematika di rumah, jadi kita perlu usaha ekstra untuk menjembatani kesenjangan tersebut, kita bisa mengadaptasi strategi 4C ini dalam pembelajaran di kelas, menciptakan lingkungan yang kaya secara matematis dimana anak-anak tetap bisa berbicara tentang matematika dengan teman dan guru, menghitung dalam berbagai konteks, membandingkan objek-objek di sekitar mereka, dan mengkategorikan benda-benda dalam aktivitas kelas.

      Sekolah juga bisa mengambil peran lebih aktif dengan mengadakan program pendidikan orang tua tentang pentingnya keterlibatan orang tua dalam pembelajaran matematika anak, atau menyediakan sumber daya dan panduan sederhana yang bisa diikuti orang tua di rumah bahkan dengan waktu yang terbatas.

      Jadi kesimpulannya, memang ada dampak negatif potensial kalau anak tidak mendapatkan dukungan orang tua dalam pembelajaran matematika, tapi ini bukan akhir segalanya karena ada banyak intervensi yang bisa dilakukan oleh sekolah dan guru untuk memastikan semua anak tetap punya kesempatan mengembangkan sikap positif dan kemampuan matematika yang kuat.

      Hapus
    3. Menurut saya meskipun dukungan dan peran orang tua di rumah sangat signifikan untuk memperkuat sikap positif dan pemahaman matematika anak, sikap anak terhadap matematika dapat dan harus tetap dibentuk secara kuat di lingkungan sekolah melalui intervensi guru yang fokus pada penciptaan pengalaman belajar yang relevan, positif, dan inklusif yang mampu mengkompensasi kurangnya keterlibatan keluarga.semoga membantu ya

      Hapus
    4. Nama: Imelda Rizky Putri
      Npm: 2386206024
      Kelas:5B

      Izin menjawab pertanyaan dari Oktavia, menurut saya, jika anak tidak mendapatkan peran orang tua seperti dukungan, atau bimbingan keterlibatan dalam belajar sikapnya terhadap matematika cenderung mudah terbentuk menjadi negatif misalnya merasa matematika, sulit, menakutkan atau tidak penting tanpa dorongan dan perhatian anak bisa kurang percaya diri, cepat menyerah dan tidak punya kebiasaan belajar yang mendukung pemahaman. Sebaliknya keterlibatan kecil saja dari orang tua, seperti memberi semangat menyediakan waktu belajar yang nyaman atau menunjukkan sikap positif dapat membantu anak lebih percaya diri dan memandang matematika sebagai hal yang bisa dan mudah dipahami.

      Hapus
  3. Nama:Elisnawatie
    Kelas:VD
    NPM:2386206069

    Izin bertanya pak ,dari materi di atas menjelaskan bahwa survei dari age of learning menunjukan bahwa hampir 70% orang tua mengira anak anak mereka sudah mendapatkan cukup waktu belajar matematika disekolah maupun dirumah pak.apa yang menyebabkan kesalah pahaman ini bisa terjadi pak dan langkah apa saja yang bisa di lakukan untuk meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya pembelajaran matematika yang lebih mendalam pak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya izin menjawab pertanyaan kamu ya ka Elisnawatie, menurut saya salah satu penyebab utama kesalapahaman ini ialah pihak sekolah kurang melibatkan peran kedua orang tua murid, kenapa saya memberikan hal ini menjadi penyebab utama? karena kita bisa lihat kegiatan anak zaman sekarang, kebanyakan anak yang kurang terbuka tentang kegiatan mereka disekolah , saya punya 1 contoh kejadian nyata ada anak yang diminta untuk memberitahukan undangan kepada orang tuanya untuk menghadiri rapat terkait perkembangan pembelajaran, nah undangan dari guru ini tidak sampai kepada orang tua ketika guru bertanya kepada siswa kenapa orang tuanya tidak hadir? jawab siswa sibuk bu, padahal undangan ini tidak sampai kepada orang tua, dari kejadian itu kesalahan pihak sekolah sendiri kenapa tidak langsung memberitahukan kepada orang tua siswa terkait undangan tersebut, padahal zaman sekarang sudah maju memberikan pesan dan undangan bisa lewat online, nah dari sini kita lihat tidak semuanya kesalahan orang tua, tapi disini juga tidak membenarkan posisi orang tua karena mereka kurang merangkul anak, dan mencoba mencari tahu kesulitan yang dihadapi anaknya, tapi kadang sebagai seorang anak punya rasa takut untuk bertanya kepada orang tua mungkin karena situasi yang kurang baik, atau keaadan yang kurang mendukung. Maka dari itu kita butuh guru untuk melibatkan orang tua dengan langsung berbicara tatap muka kepada orang tua murid terkait kurangnya pemahaman anak terhadap pembelajaran matematika dll.
      semoga bermanfaat....

      Hapus
    2. Nama: Dominika Dew Daleq
      Npm: 2386206051
      Kelas: V.A

      Izin Untuk menambah kan jawab dari pertanyaan yang diajukan 🙏🏻

      Dari materi di atas menjelaskan bahwa survei dari age of learning menunjukan bahwa hampir 70% orang tua mengira anak anak mereka sudah mendapatkan cukup waktu belajar matematika disekolah maupun dirumah pak.apa yang menyebabkan kesalah pahaman ini bisa terjadi pak dan langkah apa saja yang bisa di lakukan untuk meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya pembelajaran matematika yang lebih mendalam?

      Jawaban:
      Izin menjawab pertanyaan yang sangat menarik ini, Mengenai survei yang menunjukkan hampir 70% orang tua mengira anak mereka sudah mendapat cukup waktu belajar matematika, menurut saya ada beberapa faktor yang menyebabkan salah persepsi ini bisa terjadi, yang pertama adalah pemahaman orang tua tentang apa itu pembelajaran matematika yang efektif itu sendiri masih terbatas, banyak orang tua yang mengira matematika itu cuma soal bisa menghitung angka atau mengerjakan soal-soal di buku, jadi kalau anak mereka sudah bisa hitung dari satu sampai sepuluh atau sudah punya jam pelajaran matematika di sekolah, mereka anggap saja itu sudah cukup, padahal seperti yang dijelaskan dalam materi tadi, matematika itu jauh lebih luas dari sekadar berhitung, ada aspek converse, compare, dan categorize yang juga crucial tapi sering terabaikan, faktor kedua adalah orang tua mungkin terlalu percaya bahwa sekolah sudah menangani semuanya, mereka berpikir guru sudah pasti tahu apa yang terbaik dan sudah mengajarkan semua yang perlu diajarkan, jadi mereka tidak merasa perlu terlibat lebih jauh di rumah ada juga kemungkinan keinginan sosial bias dimana orang tua tidak mau mengakui atau tidak sadar bahwa mereka sebenarnya kurang terlibat dalam pembelajaran anak di rumah, jadi mereka menaksir terlalu tinggi waktu yang Sebenarnya dihabiskan untuk aktivitas matematika, yang ketiga adalah kurangnya kesadaran tentang pentingnya keterampilan matematika awal dan bagaimana fondasi matematika di usia dini itu sangat menentukan pencapaian matematika di masa depan, banyak orang tua yang baru khawatir ketika anak mereka sudah berjuang di sekolah dasar atau menengah, padahal intervensi paling efektif itu justru di usia dini.

      Orang tua juga mungkin tidak mengenali aktivitas sehari-hari sebagai kesempatan belajar matematika, mereka tidak sadar bahwa kegiatan seperti memasak, belanja, atau merapikan mainan itu sebenarnya adalah momen-momen berharga untuk mengaplikasikan strategi 4C. Untuk meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya pembelajaran matematika yang lebih mendalam, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan menurut saya.
      1. Edukasi melalui workshop atau seminar pengasuhan anak yang secara khusus membahas tentang perkembangan matematika awal dan mengenalkan strategi praktis seperti 4C ini dengan contoh-contoh konkret yang mudah diterapkan.
      2. Libatkan orang tua dalam aktivitas matematika di kelas melalui rumah terbuka dimana mereka bisa ikut langsung dan melihat secara langsung bagaimana anak-anak belajar matematika dengan cara yang berbeda dari generasi mereka dulu.
      3. Berikan feedback yang biasa dan spesifik kepada orang tua tidak hanya tentang hasil tes matematika anak tapi juga tentang keterampilan berpikir matematika mereka, sehingga orang tua bisa lebih menghargai berbagai aspek pembelajaran matematika.
      4. Manfaatkan teknologi dengan membuat grup WhatsApp atau aplikasi khusus dimana guru bisa share tips matematika harian atau challenge sederhana yang bisa dilakukan keluarga bersama-sama.
      5. Kolaborasi dengan komunitas atau organisasi lokal untuk mengadakan kampanye kesadaran tentang pentingnya pendidikan matematika awal, gunakan data dan temuan penelitian untuk meyakinkan orang tua tapi sampaikan dalam bahasa yang dapat diakses.

      Jadi intinya kombinasi antara pendidikan, alat praktis, dukungan berkelanjutan, dan perubahan pola pikir tentang matematika itu yang bisa membantu meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya pembelajaran matematika yang lebih mendalam untuk anak-anak mereka.

      Hapus
  4. Nama :Elisnawatie
    Kelas:VD
    NPM:2386206069

    Bukan hanya orang tua ataupun guru pak saya juga sering kali beranggapan bahwa kemampuan matematika anak sudah sudah cukup apabila mereka bisa mengenal angka,membaca dan menuliskannya dengan benar.padahal perkembangan keterampilan matematika pada usia dini jauh lebih kompleks dan sangat menentukan pencapaian mereka Dimasa depan

    BalasHapus
    Balasan
    1. NAMA : Dias pinasih
      NPM : 2386206057
      KELAS : VB PGSD

      Izin menanggapi ya Elis ada tambahan peran lingkungan belajar yang mendukung juga sangat berpengaruh. Misalnya, orang tua dapat membantu dengan memberikan pengalaman berhitung melalui kegiatan sehari-hari seperti berbelanja, memasak dan bermain. Dengan cara ini anak tidak hanya menghafal angka tetapi juga memahami makna penerapannya dalam kehidupan nyata.

      Hapus
  5. Nama: Nanda Vika Sari
    Kelas: 5B PGSD
    Npm: 2386206053

    Pada materi ini strategi 4C ini sebuah pendekatan namun efektif untuk meningkatkan literasi matematika sejak dini. Dengan bercakap, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan anak tidak hanya belajar tentang angka namun mengembangkan kemampuan berpikir dan pemahaman yang lebih dalam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
      Npm : 2386206058
      Kelas : VB PGSD

      Izin memberi tanggapan pak, Saya setuju dengan pendapat Nanda Vika Sari bahwa strategi 4C merupakan pendekatan yang efektif untuk membangun kemampuan berpikir dan pemahaman konsep matematika anak sejak dini. Melalui kegiatan bercakap, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan, anak tidak hanya belajar angka secara mekanis, tetapi juga belajar bernalar, mengamati, dan mengaitkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. Namun, menurut saya penting juga untuk menekankan bahwa peran orang tua bukan hanya memberikan latihan atau tugas, tetapi juga sebagai fasilitator yang menciptakan suasana belajar yang positif dan interaktif. Contohnya, orang tua bisa mengajak anak berdiskusi saat berbelanja, memasak, atau bermain, agar matematika terasa lebih dekat dan bermakna bagi anak. Dengan demikian, strategi 4C tidak hanya membantu anak memahami angka, tetapi juga membangun kebiasaan berpikir logis, rasa ingin tahu, serta kemampuan komunikasi matematis yang kuat sejak usia dini🙏🏻

      Hapus
  6. Nama : Andi Nurfika
    NPM :2386206017
    kelas : VB PGSD

    materi 4c yang berjudul membangun pondasi matematika yang kokoh dari rumah (peran orang tua) dari judulnya saja bisa mengingatkan kita bahwa orang tua adalah tempat pertama anak belajar, sehingga orang tua juga memiliki peran penting dalam menciptakan suasana belajar anak yang menyenangkan untuk anak. dengan contoh sederhana pengenalan simbol matematika contoh nya tanda kurung, tambah, kali, dan masih banyak lagi secara umum. dalam aktivitas sehari-hari anak orng tua juga bisa mengasah pengetahuan matematika anak secara alami tanpa menggunakan metode ajar yang kaku dan susah di pahami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Andi Nurfika
      NPM :2386206017
      Kelas : VB PGSD

      izin melanjutkan
      dalam konteks pendidikan 4c merujuk pada keterampilan seperti critical thinking, creativity, collaboration, dan communication. dari keempat aspek tersebut dapat membantu anak untuk membangun kebiasaan anak berpikir kritis saat menyelesaikan tugas yang di berikan, kreatif menemukan hal hal yang baru, mau bekerja sama tim dengan teman bahkan keluarga, serta melatih anak menyampaikan langkah langkah pemecahan masalah secara komunikatif

      Hapus
  7. Nama : Andi Nurfika
    NPM : 2386206017
    Kelas : VB PGSD

    disini saya ingin memberikan contoh sederhana yang bisa di lakukan orang tua untuk mengenalkan kepada anak simbol atau konsep matematika pada kehidupan sehari hari
    yaitu mengajak anak untuk menghitung jumlah buah mangga yg ada di meja makan menggunakan tanda tambah dan kurung. orng tua juga dpat menanyakan berap jumlah kue kering setelah di makan? aktivis sehari hari juga bisa melatih anak mengerti konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian bahkan pembagian seperti mengajak anak ke pasar

    BalasHapus
    Balasan
    1. NAMA : Dias pinasih
      NPM : 2386206057
      KELAS : VB PGSD


      Izin menanggapi jawaban dari Andi Fika pak
      Saya setuju apa yang Andi jelaskan diatas memberikan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari sangat membantu anak memahami konsep matematika dengan lebih mudah. Kegiatan sederhana seperti menghitung buah, kue, atau saat berbelanja memang efektif untuk menanamkan pemahaman dasar tentang operasi hitungan

      Ada tambahan sedikit selain kegiatan menghitung, orang tua juga bisa melatih kemampuan berpikir logis anak melalui permainan edukatif seperti puzzle angka atau permainan papan sederhana. Dengan begitu anak tidak hanya belajar berhitung, tetapi juga belajar memecahkan masalah dan berpikir kritis dengan cara yang menyenangkan.

      Hapus
    2. Nama: Dominika Dew Daleq
      Npm: 2386206051
      Kelas: V.A

      Izin menambahkan pak 🙏🏻

      Terima kasih kepada teman kita sudah memberikan contoh yang sangat praktis dan dapat diterapkan.

      Saya sangat setuju dengan contoh-contoh yang telah disebutkan sebelumnya. Memang benar bahwa aktivitas sehari-hari seperti menghitung buah mangga di meja makan atau menanyakan berapa jumlah kue yang tersisa setelah dimakan merupakan cara yang sangat efektif untuk mengenalkan konsep matematika kepada anak dalam konteks yang bermakna dan relevan dengan kehidupan mereka.

      Yang ingin saya tambahkan dari contoh-contoh tersebut adalah pentingnya konsistensi dan variasi dalam menerapkan pembelajaran matematika informal di rumah, ketika orang tua mengajak anak ke pasar seperti yang disebutkan, itu bukan hanya kesempatan untuk belajar penjumlahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian, tetapi juga kesempatan untuk mengembangkan pemahaman angka (number sense) yang lebih holistik, misalnya, anak belajar membuat estimasi saat memperkirakan berapa banyak jeruk yang bisa dibeli dengan sejumlah uang, belajar konsep proporsi saat membandingkan harga per kilogram, atau belajar memecahkan masalah saat harus memutuskan antara membeli dua jenis buah dengan anggaran terbatas, yang menarik dari pendekatan ini adalah matematika menjadi bagian alami dari percakapan, bukan pelajaran yang dipaksakan. Jadi, anak tidak merasa sedang belajar matematika formal, tetapi mereka sebenarnya menyerap konsep-konsep matematika tanpa sadar.

      Orang tua juga bisa memperluas aktivitas ini ke berbagai situasi lain, misalnya saat memasak di mana anak belajar tentang pengukuran dan pecahan, saat bepergian di mana anak belajar tentang waktu dan jarak, atau saat membagi makanan di mana anak belajar tentang pembagian adil dan pembagian yang setara.

      Yang penting adalah orang tua harus melakukannya dengan sengaja, artinya secara aktif mencari momen-momen matematika ini dan mengungkapkan matematika yang terjadi. Misalnya, alih-alih hanya membagikan kue kepada tiga anak, orang tua bisa berkata, “Kita punya dua belas kue dan tiga anak, jadi berapa banyak kue yang didapat masing-masing anak?” Dengan begitu, anak mulai mengaitkan situasi kehidupan nyata dengan operasi matematika. Satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah jangan terlalu fokus pada mendapatkan jawaban yang benar, tetapi lebih pada proses berpikir. Dorong anak untuk menjelaskan alasan mereka, mencoba berbagai strategi, dan bahkan membuat kesalahan karena semua itu adalah bagian dari proses belajar. Jika anak salah menghitung jumlah mangga, misalnya, alih-alih langsung membetulkan, tanyakan “Bagaimana kamu menghitungnya?”, “Ayo kita hitung bersama,” atau “Apa cara lain yang bisa kita gunakan untuk memeriksa?” Dengan begitu, mereka mengembangkan keterampilan metakognitif dan belajar bahwa matematika bukan hanya soal jawaban, tetapi tentang proses berpikir.

      Orang tua juga perlu sabar dan tidak mengharapkan hasil instan karena pemahaman matematika berkembang secara bertahap melalui paparan yang berulang dan pengalaman yang beragam.

      Yang saya pahami dari contoh-contoh yang disebutkan tadi adalah semuanya mudah diakses dan tidak memerlukan bahan khusus atau sumber daya yang mahal. Ini sangat penting untuk memastikan kesetaraan karena terlepas dari latar belakang sosial ekonomi, semua keluarga bisa menerapkan strategi ini. Jadi, saya sangat mendukung pendekatan mengintegrasikan pembelajaran matematika dalam aktivitas sehari-hari seperti ini karena sejalan dengan prinsip konstruktivisme, di mana anak membangun pemahaman mereka melalui pengalaman otentik dan pembelajaran kontekstual. Ini jauh lebih kuat dibandingkan sekadar latihan soal atau penggunaan kartu flash dan lembar kerja yang terlepas dari kehidupan nyata mereka.

      Hapus
  8. Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
    NPM: 2386206085
    Kelas: 5D PGSD

    Ini adalah bacaan ke lima saya di blog Bapak dan semangaattt (nyemangatin diri sendiri hehe).

    Saya bener-bener amaze dengan kuliah di bidang perguruan ini. Karena sampe ke tips belajar efektif untuk ngebangun kemampuan matematika anak pada madrasah pertamanya pun dipelajari dan didapatkan ilmunya. Jadi, saya yang notabenenya adalah perempuan dan akan menjadi madrasah pertama untuk anak saya nanti (hihihi, aamiin ya Allah) udah kecipratan ilmu parenting dari materi yang ada di kuliah. Alhamdulillah, senengnyaaa.

    Dan menurut saya kalau dipikir-pikir matematika itu ga cuman soal hitung-hitungan, soal rumus yang bikin pusing kalau dihapal dan pelajaran yang menakutkan. Tapi, matematika ini kayak dasar yang ngebangun sistem kerja ke olah pikir pada anak yang hasilnya itu bikin anak punya cara berpikir yang baik. Berpikir yang rapi, kerja otaknya saat dihadapkan sesuatu itu nyari jalan keluar kayak game labirin dengan start awal dan mencari titik finishnya setelah itu seperti puzzle yang mencocokkan potongan potongan masalah dan dirangkai menjadi satu kesatuan, dan permainan lainnya yang mengasah otak. Apalagi kalau emang dikenalkan saat masa masa golden age anak yang kayak usia dini ini. InsyaAllah mantap. Kalau saya analogikannya kaya begitu sih Pak.

    Terus, saya ada yang mau ditanyakan Pak. 4C ini kan bagus untuk usia anak ketika dini tuh.. Nah, untuk umurnya sendiri Pak, spesifikasi umurnya di umur berapa Pak? kita bisa melakukan 4C ini bersama anak? Terus, pasti setelah 4C ini ada tahap selanjutnya kayak next level gitu kan Pak atau ada tahap sebelum 4C juga Pak? Kira kira kalau batas usianya sampe masuk sekolah itu tahap lain math parenting setelah atau sebelum 4C ini ada apa aja Pak? hehehehe. Maaf ya Pak, kalau Bapak baca pertanyaan ini kayak jadi konsultan tumbuh kembang anak usia dini 😀.

    Terima kasih, Pak.

    BalasHapus
  9. Nama : Bella Ayu Pusdita
    Kelas : 5d
    Nim :2386206114
    Tanggapan saya terhadap materi diatas pak menurut saya itu pendekatan yg sangat efektif ,karena pendekatan ini menggeser fokus dari sekedar menghafal rumus menjadi pengembangan keterampilan.jadi pada intinya peran orang tua dalam pendekatan 4c itu mengubah matematika dari cuma subjek akademik yang membuat anak takut menjadi perangkat berpikir yang digunakan buat memahami dan memecahkan tantangan dunia nyata.

    BalasHapus
  10. Nama : Bella Ayu Pusdita
    Kelas : 5d
    Nim : 2386206114
    Saya mau bertanya juga pak aktivitas harian apa ya pak yang paling efektif dan mudah diterapkan orang tua dirumah untuk memperkenalkan konsep-konsep matematika dasar??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Erlynda Yuna Nurviah
      Npm : 2386206035
      Kelas : VB PGSD

      Saya izin menanggapi pertanyaan dari bella, sebelumnya dimateri yang sudah bapak jelaskan diatas ada strategi 4C yaitu ( Bercakap, Menghitung, Menggelomookkan dan Membandingkan), aktivis yang paling efektif diterapkan untuk anak- anak agar mereka dapat memahami dasar matematika bisa dilakukan dengan mengaitkannya melalui kegiatan sehari² mereka dirumah..Contohnya
      Membantu ibu menimbang tepung saat membuat kue, mengelompokkan antara sendok dan garpu ketika sedang beberes alat makan, menyusun balok sesuai ukuran, warna dan bentuknya ketika sedang bermain , membandingkan panjang dan pendek suatu benda misalnya antara sapu dan raket dan masih banyak lagi. Ngga perlu harus yang berat² dlu tapi dengan cara mengaitkannya dengan kegiatan sehari-hari anak itu bisa jadi kegiatan efektif yang berkala bagi mereka untuk bisa memahami konsep matematika secara tidak langsung 🙏

      Hapus
    2. Nama: Dominika Dew Daleq
      Npm: 2386206051
      Kelas: V.A

      Izin menjawab pertanyaan dari teman kita ini 🙏🏻 menurut saya strategi 4C dapat diterapkan secara efektif melalui aktivitas harian yang sudah terjadi secara alami dalam rutinitas keluarga, tanpa perlu waktu khusus atau persiapan rumit. Kegiatan seperti makan bersama, berpakaian, berbelanja, mandi, membaca sebelum tidur, membantu pekerjaan rumah, bermain, dan jalan-jalan di alam dapat menjadi momen berharga untuk mengenalkan konsep matematika secara menyenangkan dan bermakna.

      Contoh penerapan:
      - Saat makan: menghitung peralatan makan, membandingkan isi piring, dan mengelompokkan makanan.
      - Berpakaian: membandingkan ukuran pakaian dan warna.
      - Berbelanja: menghitung jumlah barang, membandingkan harga, dan mengenalkan konsep uang.
      - Mandi dan tidur: menghitung mainan, membandingkan volume air, serta membaca buku sambil mengidentifikasi karakter dan ukuran.
      - Pekerjaan rumah: mengelompokkan pakaian, menghitung handuk, dan mencocokkan peralatan makan.
      - Bermain dan aktivitas luar: membangun pola, membandingkan tinggi, dan mengelompokkan benda alam.

      Kunci keberhasilan strategi ini adalah keterlibatan aktif orang tua dalam percakapan matematika, penggunaan kosakata matematika yang kaya, serta pendekatan yang menyenangkan dan tidak menekan. Penting juga untuk menyesuaikan aktivitas dengan usia dan minat anak, serta menjaga konsistensi melalui latihan singkat namun rutin.

      Dengan pendekatan ini, anak akan mengembangkan sikap positif terhadap matematika karena mereka mengaitkannya dengan pengalaman keluarga yang menyenangkan dan relevan, bukan dengan tekanan akademik.

      Hapus
    3. Nama:Elisnawatie
      NPM:2386206069
      Kelas:5D

      Menarik nih kaa Bella pertanyaannya izin menjawab yaa

      Menurut saya aktivitas harian sederhana di rumah dapat menjadi sarana efektif untuk mengenalkan konsep-konsep matematika dasar kepada anak. Melalui kegiatan seperti menghitung benda, membantu menyiapkan meja, memasak, berbelanja, atau bermain, anak belajar memahami angka, bentuk, pola, ukuran, dan waktu secara alami dan menyenangkan
      Dengan melibatkan anak dalam situasi nyata dan memberikan kesempatan untuk berpikir serta berbicara tentang matematika, orang tua dapat membantu anak mengembangkan pemahaman konseptual, logika, dan rasa percaya diri terhadap matematika sejak dini.😁

      Hapus
    4. Nama: Nanda Vika Sari
      Npm: 2386206053
      Kelas: 5B PGSD

      Izin menjawab pertanyaan dari Bella Ayu Pusdita, menerut sepengetahuan saya para orang tua bisa mengenalkan konsep matematika dasar kepada anaknya dengan cara melibatkan anak dalam kegiatan sehari-hari yang mudah atau sering mereka lakukan. Contohnya dengan berbelanja, yaitu mengenalkan mata uang, harga, dan penjumlahan sederhana, bisa juga dengan menghitung benda yang ada di sekitarnya yaitu seperti menghitung jumlah buah, sendok, ataupun mainan (konsep bilangan).

      Hapus
  11. Nama : Nabilah Aqli Rahman
    NPM : 2386206125
    Kelas : 5 D PGSD

    Saya jadi teringat waktu pak, dulu waktu saya kecil kalau besok hari saya harus bertemu pelajaran matematika di sekolah, malamnya saya pasti belajar dulu sama Bapak saya hehehe. Dan setelah saya membaca tulisan Bapak saya baru menyadari. Kalau ternyata Bapak saya dulu tidak hanya mengajari saya matematika kalau di malam hari saja, tapi juga di kehidupan sehari-hari. Yang paling saya ingat dulu Bapak saya sering banget maksa saya buat ikut belanja ke pasar (iya, kalau di rumah saya yang belanja ke pasar Bapak saya hehehehe). Di hari Ahad, Pagi-pagi buta saya dibangunkan. Dulu saya merasa jengkel karna seharusnya ahad pagi itu saya tidur sampai siang (karna libur hehehehe), tapi malah dipaksa Bapak saya belanja ke pasar. Di perjalanan pulang ke rumah, Bapak saya pasti bakal nanya ke saya "Tadi kan kita dikasih Mama uang 100rb nah tadi kita belanja bla bla bla bla bla berarti sekarang uang kita tinggal berapa?"

    converse, count, compare, categorize (4C) ini memang jadi pengingat, kalau belajar matematika itu bisa dimulai dari hal-hal kecil di rumah. Orang tua ga harus jadi guru matematika. Tapi cukup menemani anak mengobrol, mencoba, berpikir, bertanya. manfaatnya, belajar matematika pun bukan hanya soal angka. Tapi juga menjadi bermakna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. NAMA :VIRGINIA JAU
      KELAS:VD
      NPM:2386206089
      Makasih banget ya Nabila sudah cerita. Seru juga bacanya, jadi kebayang gimana Bapak kamu dulu nemenin kamu belajar, bukan cuma waktu mau pelajaran matematika di sekolah, tapi juga lewat kegiatan sehari-hari. Kadang hal-hal kecil kayak ikut belanja ke pasar ternyata bisa jadi cara belajar yang asyik juga ya.
      Yang Bapak kamu lakuin itu bener banget, ngajarin matematika lewat pengalaman langsung. Ditanya soal uang belanja, sisa uang, itu sebenarnya bikin kamu terbiasa mikir, ngitung, dan ngerti konsep matematika tanpa terasa lagi belajar “matematika banget”.
      Dan iya, kamu bener—belajar matematika nggak selalu harus dari guru di kelas. Dari rumah pun bisa, lewat ngobrol, mikir bareng, dan nyoba hal-hal sederhana. Jadi banyak maknanya, nggak cuma soal angka doang.

      Hapus
  12. Nama: Rosidah
    Npm: 2386206034
    Kelas: V B (PGSD)

    Menarik sekali membaca materi ini tentang peran orang tua dalam membantu anak belajar matematika menggunakan stategi 4C, namun saya sendiri jadi bingung harus berkomentar seperti apa di blog bapak kali ini hehe, saya jadi teringat masa kecil saya dulu, dimana orang tua saya memang sangat sibuk, mamak harus mengurus adik-adik, sementara bapak sering diluar rumah karena pekerjaan (mungkin sekitar 1 atau 2 bulan baru kembali), oleh karena itu saya bingung mau komen apa di blog ini hehe karena saya dulu kebanyakan belajar sendiri kalo di rumah, dan peran orang tua dalam mendampingi saya belajar, khususnya matematika memang kurang (menurut saya pribadi)
    Namun setelah dewasa saya menyadari peran orang tua sangatlah penting, seperti yang dijelaskan pada blog ini, bahwa konsep matematika lebih bagus kita terapkan sejak masa kanak-kanak awal, keterlibatan orang tua dalam kehidupan sehari-hari sangatlah berarti untuk pertumbuhan anak-anak. Saya berharap banyak orang tua menyadari pentingnya peran mereka mendampingi anak-anak belajar, tidak hanya di sekolah, tetapi juga dirumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. NAMA:VIRGINIA JAU
      KELAS ;VD
      NPM:2386206089
      Terima kasih banyak, Rosidah, atas tanggapan yang sangat mendalam dan jujur. Pengalaman pribadi yang kamu bagikan benar-benar menggambarkan bagaimana kondisi keluarga dapat memengaruhi proses belajar anak, terutama dalam pelajaran yang dianggap menantang seperti matematika.
      Saya setuju bahwa peran orang tua memang sangat penting, bukan hanya sebagai pendamping belajar, tetapi juga sebagai pemberi rasa aman dan dukungan emosional. Meski dulu mungkin orang tua sibuk, insight yang kamu miliki sekarang menunjukkan bahwa pemahaman dan kesadaran bisa tumbuh seiring waktu.
      Semoga semakin banyak orang tua yang menyadari pentingnya meluangkan waktu untuk mendampingi anak belajar, tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah, seperti yang kamu harapkan. Terima kasih sudah berbagi perspektif yang sangat berharga!

      Hapus
    2. NAMA:VIRGINIA JAU
      KELAS :VD
      NPM: 2386206089
      Terima kasih banyak, Rosidah, atas tanggapan yang sangat mendalam dan jujur. Pengalaman pribadi yang kamu bagikan benar-benar menggambarkan bagaimana kondisi keluarga dapat memengaruhi proses belajar anak, terutama dalam pelajaran yang dianggap menantang seperti matematika.
      Saya setuju bahwa peran orang tua memang sangat penting, bukan hanya sebagai pendamping belajar, tetapi juga sebagai pemberi rasa aman dan dukungan emosional. Meski dulu mungkin orang tua sibuk, insight yang kamu miliki sekarang menunjukkan bahwa pemahaman dan kesadaran bisa tumbuh seiring waktu.
      Semoga semakin banyak orang tua yang menyadari pentingnya meluangkan waktu untuk mendampingi anak belajar, tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah, seperti yang kamu harapkan. Terima kasih sudah berbagi perspektif yang sangat berharga!

      Hapus
  13. Nama: Stevani
    NPM: (2386206045)
    Kelas: V C PGSD
    Buyaadin Menurut aku, strategi 4C ini keren banget buat diterapkan sama orang tua di rumah. Kadang orang tua mikir belajar matematika itu cuma soal ngitung angka atau ngerjain soal di buku, padahal dari hal-hal kecil sehari-hari aja anak udah bisa belajar banyak. Misalnya pas bantu masak bisa sambil ngitung jumlah bahan, atau waktu beresin mainan bisa sekalian belajar ngelompokkan bentuk dan warna.
    Bagian yang paling aku suka itu “Converse” bercakap tentang matematika. Seru banget bisa sambil ingat” masa kecil dulu yang ternyata secara ga langsung sudah ngalamin fase 4C ini hahah… waktu aku SD pak aku sering bantuin mama ngoreksi tugas atau kasih nilai ke buku tugas murid-muridnya. Dari situ aku jadi sering ngitung nilai, ngebandingin hasil kerja teman-teman, dan kadang ngelompokkan mana yang udah bagus dan mana yang masih perlu latihan. Ternyata tanpa sadar, kegiatan itu juga termasuk belajar matematika, terutama bagian menghitung dan membandingkan. Jadi meskipun kelihatannya cuma bantu mama, sebenarnya aku juga ikut belajar dengan cara yang seru dan nggak terasa kaku.
    Kadang anak lebih cepat paham kalau diajak ngobrol santai, bukan disuruh belajar terus. Jadi, hubungan orang tua dan anak juga bisa makin dekat karena belajarnya bareng dan seru.
    Intinya, 4C ini ngajarin kita kalau matematika itu nggak harus selalu serius dan di depan meja belajar. Justru lewat kegiatan kecil di rumah, anak bisa belajar konsep-konsep dasar yang penting banget buat masa depannya.

    BalasHapus
  14. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM:2386206113

    Terimakasih atas materi yang telah disampaikan diatas pak.
    ijin menanggapi pak, dari materi yang bapak sampaikan yaitu tentang strategi 4C yang dapat menjadi acuan sangat berguna bagi orang tua dan pendidik untuk meningkatkan kemampuan matematika anak-anak. Dengan memahami konsep strategi 4C, orang tua dan pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan matematika mereka.

    BalasHapus
  15. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 2386206113

    Ijin bertanya Bapak,
    Bagaiman Strategi 4C dapan disesuikan uantuk anak-anak dengan berkebutuhan khusus atau gaya belajar yang berbeda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
      Npm :2386206058
      Kelas : VB PGSD
      Ingin menjawab pak pertanyaan dari aprilina Awing menurut saya Pak strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara menyesuaikan cara berbicara menghitung, membandingkan dan mengelompokkan sesuai kemampuan anak. Contohnya Di mana kita dapat menggunakan benda nyata atau gambar agar anak tetap bisa memahami konsep matematika secara senang dan bermakna. Strategi ini dapat mendukung pembagian impulsif di rumah🙏

      Hapus
    2. Nama: Dominika Dew Daleq
      Npm: 2386206051
      Kelas: V.A

      Izin menanggapi 🙏🏻
      Menurut saya, Strategi 4C sangat fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan individual anak. Untuk anak visual, gunakan dukungan gambar, warna, dan benda nyata. Anak auditori akan lebih terbantu dengan interaksi verbal, lagu, dan penjelasan lisan. Anak kinestetik bisa belajar melalui gerakan dan sentuhan, seperti menghitung sambil melompat atau membandingkan berat benda secara langsung.

      Anak dengan spektrum autisme membutuhkan rutinitas yang konsisten dan struktur yang jelas, sementara anak dengan ADHD perlu aktivitas yang singkat, menarik, dan penuh gerakan. Anak dengan keterlambatan perkembangan memerlukan waktu lebih lama, pengulangan, dan bahan konkret. Anak dengan keterlambatan bicara bisa menggunakan aktivitas matematika untuk mengembangkan komunikasi, termasuk respons non-verbal. Anak dengan sensitivitas sensori perlu lingkungan belajar yang tenang dan bahan yang sesuai dengan preferensi mereka.

      Kunci utamanya adalah individualisasi, yaitu orang tua perlu mengamati, menyesuaikan pendekatan, dan berkolaborasi dengan profesional jika perlu. Diferensiasi bisa dilakukan dari tingkat kesulitan tugas, dan teknologi bantu juga bisa digunakan. Yang terpenting adalah menciptakan suasana belajar yang positif, mendukung, dan bebas tekanan, agar anak merasa aman untuk mencoba dan belajar sesuai ritme mereka. Strategi 4C bisa memberikan pengalaman matematika yang kaya dan inklusif jika diterapkan dengan kreatif dan responsif terhadap kebutuhan anak.

      Hapus
  16. Nama : Alya Salsabila
    Npm : 2386206062
    Kelas : V C

    Izin memberikan tanggapan pak, materinya sangat bermanfaat terutama 4c dalam membangun dasar matematika anak, penjelasannya juga jelas dan memberi gambaran nyata bagaimana peran orang tua bisa membantu anak belajar dengan cara yang menyenangkan di rumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Alya Salsabila
      Npm: 2386206062
      Kelas : V C
      Saya izin bertanya ya pak, apakah ada agar anak tetap semangat belajar matematika dengan metode 4C terutama kalau mereka mulai merasa bosan?

      Hapus
    2. Nama: Maya Apriyani
      Npm: 2386206013
      Kelas : V.A

      izin menanggapi pertanyaan dari ka alya, menurut saya anak akan merasa bosan belajar khususnya matematika yang pertama yaitu mereka merasa bahwa belajar matematika itu sulit, jadi sebelum mereka belajar aja mereka sudah mikir gitu, dan di tambah lagi kalau orang tua mengajarkan matematika pasti seperti hal yang monoton saja.
      na dari bacaan ini bisa bisa mengunakan metode 4c untuk mengatasi rasa bosan anak dalam belajar matematika.
      1. bercakap( membuat soal matematika dalam bentuk cerita, misalnya ibu mempunyai 5 mangga, lalu ayah memakan 2, berapa sisa mangga milik ibu? gunakan gambar yang sudah di gunting agar lebih menarik
      2. menghitung( misalnya mengajak anak bermain yang melibatkan hitungan contoh ular tangga) secara tidak langsung anak bermain sambil belajar.
      3. membandingkan( kita bisa mengunakan barang2 yang ada di rumah seperti buah-buahan kita tanya kepada anak antara buah nanas dan semangka yang mana lebh berat?
      4. mengelompokan( kita bisa menyuruh anak-anak merapikan mainan mereka, misalnya berdasarkan warna, na kita tanya tu kepada bisa mengelompokkan nya.

      kita harus membuat pelajaran itu menyenangkan dan buat anak tidak berpikir bahwa rutinitas yang sedang mereka lakukan adalah belajar, tanpa mereka sadari.

      Hapus
    3. Nama: Dominika Dew Daleq
      Npm: 2386206051
      Kelas: V.A

      Izin menjawab pertanyaan tentang bagaimana menjaga semangat anak belajar matematika dengan metode 4C terutama saat mulai bosan ya. Menurut saya, kunci utama untuk mencegah kebosanan adalah variasi dan kreativitas dalam mengaplikasikan strategi 4C dengan terus memperkenalkan cara-cara baru dan menarik, seperti merotasi konteks aktivitas dari dalam ruangan ke luar ruangan, menggunakan tema sesuai minat anak misalnya dinosaurus atau princess, menjadikannya permainan dengan tantangan dan kompetisi ramah, memvariasikan material dari playdough hingga bahan alam, menggabungkan dengan seni dan kerajinan, menggunakan teknologi secara strategis namun seimbang dengan aktivitas hands-on, menceritakan kisah atau narasi yang membuat konsep abstrak jadi konkret, memberikan pilihan agar anak punya kendali dalam proses belajar mereka, merayakan usaha dengan pujian spesifik bukan hanya jawaban benar, mengambil jeda saat anak menolak atau frustrasi untuk mencegah asosiasi negatif, menghubungkan matematika dengan tujuan nyata yang bermakna, melibatkan saudara atau teman untuk aspek sosial, menggunakan humor dan menjadi konyol karena pembelajaran tidak harus serius, menunjukkan antusiasme sendiri karena sikap orang tua itu menular, dan yang terpenting ingat bahwa tidak setiap momen harus jadi pengajaran matematika karena sekadar bersenang-senang tanpa agenda edukatif juga penting untuk mencegah kelelahan, jadi intinya menjaga semangat anak memerlukan niat orang tua untuk menjaga hal-hal tetap bervariasi menarik menyenangkan dan terhubung dengan minat anak sehingga pembelajaran matematika bisa tetap mengasyikkan bahkan dalam jangka waktu panjang.

      Hapus
  17. Nama: Nur Sinta
    NPM: 3386206033
    Kelas: 5B PGSD

    Izin menanggapi materi ini pak...
    Saya setuju sekali bahwa perkembangan keterampilan matematika pada usia dini sangat berpengaruh terhadap pencapaian matematika di masa depan karena jika telah di ajarkan sejak dini anak akan terus mengingat hal tersebut contohnya saya sebelum masuk SD di ajarkan berhitung 1-20 lanjut bertahap sampai saya tahu berhitung 1-100 oleh bapak saya waktu itu saya ingat sampai sekarang karena di usia itu ingatan kita tersimpan. Menerapkan 4C converse (bercakap), count (menghitung), compare (membandingkan dan categorize (mengelompokkan) menarik dan seru sekali belajar matematika yang melibatkan kegiatan sehari-hari, anak akan cepat paham dengan begitu anak tidak akan merasa matematika itu sulit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Finsensos Maria Seno
      Kelas : 5 D PGSD
      Npm : 2386206090


      Terimah kasih Nur Sinta ijin menanggapi bahwa mengenalkan matematika sejak dini sangat penting karena anak lebih mudah mengingat di usia tersebut. Contohnya seperti pengalamanmu yang sudah belajar berhitung sebelum masuk SD dan tetap ingat sampai sekarang. Dengan strategi 4C—bercakap, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan—orang tua bisa membantu anak memahami matematika lewat kegiatan sehari-hari sehingga anak cepat paham tanpa merasa matematika itu sulit.

      Hapus
  18. Nama : Fakhriyyah Mufidah Abidin
    NPM : 2386206095
    Kelas : 5D PGSD

    Lagi dan lagi masya Allah banget bisa mendapatkan materi pembelajaran seperti ini. Seperti saya, Bapak, dan teman-teman ketahui sebentar lagi saya akan menjadi orang tua yang mengurus amanah dari Allah SWT sepanjang perjalanan hidup saya. Sebelumnya minta doa yaa buat semuanya mudahan saya bisa menjadi madrasah (Ibu) yang memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya dari segi pendidikan, sosial, ekonomi ataupun kebutuhannya nanti. Serta diberikan kesehatan keselamatan pada saat melahirkan, baik diri saya maupun anak saya Aamiin. Begitupun untuk teman-teman semuanya mudahan kalian nantinya bisa mendapatkan pasangan hidup yang bisa saling melengkapi dan saling mengisi satu sama lain serta diberikan keturunan yang berakhlak mulia, cantik-cantik maupun ganteng-ganteng Aamiin, dan untuk Pak Nurdin doanya dan ucapan terima kasih saya ke Bapak. Terima kasih Pak, Bapak sudah buat sedikit beban atau tanggung jawab saya di semester 5 ini tidak terlalu berat karena tidak adanya microteaching di mata kuliah Bapak. Mudahan semua ilmu yang Bapak berikan ke saya dan teman-teman bisa menjadi ladang pahala untuk Bapak, serta karier dan ekonomi Bapak lancar terus dan dipermudah Aamiin.

    BalasHapus
  19. Nama : Fakhriyyah Mufidah Abidin
    NPM : 2386206095
    Kelas : 5D PGSD

    Izin menambah sedikit Pak. Awalnya saya kira materi ini itu adalah kolaborasi Bapak bersama anak kelas 4C, ntah kenapa saya berpikir seperti itu, sepertinya karena penulisan judul materinya seperti ini "4C: Membangun Pondasi Matematika yang Kokoh dari Rumah (Peran Orang Tua)"😭😭😭🙏🏻. Okey kembali ke leptop yaa, setelah saya membaca materi ini saya langsung teringat akan masa-masa kecil saya dari TK sampai SD, ternyata materi ini itu sudah orang tua saya terapkan kepada diri saya dan adek-adek saya. Sekali lagi terima kasih Pak atas materi ini membuat mood saya yang hari ini awalnya jelek jadi bagus sekali hehehe, materi ini juga membuat saya mengingat akan masa kecil saya sampai masa pendidikan di SMP, kenapa hanya sampai di SMP?. Karena hanya sampai di SMP lah saya merasa matematika itu mudah dan matematika itu menyenangkan. Pada saat memasuki pendidikan SMK saya tidak begitu tertarik dengan matematika, karena keterpaksaan saya untuk mengambil Akuntansi berdampak ke matematika saya, dan itu berdampak sekali dengan prestasi dan kehidupan saya, yang dulunya saya selalu masuk 5 besar atau 10 besar malah menjadi 20 besar. Yang awalnya matematika itu sangat gampang sekali saya pahami sekarang butuh perjuangan ekstra untuk bisa dan paham bagi saya, itu semua terjadi karena keterpaksaan sehingga membuat saya kurangnya latihan dan menganggap gampang pada saat saya di bangku SMK.

    Sekali lagi terima kasih Pak atas materinya yang bener-bener mengingatkan masa kecil dan masa waktu sekolah, walau ada sedikit hal yang bisa dibilang ada rasa penyesalan tapi itu sudah terjadi dan lewat, sekarang itu semua sudah saya jadikan sebagai pelajaran hidup saya, dan bisa menjadi cerita untuk anak saya.

    BalasHapus
  20. Nama: Maya Apriyani
    Npm: 2386206013
    Kelas: V.A

    Menurut pendapat saya, setelah saya membaca materi ini saya baru memahami bahwa secara tidak langsung sebenarnya pertanyaan-pertanyaan kecil atau aktivitas kecil di rumah yang sering di tanyakan orang tua itu merupakan salah satu pondasi awal untuk memahami matematika, saya juga sebelum membaca materi ini saya kira belajar matematika itu hanya dengan angka-angka saja seperti anak-anak di suruh berlatih menghitung ini membuat anak rasa bosan dan membuat mereka tidak suka matematika.
    dari materi ini kita dapat belajar bahwa peranan orang tua sangat di butuhkan sebagai pondasi awal, karena kita telah membaca dan memahami materi ini kiranya kita sebagai mahasiswa yang pastinya memiliki keluarga, saya harapkan kita bisa bersama-sama menerapkan hal ini untuk saudara-saudara kita di rumah, jika kita memiliki adik kiranya kita bisa mencontohkan hal ini, walaupun orang tua kita tidak tau menerapkannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah saya sangat setuju dengan pendapat ka Maya dalam memahami materi ini. Saya juga merasa setelah membaca materi ini teringat akan setiap pertanyaan-pertanyaan kecil dan aktivitas-aktivitas rumah yang melibatkan saya di dalamnya, banyak pertanyaan yang muncul ketika kita melakukan aktivitas bersama-sama dengan orang tua, mulai dari pertanyaan yang melatih kita untuk bisa menjumlahkan, selalu bercerita mengenai pengurangan misalnya ketika Saya mempunyai 5 roti ataupun 5 permen dan diberikan 3 kepada adik saya berapa sisanya?, nah pertanyaan ini sering banget muncul ketika saya waktu kecil dan semakin dewasa saya sadar ternyata pertanyaan-pertanyaan kecil dan kebiasaan yang melibatkan saya dalam pekerjaan bersama-sama dengan orang tua itu merupakan pondasi awal juga untuk saya memahami konsep-konsep matematika.

      Saya juga sangat setuju nih dengan pendapat ka Maya untuk mengharapkan kita semua bisa menerapkan hal ini kepada saudara-saudara kita di rumah karena ,dengan kita menerapkan hal-hal seperti ini kepada mereka kita juga memperkenalkan konsep-konsep dasar kepada mereka sebagai pondasi awal untuk memahami matematika.

      Hapus
  21. Nama: Ratna Andina
    NPM:2386206074
    Kelas: 5C PGSD

    Menurut saya Strategi 4C ini penting banget karena bisa bantu kita belajar matematika dengan cara yang lebih seru dan mudah diterapkan di kehidupan sehari-hari. Jadi, kita juga bisa ngobrol, kerja sama, dan mikir kreatif lewat kegiatan yang bermakna.  Selain itu, strategi 4C juga bisa bikin hubungan antara guru, orang tua, dan siswa makin dekat.

    BalasHapus
  22. Nama : Aprilina awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 2386206113

    Saya sangat setuju dengan materi ini yang bawasanya strategi 4c ini sangat bermanfaat bagi anak-anak dalam mengembangkan kemampuan matematika mereka. dengan menerapkan strategi ini, anak-anak bisa belajar matematika dengan cara yang lebih menyenangkan dan bermakna. saya rasa salah satu kelebihan dari strategi 4c ini bisa diterapkan dalan kehidupan sehari-hari yang sederhana. misalnya, saat berbelanja di pasar, kita bisa menerapkan konsep count dengan meminta anak-anak menghitung jumblah barang yang dibeli. atau saat memasak, kita bisa menerapkan konsep compare dengan meminta anak-anak membandingkan ukuran dan jumblah bahan-bahan yang digunakan. dengan menerapkan strategi 4c dan menyedikan lingkungan belajar yang mendukung, dapat membantu anak-anak uantuk mengembangkan kemampuan matematika mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Leoni Wulandari
      NPM : 2386206088
      Kelas : 5D

      Izin menanggapi pendapat dari Aprilina Awing, menurut saya apa yang disampaikan memang benar banget. Strategi 4C ini emang bisa banget diterapkan dalam kegiatan sehari-hari dan gak harus selalu lewat pelajaran di kelas. Dengan cara itu, anak-anak jadi bisa belajar matematika sambil main atau bantu orang tua di rumah.

      Saya juga setuju kalau kegiatan seperti belanja atau masak bisa jadi sarana buat anak belajar menghitung dan membandingkan. Cara ini menurut saya bikin anak gak cepat bosan dan lebih paham makna dari apa yang mereka pelajari. Jadi, strategi 4C ini bukan cuma bantu anak paham angka, tapi juga melatih mereka berpikir logis dan kritis dari hal-hal sederhana di sekitar mereka.

      Hapus
  23. Nama : Leoni Wulandari
    NPM : 2386206088
    Kelas : 5D

    Menurut saya nih pak, materi tentang strategi 4C ini menarik banget karena ngajarin kita gimana cara bantu anak belajar matematika dari hal-hal sederhana di sekitar mereka. Empat langkahnya, yaitu Converse (bercakap), Count (menghitung), Compare (membandingkan), dan Categorize (mengelompokkan), menurut saya pas banget buat anak-anak yang lagi belajar memahami konsep dasar matematika tanpa harus merasa tertekan.

    Saya juga ngerasa strategi ini bisa bikin anak lebih semangat belajar, soalnya belajar matematika gak cuma lewat angka dan rumus, tapi lewat aktivitas sehari-hari. Misalnya waktu bantu orang tua di rumah, belanja, atau main sambil ngitung barang. Dengan cara ini, anak jadi lebih mudah nangkep makna dari apa yang mereka pelajari dan bisa berpikir lebih kritis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tepat sekali leoni strategi 4C yang mengajarkan Converse, Count, Compare, dan Categorize sangatlah efektif karena mengubah pembelajaran matematika dari sekadar hafalan angka dan rumus menjadi pengalaman nyata yang relevan dengan aktivitas sehari-hari anak, sehingga secara alami meningkatkan semangat belajar, pemahaman konsep dasar, dan kemampuan berpikir kritis tanpa menimbulkan tekanan. Saya setuju dgn pendapat mu

      Hapus
  24. Nama : Desy Olivia Sapitri
    Kelas / Npm : 5D / 2386206087

    materi bapak ini menjelaskan betapa pentingnya strategi 4c dalam membantu para orang tua memperdalam kemampuan belajar anak. Saya setuju dengan materi ini karena memang nyatanya pembelajaran yg bermakna tidak hanya berpusat pada angka atau hafalan tapi juga melibatkan kolaborasi komunikasi dan berpikir kritis.

    Strategi 4c ini relevan dengan kebutuhan
    parenting saat ini. Hal ini penting karna pendidikan bukan hanya dari sekolah tetapi dimulai dari lingkungan keluarga. Orang tua adalah guru pertama bagi anak, oleh karna itu penting bagi kita para calon orang tua membangun kedekatan emosional dengan anak agar proses belajar mereka bermakna dan melalui strategi 4c mempererat hubungan antara orang tua dan anak..

    BalasHapus
  25. NAMA : DIAS PINASIH
    NPM : 2386206057
    KELAS : VB PGSD


    Izin menanggapi yah pak materi yang bapak jelaskan di atas pak

    Yang mengenai pentingnya peran orang tua dalam membangun fondasi matematika sejak dini dirumah. Saya memahami bahwa pembelajaran matematika tidak hanya dimulai disekolah, tetapi dapat tumbuh melalui kebiasaan sehari-hari yang dilakukan bersama anak, seperti menghitung benda dirumah, mengenal pola, atau melatih logika sederhana melalui permainan.

    Materi yang bapak jelaskan juga membuka wawasan bahwa dukungan emosional dan lingkungan belajar yang positif dirumah sangat berpengaruh terhadap minat dan kemampuan anak dalam matematika. Pendekatan yang bapak jelaskan juga sangat relevan dengan konsep pembelajaran bermakna dan konstruktivisme.

    BalasHapus
  26. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
    Npm : 2386206058
    Kelas : VB PGSD

    Izin bertanya pak bagaimana kah cara agar penerapan 4c ini tetap terasa menyenangkan dalam aktivitas sehari-hari di rumah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Dita Ayu Safarila
      NPM : 2386206048
      Kelas : 5C
      izin menjawab pertanyaan Isdiana.
      Jadi bagi saya ada penerapan 4c tetap menyenangkan dalam aktivitas dirumah yaitu dengan cara :
      1. Converse
      yaitu saat kita berbicara dengan anak orang tua bisa mengajak ngobrol anak tentang benda benda yang ada di sekitar kita tinggal.
      2. Count
      yaitu orang tua bisa melibatkan anak ketika memasak dengan cara menghitung berapa sendok gula yang di campurkan ketika ingin membuat teh atau berapa hasil tadi ketika memotong buah apel.
      3. Compare
      anak bisa di ajak membandingkan ukuran mainan yang besar atau yang kecil dan mana anggota keluarga yang paling tinggi.
      4. Categorize
      anak bisa di minta mengelompokkan baju berdasarkan warna saat merapikan pakaian.

      dan kunci nya itu adalah membuat anak merasa lain mengerjakan tugas tetapi jadikan kegiatan itu seperti mainan atau pengisi waktu mereka,dengan cara itu anak dapat belajar matematika tanpa tertekan dan orang tua bisa membangun dasar berpikir tentang matematika.

      Hapus
    2. Nama: Dominika Dew Daleq
      Npm: 2286206051
      Kelas: V.A

      Terima kasih atas pertanyaannya, izin menjawab ya. Menurut saya, kunci agar penerapan 4C tetap menyenangkan adalah mengubah pola pikir bahwa pembelajaran matematika bukan tugas tambahan yang harus dilakukan tapi lebih sebagai cara berinteraksi dan bagian alami dari kehidupan keluarga yang menyenangkan, dimana orang tua sendiri harus bersenang-senang dan menikmati prosesnya karena kalau orang tua stres anak akan merasakan ketegangan itu dan matematika jadi sesuatu yang negatif, jadi integrasikan strategi 4C secara mulus ke dalam aktivitas yang memang sudah naturally fun seperti memasak bersama dengan percakapan matematika yang natural sambil bercanda dan bercerita, gunakan bahasa kasual dan percakapan bukan nada formal yang terasa seperti pelajaran sekolah, ciptakan ritual menyenangkan yang anak nantikan seperti lomba menghitung tangga atau permainan kategorisasi saat beres-beres dengan kategori konyol, gunakan humor secara bebas dengan membuat kesalahan konyol yang disengaja dan biarkan anak mengoreksi, berikan kebebasan berkreasi dan personalisasi dimana anak bisa memilih bagaimana melakukan aktivitas, masukkan hal-hal favorit mereka seperti mainan karakter atau hewan yang sedang mereka sukai, jangan khawatir tentang kesempurnaan atau jawaban benar tapi tekankan proses daripada produk, jaga aktivitas tetap singkat dan spontan daripada panjang dan terencana, campurkan siapa yang memulai kadang biarkan anak yang menantang orang tua, hubungkan dengan aktivitas menyenangkan lain seperti mendengarkan musik favorit atau menggabungkan dengan seni dan kerajinan, rayakan kegembiraan penemuan bersama dengan antusiasme tulus, bersikap fleksibel dan responsif terhadap suasana hati dan tingkat energi anak, ciptakan kesempatan sosial dengan mengundang teman atau sepupu untuk permainan matematika, gunakan kejutan dan kebaruan sesekali, ingat bahwa tidak setiap interaksi harus eksplisit matematis karena hanya menjalani hidup bersama dan hadir sudah menciptakan peluang untuk pemikiran matematis alami muncul, dan yang terpenting pertahankan perspektif bahwa tujuan akhir bukan menciptakan jenius matematika tapi menumbuhkan hubungan positifdengan matematika dan mengembangkan keterampilan dasar dalam konteks yang penuh kasih dan mendukung, jadi kesimpulannya menjaga implementasi 4C tetap menyenangkan itu tentang mempertahankan kelonggaran, mengintegrasikan secara mulus ke dalam aktivitas yang naturally enjoyable, mengikuti arahan dan minat anak, menggunakan humor dan permainan, menjaganya tetap singkat dan spontan, merayakan proses daripada produk, dan pada dasarnya mendekati pembelajaran matematika sebagai pengalaman bersama yang menyenangkan bukan tugas yang harus diselesaikan sehingga dengan pola pikir dan pendekatan yang tepat strategi 4C bisa memperkayainteraksi keluarga dan menciptakan pengalaman matematika positif yang akan anak bawa sepanjang perjalanan pendidikan mereka.

      Hapus
  27. nama : Sitti Fatimatus Zehroh
    npm : 2386206020
    prodi/kelas : PGSD 5A

    membahas mengenai 'membangun pondasi matematika yang kokoh dari rumah', saya setuju dengan ulasan yang bapak berikan tentang 'sebagian besar orang tua cenderung fokus membantu anak belajar membaca dan menulis angka', yang padahal hitung-menghitung juga sangat penting diajarkan di rumah, kalaupun diajarkan biasanya mereka hanya menggunakan metode yang biasa, seperti contohnya memakai jari atau sempoa, dan menurut saya diajarkan dengan metode seperti itu membuat anak-anak cepat bosan dan lebih cepat lelah belajar.

    BalasHapus
  28. nama : Sitti Fatimatus Zehroh
    npm : 2386206020
    prodi/kelas : PGSD 5A

    terima kasih atas ulasan yang bapak berikan, jujur saya baru tau ada yang namanya strategi 4C, dari yang saya baca barusan, ternyata strategi ini sangat membantu orang tua dalam mengajarkan anaknya di rumah, yang dimana anak kadang sering cepat bosan untuk belajar, karena pada saat belajar orang tua juga sering menggunakan lembar kerja yang membuat anak lebih cepat bosan, tapi dengan strategi 4C ini anak lebih semangat belajar dan aktif belajar, karena disitu interaksi orang tua dan anak lebih aktif, juga orang tua di pinta lebih aktif bercakap kepada anak, dan kegiatan ini bisa di kaitkan dengan permainan dan bisa memanfaatkan kegiatan atau hal kita sehari - hari, jadi disitu anak lebih kelihatan antusias dan semangat saat belajar.

    BalasHapus
  29. Nama: Rosa Lia Ana Rezki
    Npm: 2386206015
    Kelas: 5B pgsd

    Peran orang tua sangat penting dalam membangun pondasi matematika anak sejak dini. Dengan mengenalkan konsep matematika dalam aktivitas sehari-hari, orang tua dapat membuat belajar matematika menjadi menyenangkan dan alami bagi anak.
    Contoh sederhana seperti mengenalkan simbol matematika, menghitung benda-benda di sekitar, atau membagi makanan menjadi bagian yang sama dapat membantu anak memahami konsep matematika dengan lebih mudah.
    Dengan demikian, anak akan merasa bahwa matematika adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar pelajaran di sekolah. Orang tua dapat menjadi fasilitator yang baik dalam membantu anak memahami konsep matematika dengan cara yang menyenangkan dan interaktif.

    BalasHapus
  30. Nama : Dita Ayu Safarila
    NPM : 2386206048
    Kelas : 5C
    Materi 4C ini menarik dan bermanfaat untuk orang tua agar dapat membangun dasar pembelajaran matematika sejak dini di rumah. pendekatan 4C pun sangat amat mudah di terapkan dirumah dalam kegiatan sehari hari dan ada banyak cara,sehingga belajar terasa lebih alami dan tidak membosankan ataupun merasa tertekan.Anak bisa belajar melalui percakapan,permainan,dan aktivitas sederhana dirumah dengan menghitung benda dirumah dan mainan yang mereka punya. Dan materi ini menekankan bahwa peran orang tua penting dalam membimbing dan menciptakan suasana belajar dirumah yang menyenangkan sehingga anak lebih semangat dalam belajar

    BalasHapus
  31. Nama: Dominika Dew Daleq
    Npm: 2386206051
    Kelas: V.A

    Setelah saya membaca materi tentang strategi 4C ini, saya merasa ini adalah pendekatan yang sangat praktis dan dapat diterapkan untuk kondisi di Indonesia. Yang saya pahami pertama kali adalah bagaimana materi ini tidak hanya menunjukkan masalah literasi matematika yang rendah, tetapi langsung memberikan solusi konkret yang bisa dilaksanakan oleh orang tua tanpa perlu latar belakang pendidikan matematika yang kuat.

    Konsep 4C ini cemerlang dalam kesederhanaannya karena memecah pembelajaran matematika menjadi empat elemen yang mudah diingat dan diterapkan, dan yang paling menarik bagi saya adalah penekanan pada aktivitas sehari-hari sebagai peluang belajar.

    Yang membuat saya berpikir adalah data survei yang menunjukkan 70% orang tua salah mengira bahwa anak mereka sudah cukup belajar matematika. Ini mengindikasikan adanya kesenjangan besar antara persepsi dan kenyataan yang perlu segera ditangani. Saya jadi bertanya-tanya, apakah di Indonesia ada inisiatif serupa untuk mendidik orang tua tentang perkembangan matematika anak usia dini, atau kita masih sangat bergantung pada sekolah untuk semua aspek pembelajaran anak. Dari pengalaman pengamatan saya, memang banyak orang tua yang masih beranggapan bahwa matematika itu hanya soal menghafal rumus dan mengerjakan soal-soal, jadi perubahan pola pikir yang ditawarkan materi ini sangat dibutuhkan.

    Saya sangat setuju dengan pendekatan yang mengintegrasikan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari seperti saat makan, berbelanja, atau bermain, karena ini selaras dengan teori konstruktivisme yang kita pelajari sebelumnya, di mana pembelajaran paling efektif terjadi dalam konteks yang bermakna. Yang menarik juga adalah bagaimana strategi ini secara tidak langsung mengajarkan bahasa dan kosakata matematika melalui pendekatan percakapan, jadi anak tidak hanya belajar konsep tetapi juga cara mengkomunikasikan pemikiran matematis mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Dominika Dew Daleq
      Npm: 2386206051
      Kelas: V.A

      Izin pak, saya ingin menambahkan seputar pertanyaan untuk strategi 4C ini, pertanyaan nya Kalau kita menerapkan strategi 4C di kelas SD, bagaimana cara kita mengasses atau mengevaluasi perkembangan kemampuan matematika anak secara objektif? Kan strategi ini lebih menekankan pada proses percakapan, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan dalam konteks informal. Sementara di sekolah kita tetap harus memberikan nilai rapor dan laporan ke orang tua. Apakah ada rubrik penilaian khusus untuk strategi 4C ini, atau bagaimana cara kita mendokumentasikan progress anak dengan pendekatan ini? 🙏🏻

      Hapus
    2. Nama: Maya Apriyani
      Npm: 2386206013
      kelas: V.A

      menurut pendapat saya untuk penilai guru bisa mengunakan observasi atau portofolio yang di mana pada saat anak berbicara, menghitung, mengelompokkan, dan membandingkan kita bisa menulisnya . mencatat perkembangan dan kemampuan mereka di setiap hal yang mereka lakukan. dengan begitu guru dapat melihat sampai mana pemahaman dan perkembangan anak. kemudian untuk laporan kepada oarang tua guru dapat menulis deskripsi sampai mana pemahaman anak dan apa yang perlu di evaluasi.
      terima kasih

      Hapus
  32. Nama: Hizkia Thiofany
    Kelas: VA
    Npm: 2386206001

    Terima kasih bapak atas materinya, dalam sebuah pembelajaran kurung biasa
    Sangat bagus dan cocok dalam sebuah pembelajaran kurung biasa dimana siswa itu berfikir secara logika dalam kehidupan sehari Hari dimana suatu kelas 4C mengadakan sebuah perlombaan disini mereka mengatur strategi dalam sebuah perlombaan badminton dan futsal.

    BalasHapus
  33. Nama : Imelda Rizky Putri
    Npm : 2386206024
    Kelas : 5B PGSD

    Materi ini sangat penting karena menekankan keberhasilan seorang anak dalam memahami matematika tidak hanya bergantung pada sekolah, melainkan pada peran orang tua di rumah dan dukungan pada kebiasaan belajar di rumah. Dengan keterlibatan orang tua anak akan lebih percaya diri, terbiasa berpikir logis dan kuat memahami materi pelajaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
      Npm: 2386206058
      Kelas : VB PGSD

      Izin menambah kan tanggapan yah Imelda Rizky Putri, disini saya setuju dengan pendapat Imelda bahwa keberhasilan anak dalam memahami matematika tidak hanya bergantung pada sekolah, tetapi juga pada peran aktif orang tua di rumah. Materi ini memang menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dalam menumbuhkan kebiasaan berpikir logis sejak dini. Dengan dukungan dan bimbingan yang konsisten di rumah, anak akan lebih percaya diri serta terbiasa menerapkan konsep-konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari🙏🏻

      Hapus
    2. Nama:Elisnawatie
      NPM:2386206069
      Kelas:5D

      Wahh saya setuju banget nii smaa tanggapan dari sodari Imelda Keterlibatan orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah sangat berpengaruh pada keberhasilan anak dalam memahami matematika. Pembelajaran tidak hanya terjadi di sekolah, namun juga dipengaruhi oleh lingkungan rumah yang mendukung. Dengan dukungan orang tua, anak tidak hanya mendapatkan bantuan langsung saat kesulitan memahami materi, tetapi juga terbentuk kebiasaan belajar yang baik, rasa percaya diri, serta kemampuan berpikir logis yang sangat penting dalam memecahkan soal matematika. Kolaborasi antara guru di sekolah dan orang tua di rumah menjadi kunci sukses dalam membangun fondasi belajar matematika yang kuat bagi anak.

      Hapus
  34. nama : kornelia sumiaty
    npm : 2386206059
    kelas : 5B PGSD

    pada materi strategi 4c ini sangat bermanfaat bagi anak anak dalam mengembangkan kemampuan mereka dalam matematika, pada materi ini dalam menerapkan strategi 4c , anak anak bisa belajar matematika lebih terasa menyenangkan, dan di dalam materi ini peran orang tua juga sangat penting dalam membangun pondasi matematika anak sejak dini , bisa dimulai dengan mengenalkan konsep matematika dalam aktivitas mereka sehari - hari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Finsensos Maria Seno
      Kelas : 5 D PGSD
      Npm : 2386206090

      Terimah kasih Kornelia ijin ya Menaggapi Saya setuju juga bahwa strategi 4C sangat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan matematika secara menyenangkan. Dengan kegiatan bercakap, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan, anak belajar matematika tanpa merasa terbebani. Peran orang tua juga sangat penting, karena pengenalan konsep matematika sederhana dalam aktivitas sehari-hari dapat menjadi fondasi kuat bagi perkembangan matematika anak ke depannya.

      Hapus
  35. Nama: Patricia Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046

    Saya setuju dengan materinya pak.

    Sangat bagus apabila materinya juga di pahami oleh orang tua, supaya bisa membantu anak anak belajar dari rumah atau dari orang terdekat terlebih dahulu, karena tanda kurung bukan hanya sebagai simbol saja, tetapi juga sebagai alat untuk membantu cara kita berpikir matematis.
    terimakasih pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Finsensos Maria Seno
      Kelas : 5 D PGSD
      Npm : 2386206090

      Ijin menambahkan sedikit, Patricia Saya setuju bahwa pemahaman materi oleh orang tua sangat penting agar mereka bisa mendampingi anak belajar dari rumah. Tanda kurung bukan hanya simbol, tetapi juga membantu melatih cara berpikir matematis yang lebih teratur. Dengan adanya dukungan dari orang tua, anak dapat membangun dasar matematika yang lebih kuat sejak dini. T

      Hapus
  36. Nama: Patricia Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046

    Izin bertanya pak

    Dalam materinya dijelaskan tentang strategi 4C hntuk membantu membangun pondasi matematika sejak dni. ditahap mana pak simbol matematika seperti kurung biasa bisa mulai di perkenalkan secara jelas? apakah hal ini sebaiknya diterapkan setelah anak-anak memahami operasi dasar atau bersamaan dengan pengenalan konsep 4C pak?

    terimakasih pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
      Npm : 2386206058
      Kelas : VB PGSD

      Halo Patricia Nini Making izin menjawab yah. Menurut saya, simbol-simbol matematika seperti tanda tambah, kurang, sama dengan, atau kurung sebenarnya dapat mulai diperkenalkan secara bertahap setelah anak memahami konsep dasar dari strategi 4C (Converse, Count, Compare, Categorize). Hal ini dikarenakan strategi 4C membantu anak membangun pemahaman konseptual terlebih dahulu, contohnya melalui percakapan tentang jumlah benda (count), membandingkan ukuran (compare), atau mengelompokkan benda (categorize). Setelah anak cukup terbiasa dengan ide-ide seperti “lebih banyak”, “lebih sedikit”, atau “sama”, barulah disitu simbol-simbol matematika dapat diperkenalkan sebagai bentuk representasi dari konsep yang sudah mereka pahami. Jadi, simbol matematika sebaiknya dikenalkan setelah anak memahami makna dasar dari operasi atau konsep tersebut, agar tidak sekadar menghafal tanda, tetapi benar-benar mengerti penggunaannya🙏

      Hapus
  37. Dari materi yang bapak berikan, peran orang tua dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan 4C ini membuktikan bahwa peran orang tua merupakan pondasi awal pembelajaran untuk seorang anak, mereka memiliki peran penting dalam membantu anak belajar matematika di rumah. strategi 4C (Bercakap, menghitung, membandingkan, mengelompokkan. Dengan menerapkan strategi ini orang tua membantu anaknya dalam memahami konsep matematika dengan cara alami dan menyesuaikan cara belajar anak.

    BalasHapus
  38. Nama : Ninda Amelia Saputri
    NPM : 2386206093
    Kelas : 5D PGSD

    Baik Pak, izin menanggapi. Setelah membaca penjelasan ini saya semakin tersadarkan kalau persoalan lemahnya literasi matematika bisa terlihat sejak anak usia dini, bukan baru terlihat ketika anak menginjak remaja. Karena, banyak orang tua, mungkin ya tanpa sengaja, menganggap selama anak bisa menghitung 1–10 atau mengenal bentuk angka, berarti mereka sudah “cukup” belajar matematika. Padahal dari penjelasan materi di atas, terlihat bahwa fondasi matematika justru dibangun melalui berbagai kegiatan, seperti berdiskusi, membandingkan, hingga mengategorikan benda dalam kegiatan sehari-hari. Oleh Karena itu, saya ingin bertanya Pak, apakah dari pihak Kementerian sudah ada upaya untuk memberikan pelatihan atau sosialisasi kepada orang tua tentang pentingnya stimulasi matematika sejak awal? Karena, menurut saya, hal tersebut sangat dibutuhkan Pak, agar orang tua tidak hanya terpaku pada latihan berhitung saja, tapi juga dapat memahami cara lain untuk mendukung perkembangan matematika anak.

    BalasHapus
  39. Nama : Ninda Amelia Saputri
    NPM : 2386206093
    Kelas : 5D PGSD

    Menurut saya, Pak, strategi 4C ini sangat menarik, karena anak jadi dapat belajar matematika lewat pengalaman yang mereka alami sendiri, bukan hanya dari latihan soal/kuis. Kegiatan sederhana seperti mengobrol, menghitung, membandingkan benda, atau mengelompokkan barang ternyata bisa jadi langkah yang baik untuk pemahaman matematika. Maka dari itu, Saya jadi penasaran Pak, apakah sekolah sudah mulai mempertimbangkan untuk mengenalkan konsep 4C ini secara langsung kepada orang tua?

    BalasHapus
  40. Nama : Ninda Amelia Saputri
    NPM : 2386206093
    Kelas : 5D PGSD

    Menurut saya, bagian Converse (Bercakap) ini menarik ya, Pak. Karena ternyata ngobrol hal-hal sederhana dengan anak bisa jadi langkah awal yaa untuk mengenalkan mereka pada konsep matematika. Ketika anak diminta menjelaskan “kenapa” atau “bagaimana caranya”, mereka sebenarnya sedang belajar menyusun logika dan mengungkapkan pemikirannya dengan lebih jelas. Jadi belajarnya terasa natural dan tidak memberatkan anak.

    BalasHapus
  41. Nama : Ninda Amelia Saputri
    NPM : 2386206093
    Kelas : 5D PGSD

    Izin menanggapi, Pak. Pada bagian Count (menghitung), Saya memahami kalau menghitung itu ternyata bukan hanya soal menyebut urutan angka saja, tetapi bagaimana anak dapat memahami hubungan antarangka. Contohnya, seperti yang dijelaskan di atas, yaitu saat mereka mencoba menghitung maju–mundur atau membagi benda menjadi beberapa kelompok, itu sebenarnya membantu mereka membangun pemahaman numerik yang lebih dalam ya, bukan sekadar hafalan. Maka dari itu, menurut Bapak nih, apakah bentuk kegiatan count/menghitung yang lebih variatif seperti ini sudah mulai banyak diterapkan di sekolah dasar, atau guru masih lebih sering menggunakan cara lama, seperti meminta anak menyalin dan mengulang urutan angka di lembar kerja/lembar latihan soal?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Maya Apriyani
      Npm: 2386206013
      Kelas: V.A
      Izin menjawab pertanyaan dari Kak Ninda Amelia Saputri, pertanyaannya itu apakah bentuk kegiatan account atau menghitung yang lebih variatif seperti ini sudah mulai banyak diterapkan di Sekolah Dasar atau guru masih sering menggunakan cara lama seperti meminta anak menyalin dan mengulang urutan angka di Lembar kerja atau lembar latihan soal?
      Kalau dari pendapat saya sendiri itu khususnya di daerah-daerah saya itu masih banyak guru-guru yang menggunakan cara lama seperti menyalin dan mengulang, nah tapi dari bacaan ini tuh sekarang kan saya rasa pastinya melangkah ke langkah yang lebih baik di mana sekarang guru-guru itu ada namanya PPG dan kurikulum merdeka Nah dari hal ini Tentunya guru-guru memiliki cara belajar yang akan lebih bervariasi, bervariatif, dan berlebih bermakna.

      Hapus
    2. Menurut saya masih cara lama ya seperti nya karna meskipun pemahaman mengenai pentingnya kegiatan count yang variatif (seperti menghitung maju-mundur dan pembagian benda) untuk membangun pemahaman numerik yang lebih dalam sudah meluas, di lapangan masih banyak guru SD yang cenderung lebih sering menggunakan metode lama (menyalin dan mengulang urutan angka di lembar kerja) karena adanya faktor keterbatasan waktu dan kurangnya pelatihan praktik yang inovatif. Mohon maaf jika kurang tepat ya.

      Hapus
  42. Nama : Ninda Amelia Saputri
    NPM : 2386206093
    Kelas : 5D PGSD

    Izin menanggapi, Pak. Saya merasa bagian Compare (Membandingkan) ini sangat membantu anak belajar berpikir logis, Pak. Dengan membandingkan ukuran, bentuk, atau jumlah, maka anak bukan hanya melihat angka, tapi jadi belajar membuat keputusan dan menilai perbedaan secara mandiri. Nah, menurut Bapak, apa sih tantangan terbesar bagi guru ketika mengajak siswa membandingkan objek secara langsung? Apakah waktu di kelas yang terbatas atau kurangnya media pembelajaran, Pak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Maya Apriyani
      Npm: 2386206013
      kelas: V.A

      Izin menjawab lagi dalam pertanyaan dari Kak Ninda Amelia Saputri, apa sih tantangan terbesar bagi guru ketika mengajak siswa membandingkan objek secara langsung? Apakah waktu di kelas yang terbatas atau kurangnya media pembelajaran?
      Wah ini merupakan pertanyaan yang sangat menarik, kedua tantangan yang telah disebutkan Kak Ninda benar sekali yaitu waktu di kelas dan terbatas dan kurangnya media pembelajaran, kan kalau siswa itu membandingkan objek secara langsung tentunya akan memerlukan begitu banyak proses yang panjang tahap tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, itu pasti akan membutuhkan waktu yang lama, pastinya kita tidak memperhatikan apakah tujuan dari pembelajaran ini tercapai atau tidak.
      Kemudian setiap sekolah itu memiliki keterbatasan yang berbeda-beda misalnya dalam sekolah yang berada di daerah-daerah perdesaan mungkin akan kesusahan untuk membuat atau mencari media pembelajaran yang untuk dibandingkan.
      Nah salah satu tantangannya itu juga pada saat pembelajaran berlangsung tentunya siswa sangat aktif. Yang di mana pada saat belajar anak-anak pasti tidak fokus dengan pembelajaran mereka melainkan mereka hanya bermain, lalu bagi sebagian anak yang mengalami sedikit agak lambat untuk menangkap pembelajaran, dan juga pada saat perbandingan itu Takutnya nanti anak ini berkelahi karena berebutan.
      Terima kasih

      Hapus
  43. Nama : Ninda Amelia Saputri
    NPM : 2386206093
    Kelas : 5D PGSD

    Menurut Saya, Pak. Pada strategi Categorize (Mengelompokkan), Saya melihat bahwa kegiatan tersebut, bisa jadi cara yang sangat mudah untuk membantu anak memahami pola dan keteraturan. Yakan pada dasarnya anak-anak memang suka membedakan benda berdasarkan warna, bentuk, atau ukuran, dan dari situ mereka belajar melihat hubungan antar objek tanpa merasa sedang belajar matematika. Pendekatan seperti ini sangat bagus, karena membuat matematika terasa lebih dekat dengan pengalaman mereka sehari-hari. Pertanyaannya Pak, apakah sejauh ini sekolah sudah mendorong orang tua untuk memanfaatkan kegiatan pengelompokan sederhana di rumah sebagai bagian dari latihan matematika? Atau hal-hal seperti ini masih lebih banyak diketahui lewat inisiatif guru masing-masing, Pak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Maya Apriyani
      Npm: 2386206013
      Kelas: V.A

      Izin menanggapi pertanyaan dari Ninda Amelia Saputri yaitu Apakah sejauh ini sekolah sudah mendorong orang tua Untuk memanfaatkan kegiatan pengelompokan sederhana di rumah sebagai bagian dari latihan matematika?
      Atau hal-hal seperti ini masih banyak di ketahui lewat inisiatif guru masing-masing?
      Menurut pendapat saya berdasarkan hal yang saya ketahui sejauh ini sekolah itu belum ada program tersendiri untuk mendorong orang tua Untuk memanfaatkan kegiatan pengelompokan sederhana di rumah sebagai bentuk latihan dari matematika, tetapi terkadang orang tua yang sudah mengerti itu biasanya melakukan hal-hal hal ini.
      Namun kalau untuk program dari sekolah itu sendiri pun itu menurut saya belum ada itu lebih dari inisiatif guru tersebut misalnya guru memberikan tugas sederhana untuk mengelompokkan mainan mereka berdasarkan warnanya.
      Tetapi terkadang yang saya lihat itu orang tua itu menyuruh anak mereka tuh untuk mengumpulkan mainan mereka berdasarkan warnanya, berdasarkan bentuknya, ataupun ukuran, tapi orang tua ini tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka itu sedang mempraktekkan salah satu pembelajaran
      Terima kasih

      Hapus
  44. Nama : Juiana Dai
    NPM : 2386206029
    Kelas :V, B

    Menurut saya, materi tentang strategi 4C ini sangat kren Pak, karena materi ini memberikan panduan sederhana buat orang tua untuk menngajari matematika ke anak, tidak hanya sekedar hafalan angka tetapi beeran jadi pengalaman yang seru dan yambung sama kehiduppan sehari-hari, ini penting buat anak-anak zaman sekarang yang sering terpapai gawai (kecanduan gadget), soanya strategi ini mengajak mereka buat aktf ngomong, berpikir kritis, dan membandinkan benda nyata, sehinga pondasi matematika mereka jadi kuat sambil juga mempererat hbungan antra orang tua dan anak.

    BalasHapus
  45. Nama : Juliana Dai
    NPM : 2386206029
    Kelas : V,B

    Strategi 4C ini juga pas banget buat ngimbangin perkembangan anak sekarang yang serba cepat dan instan karena banyak main gadget, jadi daripada anak cuma nonton atau main game yang kurang interaktif, kita ajak anak-anak untuk membuat matematika itu jadi obrolan (Converse) yang seru, sambil ajak mereka menghitung (Count) hal-hal di sekitar, kemudian banding-bandingin (Compare) mana yang lebih banyak atau besar, dan akhirnya belajar mengelompokkan (Categorize), yang semua itu melatih logika dan pemecahan masalah mereka dari rumah, jauh lebih efektif daripada cuma ngasih lembar kerja formal.

    BalasHapus
  46. Nama : Juliana Dai
    NPM : 2386206029
    Kelas ; V,B

    Ide 4C ini betul-betul menjawab kekhawatiran banyak orang tua yang bingung gimana cara agar anak suka matematika, apalagi data menunjukkan kalau literasi matematika kita masih rendah, kita seringnya fokus cuman di latihan berhitung formal, padahal yang lebih penting itu ngajak anak ngobrol tentang konsep matematika di kegiatan ringan kaya melipat baju atau menyusun mainan, ini kan secara tidak langsung mengajari mereka membandingkan dan mengelompokkan, jadi anak-anak tidak merasa lagi belajar pelajaran sekolah, tetapi berasa lagi main dan menemukan hal baru, yang pada akhirnya akan bikin mereka mempunyai dasar yang kuat dan tidak kaget pas nanti masuk pelajaran matematika yang lebih susah.

    BalasHapus
  47. Nama: Yudha Praditya
    Kelas: 5B PGSD
    Npm: 2386206031

    Menurut saya, strategi ini tidak hanya membangun pemahaman konsep matematika sejak dini, tetapi juga melatih berpikir kritis dan kebiasaan analitis. Selain itu, peran orang tua sebagai fasilitator pembelajaran sangat penting artikel ini memberi panduan praktis yang bisa langsung diterapkan di rumah tanpa perlu peralatan khusus atau waktu yang sangat formal.

    BalasHapus
  48. Nama: Yudha Praditya
    Kelas: 5B PGSD
    Npm: 2386206031

    Terima kasih atas tulisan yang sangat inspiratif dan aplikatif ini. Semoga semakin banyak orang tua yang sadar bahwa pembelajaran matematika tidak harus kaku, melainkan bisa sangat menyenangkan dan mendalam melalui interaksi sehari-hari.”

    BalasHapus
  49. Nama : Maria Ritna Tati
    NPM : 2386206009
    Kelas : V A PGSD

    Meenurut saya materi ini secara efektif menyoroti kesenjangan kritis antara persepsi orang tua dan realitas kebutuhan perkembangan matematika anak. Fakta bahwa hampir 70% orang tua merasa anak mereka sudah mendapatkan "cukup" waktu matematika, padahal fokus mereka hanya pada membaca dan menulis angka, menunjukkan adanya mispersepsi besar tentang apa itu literasi matematika yang sesungguhnya di usia dini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Finsensos Maria Seno
      Kelas : 5 D PGSD
      Npm : 2386206090

      Terimah Kasih ijin menjawab ya Maria Ritna Tati saya setuju bahwa materi ini penting untuk menunjukkan perbedaan antara persepsi orang tua dan kebutuhan nyata anak dalam belajar matematika. Banyak orang tua merasa anak sudah cukup belajar matematika, padahal hanya fokus pada membaca dan menulis angka. Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman tentang literasi matematika sejak usia dini agar orang tua bisa mendukung perkembangan konsep matematika anak secara lebih tepat.

      Hapus
  50. Nama : Maria Ritna Tati
    NPM:2386206009
    Kelas :V A PGSD

    Tambahan lagi dari materi di atas Literasi matematika anak Indonesia masih tertinggal berdasarkan data PISA, sebagian besar karena orang tua keliru fokus hanya pada menghafal angka, bukan pada konsep matematika yang lebih luas. Penelitian menunjukkan pentingnya pengembangan keterampilan matematika sejak usia dini.
    Untuk mengatasi hal ini, diperkenalkan Strategi 4C sebagai panduan sederhana bagi orang tua untuk memperkaya pengalaman matematika anak melalui aktivitas sehari-hari:
    Strategi 4C:
    Bercakap : Melakukan diskusi bermakna tentang konsep matematika yang muncul dalam kegiatan sehari-hari misalnya, saat berjalan di taman atau membantu pekerjaan rumah. Tujuannya adalah membangun rasa ingin tahu dan pengetahuan kontekstual.
    Menghitung : Kegiatan yang lebih dari sekadar menyebut urutan angka. Meliputi menghitung total objek, mengambil jumlah tertentu, serta menambah dan mengurangi, yang bertujuan membangun pemahaman angka yang kuat.
    Membandingkan: Mengajarkan anak tentang karakteristik objek yang dapat diamati dan dibandingkan misalnya, besar, kecil, lebih banyak. Keterampilan ini penting sebagai dasar untuk konsep matematika dan sains yang lebih kompleks.
    Mengelompokkan : Mengatur atau memisahkan benda berdasarkan sifat-sifat tertentu misalnya, menyusun buku berdasarkan ukuran, memisahkan cucian berdasarkan jenis. Aktivitas ini membangun dasar untuk pemahaman karakteristik dan klasifikasi dalam matematika.

    jadi strategi 4C membantu orang tua menjadikan pembelajaran matematika relevan dan menyenangkan, mengubahnya dari sekadar hafalan menjadi pengalaman yang membangun landasan kokoh bagi kesuksesan anak di sekolah dan kehidupan selanjutnya.

    BalasHapus
  51. oke pak sekarang saya jadi tau apa itu strategi 4C? yaitu strategi 4C mengacuh pada Converse atau bercakap count menghitung compare membandingkan dan categorize mengelompokkan dari keempat aktifitas ini sangat berperan penting dalam membangun dasar pengetahuan matematika pada anak dengan menerapkan 4C dan juga orang tua dapat memperkaya diskusi matematika bersama anak dan bisa membantu mereka mengembangkan kosakata serta keterampilan dalam berpikir kritis

    BalasHapus
  52. Iya pak betul sekali Converse atau bercapak sangat penting pada anak saat sedang berbicara dengan anak tentang konsep konsep matematika dalam langkah awal yang sangat penting untuk membangun rasa ingin tahu dan pengetahuan mereka tentang angka kegiatan ini juga melibatkan sehari hari yang relevan dengan pengalaman hidup anak seperti dalam permainan melompat dari tali, berjalan jalan ditaman atau membantu pekerjaan rumah tangga anak anak juga cenderung lebih terlibat dan antusias ketika konsep matematika dikaitkan dengan kegiatan yang mereka pahami dibandingkan dengan aktifitas formal seperti mengerjakan lembar kerja dan juga orang tua dapat memulai percakapan sederhana dengan pertanyaan seperti ada berapa buah ini,manakah yang lebih besar atau lebih kecil?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tepat sekali sih Arifin,konversasi tentang konsep matematika dalam konteks pengalaman hidup dan permainan sehari-hari anak sangatlah penting sebagai langkah awal yang membangun rasa ingin tahu karena membuat siswa SD lebih terlibat dan antusias dibandingkan hanya mengerjakan aktivitas formal di lembar kerja.

      Hapus
  53. iya pak sekarang saya jadi tau kalo count atau menghitung itu sangat penting untuk bisa membantu anak anak mengembangkan pemahaman angka yang kuat namun juga menghitung bukan hanya sekedar menyebutkan urutan angka biasanya aktifitas ini mencakup seperti menghitung jumlah total objek dalam satu tumpukan dan juga bisa mengambil sejumlah tertentu dari sebuah kelompok orang tua juga bisa memanfaatkan berbagai peluang sehari hari untuk menghitung bersama anak mereka contohnya menghitung jumlah apel yang akan dibeli ditoko dan juga membagi sepuluh anggur secara merata untuk makan siang dengan melibatkan anak dalam berbagai jeni aktivitas menghitung mereka dapat belajar mengenai hubungan angka secara lebih mendalam

    BalasHapus
  54. menurut saya pak compare atau membandingkan ini sangat penting juga untuk kita pelajari supaya kita punya keterampilan yang bisa mendasari banyak konsep dalam matematika dan ilmu pengetahuan dengan mengenalkan anak pada karakteristik objek yang akan kita amati dan dibandingkan orang tua membantu mempersiapkan mereka memahami konsep matematika yang lebih kompleks contohnya mana yang lebih gelap atau lebih terang,mana yang lebih panjang atau yang lebih pendek,dari pemahaman tentang kuantitas juga sangat penting misalnya seperti siapa yang memiliki lebih banyak anggur,kamu atau aku?bagaimana kamu tau? kegiatan ini juga dapat seperti anak sedang bermain puzzle supaya mereka dapat memperkuat kemampuan anak dalam membandingkan dan mencocokkan potongan puzzle dan mereka juga dapat memerhatikan warna,pola,dan bentuk latihan yang sangat baik untuk berpikir kritis dimasa depan

    BalasHapus
  55. bagus sekali pak materi ini tentang categorize atau mengelompokkan aktifitas ini dapat kita lakukan dalam kegiatan sehari hari misalnya mengatur buku dirak berdasarkan ukuran atau warna dan juga dapat menyusun makanan didapur berdasarkan jenisnya ketika anak belajar memahami karakteristik yang membuat suatu benda termasuk dalam kelompok tertentu atau tidak termasuk dalam kelompok tertentu mereka juga sedang membangun dasar yang kuat untuk pemahaman matematika yang lebih berlanjut sebagai contohnya semua benda ini berbentuk persegi panjang

    BalasHapus
  56. iya pak betul sekali strategi 4c sangat penting supaya bisa membantu orang tua dan memperkaya pengalaman matematika kepada anak dengan cara yang menyenangkan dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari hari dengan mengkombinasikan percakapan bermakna,latihan menghitung,perbandingan,dan pengelompokan anak anak akan memiliki landasan yang lebih kokoh untuk sukses dalam matematika disekolah dan kehidupan selanjutnya anastasia betts juga merupakan eksekutif yang berencana dan desain kurikulum diage offlearning mengatakan dengan menerapkan 4C tidak hanya meningkatkan keterampilan matematika pada anak tetapi juga mempererat hubungan antara orang tua dan anak melalui aktivitas bersama yang dapat bermanfaat dan juga dengan strategi ini pembelajaran matematika tidak lagi hanya tentang menghafal angka tetapi juga menjadi pengalaman yang relevan dan menenangkan

    BalasHapus
  57. Setelah saya baca materi bapak yang ini ternyata bagus banget pak, terutama mengenai Strategi 4C Converse, Count, Compare, Categorize. Menurut saya bagian Poin yang paling penting bagi saya adalah pergeseran fokus dari menghafal angka menjadi pengalaman matematika yang terhubungan dan menyenangkan.
    ​Selama ini, mungkin banyak orang tua atau bahkan saya sendiri saat kecil mengira bahwa melatih matematika itu cukup dengan mengajarkan membaca dan menulis angka karena ayah saya dulu cuma mengajar kan saya yang penting bisa menulis, mengahal ABC,dan menghitung 1 sampe 100, atau mengerjakan lembar kerja saja. Ternyata setelah baca materi bapak yang ini saya jadi tau ternyata materi ini menunjukkan bahwa kunci fondasi yang kuat itu ada pada percakapan dan eksplorasi sehari-hari. Contohnya, saat orang tua mengajak anak Converse (Bercakap) tentang mengapa suatu benda masuk dalam kelompok tertentu, atau saat anak diajak Count (Menghitung) apel di toko. Ini menunjukkan bahwa matematika itu tidak terpisah dari kehidupan kita sehari hari, tapi justru melekat erat dalam setiap aktivitas. Pendekatan 4C ini sangat efektif untuk menumbuhkan minat dan kemampuan berpikir kritis anak sejak dini, jauh sebelum mereka menghadapi rumus-rumus kompleks di sekolah.

    BalasHapus
  58. Materi ini sangat cocok karena dimulai dengan menyoroti rendahnya literasi matematika di Indonesia berdasarkan data PISA. Ini menjadi call to action yang kuat, karena masalahnya ternyata berawal dari masa kanak-kanak awal. Strategi 4C Converse, Count, Compare, Categorize yang diusulkan adalah solusi yang sangat terstruktur dan masuk akal untuk mengatasi akar masalah ini.
    ​Fokus pada Count (Menghitung) yang bukan hanya sekadar menyebut urutan angka, tetapi melibatkan kegiatan menghitung maju/mundur, mengambil sejumlah tertentu, dan menghitung total objek, ini menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang pengembangan pemahaman angka. Jika fondasi Count ini kuat, anak tidak akan hanya sekadar menghafal "1, 2, 3..." tetapi benar-benar mengerti konsep kuantitas dan hubungan antar angka. Dengan demikian, Strategi 4C ini bukan hanya meningkatkan kemampuan matematika anak saat ini, tetapi juga mempersiapkan landasan yang kokoh bagi kesuksesan akademis mereka di jenjang sekolah dan dalam kehidupan di masa depan.

    BalasHapus
  59. Nama : Naida Dwi Nur Herlianawati
    Kelas : 5 B
    Npm : 2386206042

    Setuju pak, Strategi "4C" (Bercakap, Menghitung, Membandingkan, dan Mengelompokkan) adalah cara sederhana bagi orang tua untuk memperkuat dasar matematika anak-anak dengan menjadikannya bagian dari kegiatan sehari-hari yang menyenangkan dan mendorong kemampuan berpikir kritis, bukan sekadar menghafal angka.

    BalasHapus
  60. Nama : Naida Dwi Nur Herlianawati
    Kelas : 5 B
    Npm : 2386206042

    iya pak, dengan menerapkan 4C, anak-anak akan membangun pemahaman mendalam tentang angka, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan memiliki landasan kokoh untuk sukses di matematika masa depan.

    BalasHapus
  61. Materi ini sangat bagus karena menjelaskan bahwa pembelajaran matematika sebenarnya bisa dimulai dari rumah dengan cara-cara yang sederhana. Banyak orang tua mengira anak sudah cukup belajar matematika di sekolah, padahal justru pengalaman sehari-harilah yang lebih banyak membentuk dasar pemahaman matematika mereka.
    Strategi 4C (Converse, Count, Compare, Categorize) yang diperkenalkan Anastasia Betts sangat mudah dipahami dan dilakukan siapa pun.

    BalasHapus
  62. Saya setuju pak dengan isi dri artikel ini yg mengatakan alasan mengapa strategi 4Cpenting yaitu dengan strategi ini pembelajaran matematika tidak lagi hanya tentang menghafal angka tetapi menjadi pengalaman nyata yang relevan,ketika saya sudah menjadi guru nanti saya akan menerapkan strategi 4C ini agar siswa-siswi saya dikemudian hari dapat merasakan manfaat ny. Terimakasih ilmunya pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga setuju dengan pendapat Maria Elsiana Sere bahwa materi ini menekankan bahwa strategi 4C bukan hanya meningkatkan keterampilan matematika anak, tetapi juga mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Melalui aktivitas sederhana seperti menghitung buah atau mengelompokkan mainan, orang tua dapat menciptakan momen belajar yang penuh kebersamaan. Pendekatan ini mengubah matematika dari sesuatu yang menakutkan menjadi pengalaman positif yang dibangun melalui interaksi hangat di rumah. Dengan demikian, anak tidak hanya belajar, tetapi juga merasa didukung dan dihargai.

      Hapus
  63. Izin menanggapi pak Materi ini sangat menarik dan relevan, terutama dalam konteks pendidikan di Indonesia yang masih membutuhkan peningkatan literasi matematika. Judulnya yang mengangkat persuatu orang tua sebagai fondasi yang kokoh menunjukkan pentingnya keterlibatan keluarga dalam membangun dasar matematika anak sejak dini. Penggunaan simbol kurung biasa sebagai penggambaran dari dasar yang kuat merupakan pendekatan yang sederhana namun efektif untuk menyampaikan konsep dasar matematika. Saya berharap materi ini dapat memberikan inspirasi dan panduan bagi orang tua dan pendidik untuk lebih aktif dalam mendukung perkembangan matematika anak dengan metode yang menyenangkan dan mudah dipahami.Secara keseluruhan, materi ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya matematika yang kuat dari rumah.

    BalasHapus
  64. Nama : Reslinda
    Kelas : 5C Pgsd
    Npm : 2386206067

    Izin menanggapi Pak, cara 4C yang dijelasin memang pas banget dipakai orang tua untuk bantu anak terbiasa berpikir matematika tanpa harus "belajar formal" terus. Saya setuju kalau hal-hal sederhana kayak ngobrol soal angka di kehidupan sehari-hari ngajak anak hitung belanjaan, atau nanya pendapat mereka itu bisa jadi awal yang kuat buat bikin anak anak lebih pecaya diri sama matematika. Artikel ini juga nunjukin peran orang tua sebenarnya nggak harus ribet, cukup konsisten dan mau terlibat. Menurut saya pembahasannya relevan banget, apalagi buat kita calon guru yang nanti bakal kerja bareng orang tua juga.

    BalasHapus
  65. Nama : Reslinda
    Kelas : 5C Pgsd
    Npm : 2386206067

    Pertanyaan saya, dari keempat aspek 4C mana yang paling berpengaruh dalam membangun pondasi matematika anak di rumah, dan kenapa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Finsensos Maria Seno
      Kelas : 5 D PGSD
      Npm : 2386206090

      Ijin menjawab Reslinda Dari keempat aspek dalam strategi 4C, menurut saya yang paling berpengaruh adalah Converse (bercakap). Karena melalui percakapan, orang tua dapat mengenalkan konsep matematika secara alami sejak dini. Anak belajar memahami istilah, menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari-hari, dan membangun cara berpikir logis. Percakapan menjadi dasar sebelum anak menghitung, membandingkan, atau mengelompokkan.

      Hapus
  66. Nama: Leoni Wulandari
    Kelas: 5D
    NPM: 2386206088
    Menurut saya, strategi 4C sangat membantu orang tua mengenalkan matematika sejak dini dengan cara yang sederhana dan menyenangkan. Melalui kegiatan bercakap, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan, anak bisa belajar konsep matematika tanpa harus menggunakan lembar kerja. Aktivitas sehari-hari pun bisa dijadikan latihan. Jika orang tua rutin menerapkannya, anak akan memiliki dasar matematika yang kuat dan merasa matematika itu menyenangkan.

    BalasHapus
  67. Nama: Leoni Wulandari
    Kelas: 5D
    NPM: 2386206088
    Menurut saya, 4C membantu anak belajar matematika secara alami lewat aktivitas sehari-hari. Dengan bercakap, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan, anak bisa memahami konsep dasar tanpa tekanan. Jika orang tua melakukannya secara rutin, kemampuan matematika anak akan berkembang lebih kuat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Finsensos Maria Seno
      Kelas : 5 D PGSD
      Npm : 2386206090

      Terima kasih atas pendapatnya. Saya sependapat bahwa strategi 4C memang membuat anak belajar matematika secara lebih alami dari aktivitas sehari-hari. Dengan melibatkan percakapan, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan, anak bisa memahami konsep dasar tanpa merasa terbebani. Jika dilakukan rutin oleh orang tua, fondasi matematika anak akan semakin kuat dan berkembang dengan baik.

      Hapus
  68. Nama: Leoni Wulandari
    Kelas: 5D
    NPM: 2386206088
    Menurut saya, strategi 4C membantu anak belajar matematika secara mudah di rumah. Dengan ngobrol, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan benda di sekitar, anak jadi lebih memahami konsep dasar. Cara ini sederhana, menyenangkan, dan bisa dilakukan setiap hari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Finsensos Maria Sen
      Kelas : 5 D PGSD
      Npm : 2386206090

      Ijin menanggapi ya Leoni Saya setuju bahwa strategi 4C sangat membantu anak belajar matematika secara sederhana dan menyenangkan. Dengan mengobrol, menghitung, membandingkan, dan mengumpulkan benda di sekitar rumah, anak dapat memahami konsep dasar dengan lebih mudah. Cara ini juga dapat dilakukan setiap hari, sehingga pembelajaran menjadi lebih alami dan bermakna bagi anak-anak

      Hapus
  69. Nama: Leoni Wulandari
    Kelas: 5D
    NPM: 2386206088
    Menurut saya, 4C adalah cara sederhana untuk membantu anak belajar matematika lewat kegiatan sehari-hari. Dengan berbicara, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan, anak bisa memahami matematika dengan lebih mudah dan menyenangkan.

    BalasHapus
  70. Nama: Leoni Wulandari
    Kelas: 5D
    NPM: 2386206088
    Menurut saya, strategi 4C (Converse, Count, Compare, Categorize) membantu orang tua mengajarkan matematika secara sederhana melalui kegiatan sehari-hari. Dengan berbicara, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan benda di sekitar, anak belajar konsep matematika tanpa merasa terbebani. Cara ini membuat matematika lebih mudah, menyenangkan, dan memperkuat dasar pemahaman anak sejak dini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Finsensos Maria Seno
      Kelas : 5 D PGSD
      Npm : 2386206090

      Ijin menjawab Leoni Strategi 4C menurut saya sangat menarik karena membuat belajar matematika menjadi lebih menyenangkan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Anak tidak hanya belajar angka, tetapi juga diajak berbicara tentang konsep, membandingkan, mengelompokkan, dan menghitung secara kreatif. Dengan dukungan orang tua, pengalaman ini dapat memperkuat pemahaman anak dan membuat mereka lebih bersemangat belajar matematika.

      Hapus
  71. Nama: Leoni Wulandari
    Kelas: 5D
    NPM: 2386206088
    Menurut saya, strategi 4C ini sangat menarik karena menunjukkan bahwa belajar matematika bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Anak-anak tidak hanya dihitung atau menghafal angka, tapi juga diajak berbicara tentang konsep, membandingkan benda, mengelompokkan, dan menghitung secara kreatif. Dengan peran orang tua, pengalaman ini bisa memperkuat pemahaman anak sekaligus membuat mereka lebih percaya diri dalam matematika.

    BalasHapus
  72. Nama : Finsensos Maria Seno
    Kelas : 5 D PGSD
    Npm : 2386206090

    Ijin saya menanggapi Leoni Saya setuju bahwa strategi 4C sangat bermanfaat karena membuat belajar matematika lebih menyenangkan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Anak tidak hanya menghafal angka, tetapi juga diajak berbicara tentang konsep, membandingkan, mengelompokkan, dan menghitung secara kreatif bersama orang tua. Cara ini membantu memperkuat pemahaman anak dan menumbuhkan rasa percaya diri mereka dalam belajar matematika.

    BalasHapus
  73. Nama : Finsensos Maria Seno
    Kelas : 5 D PGSD
    Npm : 2386206090

    Terimah Kasih Bapak Materi ini sangat bermanfaat karena menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendukung perkembangan matematika anak sejak dini. Strategi 4C—bercakap, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan—membantu anak memahami konsep matematika secara alami melalui aktivitas sehari-hari. Selain itu, materi ini juga menyoroti kesenjangan antara persepsi orang tua dan kebutuhan nyata anak, sehingga orang tua bisa lebih tepat dalam mendampingi anak belajar matematika di rumah.

    BalasHapus
  74. Nama: Leoni Wulandari
    Kelas: 5D
    NPM: 2386206088
    Menurut saya, strategi 4C ini membantu anak belajar matematika dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami. Anak-anak bisa menghitung, membandingkan, mengelompokkan, dan berdiskusi tentang angka lewat kegiatan sehari-hari. Dengan peran orang tua, anak jadi lebih percaya diri dan dasar matematika mereka lebih kuat.

    BalasHapus
  75. Nama: Leoni Wulandari
    Kelas: 5D
    NPM: 2386206088
    Menurut saya, strategi 4C sangat membantu karena anak bisa belajar matematika sambil bermain dan melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan cara ini, anak tidak hanya belajar menghitung, tetapi juga memahami konsep, membandingkan, dan mengelompokkan benda. Peran orang tua sangat penting untuk membuat belajar matematika lebih menyenangkan dan membuat anak lebih percaya diri.

    BalasHapus
  76. Nama: Leoni Wulandari
    Kelas: 5D
    NPM: 2386206088
    Menurut saya, strategi 4C membuat belajar matematika di rumah menjadi menyenangkan. Anak-anak bisa menghitung, membandingkan, mengelompokkan, dan berdiskusi tentang angka lewat kegiatan sehari-hari. Dengan bantuan orang tua, mereka bisa lebih percaya diri dan dasar matematika mereka lebih kuat.

    BalasHapus
  77. Nama: Leoni Wulandari
    Kelas: 5D
    NPM: 2386206088
    Menurut saya, strategi 4C sangat bermanfaat karena anak-anak bisa belajar matematika sambil bermain dan beraktivitas sehari-hari. Dengan bimbingan orang tua, mereka jadi lebih memahami konsep, lebih percaya diri, dan dasar matematika mereka semakin kuat.

    BalasHapus
  78. Strategi 4C memberikan pendekatan yang sederhana namun sangat efektif untuk membantu anak mengembangkan pemahaman matematika sejak dini. Pendekatan ini membuktikan bahwa pembelajaran matematika tidak harus selalu formal atau berbentuk lembar kerja. Justru, matematika dapat diajarkan melalui interaksi sehari-hari di rumah, yang lebih natural dan menyenangkan bagi anak. Ini sangat penting karena pengalaman pertama anak terhadap matematika sering kali menentukan sikap mereka terhadap pelajaran ini di masa mendatang.

    Penjelasan tentang peran orang tua sangat relevan, mengingat banyak orang tua yang tidak menyadari betapa pentingnya keterlibatan mereka dalam perkembangan literasi matematika anak. Penelitian menunjukkan bahwa interaksi kecil seperti menghitung benda, membandingkan ukuran, atau mengelompokkan barang bisa memberikan dampak besar. Dengan strategi 4C, orang tua diberikan panduan praktis untuk membantu anak memahami konsep matematika tanpa merasa terbebani, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif dan penuh makna.

    BalasHapus
  79. Kekuatan strategi 4C terletak pada fokusnya pada kemampuan dasar berpikirseperti membandingkan, mengategorikan, dan menjelaskan alasan. Ini adalah fondasi bagi perkembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi di kemudian hari. Misalnya, aktivitas membandingkan tidak hanya melatih intuisi kuantitatif, tetapi juga menumbuhkan kemampuan observasi, analisis, dan argumentasi. Ini adalah keterampilan yang tidak hanya penting untuk matematika, tetapi juga untuk pembelajaran sains, logika, dan pemecahan masalah sehari-hari.

    BalasHapus
  80. Nama : Putri Anggraeni
    NPM : 2386206022
    Kelas : VB (PGSD)

    Jujur, saya paling garis bawahi di bagian data survei yang bilang 70% orang tua salah mengira anak mereka sudah cukup waktu belajar matematika. Ini benar-benar PR besar untuk kita semua. Soalnya, memang di masyarakat kita ini, matematika masih sering dianggap hanya soal kalkulator dan rumus yang harus dihafalkan di sekolah, makanya orang tua merasa tugasnya sudah selesai kalau anak bisa baca angka.

    Padahal, strategi 4C (Converse, Count, Compare, Categorize) ini membuka mata banget. Intinya, pondasi matematika itu justru dibangun dari interaksi natural sehari-hari, bukan lembar kerja formal. Saya jadi sadar, selama ini saya sering lupa kalau kegiatan sederhana seperti Categorize saat membereskan mainan atau Compare mana piring yang lebih besar saat mencuci, itu sudah termasuk latihan berpikir matematis yang jauh lebih efektif dan menyenangkan buat anak.
    Pendekatan ini sangat praktis, karena orang tua tidak perlu gelar matematika. Cukup luangkan waktu untuk ngobrol dan mengaitkan angka serta bentuk dengan apa yang ada di sekitar mereka. Ini keren karena sekaligus mempererat ikatan orang tua dan anak.

    terimakasih pak atas materinya.

    BalasHapus
  81. Nama: Patricia Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046
    materi ini menegaskan bahwa penguasaan matematika bukan semata tanggung jawab sekolah, melainkan juga perlu dukungan dari lingkungan rumah, khususnya dari orang tua. Penerapan strategi 4C yaitu berbicara tentang matematika, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan menunjukkan cara praktis agar matematika menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak, bukan hanya pelajaran di kelas. dengan begitu, anak dapat mengembangkan pemahaman angka dan konsep dasar dengan cara alami, relevan, dan menyenangkan.

    terimakasih ya pak atas materinya

    BalasHapus
  82. Nama: Patricia Nini Making
    NPM: 2386206046
    Kelas: 5C
    izin bertanya pak, bagaimana strategi 4C bisa diadaptasi agar sesuai dengan aktivitas dan konteks anak di lingkungan rumah, misalnya saat membantu memasak, belanja, atau kegiatan sehari-hari lainnya pak?

    BalasHapus
  83. Nama: Patricia Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046

    izin menanggapi pak,
    dengan melibatkan orang tua, anak mendapat dukungan emosional sekaligus stimulasi kognitif, dua aspek penting agar mereka tidak merasa bahwa matematika itu sulit dan mengecilkan minat.

    BalasHapus
  84. Nama: Patriciq Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046

    materinya sangat bagus pak,
    musyawarah sederhana yang melibatkan perhitungan, perbandingan, atau klasifikasi dalam kehidupan sehari-hari bisa membantu membangun intuisi matematika secara bertahap sebelum masuk ke materi sekolah yang lebih formal.

    BalasHapus
  85. Izin pak, strategi 4C ini sangat relevan untuk diterapkan orang tua di rumah karena anak memang belajar paling efektif melalui aktivitas nyata. Artikel ini juga menekankan bahwa matematika tidak harus selalu berbentuk lembar kerja, dan saya setuju sepenuhnya. Dengan berdialog, menghitung, membandingkan, dan mengelompokkan dalam kegiatan sehari-hari, anak dapat memahami konsep secara alami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya melihat bahwa banyak orang tua selama ini lebih fokus pada membaca dan menulis, sehingga matematika kurang mendapat perhatian yang memadai. Padahal, seperti yang disebutkan diartikel tersebut, kemampuan matematika anak akan berkembang lebih baik jika sejak dini sudah dikenalkan melalui aktivitas sederhana.

      Menurut saya, kesadaran orang tua tentang hal ini perlu terus ditingkatkan.

      Hapus
  86. Menurut saya, tentang Converse sangat penting karena berbicara tentang matematika itu dapat membantu anak membangun kosa kata dan penalaran. Anak yang terbiasa mendengar istilah matematika dalam percakapan ringan akan lebih percaya diri saat belajar di sekolah.

    Ini menunjukkan bahwa peran orang tua dalam menstimulasi bahasa matematis tidak boleh diremehkan.

    BalasHapus
  87. Dan saya setuju bahwa menghitung tidak hanya sebatas menyebut angka, tetapi mencakup berbagai kegiatan seperti menambah, mengurangi, dan mengambil sejumlah tertentu.

    Artikel ini membuka wawasan saya bahwa banyak momen sehari-hari yang dapat dijadikan kesempatan untuk belajar matematika. Menurut saya, orang tua cukup kreatif mengajak anak menghitung saat berbelanja atau menyiapkan makanan.

    BalasHapus
  88. Saya tertarik dengan penjelasan mengenai mengelompokkan karena kegiatan ini sangat dekat dengan kehidupan anak.

    Mengelompokkan buku, mainan, atau pakaian dapat menumbuhkan logika dan kemampuan klasifikasi sejak dini. Menurut saya, inilah contoh bahwa matematika sebenarnya sangat dekat dengan rutinitas harian.

    BalasHapus
  89. Saya melihat bahwa artikel ini memberikan solusi realistis untuk meningkatkan literasi matematika di Indonesia melalui peran keluarga. Dari pada memaksa anak menghafal, strategi 4C menawarkan pendekatan yang lebih kontekstual dan menyenangkan. Menurut saya, jika lebih banyak orang tua menerapkan cara ini, maka dasar matematika anak-anak akan jauh lebih kuat.

    BalasHapus
  90. Nama: Lidia Jaimun
    Kelas: 5D PGSD
    Npm: 2386206091

    Izin menanggapi Pak. Saya melihat bahwa strategi 4C sangat relevan dalam membantu orang tua memperkenalkan konsep matematika sejak dini. Orang tua dapat berperan aktif dengan menghubungkan aktivitas harian dengan konsep dasar berhitung. Pendekatan ini membuat anak lebih mudah memahami matematika secara alami. Penerapan percakapan sederhana tentang angka membantu anak membangun rasa ingin tahu. Selain itu, orang tua juga dapat memberikan contoh konkret melalui situasi nyata. Dengan demikian, pembelajaran matematika terasa lebih menyenangkan bagi anak.

    BalasHapus
  91. Nama: Lidia Jaimun
    Kelas: 5D PGSD
    Npm: 2386206091

    Izin menanggapi Pak. Saya memahami bahwa literasi matematika di Indonesia masih membutuhkan perhatian khusus. Data PISA menunjukkan bahwa kemampuan matematika remaja masih rendah. Hal ini menunjukkan pentingnya intervensi sejak anak berada pada usia dini. Strategi 4C memberikan panduan praktis agar orang tua dapat ikut berperan. Dengan aktivitas seperti bercakap dan membandingkan, anak dapat mengembangkan pemahaman konsep dasar. Oleh karena itu, pendekatan ini layak diterapkan secara konsisten di rumah.

    BalasHapus
  92. Nama: Lidia Jaimun
    Kelas: 5D PGSD
    Npm: 2386206091

    Izin menanggapi Pak. Saya menilai bahwa kegiatan berbasis percakapan dapat meningkatkan ketertarikan anak terhadap matematika. Ketika anak diajak membahas benda-benda di sekitar, mereka belajar menghubungkan konsep matematika dengan dunia nyata. Orang tua dapat memulai dengan pertanyaan sederhana. Pertanyaan tersebut dapat membantu anak belajar menjelaskan alasan mereka. Dengan begitu, kemampuan berpikir kritis juga ikut berkembang. Pendekatan ini sesuai dengan tujuan strategi 4C yang menekankan interaksi bermakna.

    BalasHapus
  93. Nama: Lidia Jaimun
    Kelas: 5D PGSD
    Npm: 2386206091

    Izin menanggapi Pak. Saya melihat bahwa aktivitas menghitung tidak hanya sebatas menyebut angka secara urut. Anak perlu memahami konteks penggunaan angka dalam berbagai situasi. Orang tua dapat mengajak anak menghitung benda-benda dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini memberi kesempatan bagi anak untuk mengembangkan konsep jumlah dan perubahan angka. Hal tersebut juga melatih logika dan kemampuan menganalisis. Dengan demikian, pengalaman menghitung menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami.

    BalasHapus
  94. Nama: Lidia Jaimun
    Kelas: 5D PGSD
    Npm: 2386206091

    Izin menanggapi Pak. Saya menyadari bahwa banyak orang tua berfokus pada membaca dan menulis angka saja. Padahal, strategi 4C menunjukkan bahwa pengalaman matematika jauh lebih luas. Aktivitas membandingkan dapat membantu anak memahami perbedaan ukuran, jumlah, atau bentuk. Orang tua dapat memperkenalkan konsep ini melalui benda-benda sederhana di rumah. Dengan cara ini, anak dapat mempelajari logika dasar secara alami. Pendekatan tersebut juga membantu anak mengenali pola dan kategori.

    BalasHapus
  95. Nama: Lidia Jaimun
    Kelas: 5D PGSD
    Npm: 2386206091

    Izin menanggapi Pak. Saya melihat bahwa strategi categorize dapat membantu anak mengelompokkan benda berdasarkan kesamaan. Aktivitas ini mengembangkan kemampuan observasi dan analisis sejak dini. Orang tua bisa memulai dari aktivitas sederhana seperti memilah mainan atau makanan. Kegiatan tersebut membuat anak paham bahwa benda dapat memiliki ciri tertentu. Selain itu, anak juga belajar mengambil keputusan berdasarkan pengamatan. Dengan begitu, perkembangan kognitif anak dapat terbentuk lebih baik.

    BalasHapus
  96. Nama: Lidia Jaimun
    Kelas: 5D PGSD
    Npm: 2386206091

    Izin menanggapi Pak. Saya setuju bahwa peran orang tua sangat penting dalam membangun fondasi matematika anak. Strategi 4C memberi arah yang jelas mengenai langkah-langkah sederhana yang bisa diterapkan di rumah. Melalui percakapan, perbandingan, pengelompokan, dan kegiatan menghitung, anak mendapatkan pengalaman belajar yang komprehensif. Pendekatan ini juga bisa menumbuhkan rasa percaya diri anak dalam memahami konsep matematika. Keterlibatan orang tua membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan. Dengan konsistensi, anak dapat berkembang menjadi pembelajar yang aktif dan kritis.

    BalasHapus
  97. Nama: Patricia Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046
    izin brrtanya ya pak

    bagaimana jika ada anak yang tidak mendapatkan dukungan atau stimuladu matematika di rumah, apakah sekolah bisa mengkomp3nsasi kekurangan itu dan bagaimana caranya pak?

    BalasHapus
  98. Nama: Patricua Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046
    izib bertanya pak
    apakah semua orang tua merasa percaya diri dalam memulai percakapan matematika dengan anak misalnya membahas jumlah, perbandingan, atau klasifikasi benda?jikaa belum, apa yang bisa membantu meningkatkan keterlibatan mereka?

    BalasHapus
  99. Nama: Patricia Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046

    bagaimana strategi 4C bisa diadaptasi agar sesuai dengan aktivitas dan konteks anak di lingkungan rumah, misalnya saat membantu memasak, belanja, atau kegiatan sehari-hari lainnya? izin bertanya ya pak

    BalasHapus
  100. Nama: Patricia Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046
    izin menanggapi ya pak,
    walaupun terlihat sederhana, penerapan 4C ini tetap butuh konsistensi dari orang tua.tidak harus lama, yang penting rutin dan dilakukan dengan cara yang positif supaya anak terbiasa berpikir kritis dan logis.

    BalasHapus

  101. Nama: Patricia Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046
    saya setuju pak, materi ini mengingatkan bahwa orang tua punya peran besar dalam membentuk sikap anak terhadap matematika. kalau di rumah sudah terbiasa ngobrol tentang angka atau logika sederhana, anak akan lebih percaya diri saat belajar di sekolah

    BalasHapus
  102. Nama: Patricia Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046
    walaupun terlihat sederhana, penerapan 4C ini tetap butuh konsistensi dari orang tua. tidak harus lama, yang penting rutin dan dilakukan dengan cara yang positif supaya anak terbiasa berpikir kritis dan logis.

    BalasHapus
  103. Nama: Patricia Nini making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046

    terimakasih pak, materinya sangat bagus
    poin penting dari materi ini adalah membuat matematika terasa menyenangkan dan tidak menegangkan. dengan melibatkan aktivitas bermain atau kegiatan rumah, anak jadi belajar tanpa merasa dipaksa.

    BalasHapus
  104. Nama: Patricia Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046

    pendekatan 4C yang dijelaskan cukup mudah diterapkan oleh orang tua. misalnya menghitung barang, membandingkan ukuran, atau mengelompokkan benda, hal kecil seperti ini ternyata bisa bantu membangun cara berpikir matematis anak.

    BalasHapus
  105. Nama: Patricia Nini making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046
    materinya bagus sekali pak, karena menekankan kalau matematika itu bisa dipelajari lewat aktivitas sehari-hari di rumah.jadi anak tidak merasa matematika itu sulit karena dikenalkan lewat hal yang sederhana dan dekat dengan kehidupan mereka.

    BalasHapus
  106. Nama: Patricia Nini Making
    Kelas: 5C
    NPM: 2386206046

    apaakah semua orang tua merasa percaya diri dalam memulai percakapan matematika dengan anak, misalnya membahas jumlah, perbandingan, atau klasifikasi benda?jika belum, apa yang bisa membantu meningkatkan keterlibatan mereka?

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak