Mengubah Cara Pandang Anak Terhadap Matematika

 

Menemukan Akar Kecemasan Matematika itu perlu dilakukan sejak anak-anak. Ketika anak-anak mampu memandang diri mereka sebagai ahli matematika, mereka cenderung lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan matematika yang lebih kompleks.

Menurut penelitian, perasaan negatif terhadap matematika dapat muncul sejak masa taman kanak-kanak. Ketika siswa mencapai jenjang sekolah menengah, banyak yang mulai merasa bahwa mereka “bukan orang matematika,” seperti yang dijelaskan oleh Kasi Allen dan Kemble Schnell dalam jurnal Math Teaching in Middle School.

“Saat mereka seharusnya melihat matematika sebagai alat yang kuat untuk memahami dunia, banyak siswa justru terjebak dalam pola pikir sempit, mitos yang salah tentang matematika, serta hubungan yang tidak harmonis dengan subjek ini. Hal ini memengaruhi jalur pendidikan dan karier mereka di masa depan,” tulis Allen dan Schnell.

Namun, awal masa remaja adalah waktu yang unik dalam perkembangan siswa. Di fase ini, siswa mulai membangun identitas diri, termasuk dalam bidang akademik. Dengan pendekatan pengajaran yang tepat, guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang mendukung perkembangan positif dalam matematika, saran Allen dan Schnell.

Tentunya di kelas ada ataupun bahkan banyak siswa merasa mereka tidak pandai matematika. Identitas ini berkembang di kelas dan sekolah kita. Para guru untuk mengubah agar siswa dapat mengenali kekuatan mereka dalam matematika dan mendorong rasa percaya bahwa mereka mampu.

Paige Tutt (2023) menyampaikan beberapa cara yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa membangun identitas matematika yang positif.

1. Identifikasi Kekuatan Matematika

Pernyataan seperti “Saya tidak pandai matematika” sering kali menyembunyikan makna yang lebih penting, misalnya, “Saya kesulitan menghitung keliling/luas daerah suatu objek.” Identitas matematika, menurut Aristotle meliputi seorang guru matematika, bersifat kompleks dan mencakup berbagai aspek, seperti geometri, aljabar, atau pecahan.

Guru dapat meminta siswa untuk mengidentifikasi keunggulan mereka dalam matematika, yang disebut “kekuatan matematikanya”. Misalnya, siswa yang pandai membuat grafik persamaan linear dapat menuliskannya sebagai kekuatan mereka. Daftar ini kemudian dapat dipajang di kelas, sehingga siswa merasa memiliki “pakar” yang dapat mereka jadikan rujukan.

2. Hubungkan Matematika dengan Kehidupan Sehari-hari

Sering kali, matematika dianggap sebagai serangkaian langkah yang harus dihafal dan diikuti. Untuk mengubah pandangan ini, guru memperkenalkan aplikasi matematika dalam kehidupan nyata.

Contohnya, siswa dapat mempraktikkan matematika dengan bermain peran, seperti sebagai penjual dan pembeli bersama teman-teman, lengkap dengan perhitungan harga, keuntungan, dan kembaliannya. Aktivitas ini membuat matematika terasa relevan dan menyenangkan.

3. Perjalanan Matematika Siswa

Meminta siswa menulis "ingatan" matematika, seperti “otobiografi matematika,” adalah cara efektif untuk mendorong refleksi diri. Siswa dapat berbagi bagaimana hubungan mereka dengan matematika telah berkembang, serta tantangan yang mereka hadapi.

Bisa juga membuat mathografi, di mana siswa menggambar atau membuat karya seni yang mencerminkan bagaimana mereka melihat diri mereka sebagai matematikawan. Mereka juga dapat menambahkan kekuatan, tantangan, dan tujuan mereka untuk tahun ini.

4. Petakan Emosi terhadap Matematika

Menggunakan alat seperti roda perasaan atau awan kata dapat membantu siswa mengekspresikan bagaimana mereka merasa tentang matematika. Misalnya, guru dapat meminta siswa berbagi kata-kata yang mereka asosiasikan dengan matematika, lalu mengamati polanya bersama-sama.

5. Tantang Keyakinan Siswa tentang Matematika

Beberapa siswa menganggap matematika sebagai kumpulan aturan yang tidak dapat diganggu gugat. Menurut Leatham dan Hill, keyakinan ini dapat membuat siswa merasa kewalahan. Guru dapat mengajak siswa berdiskusi tentang apa artinya menjadi “pandai matematika,” menggunakan deskripsi seperti “kreatif” atau “bermotivasi.”

6. Kembangkan Pola Pikir Positif

Menekankan pentingnya pola pikir fleksibel. Guru dapat mencontohkan optimisme dengan menggunakan kalimat seperti, “Ini tantangan yang sulit, tapi lihat apa yang bisa kita capai!”

7. Eksplorasi Perasaan Siswa terhadap Matematika

Bay-Williams menyarankan kegiatan sederhana seperti menggambar garis dengan ujung “rasa sakit” di satu sisi dan “menyenangkan” di sisi lain. Siswa menandai posisi mereka di sepanjang garis ini dan mendiskusikan alasan di balik pilihan mereka.

8. Dokumentasikan Keberhasilan Siswa

Identitas matematika yang positif dapat diperkuat dengan mencatat dan merayakan pencapaian siswa. Siswa dapat membuat “arsip keberhasilan” yang mencakup tugas yang telah diselesaikan, tantangan yang telah diatasi, dan pencapaian lainnya. Mereka dapat membuatnya sendiri dengan hanya menuliskan kata keberhasilan di atasnya, atau mempersonalisasinya dengan cara yang menggambarkan keberhasilan bagi mereka. Sesering mungkin, idealnya setiap hari, ingatkan siswa untuk menambahkan contoh pekerjaan mereka ke dalam map yang "mendukung definisi keberhasilan pribadi mereka," mulai dari tugas dan pekerjaan yang diselesaikan hingga dokumentasi saat mereka mempelajari sesuatu. Berkas tersebut dapat ditinjau secara berkala.

Referensi

Paige Tutt. 2023. Getting to the Root of Math Anxiety

22 Komentar

  1. Nama : Nabilah Aqli Rahman
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 2386206125

    Saya mau izin berbagi sedikit cerita ya pak. Walaupun matematika saya belum jago-jago banget tapi saya sudah dari semester 3 akhir kemarin mencoba jadi guru bimbel privat untuk jenjang Pra sekolah dan Sekolah Dasar pak. Mata pelajaran yang saya ajarkan juga ga cuman matematika kok.

    Banyak banget permintaan dari orang tua supaya anak mereka jadi anak yang jago matematika, yang nilai ujian matematikanya harus 100 terus. Saya jadi sadar kalau tugas saya bukan cuman ngajarin hitungan, tapi juga mengubah cara pandang mereka. Saya coba ajak mereka ngeliat matematika sebagai permainan, jangan di jadikan beban. Contohnya, belajar tambah kurang lewat cerita, main tebak angka, bahkan sambil mewarnaii.

    Kalau anak mulai merasa nyaman dan engga takut salah, mereka jadi lebih berani mencoba. Nah dari situ, pelan-pelan mereka bisa suka. Buat saya, yang penting bukan mereka langsung pintar, tapi mereka engga membenci matematika. Karena dari rasa penasaran dan percaya diri itu bisa jadi pondasi awal belajar jadi lebih mudah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama:Elisnawatie
      NPM:2386206069
      Kelas:VD

      Saya sangat setuju dengan apa yang Nabila sampaikan pak. Pendekatan seperti itu menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang makna sebenarnya dari proses belajar, terutama untuk anak-anak usia dini. Matematika memang seharusnya tidak hanya dipandang sebagai kumpulan angka dan rumus, tetapi sebagai sarana untuk melatih logika, ketelitian, dan rasa ingin tahu.

      Hapus
  2. Nama : Oktavia Ramadani
    NPM : 2386206086
    Kelas : 5D

    Memang banyak sekali siswa yang akhirnya menyerah pada matematika , karena dari kecil mereka udah merasa tidak mampu dan merasa matematika ini sangat sulit karena banyaknya angka dan rumus-rumus saja , materi ini sangat relevan sekali di kelas sering sekali banyak siswa berkata “ saya tidak bisa , matematika sulit” bahkan sebelum mencoba , memang benar menemukan akar kecemasan matematika itu sangat diperlukan sejak dini , dan banyak sekali siswa merasa tidak pandai matematika , memang banyak sekali pernyataan yang diucapkan semua orang saya tidak pandai matematika , matematika itu sulit , saya juga pernah mengalami hal itu saya bilang ke teman saya matematika tu kenapa ya susah betul kaya susah dimengerti , kaya banyak banget cara caranya itu , tapi saya mengubah cara pandang saya matematika itu dengan mengganggap matematika itu mudah asal kita mengerti rumusnya walau agak rumit sedikit , semenjak saya mengerti rumusnya saya bakalan paham dan bisa mengerjakan soal.

    BalasHapus
  3. Nama: Isdiana Susilowati Ibrahim
    Npm: 2386206058
    Kelas: VB PGSD

    Izin menanggapi pak, materi di atas dibagian cara yang di gunakan guru untuk membantu siswa. Ada poin urut ke 3 tentang perjalanan matematika. Di situ dijelaskan tentang otobiografi matematika. Saya ingin bertanya dari penjelasan di atas sayang kurang paham apakah betul dengan ada nya ini dapat mendorong refleksi siswa dan perkembanganya karena yang kita ketahui siswa itu kurang senang dalam pembelajaran yang mengarah pada perhitungan karena bagi mereka pembelajaran ini sangat sulit dan tidak mudah. 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Nur Sinta
      NPM:2386206033
      Kelas: 5B PGSD

      Izin menanggapi pertanyaan isdiana...
      Menurut saya iya benar sekali bahwa otobiografi matematika dapat mendorong refleksi siswa dan perkembangan mereka terhadap matematika melalui otobiografi matematika siswa akan menceritakan diri sendiri dalam pengalaman belajar matematika, kesulitan dan apa pun yang berhubungan dengan matematika yang mana ini juga akan membantu guru untuk memahami dan menemukan kesulitan apa yang di alami siswanya dalam belajar matematika. Dengan adanya otobiografi ini lah yang akan membantu siswa untuk menemukan kesulitan dalam belajar matematika dan mengubah cara pandang siswa tentang matematika.
      Maaf bila ada salah kata 🙏🏻

      Hapus
  4. Nama: Margaretha Elintia
    Npm: 2386206055
    Kelas: 5C PGSD

    ijin menanggapi pak, saya setuju sekali dengan ide untuk meminta anak-anak mengidentifikasi kekuatan matematika mereka sendiri, sering kali terjadi dimana anak sudah merasa gagal duluan karena merasa bahwa dirinya memiliki kekurangan, misalnya lemah di aljabar, padahal mungkin saja dia jago di geometri atau membuat grafik, dengan memberikan keyakinan pada anak-anak di kelas, kita tidak hanya membuat mereka merasa dihargai, tapi juga mengubah pandangan mereka terhadap matematika, bahwa matematika itu luas dan menyenangkan, dan setiap anak punya kelebihannya masing-masing.

    BalasHapus
  5. Nama: Margaretha Elintia
    Npm: 2386206055
    Kelas:5C PGSD

    ijin menanggapi kembali materi yang sudah bapak paparkan, saya sangat setuju dengan upaya menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, dimana dengan kita menyadari bahwa cara pengenalan matematika kepada anak itu biasanya langsung berupa angka dan rumus di buku, dan itu wajar saja kalau anak-anak merasa bosan dan cemas karena melihat angka yang banyak dan rumit, contoh yang dapat kita berikan kepada anak-anak yaitu seperti bermain peran sebagai penjual dan pembeli, itu dapat membantu anak-anak mengenal matematika secara bertahap, dengan kegiatan seperti ini membuat matematika jadi tidak membosankan tapi menyenangkan, dengan begitu anak jadi tahu kalau ternyata mereka menggunakan matematika setiap hari tanpa sadar.

    BalasHapus
  6. Nama : Andi Nurfika
    NPM : 2386206017
    Kelas : VB PGSD

    materi yang menarik pak untuk saya "menemukan akar kecemasan matematika" sebenarnya pak saya sendiri masih selalu cemas terhadap matematika dan saya juga masih termasuk salah satu orang yang beranggapan bahwa saya "bukan orang matematika" saya tidak benci sama matematika pak tapi saya selalu susah dalam pengerjaan soal dalam matematika. saya menyukai matematika saat saya tau, saya mengerti dan saya bisa mengerjakan soal matematika tanpa bantuan seseorang atau apapun itu. tapi terkadang saya jadi tidak suka saat saya tidak bisa mengerjakan nya. mungkin sejak sekolah saya belajar matematika merasa ga asik pa karna gurunya keras selalu ga asik jarang membuat pembelajaran jadi menyenangkan dan menarik. saya rasa sejak saya sekolah saat pembelajaran matematika selalu pembelajaran ny bosan karena sangat serius dan terlalu fokus pada soal soal matematika.
    tapi saya selalu berharap setelah masuk ke dunia belajar mengajar nanti saya ingin membuat matematika menjadi menyenangkan agar anak anak tidak seperti saya yang kurang suka dengan matematika karena beranggapan matematika selalu serius.

    BalasHapus
  7. Nama : Andi Nurfika
    NPM : 2386206017
    Kelas: VB PGSD

    adapun contoh cara pembelajaran matematika yang menyenangkan di jaman sekarang agar tidak membuat anak bosan
    dapat kita ketahui bahwa zaman sekarang anak anak lebih tertarik kepada gadget di banding buku buku bacaan jdi kita dapat memberikan mereka pembelajaran berbasis internet atau gadget ataupun kecanggihan pada zaman sekarang. contoh nya menggunakan aplikasi game edukasi matematika seperti kahoot, quizizz, atau Prodigy. dengan pemberian pembelajaran ini sesekali kepada siswa mereka bisa menghilangkan bosan karena pembelajaran yang sangat serius dan Mereka juga bisa merasa belajar sambil bermain game di gadget

    BalasHapus
  8. Nama: Nanda Vika Sari
    Kelas: 5B
    Npm: 2386206053

    Izin menanggapi pak, menurut saya dengan adanya strategi yang diberikan oleh guru, contohnya seperti menghubungkan matematika ke dalam kehidupan nyata maka siswa dapat menikmati proses belajar dalam melihat matematika sama dengan hal yang menyenangkan.

    BalasHapus
  9. Nama: Stevani
    NPM : (2386206045)
    Kelas : V C PGSD

    Halo semua pembaca materi dari Buyaadin! Sebelumnya materi ini sangat menarik perhatian saya karena menyoroti hal penting yang sering diabaikan, yaitu akar dari kecemasan terhadap matematika yang sudah muncul sejak kecil. Banyak siswa merasa tidak pandai matematika bukan karena mereka benar-benar tidak mampu, tapi karena sejak awal mereka tidak punya pengalaman belajar yang positif. Saya suka bagaimana penulis menekankan peran guru dalam membentuk identitas matematika siswa.
    Langkah-langkah yang dijelaskan juga sangat realistis, seperti menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, membuat mathografi, dan mencatat keberhasilan siswa. Semua itu bisa membuat siswa lebih percaya diri dan melihat matematika dari sisi yang menyenangkan, bukan menakutkan.
    Menurut saya, inti dari materi ini adalah bahwa setiap anak sebenarnya bisa sukses dalam matematika asalkan mereka didukung dengan cara yang tepat dan tidak langsung diberi label “tidak bisa”. Guru punya peran besar dalam menumbuhkan rasa percaya diri dan pola pikir positif terhadap matematika.

    BalasHapus
  10. Kali ini saya membaca materi yang isinya bisa dikatakan kebiasaan saya hehe...
    jujur saya merasa kurang dengan kemampuan matematika saya, kalo masih dasar sih oke ya bisa dibicarakan tapi kalo sudah masuk dibagian yang lebih kompleks aduh rasanya masih sulit untuk saya cerna,, semasa saya sekolah kalo ada pembelajaran matematika saya selalu duduk paling depan dengan pendirian yang teguh berbicara sama diri sendiri ayok dengarkan supaya bisa, yang saya bingung tu ketika dikelas serasa semua materi yang disampaikan guru matematika itu masuk dalam pikiran dan otak saya, tapi setelah keluar buyar juga semuanya hahaha, jadi kadang susah juga menanamkan bahwa matematika itu mudah kepada adik atau saudara yang umurnya dibawah.

    tapi seiring berjalan waktu karena kebiasaan dikasihtau suruh bertobat makin kesini makin bisa lah untuk mulai belajar , membangun pikiran bahawasanya matematika itu mudah dipahami kalo kita sering latihan, setelah baca materi diatas juga saya nanti akan mencoba menerapkan tips-tips diatas kepada adek saya dulu yang kebetulan duduk di bangku SD.
    Terimakasih Tipsnya Pak....

    BalasHapus
  11. setelah saya baca kembali saya mulai sadar lagi tentang tanggung jawab seorang guru
    sebernarnya ada hal-hal lain selain diatas mengapa siswa itu memiliki pikiran bahwa matematika itu sulit, ini berdasarkan pengelaman saya sendiri, yaitu kita memiliki guru matematika yang apa ya galak, begitu, nah dengan memiliki guru yang seperti ini siswa tu takut untuk salah dalam pembelajaran matematika , sebenarnya ada dampak positif juga dari memiliki seorang guru yang galak ini namum siswa tu tumbuh pikiran yang menakutkan dirinya sendiri sebelum masuk mapel matematika bahwa mapel ini gurunya galak jadi sangking takutnya ini siswa mau paham atau pun tidak paham tidak berani bertanya karena takut.

    nah hal ini juga yang menjadi pelajaran buat saya, kedepannya ketika saya menjadi seorang guru (amin) saya harus memberikan pembelajaran matematika yang menyenangkan ,menggembirakan dan bermakna bagi siswa saya agar mereka menyukai dan bisa matematika.

    BalasHapus
  12. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 2386206113

    Saya pikir, membangun identitas matematika yang positif ini nggak hanya bermanfaat untuk kemampuan matematika kita, tapi juga untuk kehidupan kita secara keseluruhan. Dengan memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk memahami konsep-konsep yang sulit, kita bisa menghadapi tantangan-tantangan dalam kehidupan dengan lebih percaya diri dan lebih siap.

    BalasHapus
  13. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 23862061134

    Terimakasih atas materi yang telah di sampaikan pak,
    ijin menanggapi,Tentang membangun identitas matematika yang positif, saya rasa ini penting banget karena bisa mempengaruhi bagaimana kita memandang diri kita sendiri dan kemampuan kita dalam memahami matematika. Saya ingat waktu sekolah, saya pernah merasa gak pandai matematika, dan saya selalu bilang "Aku gak bisa matematika" atau "Matematika itu sulit". Tapi, setelah saya mulai percaya diri dan berusaha, saya bisa meningkatkan kemampuan matematika. Saya mulai memahami konsep-konsep matematika dan bahkan bisa mengerjakannya meski tidak 100% bisa.
    Selain itu, lingkungan yang mendukung juga penting dalam membangun identitas matematika yang positif. Guru yang peduli dan teman-teman yang bisa membantu kita memahami konsep-konsep yang sulit bisa membuat kita merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk belajar. Orang tua juga memiliki peran penting dalam membantu anak-anak membangun identitas matematika yang positif. Mereka bisa memberikan dukungan dan motivasi kepada anak-anak untuk belajar matematika dan memahami konsep-konsep yang sulit.

    BalasHapus
  14. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 2386206113

    Ijin bertanya pak,
    Apa contoh kegiatan yang dapat dilakukan Guru untuk membantu siswa mengekspresikan perasaan mereka tentang matematik?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Rosidah
      Npm: 2386206034
      Kelas: V B (PGSD)

      Ijin menjawab pertanyaannya Aprilina Awing, berdasarkan artikel Buya Adin (2024) berjudul mengubah cara pandang anak terhadap matematika, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam membantu siswa mengekspresikan perasaan mereka terhadap matematika adalah menggunakan alat reflektif seperti roda perasaan atau awan kata melalui kegiatan ini siswa bisa mengekspresikan perasaan mereka dengan menulis atau menggambar bagaimana perasaannya terhadap pembelajaran matematika, apakah senang, cemas, binggung dll.
      Alhamdulillah penjelasan bapak diatas sudah jelas dan sangat bagus kita terapkan sebagai guru nantinya 🙏
      Semoga tanggapan saya bermanfaat ya😍

      Hapus
  15. Nama : Alya Salsabila
    Npm : 2386206062
    Kelas : V C
    Setelah saya membaca, saya sangat setuju dengan materi yang bapak sampaikan, materi ini sangat penting karena mengubah cara pandang anak terhadap matematika, tidak hanya sebagai pelajaran yang sulit atau menakutkan, tetapi sebagai sesuatu yang dapat dipahami dengan kehidupan sehari-hari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Alya Salsabila
      Npm : 2386206062
      Kelas : V C
      Izin bertanya bapak, bagaimana cara yang efektif untuk membantu anak-anak yang selama ini merasa takut atau tidak percaya diri dengan matematika agar mereka mulai melihat matematika sebagai hal yang menyenangkan dan bermakna? terimakasih

      Hapus
    2. Hallo kaa Alya saya izin menjawab pertanyaannya ya.
      ini ada bebrapa tips dari saya mengenai cara yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut ialah
      1. Ubah cara belajar yang monoton menjadi menyenangkan, dengan cara mengajari matematika kepada anak dengan memanfaatkan permainan atau cerita seru
      2. Kaitkan matematika dengan kegiatan anak sehari-hari, misalnya anak akan memakan kue bolu dan kita akan memotong kue bolu itu, nah dari kegiatan itu bisa tu kita kaitkaan, misalnya 1 kue bolu itu kita bagi 8 nah anak punya teman sebanyak 5 orang nah kaitkan deh adek punya kue 8 lalu adek kasih teman adek 5 sisa potongan kue bolu adek berapa? pasti senang anak ketika kita ajarkan matematika dengan cara ini
      3. Jangan terlalu memaksa anak untuk langsung bisa ketika kita ajari karena semua butuh proses
      4. ubah pembelaran yang biasa menggunakan metode belajar yang seru
      5. perkenalkan kepada anak bahwa matematika itu asik karena berguna untuk kehidupan sehari-hari, nah dengan cara ajak anak keluar lalu misalnya dalam perjalanan membantu anak menghitung kendaraan
      6. berikan anak reward ketika mereka bisa menjawab dengan baik soal yang kita berikan, ini dapat membangkitkan semangat yang lebih menyala untuk mempelajari matematika

      itu dia tips dari saya semoga bermanfaat ka...

      Hapus
  16. Nama: Rosidah
    Npm: 2386206034
    Kelas: V B (PGSD)

    Terima kasih atas materi Bapak di atas. Saya jadi teringat pengalaman pribadi saya dengan matematika. Sejak SD sampai SMP saya sangat menyukai pelajaran ini, bahkan sempat berpikir ingin melanjutkan kuliah di jurusan matematika. Namun saat SMA, pandangan saya mulai berubah. Saya pindah ke sekolah di luar daerah dengan lingkungan dan guru yang baru. Cara mengajar guru saya waktu itu sulit saya pahami, bahkan sering disampaikan dengan nada marah. Saya jadi merasa tertinggal dan mulai tidak menyukai matematika.

    Tapi ketika kuliah, saya kembali menemukan rasa ketertarikan terhadap matematika karena bapak menjelaskan dengan cara yang mudah dipahami dan menyenangkan sampe detail dengan cerita nya, walaupun semester awal bertemu dengan bapak menegangkan hehe, Dari situ saya sadar, ternyata cara guru mengajar dan suasana belajar sangat berpengaruh terhadap bagaimana siswa memandang matematika. Pengalaman ini membuat saya setuju dengan materi di atas bahwa membangun identitas matematika yang positif sangat penting bagi setiap siswa.

    BalasHapus
  17. Nama : Juliana Dai
    NPM : 2386206029
    Kelas: V B (PGSD)

    Terima kasih atas materi bapa tentang Mengubah Cara Pandang Anak Terhadap Matematika. Materi ini luar biasa pak, karena mengajarkkan guru untuk memperbaiki hubungan emosi siswa dngan matematika,bukan hanya kemampuan hitung mereka. intinya, kalau anak merasa "Aku jaggi matematika" atau setidaknya "aku bisa, ini seru" makah kecemasan pada anak akan hlang. Cara-cara yan di sarankan sangat praktis, seperti meminta anak menemuan kehebatan unik mereka dalam matematika, mencatat setiap keberhasilan kecil, menunjukan bahwa matematika itu berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan bukan hanya sekedar rumus hafalan.

    Dari pengalaman pribadi saya, sejujurnya saya sangat suka matematia, dari kecil saya lebih dulu mengenal angkah baru kemudian huruf. Dari usia saya 3 tahun saya mulai mengenal angkah 1-10 dengan cara mengubah angkah menjadi sebuah benda atau hewan seperti 1=pensil, 2=bebek dst. Sejak TK saya sudah mulai belajar penjumlahan dan pengurangan, cara yang saya guunakan untuk menghitung penjumlahan dan pennguranga itu dengan perumpamaan buah, seperti 2+2=... (saya punya 2 buah mangga, kemudian di kasih lagi sama mama 2 buah mangga, berapa jumlah mangga saya sekaran), 5-3=...(saya punya 5 buah mangga, kemudian di kasih ke adik 3 mangga, berapa sisa mangga saya sekarag). Saat di SD saya mulai belajar perklian dan pembagian, disini saya masih dengan teknik buah mangga yang dijumlahkan terus menerus dan di bagi-bagi, saat mulai masuk ke materi bangun datar dan bangun ruang saya mulai pusing, tapi guru saya berusaha menjelaskan dengan cara yang mudah di pahami jadi saya masih enjoy dengan matematika. Tapi saat saya masuk SMP kelas 1 sekolah saya kekurangan guru, sehingga guru yang mengajar matematika dikelas saya adalah bukan guru matematika tetap staf sekolah,karna belliau bukan guru matematika jai beliau kurang memahami materi sehingga penjelasannya kurang saya pahami, disini saya mulai tidak suka matematika. Saat masuk kelas 2 SMP sekolah saya sudah mendapatkan guru matematika sehingga dari sini saya mulai suka lagi dengan matematika sampai saya tamat SMP. Saat masuk SMA saya mulai tidak senang lagi dengan matematika karna pembelajaran online (Covid), sehingga gurunya hanya memberikan catatan tanpa ada penjelaan yang buat saya tidak pahan dan tidak suka, tetapi setelah mulai masuk sekolah normal saya mulai suka lagi dengan matematika karna bisa di jelaskan langsung oleh gurunya, dan saat di perkuliahan juga masih senang dengan matematika karna penjelasan dari bapak yang sangat mudah dipahami.

    Dari pengalaman pribadi saya, dapat disiulan bahwa kualitas guru dalam mengubah cara pandang anak terhadap matematika bukan hanya skedar faktor pelengkap melainkan sebaga fondasi utama dari identitas matematika seorang siswa.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak