Konstruktivisme dan Konstruksionisme: Dari Piaget hingga Papert

Constructivism dan Constructionism

Dalam dunia pendidikan, teori pembelajaran memegang peranan penting untuk memahami cara peserta didik belajar dan mengembangkan pengetahuan mereka. Dua teori yang sering kali menimbulkan kebingungan adalah constructivism dan constructionism. Walaupun keduanya berfokus pada pembelajaran aktif, pendekatan dan fokus dari masing-masing teori ini memiliki perbedaan yang signifikan.

Pengertian Constructivism

Constructivism adalah teori pendidikan yang menekankan bahwa pembelajaran adalah proses aktif di mana peserta didik membangun pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan refleksi. Teori ini berakar pada gagasan bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi melalui transfer informasi dari guru ke siswa, melainkan melalui interaksi antara pengalaman baru dan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik.

Menurut Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang menjadi pelopor teori ini, anak-anak membangun pemahaman mereka sendiri berdasarkan pengalaman langsung. Piaget menekankan bahwa pembelajaran bersifat progresif, dengan peserta didik secara bertahap mengembangkan pemahaman mereka melalui tahapan perkembangan kognitif. Sementara itu, Lev Vygotsky, seorang psikolog Rusia, menambahkan bahwa interaksi sosial dan konteks budaya memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Ia memperkenalkan konsep "zone of proximal development" (ZPD) yang menjelaskan bahwa peserta didik dapat mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan bantuan orang lain, seperti guru atau teman sebaya.

Elemen Penting dalam Constructivism

  1. Pembelajaran Aktif: Peserta didik secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, bukan hanya menerima informasi secara pasif.

  2. Konstruksi Pengetahuan: Peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri dengan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada.

  3. Pengetahuan Awal: Pengetahuan sebelumnya menjadi dasar untuk membangun pemahaman baru.

  4. Interaksi Sosial: Diskusi, kerja kelompok, dan kolaborasi menjadi bagian penting dari proses pembelajaran.

  5. Pembelajaran Kontekstual: Pembelajaran terjadi dalam konteks yang relevan dan bermakna bagi peserta didik.

Contoh Penerapan Constructivism

  1. Kelas Sains: Dalam pelajaran tentang ekosistem, guru menyediakan stasiun pembelajaran yang menampilkan berbagai jenis ekosistem seperti kolam, hutan, dan gurun. Peserta didik mengamati materi yang tersedia, berdiskusi dalam kelompok, dan membuat peta konsep untuk menunjukkan interaksi antar komponen ekosistem.

  2. Pembelajaran Matematika: Dalam memahami konsep pecahan, siswa menggunakan potongan kertas berbentuk lingkaran yang dibagi menjadi bagian-bagian tertentu. Mereka memanipulasi potongan tersebut untuk memahami hubungan antar pecahan.

Pengertian Constructionism

Constructionism adalah teori pembelajaran yang dikembangkan oleh Seymour Papert, seorang ilmuwan komputer dan pendidik yang terinspirasi oleh teori konstruktivis Piaget. Namun, Papert menambahkan elemen baru dalam teori ini, yaitu fokus pada penciptaan artefak nyata. Ia percaya bahwa peserta didik paling efektif dalam membangun pengetahuan ketika mereka secara aktif membuat sesuatu yang bermakna bagi mereka.

Papert menekankan pentingnya teknologi dan media dalam proses pembelajaran. Menurutnya, alat-alat seperti komputer dapat memberikan peluang baru bagi peserta didik untuk menciptakan dan bereksperimen. Proses penciptaan ini tidak hanya membantu peserta didik memahami konsep, tetapi juga mendorong mereka untuk belajar secara mandiri dan kreatif.

Elemen Penting dalam Constructionism

  1. Belajar Melalui Pembuatan: Pembelajaran terjadi ketika peserta didik membuat sesuatu yang nyata dan bermakna.

  2. Pembelajaran Berbasis Proyek: Proyek-proyek yang melibatkan penciptaan produk menjadi fokus utama.

  3. Refleksi dan Iterasi: Peserta didik merefleksikan hasil kerja mereka dan melakukan perbaikan berdasarkan umpan balik.

  4. Pemikiran Komputasional: Teknologi sering digunakan untuk membantu proses penciptaan dan pembelajaran.

  5. Relevansi Pribadi: Proyek didasarkan pada minat dan pengalaman pribadi peserta didik.

Contoh Penerapan Constructionism

  1. Kelas Teknologi: Dalam pelajaran pemrograman, siswa diminta untuk membuat video game sederhana menggunakan platform seperti Scratch. Mereka merancang karakter, menulis kode, dan menguji permainan yang mereka buat.

  2. Eksperimen Sains: Anak-anak diberikan kit elektronik sederhana yang terdiri dari baterai, lampu, dan kabel. Mereka diminta untuk membuat rangkaian listrik dan bereksperimen dengan berbagai konfigurasi untuk memahami prinsip listrik.

Perbedaan Utama Antara Constructivism dan Constructionism

Meskipun kedua teori ini berbagi banyak kesamaan, perbedaannya terletak pada fokus mereka:

  1. Fokus Teori:

    • Constructivism berfokus pada proses internal individu dalam membangun pengetahuan melalui pengalaman dan refleksi.

    • Constructionism menekankan pembelajaran melalui penciptaan artefak nyata yang relevan dengan minat pribadi peserta didik.

  2. Peran Artefak:

    • Dalam constructivism, artefak mungkin tidak selalu terlibat secara langsung.

    • Dalam constructionism, artefak menjadi pusat pembelajaran, seperti model, proyek, atau produk teknologi.

  3. Pendekatan Teknologi:

    • Constructivism lebih fokus pada interaksi sosial dan pengalaman langsung.

    • Constructionism sering kali melibatkan teknologi dan alat digital untuk mendukung pembelajaran.

Integrasi Kedua Pendekatan

Kombinasi constructivism dan constructionism dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih kaya. Misalnya, seorang guru dapat menggunakan pendekatan konstruktivis untuk memperkenalkan konsep dasar dan kemudian menggunakan pendekatan konstruksionis untuk mendorong peserta didik menciptakan sesuatu berdasarkan pemahaman mereka. Hal ini tidak hanya memperdalam pemahaman peserta didik tetapi juga meningkatkan keterampilan kreatif dan pemecahan masalah.

Implikasi dalam Pengajaran dan Pembelajaran

Dalam penerapan teori ini, guru perlu memperhatikan beberapa hal:

  1. Penciptaan Lingkungan Belajar yang Mendukung: Guru harus menciptakan lingkungan yang mendorong eksplorasi, refleksi, dan kolaborasi.

  2. Penggunaan Teknologi: Teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk mendukung pembelajaran, terutama dalam proyek berbasis constructionism.

  3. Pendekatan Diferensiasi: Guru harus mempertimbangkan kebutuhan dan minat individu peserta didik untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.

  4. Umpan Balik yang Konstruktif: Guru perlu memberikan umpan balik yang membantu peserta didik merefleksikan pekerjaan mereka dan melakukan perbaikan.

Constructivism dan constructionism adalah dua teori pembelajaran yang saling melengkapi. Keduanya menekankan peran aktif peserta didik dalam membangun pengetahuan, tetapi dengan pendekatan yang berbeda. Constructivism fokus pada proses internal dan refleksi, sedangkan constructionism menekankan penciptaan artefak nyata sebagai bagian dari pembelajaran. Dengan memahami dan mengintegrasikan kedua pendekatan ini, guru dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna dan efektif bagi peserta didik.

Dengan memanfaatkan elemen-elemen penting dari kedua teori ini, pendidikan dapat lebih berfokus pada pembelajaran yang relevan, kreatif, dan berpusat pada peserta didik. Integrasi teori ini tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih dalam, tetapi juga mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan dunia nyata dengan lebih baik.

Referensi

Terrell Heick. 2024. The Difference Between Constructivism And Constructionism

Papert, S., & Harel, I. (1991). Constructionism: Research reports and essays, 1985–1990. Ablex Publishing Corporation.

39 Komentar

  1. Nama: Isdiana Susilowati Ibrahim
    Npm: 2386206058
    Kelas: VB PGSD

    Izin pak, terkait materi di atas ada teori yang membahas pembelajaran dengan cara constructionism dimana pembelajarannya menekankan pada teknologi.

    Pertanyaan saya pak : apabila pembelajaran ini diterapkan kesekolah kususnya ke anak SD bagaimana caranya pembelajaran ini bisa berjalan karena pada jaman yang modern ini orang tua sangat takut pada anak nya yang terlalu lama dalam bermain teknologi . Bagaimana dari pihak, sekolah menanggapi masalah ini . Dan juga apabila dalam, sekolah tersebut tidak ada teknologi seperti komputer, bagaimana pembelajaran di atas dapat berjalan 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Oktavia Ramadani
      NPM : 2386206086
      Kelas : 5D

      Izin menjawab pak 🙏🏻 untuk isdi , menurut saya memang benar banyak sekali orang tua yang takut anaknya untuk berlama-lama bermainan atau belajar tentang teknologi karena banyak sekali kasus anak kecil menyalah gunakan teknologi untuk kehidupan mereka contohnya banyak sekali dampak negatif dari handphone contohnya dipakai untuk menonton yang belum batas wajar umur mereka , tetapi di sinilah peran sekolah untuk membedakan penggunaan teknologi ini untuk belajar atau untuk hiburan , kadang orang tua ini perlu sekali di yakin kan ketika anaknya menggunakan komputer / tablet di sekolah tujuan nya bukan hanya sekedar bermain game saja tapi untuk menciptakan suatu proyek contohnya seperti ( coding , membuat animasi atau pun bisa membuat dan merancang presentasi ) dan sekolah bisa membatasi pemakaian teknologi itu misalnya dengan durasi 30 menit saja per sesi dan hanya menggunakan aplikasi yang ramah terhadap anak , dan menurut saya nihhh ya ketika sekolah tidak memiliki teknologi itu bukan masalah yang besar , karena Constructionism sebenarnya bukan selalu harus menggunakan komputer tapi akan lebih membuat sesuatu yang bermakna , jadi siswa bisa dialihkan nihhhh dengan proyek sederhana seperti membuat kerajinan membuat miniatur rumah dari stik es krim atau bahkan bisa eksperimen sains niii seperti membuat rangkaian listrik dari baterai dan lampu kecil maka dari itu anak akan belajar dengan membuat sesuatu meskipun tidak melibatkan teknologi digital .

      Hapus
  2. Nama : Oktavia Ramadani
    NPM : 2386206086
    Kelas : 5D

    Materi yang dijelaskan menurut saya sangat relevan dalam pendidikan yang menuntut siswa akan lebih aktif, kreatif , dan mampu memecahkan masalah yang nyata menurut saya kedua teori ini sangat di perlukan sekali di pendidikan, contructivism itu teori pendidikan yang menekankan bahwa pembelajaran itu merupakan proses aktif di mana siswa membangun pemahaman mereka dari pengalaman nyata mereka sendiri , teori ini menjelaskan siswa itu tidak hanya belajar melalui transfer dari guru saja tetapi bisa melalui interaksi dari pengalaman baru dengan pengalaman pengetahuan yang sudah dimiliki siswa , sedangkan contructionism Ituu merupakan teori yang berfokus pada penciptaan artefak nyata, siswa itu paling efektif membangun pengetahuan ketika siswa akan aktif ketika membuat sesuatu yang bermakna .

    BalasHapus
  3. Nama : Andi Nurfika
    NPM :2386206017
    Kelas : V B PGSD

    baik bisa kita ketahui bahwa kontruktivisme ada teori pendidikan yang mengajarkan siswa aktif untuk membangun pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri dari pengalaman dan refleksi. menurut Jean peaget peserta didik secara bertahap mengembangkan pemahaman mereka melalui perkembangan kognitifnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Andi Nurfika
      NPM : 2386206017
      Kelas : VB PGSD

      saya izin tambahkan pak adapula teori contructionism dimana teori ini menekankan pentingnya teknologi dan media dalam proses mengajar yang berarti teori ini menyarankan pembelajaran menggunakan teknologi tetapi teori ini akan sulit digunakan jika sekolah kekurangan alat teknologi atau kurangnya jangkauan untuk menggunakan teknologi seperti kurangnya komputer bahkan ada sekolah yang tidak memiliki komputer bahkan juga minim ada sekolah yang di kampung terpencil yang terbatas listriknya. apakah ada pengganti atau alternatif lain untuk tetap menerapkan teori ini di sekolah pedalaman yang kurang minim teknologi dan listrik?

      Hapus
    2. Nama: Maya Apriyani
      Npm: 2386206013
      Kelas: V.A

      Izin menanggapi pertanyaan dari ka Andi nurfika, Apakah ada pengganti atau alternatif lain untuk menerapkan teori contructionism ini di sekolah kedalaman yang kurang teknologi dan listrik?
      Menurut saya sepertinya ada alternatif yang bisa kita lakukan apabila kita mengajar di sekolah yang pedalaman kemudian memiliki tantangan teknologi dan listrik yang di mana Teori ini belajar dan membuat sesuatu, Jadi sebenarnya Teori ini bukan tentang alatnya tapi bagaimana siswa tersebut dapat menciptakan sesuatu. Misalnya siswa belajar membuat alat untuk menjernihkan air dengan sederhana siswa itu diminta untuk mengumpulkan bahan-bahannya kemudian mempraktekkannya, pembelajaran ini tidak menggunakan teknologi namun bermakna bagi siswa dan juga menciptakan sesuatu dan siswa dapat mengetahuan bagaimana proses penjernihan air terjadi. Terima kasih

      Hapus
  4. Nama: Nanda Vika Sari
    Kelas: 4B PGSD
    Npm: 2386206053

    Pada materi constructiviisme dan construkionism ini sama-sama memberi tau bahwa betapa pentingnya peran aktif pada siswa untuk membangun pengetahuan namun dengan fokus yang berbeda-beda. Pada integrasi keduanya bisa menciptakan pembelajaran yang lebih aktif dan relevan pada siswa

    BalasHapus
  5. Nama : Andi Nurfika
    NPM :2386206017
    Kelas : VB PGSD

    adapula elemen penting kontruktivisme yang harus kita ketahui seperti yang pertama pembelajaran aktif pembelajaran aktif yang di maksud di sini yaitu pereserta didik harus ikut aktif dalam pembelajaran bukan hanya menerima materi saja. yang kedua kontruksi berarti peserta didik mampu menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada. ketiga pengetahuan awal berarti dengan siswa sebelumnya memiliki pengetahuan ini dan pengetahuan tersebut akan menjadi dasar pemahaman baru di pembelajaran. keempat interaksi sosial siswa di sini di ajak berinteraksi sosial mulai dari kerja kelompok, diskusi kelompok ataupun kaloborasi. yang terakhir kontekstual jadi pembelajaran ini harus terkonteks yang relevan dan bermakna untuk peserta didik.
    saya ingin bertanya apakah elemen elemen di atas wajib di terapkan semuanya saat pembelajaran menggunakan teori kontekstual?

    BalasHapus
  6. Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
    NPM: 2386206085
    Kelas: 5D PGSD

    Bacaan ke enam saya kali ini membuat otak saya bekerja lebih dari biasa. Pasalnya tercium bau pembaruan yang pasti akan berdampak lebih pada hasil diri siswa dalam atau setelah pembelajaran. Konstruktivisme vs konstruksionisme. Teori belajar yang sama sama membuat siswa berperan langsung dalam pembelajaran. Tapi kalau di collab akan menghasilkan pembelajaran yang lebih maju.

    Pekan lalu, saya baru saja berkenalan dengan konstruktivisme ini. Dan hari ini saya berkenalan lagi dengan adiknya keluaran lebih baru yakni konstruksionisme. Tapi keduanya tetap dibutuhkan di dunia pembelajaran yang menganut siswa sebagai sentralnya. Nah, anggap saja dikomen saya ini ke duanya adalah teori kakak beradik dulu ya Pak.

    Saat berpikir sejenak, ada pertanyaan yang muncul di pikiran saya Pak. Misalkan, saya ambil contoh kelas 5 SD Pelajaran IPAS. Nah, kan di dalam satu semester itu biasanya ada 8 bab Pak. 4 bab materi IPA dan 4 bab materi IPS. Kalau misalnya kita fokus ke 4 BAB yang ada di IPA. Apakah untuk semua babnya itu bagusnya direalisasikan kedua teori pembelajaran kakak-beradik ini Pak? Untuk membuat pembelajaran bermakna langsung kepada siswa. Atau cukup 1-2 bab saja? Lalu, Apakah ada teori pembelajaran penting lainnya yang membuat siswa belajar dengan tetap bermakna selain teori konstruktivisme dan konstruksionisme yang pendekatannya adalah siswa sebagai sentral ini Pak? Kalau ada, berarti bisa dicombine dengan teori tersebut ya Pak? Atau bagaimana ya Pak?

    Terima kasih, Pak.

    BalasHapus
  7. Nama : Andi Nurfika
    NPM : 2386206017
    Kelas : VB PGSD

    saya ingin bertanya pak, apakah masih ada mata pelajaran yang belum menggunakan teori kontruksivisme dan kontruksionisme pada tahun 2025 ini. jika belum, apa dampaknya terhadap siswa. dan bagaimana solusinya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama:Rismardiana
      NPM :2386206025
      Kelas: 5B PGSD

      Izin menjawab pak🙏🏻, untuk pertanyaan dari Andi Nurfika sudah mewakil apa yang saya ingin tanyakan dan sudah saya dapatkan solusinya juga, memang masih ada beberapa mata pelajaran yang belum sepenuhnya menerapkan teori konstruktivisme dan konstruksionisme, terutama yang masih berfokus pada hafalan. Dampaknya, siswa jadi kurang aktif dan sulit mengembangkan Kreativitas serta kemampuan berpikir kritis. Jadi menurut Saya, Solusinya guru perlu di latih lagi untuk merancang pembelajaran yang lebih interaktif dan berbasis proyek, agar siswa bisa membangun dan menerapkan pengetahuan Secara langsung. Dengan begitu, semua mata pelajaran bisa lebih bermakna dan relevan bagi Siswa.

      Hapus
  8. Nama: Rosidah
    Npm: 2386206034
    Kelas: V B (PGSD)

    Saya setuju dengan kedua pendekatan ini memang sangat bagus di terapkan guru, untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang bermakna dan efektif serta bersifat relevan dan kreatif bagi peserta didik, dalam persiapan menghadapi tantangan dunia nyata dengan lebih baik.
    Mungkin sedikit saran tambahan untuk di blog ini, agar membahas tentang tantangan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan kedua pendekatan ini dikelas, terutama sekolah yang keterbatasan teknologi dan sumber daya.
    Terima kasih bapak 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. NAMA : Dias pinasih
      NPM : 2386206057
      KELAS : VB PGSD


      Izin menanggapi dan menambahkan sedikit pak buat jawaban dri Rosidah
      Mungkin bisa ditambahkan juga contoh konkret mengenai strategi atau solusi alternatif yang dapat dilakukan guru dalam kondisi terbatas tersebut, seperti pemanfaatan media pembelajaran sederhana, kerja sma antar guru, atau penggunaan metode kolaboratif yang tidak bergantung pada teknologi tinggi.
      Sekian terimakasih yaa Rosidah sudah sangat jelas

      Hapus
  9. Nama : Bella ayu pusdita
    Nim : 2386206114
    Kelas :5d
    Izin menanggapi pak
    Materi ini memberikan pemahaman yang sangat penting tentang bagaimana pembelajaran yang bermakna sesungguhnya terjadi.jadi pada intinya pergeseran dari pandangan bahwa pengetahuan diberikan menjadi pandangan bahwa pengetahuan itu di ciptakan oleh yang belajar.

    BalasHapus
  10. Nama:Bella ayu pusdita
    Kelas:5d
    Nim:2386206114
    Perkembangan dari piaget ke papert menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang bagus harus menyediakan kesempatan untuk siswa untuk mempertimbangkan pengalaman (konstruktivisme)sekaligus menciptakan sesuatu yang nyata (konstruksionisme)

    BalasHapus
  11. Nama : Bella ayu pusdita
    Kelas : 5d
    Nim :2386206114
    Izin bertanya juga pak
    Jika siswa harus membangun pengetahuan sendiri,bagaimana peran guru berubah dari pemberi informasi menjadi seorang fasilitator?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Maya Apriyani
      Npm: 2386206013
      Kelas: V.A

      Pada materi konstruktivisme mahasiswa Itu diminta untuk mencari pengetahuannya sendiri yang di mana tadinya peran guru itu memberikan informasi kemudian merubah menjadi fasilitator, dan di mana siswa itu harus menggali pengetahuannya sendiri tidak di suap.
      Guru sebagai seorang fasilitator mendampingi siswa tersebut kemudian siswa yang menemukan pengetahuannya sendiri Nah mungkin guru itu dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan Untuk memicu siswa agar berpikir kritis
      terima kasih

      Hapus
  12. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5d PGSD
    NPM : 2386206113

    Terimakasih pak, atas materi yang telah di smapaikan diatas.
    Ijin menanggapi pak, saya setuju dengan materi yang bapak sampaikan bahwa pembelajaran adalah proses aktif dimana peserta didik membangun pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan refleksi. Constructivism dan Constructioism keduanya menekatakan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran, tetapi dengan pendekatan yang berbeda. Materi ini juga sangat bermanfaat, dimana dengan memahami dan mempelajari Constructivism dan Constructioism, guru dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna bagi peserta didik.

    BalasHapus
  13. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 2386206113

    Ijin bertanya pak, dari materi yang di sampaikan telah membahas pengertian, elemen penting dan cara penerapan Coustructivism dan Constructioism, implikasi dalam pengajaran dan pembelajaran. Namun di materi ini tidak membahas kekurangan dan kelebihan dari kedua teori. Jadi pertanyaan saya pak,
    Apa saja kekurangan dan kelebihan dari integrasi Constructivism dan Contructioism ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Rismardiana
      NPM: 2386306025
      Kelas: 5B PGSD

      izin menjawab pak🙏🏻, untuk pertanyaan dari April, setelah saya pelajari lagi tentang constructivism dan constructionism memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu diperhatikan dalam Penerapannya di pembelajaran.
      Kelebihannya, Kedua teori ini membuat pembelajaran lebih bermakna, aktif, dan mendorong siswa berpikir kritis serta kreatif. Siswa tidak hanya membangun pengetahuan sendiri, tetapi juga merapkannya lewat karya nyata. Namun, Penerapan kedua teori ini juga Mamiliki kekurangan, Seperti membutuhkan waktu, fasilitas, dan kesiapan guru, juga siswa yang baik. Jadi perlu perencanaan yang dapat berjalan efektif dan memberikan hasil belajar yang optimal.

      Secara keselurahan, saya berpendapat bawa canstructivism dan constructionism sangat bermanfaat untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, asalkan didukung dengan perencanaan yang matang dan lingkungan belajar yang kondusif.

      Hapus
  14. Nama : Fakhriyyah Mufidah Abidin
    NPM : 2386206095
    Kelas : 5D PGSD

    Heemmm materi kali ini menurut saya cukup berat yaa. Membaca materi-materi di website Bapak seperti naik roller coster, kenapa bisa begitu?. Karena sebentar dibuat senang, mudah dan gampang, setelah itu dibuat untuk berpikir kritis atau dibuat otaknya jadi panas hehehe. Dari hasil saya membaca materi kali ini saya menyimpulkan bahwa teori konstruksionisme ini adalah pembelajaran coding. Jadi alasan saya menyimpulkan seperti pembelajaran coding karena banyak sekali mengarah ke hal belajar coding seperti yang sudah dijabarkan dalam tulisan di atas yaitu:
    1. Belajar melalui pembuatan
    2. Pembelajaran berbasis proyek
    3. Refleksi dan Literasi
    4. Pemikiran komputasional
    5. Relevansi pribadi

    Serta contoh penerapan konstruksionisme yang dijabarkan dalam tulisan di atas yaitu:
    1. Kelas teknologi: Siswa diminta untuk membuat video game sederhana menggunakan platform seperti scratch. Mereka merancang karakter, menulis kode, dan menguji permainan yang mereka buat
    2. Eksperimen sains: Mereka diminta untuk membuat rangkaian listrik dan bereksperimen dengan berbagai konfigurasi untuk memahami prinsip listrik.

    Mungkin itu dulu Pak, jika ada kesalahan dalam pemahaman saya mohon izin untuk Bapak bisa membantu memberikan penjelasan, dan arahan sekiranya kalau pemahaman saya ini salah terima kasih.

    BalasHapus
  15. Nama: Rismardiana
    NPM: 2386206025
    Kelas: 5B PGSD

    Pada Materi constructivisme: teori pendidikan yang menekankan bahwa pembelajara adalah proses aktif di mana peserta didik Membangun pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan refleksi.

    Saya baca Teori dari Lev Vygotsky, seorang psikolog Rusia, telah memperkenalkan konsep " zone of proximal development" (ZPD) yang menjelaskan bahwa peserta didik dapat mencapai tingkat Pemahaman yang lebih tinggi dengan bantuan orang lain, Seperti guru atau teman sebaya. Namun saya penasaran pak, bagaimana guru tetap Menjaga keseimbangan antara memberi bantuan dan tetap mendorong kemandirian belajar siswa?

    BalasHapus
  16. NAMA : DIAS PINASIH
    NPM : 2386206057
    KELAS : VB PGSD

    Materi yang diberikan oleh bapak sangat menarik dan penting untuk dipahami karena menjadi dasar dalam berpikir logis dan sistematis, terutama dalam bidang matematika dan ilmu komputer. Penjelasan tentang simbol - simbol logika seperti ∧ (dan), ∨ (atau), ¬ (negasi), → (implikasi), dan ↔ (biimplikasi) membantu kami memahami bagaimana suatu pernyataan dapat dinilai benar atau salah secara logis, materi ini juga melatih kemampuan berpikir kritis dalam menyusun argumen dan membedakan antara fakta serta opini berdasarkan logika formal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedikit tambahan pak ingin bertanya pak bisa dijelaskan kembali bagaimana cara menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan implikasi jika salah satu pertanyaan salah pak?🙏

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  17. NAMA : DIAS PINASIH
    NPM : 2386206057
    KELAS : VB PGSD

    Saya izin menanggapi materi yang bapak jelaskan saya memahami bahwa simbol logika bukan hanya sekedar lambang, tetapi memiliki makna dan aturan tertentu yang digunakan untuk menyatakan hubungan antarpernyataan. Misalnya:

    Konjungsi (∧) bernilai benar hanya jika kedua pernyataan benar.
    Disjungsi (∨) bernilai benar jika salah satu atau kedua pernyataan benar.
    Implikasi (→) berarti jika pernyataan pertama benar, maka pernyataan kedua harus benar agar keseluruhan pernyataan benar.
    Biimplikasi (↔) menunjukkan kesetaraan antara dua pernyataan.

    Dengan begitu saya lebih mudah menganalisis bentuk- bentuk argumen dan menentukan kebenarannya secara sistematis


    Disini saya sedikit memberikan saran pak materi yang bapak jelaskan sudah lengkap namun mungkin bisa akan lebih mudah dipahami jika diberikan contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari atau latihan soal yang beragam. Misalnya contohnya penerapan logika dalam pengambilan keputusan algoritma komputer, atau pernyataan sosial yang bisa diuji kebenarannya secara logis.

    BalasHapus
  18. Nama: Maya Apriyani
    Npm: 2386206013
    Kelas: V.A

    Dari bacaan di atas dapat saya simpulkan yang pertama yaitu constructivism jadi constructivism itu dari bacaan yang di mana siswa itu dituntut lebih aktif dan siswa itu belajar dari pengalaman langsung yang mereka dapatkan di dalam kelas Contohnya seperti pembelajaran IPA mereka belajar tentang perubahan wujud zat mahasiswa itu diajak untuk mempraktekkan bukan hanya mendengar penjelasan misalnya proses perubahan wujud zat dari dari padat menjadi cair mahasiswa Itu diminta untuk mengamati sebuah es batu yang sedang mencair nah dari situ dapat menciptakan pengetahuan mereka sendiri.
    Sementara itu constructionism yang di mana siswa itu difokuskan untuk menciptakan sesuatu yang bisa dilihat Contohnya seperti Proyek dan produk digital. Pada teori ini tuh penggunaan teknologi itu lebih sering digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa.
    terima kasih

    BalasHapus
  19. Nama : Nabilah Aqli Rahman
    NPM : 2386206125
    Kelas : 5D PGSD

    Setelah saya membaca artikel yang Bapak tulis ini saya jadi memiliki pemahaman nih Pak. Izinkan saya menguraikannya di kolom komentar yaa.

    Jadi, artikel Bapak kali ini mengajak kita buat menyelami dua pendekatan keren dalam dunia pendidikan : Konstruktivisme dan konstruksionisme. Kalau menurut saya, si Piaget ini percaya kalau anak-anak bukan gelas kosong yang tinggal diisi aja, tapi justru membangun pengetahuan dari pengalaman mereka sendiri. Konstruktivisme menekankan kalau belajar itu proses aktif anak-anak mengamati, mencoba, gagal, terus mencoba lagi. Jadi, guru bukan pusat informasi, tapi fasilitator yang membantu anak menemukan makna dari dunia sekitar mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Nabilah Aqli Rahman
      NPM : 2386206125
      Kelas : 5D PGSD

      Lanjut ke si Papert nih. Si Piaget ini memperkenalkan konstruksionisme, yang mirip dengan konstruktivisme tapi lebih fokus pada 'membuat sesuatu'. Papert percaya kalau anak belajar efektif saat mereka menciptakan produk nyata. Entah itu membuat robot, cerita, atau proyek. Belajar jadi lebih hidup karena anak merasa punya kendali atas hasil karya mereka sendiri.

      Kalau kita bandingkan, konstruktivisme itu seperti anak belajar dari pengalaman dan refleksi, sedangkan konstruksionieme menambahkan elemen 'membangun sesuatu yang bisa dilihat dan dirasakan'.

      Keduanya sama-sama menghargai proses berpikir anak, tapi konstruksionisme lebih menekankan pentingnya media dan alat bantu dalam proses balajar. Cocok banget ga sii buat zaman sekarang yang penuh teknologi dan kreativitas 😃

      Hapus
    2. Nama : Nabilah Aqli Rahman
      NPM : 2386206125
      Kelas : 5D PGSD

      Sebagai guru atau calon pendidik, kita bisa menggabungkan dua pendekatan ini. Yang terlintas dipikiran saya contohnya itu kalau di kelas, semisal ajak anak berdiskusi tentang pengalaman mereka (konstruktivisme), lalu beri mereka proyek kecil untuk membuat sesuatu dari hasil diskusi itu (konstruksionisme). Dengan begitu, berlajar jadi lebih bermakna, menyenangkan, dan pastinyaa anak merasa dihargai sebagai pemikir dan pencipta.

      Hapus
  20. Nama : Alya Salsabila
    Npm : 2386206062
    Kelas : V C

    Izin menyampaikan bapak, materinya sangat menarik dan jelas, saya jadi paham bahwa konstruktivisme menekankan proses membangun pengetahuan, sedangkan konstruksionisme menekankan belajar melalui karya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Alya Salsabila
      Npm : 2386206062
      Kelas : V C
      Izin bertanya ya bapak, bagaimana cara menerapkan konstruksionisme di kelas yang fasilitasnya masih terbatas? Terimakasih

      Hapus
  21. Nama : Nabilah Aqli Rahman
    NPM : 2386206125
    Kelas : 5D PGSD

    Suasana kelas pasti bakal seru banget nih kalau konstruktivisme dan konstruksionisme diterapkan di sekolah dasar! Coba deh kita bayangkan gimana serunya.

    1. Belajar jadi petualangan, bukan sekedar hafalan.
    Dengan pendekatan konstuktivisme, anak-anak diajak untuk membangun pemahaman dari pengalaman mereka sendiri.
    2. Karya nyata bikin pembelajaran makin nempel.
    Konstuksionisme menambahkan elemen 'membuat sesuatu'. Pasti apa yang mereka pelajari bakal lebih mudah diingat karena ada karya yang mereka buat pakai hasil tangan mereka sendiiri.
    3. Kolaborasi dan kreativitas tumbuh bareng.
    Karena kedua pendekatan ini mendorong kerja kelompok, diskusi, dan saling berbagi ide.
    4. Guru jadi pendidik yang lebih kreatif.
    Guru bisa jadi 'arsitek pembelajaran' yang merancang aktivitas seru dan bermakna.
    5. Anak-anak tumbuh sebagai pemikir dan pencipta.
    Yang paling seru tuh anak-anak ga cuma jadi penerima ilmu, tapi juga pencipta makna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Nabilah Aqli Rahman
      NPM : 2386206125
      Kelas : 5D PGSD

      Jadii yang bisa saya simpulkan, Konstruktivisme dan konstruksionisme bukan sekedar teori belajar, tapi cara pandang yang memanusiakan proses pendidikan. Keduanya membuat anak memiliki hak untuk berpikir, mencoba, dan mencipta. Di sekolah dasar, pendekatan ini bisa membuka ruang belajar yang lebih hangat, penuh eksplorasi, dan dekat dengan kehidupan nyata anak. Guru tak lagi jadi pusat pengetahuan, tapi sahabat belajar yang menemani proses tumbuh anak dengan empati dan kreativitas.

      Ketika anak diberi kesempatan untuk membangun dan menciptakan, mereka tak hanya belajar pelajaran sekolah, tapi mereka juga belajar jadi diri sendiri.

      Hapus
  22. Nama: Nur Sinta
    NPM: 2386206033
    Kelas: 5B PGSD

    izin menanggapi pak...
    Setelah saya baca ternyata kedua teroi belajar ini menekankan cara belajar yang berbeda teori belajar konstruktivisme menekankan peserta didik membangun pengetahuan dalam pikirannya melalui pengalaman maupun pengetahuan baru, sedangkan teori belajar konstruksionisme menekankan peserta didik membangun pengetahuan dengan cara penciptaan artefak nyata atau sesuatu yang bermakna nyata. Saya setuju sekali jika kedua teori belajar ini di kombinasinya yang akan menciptakan pengalaman belajar bermakna bagi peserta didik.

    BalasHapus
  23. Nama : Aprilina awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM: 2386206113

    Saya rasa materi tentang Constructivism dan Constructionism ini sangat menarik dan relevan dengan pendidikan modern. Kedua teori pembelajaran ini menekankan peran aktif peserta didik dalam membangun pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri.
    Saya suka banget dengan contoh-contoh penerapan Constructivism dan Constructionism yang disajikan dalam materi ini. Ini membantu saya memahami konsep-konsep tersebut dengan lebih baik. Saya juga setuju bahwa integrasi kedua pendekatan ini dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih kaya dan bermakna.
    Saya ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana guru dapat mengintegrasikan Constructivism dan Constructionism dalam pembelajaran sehari-hari. Apa contoh spesifik kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk menerapkan kedua pendekatan ini?

    BalasHapus
  24. Nama : Aprilina awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM: 2386206113

    Saya rasa materi tentang Constructivism dan Constructionism ini sangat menarik dan relevan dengan pendidikan modern. Kedua teori pembelajaran ini menekankan peran aktif peserta didik dalam membangun pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri.
    Saya suka banget dengan contoh-contoh penerapan Constructivism dan Constructionism yang disajikan dalam materi ini. Ini membantu saya memahami konsep-konsep tersebut dengan lebih baik. Saya juga setuju bahwa integrasi kedua pendekatan ini dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih kaya dan bermakna.
    Saya ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana guru dapat mengintegrasikan Constructivism dan Constructionism dalam pembelajaran sehari-hari. Apa contoh spesifik kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk menerapkan kedua pendekatan ini?

    BalasHapus
  25. Nama: Leoni Wulandari
    NIM: 2386206088
    Kelas: 5D

    Menurut saya, teori konstruktivisme dan konstruksionisme sama-sama menekankan pentingnya peran aktif peserta didik dalam proses belajar. Konstruktivisme lebih fokus pada bagaimana siswa membangun pemahaman melalui pengalaman dan refleksi, sedangkan konstruksionisme menekankan belajar melalui pembuatan karya atau proyek yang nyata.

    Saya berpikir kedua teori ini bisa saling melengkapi. Dengan konstruktivisme, siswa dapat memahami konsep secara mendalam, lalu dengan konstruksionisme mereka bisa menerapkan pemahaman itu dalam bentuk karya yang bermakna. Kalau dua pendekatan ini diterapkan bersama, menurut saya pembelajaran akan jadi lebih menarik, kreatif, dan membantu siswa berpikir kritis serta aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri.

    BalasHapus
  26. Nama: Leoni Wulandari
    NIM: 2386206088
    Kelas: 5D

    Menurut saya, konstruktivisme dan konstruksionisme sama-sama melihat bahwa belajar itu bukan sekadar menerima informasi dari guru, tapi bagaimana siswa membangun pengetahuannya sendiri. Bedanya, konstruktivisme lebih ke proses berpikir dan memahami dari pengalaman, sedangkan konstruksionisme lebih menekankan pada kegiatan membuat sesuatu yang nyata sebagai bagian dari belajar.

    Saya merasa kedua teori ini penting karena bisa saling melengkapi. Dengan konstruktivisme, siswa bisa memahami konsep secara mendalam, dan lewat konstruksionisme mereka bisa mengembangkan kreativitas lewat karya. Kalau dua pendekatan ini diterapkan bersama, pembelajaran jadi lebih bermakna, menyenangkan, dan membuat siswa lebih aktif berpikir serta berkreasi.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak