
Saat ini guru sering menghadapi tantangan dalam menjaga perilaku siswa di kelas, terutama dalam menemukan keseimbangan antara menegakkan aturan dan membangun hubungan yang positif dengan siswa. Ketika siswa merasa dipermalukan karena kesalahan mereka, hal ini dapat menyebabkan rasa apatis dan kewaspadaan yang berlebihan, yang pada akhirnya menghambat perbaikan perilaku maupun peningkatan hasil akademis. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menangani perilaku buruk dengan pendekatan proaktif yang tidak hanya memperbaiki situasi, tetapi juga mendorong perilaku positif di masa depan.
Membuat Kontrak Kelas Bersama
Daripada hanya menyusun daftar aturan kelas dan memberikan sanksi atas pelanggaran, guru dapat melibatkan siswa dalam menyusun aturan tersebut sejak awal tahun ajaran. Cait O'Connor, seorang guru di New York, menekankan pentingnya kontrak komunitas, yang memungkinkan siswa untuk menentukan sendiri harapan kelas mereka. Dengan begitu, aturan yang dihasilkan terasa lebih relevan dan dimiliki bersama.
O'Connor memulai proses ini dengan meminta siswa untuk memilih nilai-nilai penting, seperti rasa hormat, persahabatan, atau tanggung jawab. Setelah itu, siswa diajak berdiskusi dalam kelompok kecil untuk mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai tersebut terlihat dalam tindakan nyata, seperti berbicara sopan, memberi ruang bagi pendapat orang lain, atau tidak mengolok-olok teman yang melakukan kesalahan. Guru juga dapat menjelaskan bagaimana mereka sendiri akan menerapkan nilai-nilai ini, sehingga siswa tahu apa yang bisa diharapkan dari guru mereka.
Respons Berjenjang terhadap Perilaku
Dalam menangani perilaku buruk, Grace Dearborn, penulis Conscious Classroom Management, menyarankan penggunaan tanggapan berjenjang yang lebih terstruktur. Perilaku yang kurang serius dapat diatasi dengan isyarat nonverbal atau pengingat singkat, sedangkan perilaku yang lebih serius memerlukan tindakan seperti panggilan ke orang tua atau konsekuensi lain. Pendekatan ini memandang konsekuensi sebagai sarana pembelajaran, bukan hukuman semata.
Mempersiapkan Skrip Darurat
Situasi tak terduga dapat terjadi meskipun aturan kelas telah disepakati bersama. Emily Terwilliger menyarankan agar guru mempersiapkan "skrip darurat" untuk menghadapi konflik potensial sebelum terjadi. Dengan memikirkan kemungkinan skenario dan respons yang sesuai, guru dapat mengelola situasi secara lebih terkendali tanpa bereaksi secara impulsif.
Pernille Ripp juga menekankan pentingnya jeda sebelum bereaksi terhadap gangguan. Guru dianjurkan untuk merenungkan penyebab gangguan, misalnya apakah siswa bosan atau merasa kurang tertantang, dan mencari solusi yang membangun hubungan baik dengan siswa.
Memuji Kesuksesan dan Memberikan Contoh
Pemodelan perilaku yang diharapkan sangat penting untuk mendukung kontrak kelas. Doug Lemov, penulis dan mantan pendidik, menyarankan untuk menunjukkan kebiasaan positif seperti mendengarkan dengan saksama atau merespons komentar teman sekelas. Kebiasaan ini memperkuat budaya saling menghargai di kelas.
Pujian yang spesifik dan tepat waktu juga membantu memperkuat perilaku yang diinginkan. Ketika siswa melakukan sesuatu yang positif, guru sebaiknya langsung memberikan umpan balik yang jelas tentang apa yang mereka lakukan dengan baik dan mengapa hal itu penting.
Mengelola Transisi Kegiatan
Masa transisi sering menjadi momen rawan munculnya perilaku buruk. Guru dapat mengurangi gangguan ini dengan memberikan pengingat sebelum transisi dimulai. Misalnya, sebelum siswa memulai diskusi kelompok, guru dapat meninjau kembali aturan diskusi yang baik, seperti mendengarkan dengan aktif dan menyampaikan pendapat dengan sopan.
Jika transisi masih sulit meskipun telah ada penyesuaian, guru dapat mengevaluasi pendekatan mereka. Pertanyaan seperti “Apakah arahannya terlalu banyak atau terlalu sedikit?” atau “Apakah siswa cukup diberi waktu untuk beradaptasi?” dapat membantu mengidentifikasi masalah.
Memilih Momen untuk Intervensi
Ada kalanya perilaku siswa harus ditegur secara langsung. Namun, penting untuk melakukannya dengan bijak agar tidak merusak hubungan guru dan siswa. Penelitian menunjukkan bahwa terlalu sering menegur siswa atas pelanggaran kecil dapat menyebabkan mereka menjadi apatis. Oleh karena itu, fokuslah pada perilaku yang diinginkan, dan setelah koreksi diberikan, segera puji usaha siswa untuk memperbaiki diri.
Sebagai contoh, jika seorang siswa tidak siap untuk pelajaran berikutnya, guru dapat dengan singkat menjelaskan dampak dari tindakan mereka dan memberikan arahan untuk perilaku yang lebih baik di waktu mendatang.
Membangun Kelas yang Konsisten dan Positif
Konsistensi dalam harapan dan konsekuensi membantu menciptakan lingkungan kelas yang aman dan mendukung. Ketika siswa memahami apa yang diharapkan dan merasakan penghargaan atas usaha mereka, kepercayaan terhadap guru meningkat. Dengan pendekatan yang membangun, guru tidak hanya menciptakan kelas yang kondusif untuk belajar tetapi juga membentuk hubungan yang lebih kuat dengan siswa mereka.
Referensi
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206125
Setelah baca tulisan Bapak ini saya jadi semakin sadar kalau tugas guru bukan cuma menyampaikan pelajaran, memastikan anak tersebut mengerti atau tidak, mengatur kelas, tapi juga harus bisa menjaga harga diri anak. Anak-anak ga cuman belajar dari pelajaran yang mereka dapatkan di sekolah, tapi juga dari cara guru memperlakukan mereka. Kalau guru bisa tegas tapi tetap hangat, kelas bisa jadi tempat yang aman dan nyaman buat tumbuh dan belajar.
Nama: Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm: 2386206058
Kelas: VB PGSD
Izin menanggapi pak, dari materi di atas saya setuju pak dengan memberikan kontak komunitas. Karena kontrak tersebut di buat bersama bukan hanya guru tetapi siswa juga ikut terlibat dalam membuat kontrak tersebut, sehingga kontrak tersebut di hasilkan oleh kesepakatan bersama bukan hanya dari guru, walapun di buat bersama kita tetap memperhatikan kontrak mana yang sesuai dengan peraturan yang ada🙏
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
izin menanggapi betul sekali bahwa siswa itu jika mereka merasa dipermalukan karena misalnya mereka maju mengerjakan sesuatu yang disuruh guru di papan tulis tetapi jawabannya salah dan dia diketawain oleh teman atau gurunya sendiri. biasanya mereka setelah mendapatkan perlakuan seperti itu mereka jadi takut atau daun untuk melakukan hal itu kembali.
dengan metode mengajak siswa membuat kondisi tahunan kelas yang mereka inginkan saya rasa ini efektif karena mereka juga ikut serta dalam pembuatan aturan tersebut. dengan itu terasa lebih adil di mereka.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNpm : 2386206086
Kelas : 5D
Dari materi ini saya sangat setuju Pak , apalagi saat membuat kontrak kelas bersama kita dapat membuat aturan kelas dan ada sanksi nya jika melanggar aturan kelas , contohnya awal tahun pelajaran, guru dapat mengajak siswa berdiskusi dengan siswa untuk membuat aturan kelas , contoh juga seperti misalnya saat siswa sedangkan ngobrol saat guru sedang menjelaskan, biasa ada nih guru yang langsung menegur siswa itu dengan keras dan membentak , dari pada menegur dengan keras saran saya guru bisa melalui gerakan isyarat nonverbal misalnya gerakan tangan agar tenang lalu , jika prilaku siswa tetap berlanjut guru bisa mendekati meja siswa dan berbisik “ kita fokus dulu ya nanti kamu bisa cerita saat jam pelajaran selesai “ mungkin ini cara lebih efektif dari pada membentak dengan keras itu membuat siswa merasa malu di depan kelas kadang teman” nya dapat menertawakannya karena siswa itu dimarahi secara keras.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
izin bertanya pak bagaimana jika siswa sudah bersama membuat kontrak kelas yang di libatkan oleh guru lalu ada satu atau 2 anak hanya ikut ikutan dengan temannya tanpa serius dan bertanggung jawab membuat kontrak kelas tersebut. dan jika suda di lakukan pemanggilan orang tua dia tetap melanggar dan juga orang tua kurang tegas dengan anaknya, dan terkadang tidak mau anaknya di salahkan. apa yang harus kita lakukan sebagai guru jika mendapat anak yang kurang disiplin seperti itu terimakasih 🙏🏼
Nama:Elisnawatie
HapusKelas:VD pgsd
NPM:2386206069
Izin menjawab pertanyaan dari Andi nurfika
Sebagai guru, kita harus tetap tegas, konsisten, dan sabar menghadapi siswa yang kurang disiplin. Pendekatan yang edukatif, kolaboratif, dan berfokus pada pembentukan karakter jauh lebih efektif daripada sekadar hukuman. Tujuannya bukan hanya membuat siswa patuh, tetapi membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan sadar akan tindakannya.
Nama:Elisnawatie
BalasHapusNPM:2386206069
Kelas:VD PGSD
Izin menangapi pak
Saya mengerti bahwa jadi guru itu bukan hanya sekedar mengajar saja namun mengerti bahwa menjaga keseimbangan antara menegakkan disiplin dan membangun hubungan positif dengan siswa merupakan hal yang sangat penting. Pendekatan yang menghukum atau mempermalukan siswa justru dapat menimbulkan dampak negatif seperti rasa apatis dan kehilangan motivasi. Oleh karena itu, guru perlu menggunakan strategi yang proaktif dan berfokus pada pembinaan perilaku positif agar siswa dapat berkembang, baik secara akademis maupun emosional
Nama: Margaretha Elintia
BalasHapusKelas: 5C PGSD
Npm: 2386206055
izin bertanya ya pak, dalam materi di atas disebutkan pentingnya respons berjenjang, bagaimana cara guru menentukan batas yang jelas antara prilaku siswa yang hanya perlu di tegur pakai isyarat mata, dengan prilaku yang sudah harus diatasi dengan konsekuensi yang lebih serius? 🙏
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Pada materi di atas dalam pendekatan respons (Grace Dearborn, Conscious Classroom Management), dimana nguru menentukan batas antara teguran ringan dan konsekuensi serius dengan melihat tingkat gangguan dan perilaku.
Perilaku ringan yang tidak mengganggu proses belajar cukup ditanggapi dengan isyarat nonverbal seperti kontak mata atau pendekatan fisik, sedangkan perilaku yang berdampak negatif pada suasana kelas memerlukan konsekuensi yang lebih tegas, misalnya panggilan pribadi atau refleksi perilaku.
Tujuannya bukan menghukum, tetapi membimbing siswa agar memahami tanggung jawabnya secara sadar.🙏
Izin menjawab yah margaretha Elintia
HapusNama: Nur Sinta
BalasHapusNPM: 2386206033
Kelas: 5B PGSD
Izin menanggapi pak...
Saya setuju sekali bahwa dalam menghadapi perilaku siswa seorang guru harus menegakkan aturan bersama dan membangun hubungan yang positif seperti memberikan bintang kepada siswa yang patuh dan berperilaku baik selama di kelas, dengan adanya materi ini sangat menambah ilmu saya untuk bekal mengajar nanti apa lagi jika mengajar di kelas rendah 🙏🏻
Nama: Stevani
BalasHapusNPM: (2386206045)
Kelas: V C PGSD
Kesimpulannya adalah Kita bukan cuma mendidik seseorang perilakunya, tapi juga menjaga perasaannya. Sensitif Dan netral semua manusia sungguh unik, Intinya sih: tegur boleh, tapi tetap jaga harga diri anak.