
Saat ini guru sering menghadapi tantangan dalam menjaga perilaku siswa di kelas, terutama dalam menemukan keseimbangan antara menegakkan aturan dan membangun hubungan yang positif dengan siswa. Ketika siswa merasa dipermalukan karena kesalahan mereka, hal ini dapat menyebabkan rasa apatis dan kewaspadaan yang berlebihan, yang pada akhirnya menghambat perbaikan perilaku maupun peningkatan hasil akademis. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menangani perilaku buruk dengan pendekatan proaktif yang tidak hanya memperbaiki situasi, tetapi juga mendorong perilaku positif di masa depan.
Membuat Kontrak Kelas Bersama
Daripada hanya menyusun daftar aturan kelas dan memberikan sanksi atas pelanggaran, guru dapat melibatkan siswa dalam menyusun aturan tersebut sejak awal tahun ajaran. Cait O'Connor, seorang guru di New York, menekankan pentingnya kontrak komunitas, yang memungkinkan siswa untuk menentukan sendiri harapan kelas mereka. Dengan begitu, aturan yang dihasilkan terasa lebih relevan dan dimiliki bersama.
O'Connor memulai proses ini dengan meminta siswa untuk memilih nilai-nilai penting, seperti rasa hormat, persahabatan, atau tanggung jawab. Setelah itu, siswa diajak berdiskusi dalam kelompok kecil untuk mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai tersebut terlihat dalam tindakan nyata, seperti berbicara sopan, memberi ruang bagi pendapat orang lain, atau tidak mengolok-olok teman yang melakukan kesalahan. Guru juga dapat menjelaskan bagaimana mereka sendiri akan menerapkan nilai-nilai ini, sehingga siswa tahu apa yang bisa diharapkan dari guru mereka.
Respons Berjenjang terhadap Perilaku
Dalam menangani perilaku buruk, Grace Dearborn, penulis Conscious Classroom Management, menyarankan penggunaan tanggapan berjenjang yang lebih terstruktur. Perilaku yang kurang serius dapat diatasi dengan isyarat nonverbal atau pengingat singkat, sedangkan perilaku yang lebih serius memerlukan tindakan seperti panggilan ke orang tua atau konsekuensi lain. Pendekatan ini memandang konsekuensi sebagai sarana pembelajaran, bukan hukuman semata.
Mempersiapkan Skrip Darurat
Situasi tak terduga dapat terjadi meskipun aturan kelas telah disepakati bersama. Emily Terwilliger menyarankan agar guru mempersiapkan "skrip darurat" untuk menghadapi konflik potensial sebelum terjadi. Dengan memikirkan kemungkinan skenario dan respons yang sesuai, guru dapat mengelola situasi secara lebih terkendali tanpa bereaksi secara impulsif.
Pernille Ripp juga menekankan pentingnya jeda sebelum bereaksi terhadap gangguan. Guru dianjurkan untuk merenungkan penyebab gangguan, misalnya apakah siswa bosan atau merasa kurang tertantang, dan mencari solusi yang membangun hubungan baik dengan siswa.
Memuji Kesuksesan dan Memberikan Contoh
Pemodelan perilaku yang diharapkan sangat penting untuk mendukung kontrak kelas. Doug Lemov, penulis dan mantan pendidik, menyarankan untuk menunjukkan kebiasaan positif seperti mendengarkan dengan saksama atau merespons komentar teman sekelas. Kebiasaan ini memperkuat budaya saling menghargai di kelas.
Pujian yang spesifik dan tepat waktu juga membantu memperkuat perilaku yang diinginkan. Ketika siswa melakukan sesuatu yang positif, guru sebaiknya langsung memberikan umpan balik yang jelas tentang apa yang mereka lakukan dengan baik dan mengapa hal itu penting.
Mengelola Transisi Kegiatan
Masa transisi sering menjadi momen rawan munculnya perilaku buruk. Guru dapat mengurangi gangguan ini dengan memberikan pengingat sebelum transisi dimulai. Misalnya, sebelum siswa memulai diskusi kelompok, guru dapat meninjau kembali aturan diskusi yang baik, seperti mendengarkan dengan aktif dan menyampaikan pendapat dengan sopan.
Jika transisi masih sulit meskipun telah ada penyesuaian, guru dapat mengevaluasi pendekatan mereka. Pertanyaan seperti “Apakah arahannya terlalu banyak atau terlalu sedikit?” atau “Apakah siswa cukup diberi waktu untuk beradaptasi?” dapat membantu mengidentifikasi masalah.
Memilih Momen untuk Intervensi
Ada kalanya perilaku siswa harus ditegur secara langsung. Namun, penting untuk melakukannya dengan bijak agar tidak merusak hubungan guru dan siswa. Penelitian menunjukkan bahwa terlalu sering menegur siswa atas pelanggaran kecil dapat menyebabkan mereka menjadi apatis. Oleh karena itu, fokuslah pada perilaku yang diinginkan, dan setelah koreksi diberikan, segera puji usaha siswa untuk memperbaiki diri.
Sebagai contoh, jika seorang siswa tidak siap untuk pelajaran berikutnya, guru dapat dengan singkat menjelaskan dampak dari tindakan mereka dan memberikan arahan untuk perilaku yang lebih baik di waktu mendatang.
Membangun Kelas yang Konsisten dan Positif
Konsistensi dalam harapan dan konsekuensi membantu menciptakan lingkungan kelas yang aman dan mendukung. Ketika siswa memahami apa yang diharapkan dan merasakan penghargaan atas usaha mereka, kepercayaan terhadap guru meningkat. Dengan pendekatan yang membangun, guru tidak hanya menciptakan kelas yang kondusif untuk belajar tetapi juga membentuk hubungan yang lebih kuat dengan siswa mereka.
Referensi
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206125
Setelah baca tulisan Bapak ini saya jadi semakin sadar kalau tugas guru bukan cuma menyampaikan pelajaran, memastikan anak tersebut mengerti atau tidak, mengatur kelas, tapi juga harus bisa menjaga harga diri anak. Anak-anak ga cuman belajar dari pelajaran yang mereka dapatkan di sekolah, tapi juga dari cara guru memperlakukan mereka. Kalau guru bisa tegas tapi tetap hangat, kelas bisa jadi tempat yang aman dan nyaman buat tumbuh dan belajar.
Nama: Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm: 2386206058
Kelas: VB PGSD
Izin menanggapi pak, dari materi di atas saya setuju pak dengan memberikan kontak komunitas. Karena kontrak tersebut di buat bersama bukan hanya guru tetapi siswa juga ikut terlibat dalam membuat kontrak tersebut, sehingga kontrak tersebut di hasilkan oleh kesepakatan bersama bukan hanya dari guru, walapun di buat bersama kita tetap memperhatikan kontrak mana yang sesuai dengan peraturan yang ada🙏
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Izin menambahkan pak, kontrak komunitas (kelas)yang disusun secara bersama dengan siswa menjadi cara efektif untuk membangun tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap aturan yang berlaku di kelas. Dengan melibatkan siswa secara aktif, guru tidak hanya menanamkan kedisiplinan, tetapi juga menunjukkan rasa menghargai pendapat mereka. Hal ini sesuai dengan pendekatan tanpa mempermalukan karena siswa merasa bahwa dilibatkan sebagai bagian dari solusi, bukan sekadar objek yang harus mematuhi aturan. Melalui proses ini, hubungan antara guru dan siswa juga akan menjadi lebih positif dan saling menghormati.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
izin menanggapi betul sekali bahwa siswa itu jika mereka merasa dipermalukan karena misalnya mereka maju mengerjakan sesuatu yang disuruh guru di papan tulis tetapi jawabannya salah dan dia diketawain oleh teman atau gurunya sendiri. biasanya mereka setelah mendapatkan perlakuan seperti itu mereka jadi takut atau daun untuk melakukan hal itu kembali.
dengan metode mengajak siswa membuat kondisi tahunan kelas yang mereka inginkan saya rasa ini efektif karena mereka juga ikut serta dalam pembuatan aturan tersebut. dengan itu terasa lebih adil di mereka.
MAMA : DIAS PINASIH
HapusKELAS : 5B PGSD
NPM : 2386206057
izin menambahkan sedikit yaa jawaban dri andi
Dari materi tersebut saya juga belajar bahwa ketika guru mampu menciptakan suasana kelas yang aman secara emosional siswa akan lebih berani mencoba bertanya dan belajar tanpa rasa takut salah karena pada dasarnya tujuan dari pembelajaran bukan hanya mendapatkan jawaban yang benar tetapi juga memberikan ruang bagi siswa untuk berkembang lewat prosesnya selain itu pendekatan tanpa memperlakukan ini juga membantu guru membangun hubungan yang lebih positif dengan siswa ketika siswa merasa dihargai dan diperlakukan dengan baik meskipun sedang melakukan kesalahan mereka justru akan lebih menghormati guru dan lebih mudah diarahkan hal ini juga akan berdampak pada suasana kelas yang lebih kondusif dan nyaman bagi siswa mahasiswa Saya juga setuju bahwa melibatkan siswa dalam pembuatan aturan kelas adalah langkah yang sangat tepat dengan cara ini mereka merasa memiliki tanggung jawab dan ikut serta dalam menjaga aturan tersebut jadi bukan hanya guru yang mengatur tapi siswa pun merasa menjadi bagian penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan adil.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNpm : 2386206086
Kelas : 5D
Dari materi ini saya sangat setuju Pak , apalagi saat membuat kontrak kelas bersama kita dapat membuat aturan kelas dan ada sanksi nya jika melanggar aturan kelas , contohnya awal tahun pelajaran, guru dapat mengajak siswa berdiskusi dengan siswa untuk membuat aturan kelas , contoh juga seperti misalnya saat siswa sedangkan ngobrol saat guru sedang menjelaskan, biasa ada nih guru yang langsung menegur siswa itu dengan keras dan membentak , dari pada menegur dengan keras saran saya guru bisa melalui gerakan isyarat nonverbal misalnya gerakan tangan agar tenang lalu , jika prilaku siswa tetap berlanjut guru bisa mendekati meja siswa dan berbisik “ kita fokus dulu ya nanti kamu bisa cerita saat jam pelajaran selesai “ mungkin ini cara lebih efektif dari pada membentak dengan keras itu membuat siswa merasa malu di depan kelas kadang teman” nya dapat menertawakannya karena siswa itu dimarahi secara keras.
NAMA : DIAS PINASIH
HapusKELAS : 5B PGSD
NPM : 2386206057
izin menambahkan sedikit yaa jawaban dri Oktavia
Dari materi atau jawaban dari Oktavia Saya juga belajar bahwa pendekatan tanpa mempermalukan bukan hanya membuat suasana kelas lebih nyaman tetapi juga membantu membangun hubungan yang lebih positif antara guru dan siswa ketika guru mampu menangani perilaku siswa dengan cara yang tenang bijak dan menghargai perasaan mereka siswa akan lebih mudah diarahkan dan lebih menghormati guru selain itu saya juga memahami bahwa pentingnya bagi guru untuk konsisten terhadap aturan yang telah disepakati bersama karena jika aturan hanya diterapkan sesekali siswa jadi bingung dan kurang memahami batasan perilaku yang tepat dengan konsentrasi ini siswa bisa belajar tanggung jawab serta memenuhi konsekuensi tanpa mereka merasa dipermalukan tidak hanya itu guru juga bisa menggunakan pendekatan relatif misalnya mengajak siswa bicara setelah pelajaran untuk membahas perilakunya dengan cara yang lebih pribadi cara ini membuat siswa merasa didengarkan dan tidak dijadikan tontonan di teman-temannya.
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Saya sangat setuju dengan pendapat Oktavia. Pendekatan yang ia sampaikan menunjukkan bahwa menegur siswa tidak harus dilakukan dengan cara yang keras atau mempermalukan mereka di depan kelas. Melibatkan siswa dalam membuat kontrak kelas sejak awal tahun pelajaran memang menjadi langkah penting agar aturan dan konsekuensinya dipahami serta disepakati bersama.Selain itu, penggunaan isyarat nonverbal, seperti gerakan tangan untuk meminta ketenangan, adalah strategi yang jauh lebih efektif karena tidak mengganggu alur pembelajaran dan tetap menjaga martabat siswa. Bila perilaku masih berlanjut, mendekati siswa dan memberikan teguran secara personal dan pelan misalnya dengan berbisik merupakan cara yang lebih menghargai perasaan siswa. Cara seperti ini mencegah mereka merasa dipermalukan atau menjadi bahan tertawaan teman-temannya.Pendekatan yang penuh empati seperti yang disampaikan Oktavia menunjukkan bagaimana guru dapat menjaga disiplin kelas tanpa harus melukai perasaan siswa. Saya sepenuhnya mendukung cara tersebut.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
izin bertanya pak bagaimana jika siswa sudah bersama membuat kontrak kelas yang di libatkan oleh guru lalu ada satu atau 2 anak hanya ikut ikutan dengan temannya tanpa serius dan bertanggung jawab membuat kontrak kelas tersebut. dan jika suda di lakukan pemanggilan orang tua dia tetap melanggar dan juga orang tua kurang tegas dengan anaknya, dan terkadang tidak mau anaknya di salahkan. apa yang harus kita lakukan sebagai guru jika mendapat anak yang kurang disiplin seperti itu terimakasih 🙏🏼
Nama:Elisnawatie
HapusKelas:VD pgsd
NPM:2386206069
Izin menjawab pertanyaan dari Andi nurfika
Sebagai guru, kita harus tetap tegas, konsisten, dan sabar menghadapi siswa yang kurang disiplin. Pendekatan yang edukatif, kolaboratif, dan berfokus pada pembentukan karakter jauh lebih efektif daripada sekadar hukuman. Tujuannya bukan hanya membuat siswa patuh, tetapi membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan sadar akan tindakannya.
Hallo ka Andi saya izin menanggapi pertanyaanya ya.
HapusMemang pernah terjadi sepengalaman saya dan ceritanya hampir sama seperti yang ka Andi tanyakan. Jadi itu dulu pernah di sekolah saya ada murid yang memang bandel mereka tuh tidak mau mengikuti peraturan kelas yang telah kami sepakati bersama. Nah guru tersebut sudah memiliki sifat atau perilaku yang jera untuk memberikan hukuman kepada anak-anak yang bandel ini,guru juga telah melakukan pemanggilan kedua orang tuanya untuk ke sekolah menghadap dan mendiskusikan perilaku anak mereka, nah yang anehnya kedua orang tua dari setiap anak yang bandel ini tidak menerima kalau gurunya menegur atau mengkritik anak mereka yang bandel dan tidak mengikuti aturan, nah menurut saya dengan sifat atau perilaku yang kita hadapi sebagai seorang guru dalam situasi ini membuat kita bingung dan merasa bimbang dalam mengambil keputusan.
Mungkin tipsnya guru bisa meminta bantuan kepada pihak sekolah seperti guru BK, atau kepala sekolah untuk turun tangan juga dalam menangani permasalahn ini,bisa jadi dengan banyaknya masukan dan arahan dari guru lain orang tua bisa membantu memberikan arahan yang baik kepada anak didik tersebutt.
Namun jika tips tersebut telah dilaksanakan tapi tidak ada perubahan sekolah atau guru bisa menyarankan kedua orang tuanya untuk memindahkan anaknya ke sekolah lain,sekolah yang lingkungan pembelajaranya seperti militer agar anak didik tersebut dapat memperbarui tingkah lakunya di sekolah tersebut. Hal ini menurut saya baik dilakukan ketika kita sudah melaporkan hal yang telah dibuat oleh siswa kepada orang tuanya namun orang tua meresponnya tidak sesuai harapan, maka kita nggak bisa berbuat apa-apa .
Karena kalo guru keras dalam memberikan hukuman nanti malah jadi kasus yang melaporkan guru huhuhu...
sekian dari saya ka semoga bermanfaat....
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Andi Nurfika, menurut saya ketika ada seorang siswa yang mungkin hanya ikut-ikatan saja saat membuat sebuah kontrak kelas lalu siswa tersebut tetap melanggarnya meski sudah melibatkan orang tuanya, mungkin para guru bisa memberikan konsekuensi yang mungkin cukup konsisten dan juga yang logis yaitu bukan berupa hukuman emosional, mungkin bisa juga melibatkan dukungan sekolah yaitu seperti guru Bimbingan Konseling atau wali kelasnya untuk pendampingan yang lebih intens/ekstra, lalu tetaplah fokus pada perilaku yang positifnya, mau sekecil apapun itu agar memperkuat perubahannya.
Nama:Elisnawatie
BalasHapusNPM:2386206069
Kelas:VD PGSD
Izin menangapi pak
Saya mengerti bahwa jadi guru itu bukan hanya sekedar mengajar saja namun mengerti bahwa menjaga keseimbangan antara menegakkan disiplin dan membangun hubungan positif dengan siswa merupakan hal yang sangat penting. Pendekatan yang menghukum atau mempermalukan siswa justru dapat menimbulkan dampak negatif seperti rasa apatis dan kehilangan motivasi. Oleh karena itu, guru perlu menggunakan strategi yang proaktif dan berfokus pada pembinaan perilaku positif agar siswa dapat berkembang, baik secara akademis maupun emosional
Nama: Margaretha Elintia
BalasHapusKelas: 5C PGSD
Npm: 2386206055
izin bertanya ya pak, dalam materi di atas disebutkan pentingnya respons berjenjang, bagaimana cara guru menentukan batas yang jelas antara prilaku siswa yang hanya perlu di tegur pakai isyarat mata, dengan prilaku yang sudah harus diatasi dengan konsekuensi yang lebih serius? 🙏
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Pada materi di atas dalam pendekatan respons (Grace Dearborn, Conscious Classroom Management), dimana nguru menentukan batas antara teguran ringan dan konsekuensi serius dengan melihat tingkat gangguan dan perilaku.
Perilaku ringan yang tidak mengganggu proses belajar cukup ditanggapi dengan isyarat nonverbal seperti kontak mata atau pendekatan fisik, sedangkan perilaku yang berdampak negatif pada suasana kelas memerlukan konsekuensi yang lebih tegas, misalnya panggilan pribadi atau refleksi perilaku.
Tujuannya bukan menghukum, tetapi membimbing siswa agar memahami tanggung jawabnya secara sadar.🙏
Izin menjawab yah margaretha Elintia
HapusNama : Alya Salsabila
HapusNpm : 2386206062
Kelas : V C
Izin menjawab pertanyaan dari elin ya, aku sependapat dengan isdiana kalau guru itu perlu membedakan antara perilaku yang cukup ditegur dengan isyarat dan yang butuh konsekuensi lebih tegas. Tapi menurut aku, hal itu juga perlu diimbangi dengan komunikasi yang jelas sejak awal agar siswa tau batasannya, dengan gitu tidak hanya menegur, tapi juga membantu siswa belajar memahami dampak dari tindakannya
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Margaretha Elintia, menurut sepengetahuan yang saya ketahui setiap guru itu dapat menentukan sebuah batasan dengan melihat dua hal yaitu yang pertama dampak perilaku jadi kalau siswa itu hanya mengganggu sedikit seperti berisik tidak fokus mungkin guru yang sedang mengajar itu cukup untuk memberikan isyarat mata/pengingat singkat saja. Yang kedua frekuensi dan juga keseriusan yaitu jikalau siswa tersebut itu berperilaku berulang-ulang kali, mengganggu kelas saat sedang belajar, tidak bisa untuk menghormati orang lain, maka guru tersebut bisa menaikkan levelnya ke konsekuensi yang lebih serius lagi.
Nama:Imelda Rizky Putri
HapusNpm: 2386206024
Kelas:5B
Izin menjawab pertanyaan dari Margaretha Elintia, jadi menurut saya, guru dapat menentukan batas yang jelas dengan memakai prinsip "tingkat dampak" dan "frekuensi" jika perilaku siswa hanya mengganggu sedikit dan terjadi sesekali, cukup dihentikan dengan isyarat mata atau pendekatan ringan, tetapi jika perilaku mulai mengganggu alur belajar, mengulang berkali-kali meski sudah diingatkan,atau berdampak pada kenyamanan dan hak belajar teman lain, maka guru perlu naik respons yang lebih tegas seperti percakapan singkat, konsekuensi logis, atau keterlibatan orang tua, kuncinya adalah konsisten mengamati pola, mempertimbangkan niat dan dampaknya, serta tetap menjaga komunikasi yang hormat agar setiap eskalasi terasa adil dan dapat dipahami siswa.
Nama: Nur Sinta
BalasHapusNPM: 2386206033
Kelas: 5B PGSD
Izin menanggapi pak...
Saya setuju sekali bahwa dalam menghadapi perilaku siswa seorang guru harus menegakkan aturan bersama dan membangun hubungan yang positif seperti memberikan bintang kepada siswa yang patuh dan berperilaku baik selama di kelas, dengan adanya materi ini sangat menambah ilmu saya untuk bekal mengajar nanti apa lagi jika mengajar di kelas rendah 🙏🏻
NAMA: Dias pinasih
HapusKELAS: 5b PGSD
NPM : 2386206057
Izin menambahkan sedikit yaa jawaban dri Sinta
Dari penjelasan cinta saya juga jadi mami bahwa menghadapi perilaku siswa tidak cukup hanya memberi aturan tetapi juga penting bagi guru untuk memberikan contoh sikap yang baik karena biasanya siswa akan meniru bagaimana guru bersikap dan berinteraksi di dalam kelas selain itu saya juga setuju bahwa pemberian penghargaan seperti bintang atau poin positif bisa membuat siswa lebih termotivasi tetapi guru juga perlu memastikan bahwa penghargaan tersebut diberikan secara adil agar tidak ada siswa yang merasa dibanding-bandingkan dengan cara ini aturan kelas yang dibuat bukan hanya dipatuhi karena takut tapi karena siswa merasa drg dan ingin berperilaku baik dengan kesadaran sendiri menurut saya materi ini benar-benar membuka wawasan terutama kita ketika nanti kami mengajar di kelas rendah karena pendekatan yang lembut namun kau sinten sangat dibutuhkan untuk membangun suasana belajar yang nyaman bagi anak-anak.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Hallo Sinta saya izin menyangga komentarnya ya, Sanggahan utama saya terhadap komentar Sinta yang hanya berfokus pada memberikan bintang kepada siswa yang patuh dan berperilaku baik adalah bahwa pendekatan ini terlalu pasif dan berisiko hanya mendorong kepatuhan eksternal alih-alih membentuk disiplin internal dan pemikiran kritis. Materi Mengelola Perilaku Siswa memang menekankan Memuji Kesuksesan dan Membangun Hubungan Positif, tetapi ini harus dibarengi dengan Kontrak Kelas Bersama yang menanamkan nilai seperti tanggung jawab dan rasa hormat bukan sekadar patuh. Jika guru hanya memberi bintang untuk kepatuhan, siswa mungkin berperilaku baik hanya demi hadiah (ekstrinsik), bukan karena mereka memahami pentingnya perilaku tersebut bagi komunitas (intrinsik). Selain itu, ini mengabaikan strategi proaktif seperti Respon Berjenjang yang mengajarkan siswa untuk belajar dari kesalahan tanpa dipermalukan, yang jauh lebih mendidik daripada sekadar hadiah.
Sanggahan kedua, dengan mengaitkan pada materi berpikir kritis, adalah bahwa fokus berlebihan pada patuh dan berperilaku baik dapat bertentangan dengan semangat berpikir kritis yang harus diajarkan. Materi Berpikir Kritis menjelaskan bahwa kemampuan ini sering diabaikan karena melibatkan mempertanyakan segala sesuatu, bahkan sistem pendidikan. Jika guru terlalu menekankan hadiah untuk kepatuhan, ada risiko bahwa siswa akan takut untuk berbeda pendapat, menganalisis, atau mengevaluasi hal-hal secara kritis (seperti yang dituntut oleh langkah-langkah berpikir kritis) karena takut dianggap tidak patuh atau kehilangan bintang. Kelas yang terlalu berfokus pada kepatuhan dapat menghambat suasana yang harusnya intelektual, kolaboratif, dan menantang suasana yang justru diperlukan untuk mengasah kemampuan pemikiran yang mandiri dan terkoreksi sendiri.
Nama: Stevani
BalasHapusNPM: (2386206045)
Kelas: V C PGSD
Kesimpulannya adalah Kita bukan cuma mendidik seseorang perilakunya, tapi juga menjaga perasaannya. Sensitif Dan netral semua manusia sungguh unik, Intinya sih: tegur boleh, tapi tetap jaga harga diri anak.
Nama:Elisnawatie
HapusKelas:VD
NPM:2386206069
Izin menangapi
Saya sangat setuju dengan pendapat Stevani.dalam proses mendidik, kita memang tidak hanya membentuk perilaku anak, tetapi juga menjaga perasaannya. Setiap anak itu unik, sensitif, dan membutuhkan pendekatan yang netral serta penuh empati. Menegur tetap boleh bahkan perlu namun harus dilakukan dengan cara yang tidak melukai harga diri anak. Dengan begitu, pembelajaran dan pembentukan karakter berjalan tanpa menghilangkan rasa aman dan kepercayaan diri mereka.
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Izin bertanya terkait materi diatas pak, menurut bapak mengapa pendekatan tanpa mempermalukan ini lebih efektif untuk perubahan perilaku jangka panjang di kelas?
Hallo ka Isdi saya izin menjawab pertanyaanya ya.
Hapusmenurut saya pendekatan tanpa mempermalukan memang lebih efektif untuk merubah perilaku anak didik dikelas dalam jangka waktu yang panjang.
Seperti yang sudah dijelaskan pada laman ini Bahwasanya guru itu sering menghadapi tantangan dalam menjaga perilaku siswa di kelas terutama dalam menemukan keseimbangan antara menegakkan aturan dan membangun hubungan yang positif dengan siswa. Nah dengan pendekatan tanpa mempermalukan ini dapat mencegah hal tersebut untuk tidak terjadi dalam jangka panjang.
Selain itu menerapkan pendekatan tanpa mempermalukan siswa memiliki manfaat untuk menjaga kesehatan mental para peserta didik agar mereka tidak merasa dipermalukan.
Semoga bermanfaat..
NAMA : DIAS PINASIH
HapusKELAS : 5B PGSD
NPM : 2386206057
izin menambahkan sedikit jawaban yah buat pertanyaan dri isdiana
Menurut saya pendekatan tanpa mempermalukan lebih efektif untuk jangka panjang karena cara ini membantu siswa merasa aman secara emosional ketika siswa ditegur tanpa diperlukan mereka tidak merasa diserang atau direndahkan sehingga mereka lebih mudah menerima masukan dan maupun memperbaiki perilakunya selain itu pendekatan yang menghargai presentasi siswa akan membangun hubungan guru siswa yang lebih positif siswa jadi lebih percaya dan merasa bahwa guru benar-benar ingin membantu bukan sekedar menghukum hubungan yang baik inilah yang membuat siswa lebih kooperatif dan lebih mudah diarahkan ke perilaku yang benar pendekatan tanpa mempermalukan juga mengajarkan siswa keterampilan regulasi emosi karena mereka melihat contoh bagaimana guru menghadapi masalah dengan tenang dan bijak proses ini penting untuk membentuk kebijakan baik yang bertahan lama bukan hanya perubahan sesaat karena takut dimarahi.
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Halooo isdiiana ijin menjawab yaa
Menurut saya Pendekatan tanpa mempermalukan lebih efektif untuk jangka panjang karena ia membangun kesadaran, menjaga hubungan, menenangkan emosi, menumbuhkan regulasi diri, menciptakan keamanan psikologis, serta memberikan teladan yang baik. Perilaku siswa berubah bukan karena takut, tetapi karena memahami, merasa dihargai, dan percaya kepada gurunya.
Perubahan yang lahir dari tempat yang aman akan bertahan jauh lebih lama daripada perubahan yang lahir dari rasa malu atau ketakutan.
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Isdiana Susilowati Ibrahim, menurut saya mungkin karena para siswa itu tetap merasakan keamanan dan juga dihargai yang membuat para siswa itu lebih mau menerima sebuah arahan, membuat hubungan dengan gurunya tetaplah positif inilah yang berpengaruh terhadap kepatuhan jangka panjang, dan dengan begitu dapat membuat para siswa itu tidak sibuk untuk membela dirinya inilah yang membuat untuk bisa tetap fokus untuk memperbaiki perilakunya.
Nama:Imelda Rizky Putri
HapusNpm:2386206024
Kelas:5B
Izin menjawab pertanyaan dari Isdiana, menurut saya, pendekatan tanpa mempermalukan lebih efektif buat jangka panjang karena siswa jadi merasa dipermalukan sebagai manusia yang dihargai, bukan sebagai masalah yang harus "dihukum" , sehingga mereka lebih terbuka buat berubah dari kesadaran diri, bukan karena takut. Ketika guru mengoreksi dengan cara tenang, jelas, dan tetap menjaga harga diri siswa, hubungan tetap aman, motivasi internal lebih kuat, dan siswa nggak terdorong buat membantah atau sembunyi-sembunyi alhasil aturan jadi lebih mudah dipatuhi dan suasana kelas tetap positif.
Zaman sekarang tu anak-anak didik ketika ditegur sedikit saja bisa menjatuhkan mental mereka, berbeda banget dengan mental anak-anak didik dulu sudah ditegur pakai nada yang besar dikasih hukuman yang besar pula tapi anak-anak didik dulu tu setelah mendapatkan teguran dan hukuman mereka langsung belajar agar hal tersebut tidak terjadi lagi. Bertolak belakang bukan dengan anak zaman kini ?
BalasHapusTapi kadang semakin kesini memang menjaga mental seseorang itu sangat penting, tentunya membutuhkan pengertian dan kesabaran yang luar biasa, sebagai seorang calon pendidik hal ini sangat perlu untuk dipelajari dan terapkan dalam dunia pendidikan.
Semoga dengan membuat aturan diawal bisa membuat peserta didik mengerti dan mempunyai rasa tanggung jawab atas perarturan yang telah mereka buat bersama.
NAMA : DIAS PINASIH
HapusKELAS : 5B PGSD
NPM : 2386206057
izin menambahkan sedikit yaa materi dri Alusia
Dari penjelasan Alusia tadi saya juga semakin paham bahwa perubahan zaman membuat cara guru menghadapi perilaku siswa harus ikut berubah anak-anak sekarang mau hamil lebih sensitif dan mudah merasa tersakiti sehingga pendekatan lembur dan tanpa memerlukan jauh lebih sesuai dengan kebutuhan mereka selain itu dengan pendekatan yang lebih humanis guru tidak hanya memperbaiki perilaku siswa tetapi juga membantu mereka membangun kepercayaan diri dan rasa aman selama belajar karena ketika siswa merasa nyaman secara emosional mereka akan lebih mudah diarahkan lebih terbuka terhadap bimbingan dan lebih berani mencoba hal baru tanpa takut salah menurut saya kebiasaan membuat aturan sejak awal tahun seperti yang disebut halusnya juga sangat bermanfaat nah turun yang dibuat bersama dapat membangun rasa memiliki pada diri siswa sehingga mereka lebih disiplin bukan karena takut dihukum tetapi karena mereka merasa ikut bertanggung jawab menjaga suasana kelas.
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
BalasHapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
habis dari saya baca materi kali ini saya ada terdiam. mengingat dan merenung dengan kenyataan bahwa profesi guru bener bener harus mempertimbangkan dan belajar apapun. saya kayak lagi ngerasa penuh banget.. kepala saya kayak lagi cape diajak untuk berpikir. tapi untuk anak anak ku nanti, ibu akan belajar sebisa ibu nak. supaya ibu bisa jadi guru yang mengerti kalian dan membuat pembelajaran di kelas kita terasa berarti dan nyaman.
*36
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
tapi pak, saya amati anak anak yang bermain di lingkungan rumah saya tinggal. saya mendapati hal yang kurang mengenakan bagi guru. mungkin ini adalah tantangan zaman untuk guru guru saat ini. saya melihat begitu banyak anak yang sedang bermain dan bercandaan yang sangat tak senonoh untuk diucapkan bahkan jika itu diucapkan orang dewasa.
waktu itu saya pernah tegur, saya panggil satu anak nya ke dekat saya. baru saya bilang pelan ga boleh mulutnya ngomong begitu. ngomongin yang baik baik aja, tapi respon anaknya malam ngeyel dan bikin respon yang menandakan bahwa gamau dinasehatin pak. sedih saya lihatnya..
*37
Nama : Aprilina awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
strategi yang disebutkan, seperti membuat kontrak kelas bersama, respons berjenjang terhadap perilaku, mempersiapkan skrip darurat, memuji kesuksesan dan memberikan contoh, mengelola transisi kegiatan, dan memilih momen untuk intervensi. Ini semua dapat membantu meningkatkan perilaku positif siswa dan mengurangi gangguan.
Saya sangat setuju bahwa mengelola perilaku siswa di kelas adalah tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Namun, dengan pendekatan yang tepat, kita dapat menciptakan lingkungan kelas yang aman dan mendukung.
NAMA : DIAS PINASIH
HapusKELAS : 5B PGSD
NPM : 2386206057
izin menambahkan sedikit yaa materi dri Aprilina
Selain strategi yang sudah disebut karena aprilina menurut saya penting juga bagi guru untuk memahami bahwa keberhasilan dalam mengelola perilaku siswa tidak hanya bergantung pada aturan tetapi juga pada konsentrasi dan komunikasi yang baik antar guru dan siswa guru perlu memastikan bahwa setiap aturan yang dibuat dipahami dengan jelas oleh siswa termasuk alasan dibalik aturan tersebut ketika siswa merasa dihargai dan dilibatkan dalam proses mereka akan lebih mudah menerima konsekuensi dan belajar dari kesalahan tanpa merasa disalahkan atau dipermalukan selain itu pendekatan yang hangat namun tegas juga diperlukan agar siswa merasa aman sekaligus tetap memahami batas dengan cara ini guru dapat membangun di kedisiplinan yang bukan didasari rasa takut tapi karena siswa memahami nilai dari produk positif itu sendiri
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Saya menilai materi ini sangat efektif karena utamanya adalah pada pencegahan, pemulihan hubungan, dan dignity (martabat) siswa Materi ini memberikan pergeseran penting dari disiplin berbasis hukuman dan kontrol eksternal, menuju disiplin berbasis hubungan, pemahaman, dan kontrol internal pada diri siswa.
NAMA : DIAS PINASIH
HapusKELAS : 5B PGSD
NPM : 2386206057
izin menambahkan sedikit yaa jawaban materi dri Bella
Selain yang sudah disampaikan bela menurut saya pendekatan ini juga sangat penting karena membantu siswa mengembangkan kesadaran diri dan tanggung jawab pribadi ketika guru tidak mempermalukan siswa justru siswa lebih mudah menerima arahan karena merasa dihargai sebagai individu pendekatan ini juga selaras dengan prinsip restorative yaitu memulihkan hubungan ketika terjadi perilaku yang tidak sesuai dengan cara seperti ini siswa tidak hanya berubah karena takut dihukum tetapi karena benar-benar memahami dampak dari perilakunya terhadap teman guru dan lingkungan kelas menurut saya materi ini memberikan gambaran bahwa disiplin yang baik tidak harus keras tetapi harus konsisten manusiawi dan membangun karakter ini sangat bermanfaat untuk kami sebagai calon pendidik agar bisa menciptakan kelas yang aman dan sportif bagi perkembangan siswa.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Secara keseluruhan, materi ini menawarkan filosofi disiplin yang menghormati martabat siswa—sebuah fondasi penting bagi lingkungan belajar yang aman dan mendukung, yang memungkinkan siswa fokus pada akademis tanpa ketakutan.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Hallo Bella saya izin menyangga komentarnya ya, Sanggahan saya terhadap komentar Bella yang menyebut materi ini sebagai filosofi disiplin yang menghormati martabat siswa dan fondasi yang memungkinkan siswa fokus pada akademis tanpa ketakutan adalah bahwa komentar Bella ini terlalu umum dan mengabaikan aspek kerja keras guru yang dituntut oleh materi. Materi tidak hanya menawarkan filosofi, tetapi serangkaian strategi proaktif dan terstruktur seperti Membuat Kontrak Kelas Bersama, Respon Berjenjang, dan Mempersiapkan Skrip Darurat. Martabat siswa memang dihormati, tetapi itu dicapai melalui proses yang disengaja (deliberate process), bukan hanya niat baik. Jika guru hanya berpegangan pada filosofi tanpa menerapkan konsistensi dalam harapan dan konsekuensi serta memodelkan perilaku yang diinginkan, fondasi yang aman itu akan runtuh. Komentar ini gagal menyoroti bahwa implementasi empatik yang konsisten yang merupakan tantangan sesungguhny adalah kunci dari keberhasilan pendekatan ini.
Selain itu, fokus komentar pada memungkinkan siswa fokus pada akademis tanpa ketakutan tidak sepenuhnya menangkap tujuan utama materi. Tujuan utama dari strategi seperti Membuat Kontrak Kelas Bersama adalah untuk membentuk perilaku positif dan karakter, seperti rasa hormat dan tanggung jawab, yang secara otomatis akan menciptakan lingkungan kondusif bagi akademis. Materi menekankan bahwa konsekuensi dipandang sebagai sarana pembelajaran (bukan hukuman semata) dan perlunya Memuji Kesuksesan perilaku positif. Jadi, ini bukan hanya tentang menghilangkan ketakutan agar siswa bisa belajar, melainkan tentang mengajarkan dan memperkuat keterampilan sosial-emosional dan perilaku yang mereka butuhkan untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dalam komunitas kelas, yang kemudian berdampak positif pada akademis.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Izin bertanya juga pak Bagaimana seorang guru dapat secara efektif menerapkan pendekatan restoratif (seperti kontrak kelas bersama dan jeda sebelum bereaksi) tanpa merasa tertekan oleh ekspektasi administrator atau kolega yang mungkin masih berpegangan pada sistem disiplin berbasis hukuman yang lebih tradisional?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Izin menjawab yh bella. Menurut aku, guru bisa menerapkan pendekatan restoratif ini dengan cara membangun kesepakatan bersama sejak awal, misalnya lewat kontrak kelas. Dengan begitu, aturan bukan cuma datang dari guru, tapi juga disepakati oleh siswa, jadi mereka merasa lebih punya tanggung jawab untuk menaatinya. Selain itu juga, kalau ada pelanggaran, guru sebaiknya memberi respons bertahap, bukan langsung marah atau menghukum. Pendekatan seperti ini bisa membantu siswa memahami akibat dari tindakannya tanpa merasa dipermalukan. Guru juga perlu menjaga komunikasi yang positif agar hubungan dengan siswa tetap baik. Kalau ada rekan atau pihak lain yang masih berpegang pada cara tradisional, guru bisa menunjukkan hasil positif dari pendekatan ini misalnya, suasana kelas yang lebih tenang dan siswa yang lebih sadar diri. Dengan cara itu, pendekatan restoratif bisa diterima lebih luas🙏🏻
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386306069
Kelas:5D
izin menjawab ya Bella Menurut saya Seorang guru bisa menerapkan pendekatan restoratif secara efektif meskipun berada di lingkungan sekolah yang masih dominan menggunakan disiplin tradisional, asalkan ia memiliki strategi yang tepat untuk menjaga profesionalitas, menjelaskan pilihan pendekatannya, dan tetap melindungi dirinya dari tekanan eksternal.
Guru bisa menerapkan pendekatan restoratif secara efektif dengan cara:
* fokus pada ruang kelas sendiri,
* mendokumentasikan hasil,
* menggunakan bahasa profesional saat menjelaskan pendekatan,
* tetap memberikan konsekuensi namun tanpa mempermalukan,
* membangun kolaborasi kecil,
* menggunakan jeda reflektif untuk menghadapi tekanan,
* menyelaraskan pendekatan dengan visi sekolah,
* serta menjaga konsistensi dalam jangka panjang.
Pendekatan restoratif tidak hanya membentuk perilaku siswa, tetapi juga menunjukkan profesionalitas dan kedewasaan guru, bahkan ketika berada di lingkungan yang masih tradisional.
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Bella Ayu Pusdita, menurut saya mungkin para guru itu bisa dengan menerapkan pendekatan yang restoratif tanpa ada rasa tertekan sedikit pun dengan tetap menghormati perbedaan gaya kolagenya sambil perlahan-lahan memberitahukan strategi yang bener, lalu bisa juga dengan berkonsisten dengan praktik sendiri dengan menunjukkan kalau pendekatan restoratif itu dapat membuat ruang kelas itu menjadi tenang dan juga produktif, karena hasil nyata itu bisa lebih meyakinkan di bandingkan dengan argumen saja.
Nama: Imelda Rizky Putri
HapusNpm:2386206024
Kelas:5B
Izin menjawab pertanyaan dari Bella, jadi menurut saya, guru bisa tetap memakai pendekatan restoratif dengan cara fokus pada hal-hal kecil yang bisa dia kontrol, misalnya konsisten pakai jeda sebelum beraksi, bikin kontrak/kesepakatan kelas bersama siswa, dan jelasin alasan di balik pendekatan ini ke atasan atau rekan kerja biar biar mereka paham manfaatnya, guru nggak harus langsung mengubah seluruh sistem, cukup tunjukkan hasilnya lewat suasana kelas yang lebih tenang dan hubungan yang lebih positif, karena bukti nyata biasanya bikin orang lain lebih terbuka tanpa bikin guru merasa ditekan atau harus "melawan" sistem.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Materi ini memberikan peta jalan yang jelas (Leichmant Burnout Scale) untuk mengidentifikasi dan mengintervensi burnout (kelelahan) sebelum mencapai titik krisis.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Materi ini juga berfungsi sebagai alat diagnostik mandiri yang kuat, mengingatkan guru bahwa pencegahan dini dan intervensi yang terarah adalah investasi terbaik untuk keberlanjutan karir dan kesejahteraan pribadi.
Izin bertanya juga pak Apa peran dan tanggung jawab Kepala Sekolah atau Manajemen Sekolah dalam mencegah guru mencapai Tingkat 2 (Kewalahan dan Mulai Sinis), yang merupakan titik kritis di mana beban kerja mulai memicu reaksi emosional negatif terhadap profesi?
BalasHapusNama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Izin yah bella untuk menjawab. Menurut aku, peran kepala sekolah dan manajemen sekolah sangat penting dalam membantu guru yang mulai merasa kelelahan ataupun mengalami stres kerja. Mereka bisa memberikan dukungan lewat pembagian tugas yang seimbang, menyediakan ruang diskusi, serta memberi kesempatan guru untuk istirahat atau refleksi. Dengan begitu, guru tidak merasa terbebani sendirian. Selain itu, kepala sekolah sebaiknya membangun budaya saling peduli dan terbuka di lingkungan sekolah. Contohnya dengan mendorong guru saling berbagi pengalaman dan strategi menghadapi tekanan kerja. Dukungan moral seperti ini bisa membantu guru mengelola emosi negatif dan menjaga semangat mereka terhadap profesinya🙏🏻
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Izin menjawab ya Bella
Menurut saya , Kepala Sekolah dan Manajemen Sekolah berperan sangat penting dalam mencegah guru mencapai tahap kewalahan dan mulai sinis. Mereka harus memastikan beban kerja guru tetap realistis, menyediakan lingkungan kerja yang aman secara emosional, membuka ruang komunikasi yang jujur, serta memberi dukungan kesehatan mental yang memadai. Selain itu, penghargaan atas kinerja guru, pelatihan yang relevan, kejelasan peran, dan fleksibilitas dalam pelaksanaan tugas menjadi kunci untuk menjaga motivasi dan kesejahteraan guru. Dengan dukungan manajemen yang kuat dan responsif, guru dapat tetap stabil secara emosional, tidak merasa sendirian, dan tetap mencintai profesinya sebelum stres berkembang menjadi kelelahan yang lebih berat.
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Bella Ayu Pusdita, menurut sepengetahuan yang saya ketahui peran kepala sekolah atau manajemen itu sangatlah penting dikarenakan untuk mencegah setiap guru masuk ke tingkat 2 yaitu (kewalahan dan mulai sinis). Tanggung jawabnya itu mengurangi beban setiap guru harus memastikan kalau tugas administrasinya tidak begitu berlebihan dan juga tidak semuanya harus di bebankan kepada ke guru, memberikan dukungan nyata kepada guru, menciptakan budaya kerja yang aman, dan juga harus cepat membantu ketika ada masalah siswa agar guru itu tidak kewalahan dan juga jadi sinis.
Nama: Nanda Vika Sari
BalasHapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Pada materi ini menjelaskan bagaimana pentingnya mengendalikan perilaku/sikap siswa dengan cara yang menghargai nama baik mereka. Melalui adanya kesepakatan kelas, respons, berjenjang, dan pemodelan perilaku positif, guru dapat menciptakan lingkungan yang aman, konsisten, dan dapat membengun hubungan yang kuat tanpa perlu mempermalukan siswa.
Nama : Dias pinasih
HapusKelas : 5b PGSD
Npm : 2386206057
Izin menambahkan sedikit yaa materi dri Nanda
Menurut saya pada ketan tanpa memerlukan ini juga penting karena membantu sistem mengembangkan regulasi diri ketika guru menegur dengan cara yang menghargai martabat siswa mereka akan lebih mudah mengevaluasi perilakunya sendiri dan memahami konsumsi tanpa merasa diserang pendekatan seperti ini juga mendorong terciptanya iklim kelas yang sportif di mana sisa merasa aman untuk mencoba salah lalu belajar kembali jika guru mampu menunjukkan empati dan ketegasan secara bersamaan siswa akan mencontoh hal yang tersebut dalam interaksi mereka sehari-hari dengan begitu perubahan perilaku yang terjadi bukan hanya sesaat tetapi bisa bertahan dalam jangka panjang karena tubuh dari kesadaran internal bukan tekanan eksternal menurut saya hal ini sangat erat dengan tujuan pendidikan mendidik karakter bukan sekedar mengatur perilaku
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusNPM : 2386206048
Kelas : 5 C
izin menanggapi pak.
pendekatan ini saya setuju bgt pak,karena penedekatan ini sangat bijak karena fokus utama adalah perbaikan perilaku siswa,bukan hanya sekedar menghukum dan melampiaskan emosi kalau mereka salah,namun tetap saja harus galak agar anak anak tidak semena-mena terhadap guru yang baik.
Nama : Dita Ayu Safarila
HapusNPM : 2386206048
Kelas : 5 C
tapi pak,bagaimana cara kita menegur mereka kalau melakukan kesalahan tanpa meluapkan emosi dan mereka tidak merasa di permalukan karena di tegur oleh guru di depan teman temannya dan agar mereka tidak berpikir guru nya jahat atau pemarahan ya pak,dan bagaimana jika mereka merasa takut kalau di marahi atau di tegur dengan guru tersebut??
Hallo ka Dita saya izin menjawab pertanyaanya ya
HapusMenurut saya cara menegur yang baik untuk menghindari kita meluapkan emosi ialah berbicara dengan nada yang rendah dan embut untuk bisa mengatasi rasa emosi yang kita alami itu ke luar, selain itu guru bisa menerapkan tips yang menarik nafas dalam-dalam dari hidung terus dikeluarkan dari mulut secara perlahan sebanyak 3X menurut saya ini efektif ya kak.
Selanjutnya cara guru menegur agar tidak mempermalukan anak didik di depan teman-temannya dan tidak memunculkan pikiran anak didik bahwasanya kita jahat ataupun pemarah ialah : dengan cara kita jangan memarahi anak didik yang bersalah di depan teman-temannya tetapi kita mengajak anak didik yang bersalah tersebut untuk berbicara secara intens yaitu berbicara empat mata, jadi kalau kita ingin menegur murid yang salah kita memanggil murid yang salah tersebut menghadap ke kantor ataupun ke taman untuk berbicara secara empat mata hal tersebut dapat mengurangi tumbuhnya rasa malu kepada anak yang bersalah , dan menjaga harga diri siswa tersebut didepan temannya .
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Menurut saya menegur siswa tanpa membuat mereka takut atau merasa dipermalukan dapat dilakukan dengan cara berpindah ke tempat yang lebih privat, menjaga nada suara tetap tenang, dan fokus pada perilaku bukan pada pribadi anak. Gunakan bahasa yang tidak menyalahkan, dengarkan penjelasan mereka, dan berikan teguran yang singkat serta jelas. Setelah itu, tutup dengan penguatan positif agar anak merasa tetap dihargai. Jika ada siswa yang sudah terlanjur takut, pendekatan lembut, validasi perasaan, serta hubungan guru–siswa yang hangat sangat membantu agar mereka kembali merasa aman. Dengan langkah-langkah ini, teguran tetap efektif tanpa merusak kepercayaan diri maupun hubungan.
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Dita Ayu Safarila, menurut saya cara menegur siswa tanpa emosi dan juga tanpa membuat seperti mempermalukan siswa itu bisa dengan cara guru mendekati siswa tersebut secara pribadi bukan di hadapan teman-temannya, dan guru bisa menggunakan suara yang tenang tetapi tegas. Mungkin bisa juga dengan memberikan pilihan atau arahan yang jelas pada siswa tersebut, misalnya dengan guru berbicara “sekarang duduk yang fokus atau pindah duduk ke depan”. Dan juga jangan lupa untuk akui setiap usaha siswa tersebut setelah sudah memperbaiki perilaku dirinya agar mereka tidak merasa kalau gurunya itu jahat pada dirinya.
Nama : Erlynda Yuna Nurviah
BalasHapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206035
Materi yang bapak sampaikan ini sangat membantu saya dan teman - teman nanti saat akan mengelola kelas. Seperti...
1. Melibatkan siswa dalam membuat peraturan kelas, hal ini membuat siswa memiliki rasa tanggung jawab atas peraturan yang disepakati, jadi ada rasa kepemilikan "ohh ini kesepakatan yang dibuat bersama, dan saya juga sepakat.. jadi saya harus menaatinya"
2. Respon berjenjang terhadap Perilaku kecil bisa guru tangani dengan pengingat / nasihat misalnya menjaili teman , dan masalah yang besar misalnya mencuri barang teman secara terus - menerus ditanggani dengan tindakan panggilan orangtua. dll yang sudah dijelaskan diatas, dengan menerapkan berbagai macam prinsip tersebut kita sebagai guru dapat membangun suasana kelas yang kondusif dan nyaman. Siswa juga merasa lebih dihargai dan mengerti batasan seperti apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak boleh dilakukan.. Pemberian contoh sebelum memerintah juga perluu agar mereka juga merasa dihargai, seperti memerintah anak - anak membersihkan sampah di area depan kelas masing" kita sebagai guru juga harus memberikan contoh dan ikut serta dalam membersihkan lingkungan tersebut, ini juga membuat siswa memiliki rasa sungkan jadi tanpa harus kita suruh dengan pekasaan mereka akan memiliki kesadaran diri, ini berdasarkan cerita dan pengalaman yang pernah saya dengar.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM :2386206009
Kelas : V A PGSD
Dari materi yang saya baca materi ini menekankan bahwa guru menghadapi tantangan dalam menjaga perilaku positif siswa sambil memelihara hubungan yang positif.pendekatan yang disarankan berfokus pada pencegahan proaktif daripada hanya merespons perilaku buruk.dan juga kekuatan utamanya adalah penekanan pada pendekatan proaktif, pencegahan, dan pemeliharaan hubungan positif.ada pun hal yang penting yaitu pada pencegahan strategi seperti mengelola transisi dan mencari akar masalah perilaku adalah inti dari manajemen kelas yang efektif, mengurangi kebutuhan intervensi yang keras,keterlibatan siswa keterlibatan siswa dalam menyusun kontrak kelas membantu internalisasi nilai-nilai dan meningkatkan rasa kepemilikan.
pendekatan bertahap penggunaan isarat sebelum konsekuensi serius menunjukkan pendekatan yang terukur, sesuai dengan prinsip intervensi yang minimal namun efektif.sikap reflektif guru materi mendorong guru untuk merencanakan dan merefleksi diri evaluasi,menjadikan manajemen kelas sebagai praktik yang terus ditingkatkan,serta pentingnya pujian yang spesifik, bukan sekadar pujian umum,sangat penting untuk memperkuat perilaku secara efektif.
materi ini adalah panduan yang sangat baik untuk guru dalam membangun budaya kelas yang menghargai, terstruktur, dan kondusif untuk proses belajar mengajar dan ini penting kita ketahui sebagai calon guru,
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM :2386206009
Kelas : V A PGSD
Tambahan sedikit dari saya untuk materi ini membahas cara guru menciptakan suasana kelas yang positif dan mencegah perilaku buruk siswa.ada pun beberapa cara yaitu membuat aturan kelas bersama siswa,menanamkan nilai-nilai baik,menanggapi perilaku buruk dengan tenang,menyiapkan rencana darurat untuk mengatasi masalah,mencari tahu penyebab perilaku buruk siswa,memberi pujian dan contoh perilaku baik,mengelola transisi antar kegiatan dengan baik,memilih waktu yang tepat untuk menegur siswa,dan membangun kelas yang positif dan suportif.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif,aman,dan menyenangkan.hal ini tidak hanya membantu mengurangi perilaku negatif, tetapi juga meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa secara keseluruhan.
NAMA: DIAS PINASIH
BalasHapusKELAS : 5B PGSD
NPM : 2386206057
izin menanggapi materi yang bapak jelaskan di atas pak
Setelah membaca materi tentang mengelola perilaku siswa pendekatan tanpa mempermalukan saya merasa materi ini sangat membuka wawasan saya tentang bagaimana cara guru menangani perilaku siswa tanpa harus menggunakan strategi yang merendahkan atau memperlakukan mereka pendekatan yang bapak jelaskan sangat relevan dengan kebutuhan pendidikan saat ini terutama karena siswa zaman sekarang memiliki karakter dan latar belakang emosi yang lebih kompleks saya sangat setuju dengan penjelasan mengenai pentingnya memberikan koreksi secara bijaksana karena siswa pada dasarnya membutuhkan arah yang tepat bukan hukuman yang membuat mereka merasa rendah diri dari materi ini saya belajar bahwa guru perlu memahami akar perilaku siswa bukan hanya fokus pada kesalahan saja.
Namun izin memberikan sedikit kritik dan masukan PAK menurut saya akan lebih baik jika materi ini juga dilengkapi dengan contoh kasus yang nyata dari lapangan dengan adanya contoh situasi konkret mahasiswa bisa lebih memahami bagaimana strategi tersebut diterapkan di kelas yang sesungguhnya terutama pada siswa.
BalasHapusAda tambahan sedikit pak sebagai saran mungkin bapak dapat menambahkan bagian mengenai kolaborasi antara guru dan orang tua dalam mengenai perilaku siswa karena dalam beberapa kasus perilaku anak di sekolah sangat dipenuhi oleh kondisi di rumah dengan adanya sinergi antara buruh dan orang tua intervensi diberikan bisa lebih efektif dan berkesinambungan secara keseluruhan materi ini sangat bermanfaat dan memberikan perspektif baru bagi kami sebagai calon pendidik.
BalasHapusNama: Imelda Rizky Putri
BalasHapusNpm: 2386206024
Kelas: 5B
Materi ini menyampaikan pesan bahwa untuk menjaga perilaku siswa tidak harus dengan memberi hukuman membuat mereka kehilangan percaya diri. Pendekatan hubungan positif, memahami penyebab perilaku, dan menegakkan aturan secara bijak kepada siswa. Sehingga mendorong siswa mempunyai sikap yang bertanggung jawab tanpa merasa takut dan tertekan.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNPM : 2386206086
Kelas : 5D
ijin menyimpulkan paragraf pertama sampai 5, yaitu Guru sering menghadapi tantangan dalam menjaga perilaku siswa tanpa merusak hubungan yang sudah dibangun. Teguran yang membuat siswa merasa malu dapat menurunkan motivasi dan menghambat proses belajar, sehingga guru perlu menggunakan cara yang lebih proaktif dan mendukung.
Salah satu pendekatan adalah membuat kontrak kelas bersama, di mana siswa ikut menentukan nilai dan aturan yang berlaku. Dengan cara ini, aturan terasa lebih adil dan lebih mudah dipatuhi karena siswa merasa terlibat.
Guru juga dapat menggunakan respons berjenjang, yaitu memberikan tanggapan sesuai tingkat pelanggaran. Pelanggaran ringan cukup diingatkan secara halus, sedangkan pelanggaran serius diberikan konsekuensi yang lebih tegas, namun tetap bertujuan untuk membantu siswa belajar, bukan semata-mata menghukum.
Selain itu, guru dianjurkan menyiapkan skrip atau rencana respons untuk situasi yang tidak terduga, sehingga dapat bereaksi dengan tenang dan terkontrol. Mengambil jeda untuk memahami alasan di balik perilaku siswa juga membantu guru menemukan solusi yang lebih tepat dan menjaga hubungan positif di kelas.
Pendekatan-pendekatan ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung perkembangan siswa.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNPM : 2386206086
Kelas : 5D
ijin bertanya pak dan teman-teman yang ingin menjawab, Apa konsekuensi psikologis dan akademis yang dapat dialami siswa ketika mereka merasa dipermalukan atau ditegur secara tidak tepat di depan teman-temannya, dan bagaimana hal tersebut dapat berdampak pada perilaku jangka panjang?
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Oktavia Ramadani, menurut saya ketika siswa merasa kalau dirinya itu dipermalukan di depan taman-temannya maka mereka merasa mengalami psikologinya merasa dirinya itu rendah diri, malu, cemas, dan juga bisa selalu merasa takut salah akademisnya, tidak mau untuk bertanya, lalu bisa juga mereka jadi kehilangan motivasi. Jangka panjangnya itu bisa membuat siswa tersebut berperilaku defensif (melawan) apatis (tidak peduli dan juga menghindar seperti tidak mau untuk terlibat hal apapun).
Nama:Imelda Rizky Putri
HapusNpm:2386206024
Kelas:5B
Izin menjawab pertanyaan dari Oktavia, jadi menurut saya, kalau siswa dipermalukan atau di tegur pas di depan teman-temannya, mereka bisa jadi malu, minder, atau bahkan takut ikut terlibat di kelas. Yang akhirnya bikin fokus belajar menjadi turun dan prestasi ikut kena, dalam jangka panjang mereka bisa membentuk pola perilaku negatif, entah jadi menarik diri, sengaja bikin masalah, atau kehilangan kepercayaan guru, karena otaknya lebih ingat rasa sakit dan malu daripada pelajaran yang mau diajarkan, sehingga perubahan perilaku jdi makin susah terjadi.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNPM : 2386206086
Kelas : 5D
Guru sering menghadapi kesulitan dalam menjaga perilaku siswa di kelas, terutama karena mereka harus menegakkan aturan tanpa merusak hubungan baik dengan siswa. Jika siswa ditegur dengan cara yang membuat mereka malu, mereka bisa menjadi tidak peduli, takut membuat kesalahan, atau semakin sulit diajak bekerja sama. Karena itu, guru perlu menggunakan cara yang lebih positif dan proaktif untuk mengelola kelas. Salah satu pendekatan yang efektif adalah membuat kontrak kelas bersama, di mana siswa ikut menentukan nilai dan aturan yang akan dijalankan sepanjang tahun. Ketika siswa merasa dilibatkan, mereka lebih mudah memahami dan mematuhi aturan yang mereka buat sendiri. Selain itu, guru dapat menggunakan respons berjenjang, yaitu memberikan tanggapan sesuai tingkat pelanggaran—mulai dari pengingat halus hingga konsekuensi yang lebih serius jika diperlukan. Pendekatan ini membantu siswa belajar dari kesalahan tanpa merasa dihukum secara berlebihan. Guru juga dianjurkan menyiapkan skrip atau rencana respons untuk menghadapi situasi sulit agar tidak bereaksi secara emosional. Dengan mengambil jeda sebelum menegur, guru dapat memahami alasan di balik perilaku siswa dan memilih tindakan yang lebih tepat. Secara keseluruhan, pendekatan-pendekatan ini membantu menciptakan kelas yang aman, nyaman, dan saling menghargai, sehingga siswa dapat belajar dengan lebih baik dan merasa didukung oleh gurunya.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNPM : 2386206086
Kelas : 5D
Materi ini sudah memberikan gambaran yang kuat tentang pentingnya pendekatan proaktif dalam manajemen kelas, namun masih ada beberapa aspek yang dapat diperdalam agar lebih komprehensif. Pertama, materi ini dapat diperkuat dengan menambahkan contoh konkret situasi kelas untuk masing-masing strategi—misalnya bagaimana guru memfasilitasi diskusi kontrak kelas atau contoh penggunaan respons berjenjang dalam kasus nyata. Hal ini akan membantu pembaca memahami penerapannya secara lebih praktis.
Selain itu, materi bisa menguraikan lebih jelas bagaimana peran refleksi guru memengaruhi efektivitas pendekatan proaktif, misalnya melalui evaluasi rutin terhadap aturan kelas atau komunikasi berkelanjutan dengan siswa. Penjelasan tentang bagaimana pendekatan ini relevan untuk berbagai jenjang pendidikan juga dapat menambah kedalaman materi.
Terakhir, materi dapat memasukkan aspek kolaborasi dengan orang tua dan sekolah sebagai bagian dari sistem pendukung perilaku positif. Dengan menekankan bahwa manajemen perilaku bukan hanya tugas guru, tetapi hasil kerja bersama antara siswa, guru, dan lingkungan sekolah, materi akan menjadi lebih menyeluruh dan realistis untuk diterapkan.
Nama : Oktavia Ramadani
HapusNPM : 2386206086
Kelas : 5D
Guru perlu menyeimbangkan penegakan aturan dengan membangun hubungan positif agar siswa tidak merasa dipermalukan dan tetap termotivasi. Pendekatan proaktif dianjurkan, seperti membuat kontrak kelas bersama sehingga siswa merasa memiliki aturan yang mereka buat. Perilaku negatif ditangani dengan respons berjenjang, dimulai dari pengingat ringan hingga konsekuensi lebih serius bila diperlukan.
Guru juga disarankan menyiapkan skrip darurat untuk menghadapi situasi tak terduga, serta mengambil jeda untuk memahami penyebab perilaku siswa. Pemodelan perilaku positif dan memberikan pujian yang spesifik dapat memperkuat budaya saling menghargai. Pada masa transisi kegiatan, guru perlu memberikan arahan yang jelas untuk mencegah gangguan.
Teguran tetap diperlukan dalam kondisi tertentu, tetapi harus dilakukan dengan bijak agar tidak merusak hubungan. Konsistensi aturan dan penghargaan terhadap usaha siswa membantu menciptakan kelas yang aman, positif, dan mendukung proses belajar.
Nama : Zakky Setiawan
BalasHapusNPM : ( 2386206066 )
Kelas : 5C
Saya sangat setuju dengan respons berjenjang tehadap perilaku, hal ini akan membuat peserta tau akan ada konsekuensi yang di dapat terhadap perilaku mereka jadi peserta lebih awas terhadap perilaku mereka
Nama : Zakky Setiawan
HapusNPM : ( 2386206066 )
Kelas : 5C
Sedikit menambahkan, hal ini tuh dilakukan agar peserta memiliki sifat sopan santun dan akhlak yang mulia, suapaya berguna di masyarakat kelak, dan mereka bisa lebih menghargai guru yang sedang mengajar di kelas tersebut
Nama: Rosidah
BalasHapusNpm: 2386206034
Kelas: 5B (PGSD)
setelah membaca materi di atas banyak sekali ya tugas seorang guru hehe, setelah membaca blog ini saya paham bahwa disiplin yang efektif tidak hanya bergantung pada hukuman, tetapi lebih pada komunikasi yang baik, perhatian terhadap kebutuhan siswa dan mencipakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mereka.
Nama : Naida Dwi Nur Herlianawati
HapusKelas : 5B
Npm : 2386206042
setuju kak ros, tugas guru memang banyak, dan intinya, mendisiplinkan siswa itu bukan soal menghukum, melainkan soal menjalin hubungan baik dan mendidik karakter. Disiplin efektif itu berhasil karena guru fokus pada komunikasi yang penuh pengertian, memahami kenapa siswa berbuat salah, dan membuat suasana kelas yang mendukung. Tujuannya adalah agar siswa sadar dan mau bertanggung jawab atas perilakunya sendiri, bukan karena takut dihukum.
Sangat betul sekali pak. setelah saya membaca artikel ini jadi pendekatan yang dikatakan oleh cait'o Connor melihat kan bahwa kelas yang efektif tidak mesti tentang aturan, akan tetapi tentang membangun siswa memiliki rasa tanggungjawab dan mengontrol terhadap lingkungan belajar mereka.
BalasHapusPada poin ke 4 yang menyatakan bahwa memuji kesuksesan dan memeberikan contoh, kita tahu bahwa pujian yang spesifik dan tepat waktu sangat membantu memperkuat perilaku yang diiingkan. Izin bertanya dengan kalimat poin ini pak, jdi apakah dengan kita tidak memberikan contoh atau pujian yang spesifik tidak bisa membantu memperkuat perilaku siswa? Jika ya mengapa hal itu perlu diterapkan?
BalasHapusNAMA:VIRGINIA JAU
HapusKELAS:VD
NPM:2386206089
Betul sekali, Agustiani! Memberikan contoh dan pujian yang spesifik itu sangat penting. Tanpa itu, siswa mungkin tidak tahu perilaku apa yang sebenarnya kita harapkan. Pujian yang spesifik juga membuat siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk terus melakukan hal positif.Memang idealnya kita memberikan contoh dan pujian yang spesifik. Tapi, ada kalanya kita perlu fleksibel, terutama jika situasinya tidak memungkinkan. Misalnya, jika kita sedang mengelola kelas yang ramai, pujian umum seperti 'Bagus semuanya!' tetap bisa memberikan dampak positif, meski tidak seefektif pujian yang spesifik.
NAMA:VIRGINIA JAU
BalasHapusKELAS:VD
NPM:2386206089
Setiap kelas pasti punya siswa dengan karakter yang berbeda-beda. Ada yang aktif, ada yang pendiam, ada juga yang suka bikin ulah. Nah, gimana caranya guru bisa mengelola perilaku siswa tanpa harus mempermalukan mereka di depan kelas? Artikel ini kayaknya bakal ngebahas pendekatan-pendekatan humanis yang bisa diterapkan guru. Mungkin ada tips tentang cara berkomunikasi yang efektif dengan siswa, atau cara memberikan konsekuensi yang mendidik tanpa menyakiti perasaan mereka. Yang jelas, artikel ini penting banget buat guru yang pengen menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inklusif. Karena pada dasarnya, setiap siswa punya potensi untuk berkembang, asalkan kita bisa memberikan dukungan dan bimbingan yang tepat.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Menurut saya, materi tentang mengelola perilaku siswa ini bagus banget karena mengubah pandangan lama. Intinya bukan lagi menghukum atau bikin siswa malu atas kesalahan mereka, tapi fokusnya adalah membangun hubungan baik dan menjadikan konsekuensi sebagai pelajaran biar siswa bisa memperbaiki diri. Saya paling setuju dengan ide Membuat Kontrak Kelas Bersama, ini membuat siswa merasa punya kepemilikan atas aturan, karena mereka sendiri yang ikut memilih nilai-nilai kelas, seperti rasa hormat atau tanggung jawab. Pendekatan ini bikin siswa jadi disiplin dari dalam (disiplin internal), bukan cuma pura-pura baik karena takut sama guru.
Selain itu, cara guru merespons gangguan juga harus diatur. Konsep Skrip Darurat dan Respons Berjenjang itu cerdas banget. Jadi, kalau ada masalah kecil, guru nggak perlu langsung marah-marah atau bereaksi impulsif, tapi bisa pakai isyarat atau jeda dulu untuk mencari tahu akar masalahnya (misalnya, siswa bosan). Semua ini sangat relevan dengan pendidikan sekarang yang menekankan kesehatan mental dan karakter. Guru diajak untuk bersikap konsisten dan lebih proaktif memuji perilaku positif yang diharapkan dan memberikan contoh agar kelas nggak cuma kondusif, tapi juga jadi tempat yang aman dan saling menghargai.
Nama: Maya Apriyani
HapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Saya sangat setuju dengan pendapat kak Juliana yaitu benar sekali dengan mengubah cara pandang bukan lagi hukuman tetapi Membangun hubungan baik dan menjadikan konsekuensi sebagai pelajaran biar siswa bisa memperbaiki diri, saya merasa setuju di mana ketika siswa merasa dihargai mereka akan berperilaku baik karena kesadaran mereka bukan karena paksaan.
Lalu membuat kontrak kelas bersama, Nama saya juga setuju dengan hal ini karena siswa dan guru membuatnya bersama-sama yang di mana siswa merasa mereka memiliki Aturan itu dan harus menjaga Aturan itu, tentunya ini juga membuat siswa merasa tidak dipaksakan.
Dan juga tentunya memang kelas itu harus menjadi tempat yang nyaman dan aman bukan tempat yang menakutkan, lalu dengan ini anak itu menjadi belajar bertanggung jawab, disiplin, bukan hanya satu sementara saja.
Saya yakin kita semua dapat menerapkan strategi ini. Terima kasih
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Menurut saya, materi ini juga secara implisit memberikan solusi untuk masalah kelelahan dan stres guru (teacher burnout). Strategi seperti Membuat Kontrak Kelas Bersama dan menggunakan Respons Berjenjang sebenarnya bertujuan untuk mengurangi frekuensi konflik besar yang menguras energi guru. Jika aturan sudah jelas, dipahami, dan dimiliki siswa, serta guru sudah menyiapkan skrip darurat, guru tidak perlu mengandalkan emosi atau bereaksi spontan setiap kali terjadi gangguan. Hal ini memungkinkan guru untuk menghemat energi mental mereka, mengalihkan fokus dari memadamkan api perilaku buruk menjadi mendesain pembelajaran yang lebih menarik. Jadi, pendekatan tanpa mempermalukan ini bukan hanya baik untuk siswa, tetapi juga merupakan strategi manajemen energi yang cerdas bagi para pendidik itu sendiri.
Selain itu, penekanan pada Pemodelan Perilaku (guru memberikan contoh kebiasaan positif) sangat kuat. Hal ini mengingatkan kita bahwa guru adalah role model yang paling efektif di kelas. Ketika guru menunjukkan mendengarkan dengan saksama atau merespons komentar teman sekelas dengan hormat, ini menciptakan budaya saling menghargai yang lebih efektif daripada sekadar menempelkan daftar aturan di dinding. Ini memperkuat gagasan bahwa pengelolaan kelas yang berhasil adalah tentang budaya yang dibangun bersama setiap hari, bukan hanya tentang hukuman saat terjadi kesalahan. Pendekatan ini menempatkan tanggung jawab peningkatan perilaku pada seluruh komunitas kelas, dipimpin oleh teladan dari guru.
Nama: Maya Apriyani
BalasHapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Izin menanggapi bacaan di atas, saya sangat setuju dengan mengelola perilaku siswa pendekatan tanpa mempermalukan, yang di mana Saya setuju dengan ini karena dengan siswa merasa dihargai dan tidak dipermalukan hal ini akan membuat siswa itu menjadi terbuka dalam belajar dan menunjukkan sikap-sikap positif.
Setelah saya membaca web ini cukup banyak yang sudah saya baca saya memahami bahwa pada saat kita di sekolah semua berjalan seperti yang kita bayangkan, tetapi terkadang banyak sekali hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi, Salah satunya yaitu apabila siswa ini tidak menaati aturan yang kita buat, tidak menghargai, dan bahkan menunjukkan sikap-sikap yang tidak baik, tentunya hal seperti ini akan kita hadapi.
Nah dari bacaan ini kita dapat belajar bersama-sama untuk menghadapi situasi yang seperti ini, tanpa harus meluapkan emosi kita dan tentunya tidak mengeluarkan perkataan-perkataan ataupun tindakan yang menyakitkan siswa.
1. Yang pertama yaitu membuat kontrak kelas bersama.
Saya sangat setuju dengan pendapat ini yang di mana kita sebagai guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk membuat ataupun menyusun aturan yang akan kita jalankan di dalam kelas, tentunya apabila mereka bersama-sama dengan kita menyusun kita akan melihat Apa sih yang mereka inginkan seperti apa, dengan begitu Aturan ini menjadi lebih mendalam dalam diri mereka dan bermakna, dan tentunya relevan dengan keinginan mereka.
2. Kemudian respon berjenjang terhadap perilaku, dalam hal ini tentunya kita menyesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa misalnya siswa hanya ribut di dalam kelas Mungkin kita bisa memberikan peringatan seperti Nak Tolong jangan ribut Dengarkan ibu, tetapi misalnya sampai kepada memukul teman hal ini Tentunya perlu kita bicarakan kepada orang tua.
3. Lalu yang ketiga mempersiapkan script darurat.
Di sini yang saya pahami kemungkinan guru itu memikirkan sebab dan akibat ataupun strategi untuk dapat mengantisipasi apabila siswa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, kita sudah memikirkan hal itu sebelum kita melakukannya.
4. Kemudian yang paling penting yaitu sebagai guru kita tidak hanya melihat pelanggaran apa yang mereka lakukan, tetapi Sebaliknya apabila mereka melakukan sesuatu yang baik sesuatu yang menyenangkan Kita harus memberikan apresiasi ataupun pujian kepada mereka agar mereka semangat untuk melakukan hal-hal baik itu.
Terima kasih
Nama : Naida Dwi Nur Herlianawati
BalasHapusKelas : 5 B
Npm : 2386206042
Saya setuju sekali dengan ide-ide dalam materi ini. Menurut saya, cara terbaik untuk mengatur kelas adalah dengan fokus pada membangun hubungan baik dengan siswa dan mengajak mereka membuat aturan bersama, daripada hanya memberi hukuman. Intinya, kita harus mengajari siswa cara bertingkah laku yang baik, bukan hanya menghukum mereka.
Terima kasih bapak atas materi yang sudah bapak berikan saya suka sama materi bapak pada bagian awal materi ini, yang bilang kalau tantangan guru itu menjaga keseimbangan antara bikin aturan sama membangun hubungan baik sama siswa. Soalnya, kalau guru terlalu keras ke siswa yang salah, bukannya jadi disiplin, siswa malah bisa jadi apatis atau malah jadi waspada berlebihan. Intinya, malah menghambat perbaikan perilaku dia ke depannya.
BalasHapusMenurut saya, ide kuncinya ada di paragraf itu, yaitu kita harus fokus ke pendekatan proaktif. Jadi, bukan cuma sekadar menghukum atau 'memperbaiki' situasi yang sudah terjadi, tapi gimana caranya perilaku positif itu bisa muncul dan bertahan di masa depan. Pendekatan ini jadi penting karena dia enggak merusak mental siswa, tapi malah ngajak siswa buat sama-sama bertanggung jawab.
Dibagian materi bapak ini juga saya suka ide materi bapak tentang Membangun Kelas yang Konsisten dan Positif dan Membuat Kontrak Kelas Bersama.
BalasHapusMenurut saya, konsistensi itu pondasi yang paling penting. Kalau guru konsisten soal harapan dan konsekuensi, siswa akan merasa kelasnya aman dan mendukung. Ini otomatis bikin kepercayaan siswa ke guru itu makin tinggi.
Terus, ide tentang 'Kontrak Kelas Bersama' itu cerdas banget. Daripada guru cuma kasih daftar aturan, melibatkan siswa buat milih nilai-nilai (seperti rasa hormat atau tanggung jawab) dari awal itu bikin aturan terasa lebih relevan buat mereka. Siswa jadi merasa aturan itu 'milik kita', bukan cuma aturan dari guru. Ini bagus banget untuk memupuk rasa tanggung jawab bersama, seperti kata Cait O'Connor di materi tersebut.
Disini saya juga mau menagapi materi bapak tentang Respons Berjenjang terhadap Perilaku dan Memuji Kesuksesan dan Memberikan Contoh.
BalasHapusKadang, kita sebagai calon guru mungkin mikir, setiap kesalahan kecil harus langsung ditegur keras. Tapi, materi ini ngasih tahu kita untuk pakai Respons Berjenjang. Jadi, kalau masalahnya kecil, cukup pakai isyarat nonverbal atau pengingat singkat saja, seperti yang disarankan Grace Dearborn. Hukuman yang lebih berat itu baru dipakai kalau masalahnya sudah serius, kayak panggilan orang tua. Ini namanya enggak lebay dalam menanggapi masalah.
Terakhir, pentingnya pujian yang spesifik juga menarik. Pujian itu harus langsung dikasih ketika siswa melakukan hal baik, dan dijelaskan kenapa itu penting. Kalau kata Doug Lemov, memodelkan dan memuji perilaku positif itu membangun budaya saling menghargai di kelas.
NAMA : KORNELIA SUMIATY
BalasHapusNPM : 2386206059
KELAS : 5B PGSD
mengelola perilaku siswa itu bukan soal kasih hukuman, tapi soal bangun hubungan dan bikin aturan yang jelas sejak awal. Guru perlu melibatkan siswa dalam membuat aturan kelas, biar mereka merasa punya tanggung jawab juga.Selain itu, respon terhadap perilaku harus bertahap mulai dari isyarat kecil sampai konsekuensi yang lebih serius kalau memang perlu. Guru juga disarankan punya “skrip darurat” biar tetap tenang saat situasi sulit.
Hal penting lainnya adalah memuji perilaku positif, memberi contoh yang baik, serta mengelola transisi belajar dengan jelas. Pada akhirnya, konsistensi dan komunikasi yang baik bikin kelas lebih aman, lebih nyaman, dan lebih mudah dikelola.
Nama: Yormatiana Datu Limbong
BalasHapusKelas : 5C
Npm : 2386206082
izin menanggapi pak,materinya mudah dipahami dan sangat baik untuk kondisi kelas sekarang. Banyak guru yang mungkin masih memilih hukuman atau teguran, padahal ada cara yang lebih positif yang bisa membuat suasana belajar jadi lebih nyaman. Bagian contoh penerapannya juga membantu, jadi nggak cuma materi saja.
Nama: Yormatiana Datu Limbong
BalasHapusKelas : 5C
Npm : 2386206082
izin menanggapi pak, menurut saya cukup penting untuk guru yang sering menghadapi berbagai macam karakter siswa di kelas. Penjelasannya tentang bagaimana mengelola perilaku siswa dengan pendekatan positif menurut saya sangat luas, karena memang tidak semua masalah di kelas harus diselesaikan dengan marah atau diberi hukuman. Saya setuju dengan bagian yang mengatakan bahwa perilaku siswa biasanya punya penyebab.
Materi ini menekankan bahwa mengelola perilaku tidak harus melalui cara yang mempermalukan siswa. Pendekatan seperti kontrak kelas dan tanggapan berjenjang memberikan ruang bagi siswa untuk merasa dihargai sebagai individu. Ini penting karena siswa yang merasa aman secara emosional cenderung lebih kooperatif dan termotivasi untuk memperbaiki perilakunya.
BalasHapusMelibatkan siswa dalam membuat aturan kelas terbukti sangat efektif. Proses ini juga melatih siswa untuk berdemokrasi, berkomunikasi, dan bertanggung jawab, sekaligus memperkuat budaya positif di kelas.
Materi ini mengingatkan bahwa pujian yang jelas dan spesifik jauh lebih efektif daripada teguran yang berulang-ulang. Dengan memodelkan perilaku positif dan memberi penguatan yang tepat, guru menciptakan budaya kelas yang sehat dan mendorong perubahan perilaku secara natural, bukan karena takut pada hukuman. Pendekatan yang dipaparkan lebih bersifat pencegahan daripada sekadar memberi konsekuensi. Guru diajak memikirkan sumber masalah, seperti kebosanan atau kurangnya tantangan dalam tugas, sehingga intervensi yang diberikan lebih tepat sasaran. Ini menegaskan bahwa mengelola perilaku adalah bagian dari desain pembelajaran, bukan hanya penegakan disiplin.
BalasHapusNama: Yormatiana Datu Limbong
BalasHapusKelas : 5C
Npm : 2386206082
izin menanggapi pak, Bagian yang menjelaskan pentingnya komunikasi yang baik antara guru dan siswa juga menurut saya sangat penting, karena kadang siswa cuma ingin didengar atau dipahami. Materinya juga mengingatkan bahwa setiap anak punya kebutuhan dan cara belajar yang berbeda. Secara keseluruhan, materi ini menurut saya cukup membuka wawasan tentang bagaimana cara menangani perilaku siswa secara lebih bijak.
Nama: Maria ritna Tati
BalasHapusNPM: 2386206009
Kelas: V A PGSD
Materi ini sangat relevan karena membahas cara menghadapi perilaku siswa yang kurang baik tanpa membuat mereka merasa malu atau direndahkan.pendekatan ini penting karena siswa yang merasa dipermalukan cenderung menjadi lebih buruk perilakunya.materi ini mengajarkan bahwa guru harus bisa menyeimbangkan antara menegakkan aturan dan membangun hubungan yang positif dengan siswa.ini adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi semua siswa.materi ini mengajarkan bahwa mengelola perilaku siswa yang kurang baik tanpa mempermalukan mereka adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung.guru harus mampu menyeimbangkan antara menegakkan aturan dan membangun hubungan yang baik dengan siswa. dengan pendekatan ini, siswa akan merasa lebih aman dan dihargai, sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar dan berperilaku baik.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Materi ini menekankan pentingnya membuat kontrak kelas bersama siswa di awal tahun ajaran. dengan melibatkan siswa dalam menentukan aturan kelas, mereka akan merasa lebih memiliki dan bertanggung jawab untuk mematuhi aturan tersebut. diskusi kelompok kecil untuk mendeskripsikan perilaku yang sopan dan menghargai teman sangat membantu dalam membangun kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga perilaku yang baik di kelas.ini adalah cara yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai positif pada siswa.materi ini menekankan pentingnya melibatkan siswa dalam menentukan aturan kelas dan memberikan respons yang berjenjang terhadap perilaku yang kurang baik.dengan melibatkan siswa dalam proses pengambilan keputusan, mereka akan merasa lebih memiliki dan bertanggung jawab untuk mematuhi aturan tersebut. respons yang berjenjang membantu guru untuk merespons perilaku siswa yang kurang baik dengan cara yang adil dan proporsional.
Nama: Maria ritna Tati
BalasHapusNPM: 2386206009
Kelas: V A PGSD
Materi ini sangat membantu karena memberikan panduan tentang bagaimana merespons perilaku siswa yang kurang baik dengan cara yang konstruktif.guru harus memberikan respons yang berjenjang, mulai dari yang ringan hingga yang lebih serius, tergantung pada tingkat pelanggaran yang dilakukan siswa.yang terpenting, guru harus selalu berupaya untuk memahami penyebab perilaku siswa yang kurang baik dan mencari solusi yang membangun hubungan baik antara guru dan siswa.materi ini menegaskan bahwa memberikan contoh dan memuji perilaku siswa yang positif adalah cara yang efektif untuk memperkuat budaya saling menghargai di kelas. guru harus menjadi model perilaku yang baik bagi siswa dan memberikan umpan balik positif yang spesifik dan tepat waktu.dengan cara ini, siswa akan termotivasi untuk melakukan perilaku yang diinginkan dan menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif.
Nama: Maria ritna Tati
BalasHapusNPM: 2386206009
Kelas: V A PGSD
Materi ini juga menekankan pentingnya memberikan contoh dan memuji perilaku siswa yang positif.dengan memodelkan perilaku yang baik dan memberikan pujian yang spesifik dan tepat waktu, guru dapat memperkuat budaya saling menghargai di kelas.siswa akan termotivasi untuk melakukan perilaku yang diinginkan jika mereka melihat contoh yang baik dan mendapatkan umpan balik positif dari guru.ini adalah cara yang efektif untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif.materi ini menekankan pentingnya mengelola transisi kegiatan di kelas untuk mencegah munculnya perilaku yang kurang baik.guru harus mengantisipasi potensi gangguan dan mempersiapkan siswa dengan baik sebelum memulai kegiatan baru.dengan cara ini, guru dapat membantu siswa untuk tetap fokus dan menjaga perilaku yang baik selama kegiatan berlangsung.
Nama: Maria ritna Tati
BalasHapusNPM: 2386206009
Kelas: V A PGSD
Materi ini sangat praktis karena memberikan tips tentang bagaimana mengelola transisi kegiatan di kelas untuk mencegah munculnya perilaku yang kurang baik.guru harus mengantisipasi potensi gangguan dan mempersiapkan siswa dengan baik sebelum memulai kegiatan baru.dengan meninjau kembali aturan diskusi dan menyampaikan pendapat dengan sopan, guru dapat membantu siswa untuk tetap fokus dan menjaga perilaku yang baik selama kegiatan berlangsung. ini adalah cara yang efektif untuk menciptakan suasana belajar yang teratur dan produktif.materi ini menyimpulkan bahwa konsistensi dalam harapan dan konsekuensi membantu menciptakan lingkungan kelas yang aman dan mendukung.ketika siswa memahami apa yang diharapkan dan merasakan penghargaan atas usaha mereka, kepercayaan terhadap guru meningkat.dengan pendekatan yang membangun, guru tidak hanya menciptakan kelas yang kondusif untuk belajar tetapi juga membentuk hubungan yang lebih kuat dengan siswa mereka.