Bagi seorang pendidik ataupun calon pendidik, Siapa yang tidak tahu dengan taksonomi Bloom yang diperkenalkan Benjamin S. Bloom (pada tahun 1956) dalam dunia pendidikan? Pasti sudah mengetahuinya. Kemudian taksonomi Bloom di revisi oleh muridnya Lorin Anderson menjadi taksonomi Bloom Revisi Anderson pada tahun 2001. Taksonomi dalam pendidikan adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengorganisasi tujuan pembelajaran, keterampilan, atau hasil belajar ke dalam kategori yang sistematis dan hierarkis. Taksonomi ini membantu pendidik dalam merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pembelajaran secara terstruktur.
Taksonomi Bloom (1956)
Taksonomi Bloom membagi tujuan pembelajaran menjadi tiga domain utama:
- Kognitif (berkaitan dengan pengetahuan dan pemikiran),
- Afektif (berkaitan dengan sikap dan nilai), dan
- Psikomotorik (berkaitan dengan keterampilan fisik).
Fokus utama dari Taksonomi Bloom adalah domain kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan berpikir yang disusun secara hierarkis:
- Pengetahuan (Knowledge): Mengingat fakta-fakta atau informasi dasar.Contoh: Menyebutkan definisi dari suatu konsep.
- Pemahaman (Comprehension): Menjelaskan makna atau menginterpretasikan informasi.Contoh: Menjelaskan hubungan antara dua konsep.
- Penerapan (Application): Menggunakan informasi dalam situasi baru atau nyata.Contoh: Menerapkan rumus matematika dalam soal cerita.
- Analisis (Analysis): Memecah informasi menjadi bagian-bagian dan memahami hubungannya.Contoh: Mengidentifikasi penyebab masalah berdasarkan data.
- Sintesis (Synthesis): Menggabungkan informasi untuk menciptakan sesuatu yang baru.Contoh: Menulis esai berdasarkan data yang tersedia.
- Evaluasi (Evaluation): Membuat keputusan berdasarkan kriteria atau standar tertentu.Contoh: Mengevaluasi efektivitas suatu model pembelajaran
Revisi Taksonomi Bloom oleh Lorin Anderson (2001)
Lorin Anderson, seorang murid Bloom, bersama koleganya merevisi taksonomi ini untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pendidikan dan kebutuhan pembelajaran abad ke-21. Perubahan utamanya meliputi:
Perubahan Kata Kerja Aktif (Action Words)
- Kata-kata dalam tingkatan taksonomi diubah dari bentuk kata benda menjadi kata kerja aktif untuk lebih mencerminkan proses berpikir.
- Contoh: "Pengetahuan" menjadi "Mengingat," "Pemahaman" menjadi "Memahami."
Reorganisasi Hierarki
- Urutan tingkat berpikir diubah, terutama Evaluasi dan Sintesis (yang diubah menjadi "Menciptakan") bertukar tempat.
- Tingkatan baru adalah sebagai berikut:
- Mengingat (Remembering): Mengingat informasi dasar.Contoh: Menyebutkan tanggal penting dalam sejarah.
- Memahami (Understanding): Menjelaskan ide atau konsep.Contoh: Menafsirkan grafik.
- Menerapkan (Applying): Menggunakan informasi dalam situasi nyata.Contoh: Menggunakan konsep fisika dalam eksperimen.
- Menganalisis (Analyzing): Memisahkan informasi menjadi bagian-bagian kecil untuk memahami struktur atau pola.Contoh: Mengidentifikasi tema utama dari suatu teks.
- Mengevaluasi (Evaluating): Membuat keputusan berdasarkan bukti atau kriteria.Contoh: Menilai kualitas argumen dalam debat.
- Menciptakan (Creating): Menggabungkan ide untuk menghasilkan sesuatu yang baru.Contoh: Merancang model pembelajaran interaktif.
- Dimensi PengetahuanAnderson juga menambahkan dimensi pengetahuan untuk melengkapi tingkatan kognitif:
- Pengetahuan Faktual: Informasi dasar seperti istilah, definisi.
- Pengetahuan Konseptual: Hubungan antar konsep atau kategori.
- Pengetahuan Prosedural: Cara melakukan sesuatu atau langkah-langkah tertentu.
- Pengetahuan Metakognitif: Kesadaran dan pengaturan proses berpikir sendiri.
1. Tingkat Rendah dan Tingkat Tinggi dalam Taksonomi
Ada anggapan bahwa dua atau tiga tingkat pertama dalam taksonomi melibatkan pemikiran tingkat rendah, sedangkan tiga atau empat tingkat berikutnya mencakup pemikiran tingkat tinggi. Ini tidak sepenuhnya benar.
Tingkat pertama, yaitu "Pengetahuan," memang dianggap sebagai tingkat rendah karena hanya melibatkan kemampuan mengingat informasi. Namun, tingkat kedua, "Pemahaman," sebenarnya membutuhkan proses berpikir yang lebih kompleks. Misalnya, ketika siswa diminta memahami dan menafsirkan ide utama dalam sebuah teks, mereka harus:
- Menemukan gagasan utama dari komunikasi tertentu.
- Menyusun hubungan antaride dalam teks.
- Melampaui sekadar mengulangi bagian-bagian teks untuk memahami makna yang lebih mendalam.
Kemampuan ini membutuhkan penalaran hati-hati, analisis, dan keterampilan interpretasi, yang semuanya adalah bagian dari pemikiran tingkat tinggi.
2. "Applying" Bukan Sekadar Mengikuti Instruksi
Kesalahan lain adalah anggapan bahwa "applying" hanya berarti pembelajaran langsung. Padahal, aplikasi lebih berkaitan dengan penerapan pengetahuan dalam situasi baru tanpa harus diarahkan.
Sebagai contoh, memahami teorema pythagoras tidak hanya berarti dapat mengulang teorema atau rumus perhitungannya, tetapi mampu menggunakannya untuk memecahkan masalah baru. Penerapan memerlukan pemahaman mendalam yang memungkinkan siswa mengidentifikasi prinsip yang relevan dan menggunakannya secara mandiri.
Dalam konteks pembelajaran, ini sering disebut transfer. Transfer adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam situasi yang berbeda dari konteks belajar awalnya. Oleh karena itu, tujuan utama pembelajaran adalah mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan baru dengan kemampuan berpikir yang fleksibel.
3. Kata Kerja dalam Taksonomi Tidak Sama
Ada anggapan bahwa semua kata kerja yang tercantum pada setiap tingkat taksonomi memiliki makna yang serupa. Ini juga tidak benar.
Misalnya, dalam kategori "Pemahaman," terdapat sublevel seperti:
- Penerjemahan: Mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk lain (misalnya, menjelaskan teks dalam kata-kata sendiri).
- Penafsiran: Memahami makna mendalam dari informasi (misalnya, menemukan gagasan utama dalam teks).
- Ekstrapolasi: Membuat kesimpulan atau prediksi berdasarkan informasi yang diberikan.
Setiap sublevel memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, dengan "Ekstrapolasi" biasanya membutuhkan kemampuan kognitif yang lebih tinggi.
4. Taksonomi Tidak Hanya Soal "Memahami"
Beberapa orang mengira taksonomi tidak mendukung tujuan "pemahaman" dalam pembelajaran. Padahal, taksonomi justru membantu mendefinisikan berbagai tingkat pemahaman dengan lebih jelas.
Misalnya, seorang guru dapat menggunakan taksonomi untuk menentukan apakah siswa hanya memahami suatu konsep secara dangkal (seperti menerjemahkan) atau memahami lebih dalam (seperti menafsirkan dan menyimpulkan). Dengan demikian, taksonomi memberikan panduan yang lebih terarah dalam mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
5. Taksonomi Bukan Sistem yang Sempurna
Bahkan pencipta taksonomi, Benjamin Bloom, mengakui bahwa sistem ini tidak sepenuhnya sempurna. Ia menyadari bahwa perilaku sederhana dapat digabungkan menjadi perilaku yang lebih kompleks, tetapi bukti untuk mendukung hierarki ini tidak selalu kuat.
Bloom juga mengakui keterbatasan teorinya karena tidak ada satu teori pembelajaran yang dapat menjelaskan semua fenomena pendidikan. Oleh karena itu, muncul versi revisi seperti Taksonomi Anderson dan teori lain seperti Kedalaman Pengetahuan Webb untuk melengkapi kerangka awal ini.
Mengapa Pemahaman Taksonomi Itu Penting?
Salah satu kelemahan dalam penerapan taksonomi adalah penggunaan kata kerja yang sering tidak konsisten atau sembarangan, seperti dalam dokumen Standar Inti Umum. Ketidakjelasan ini membuat pendidik sulit menentukan tingkat ketelitian dalam pembelajaran dan penilaian.
Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi guru untuk memahami taksonomi dengan baik dan menerapkannya secara tepat. Dengan begitu, pembelajaran tidak hanya menjadi lebih terarah, tetapi juga mampu menghasilkan siswa yang siap menghadapi tantangan dunia nyata.
Referensi
Grant Wiggins. 2024. 5 Common Misconceptions About Bloom’s Taxonomy

Nama : Putri Anggraeni
BalasHapusNPM : 2386206022
Kelas : VB (PGSD)
izin menanggapi tentang materi taksonomi di atas pak. Dalam materi taksonomi, sangat penting bagi calon pengajar untuk dapat menguasai konsep dan pemahaman mengenai materi apa yang akan disampaikan oleh mereka. sehingga materi pembelajaran dapat tersampaikan secara efisien tersistematis dan dapat dengan mudah dipahami oleh para siswa yang diharapkan mampu untuk menerapkan seluruh poin yang telah disiapkan.
Nama:Elisnawatie
BalasHapusNPM:2386206069
Kelas:VD
izin memberi tanggapan pak,menurut saya taksonomi bukan hanya sekedar alat klasifikasi aja pak tetapi juga panduan yang membantu guru membedakan pemahaman dangkal dengan pemahaman mendalam .hal ini sangat penting agar proses belajar tidak berhenti pada hafalan saja pak melainkan berkembang ke arah berpikir kritis dan refleksi🙏🏻
Nama : Desy Olivia Sapitri
HapusKelas / Npm : 5D / 2386206087
saya setuju dengan pendapat elis bahwa taksonomi bukan sekedar alat klasifiasi tetapi, bisa juga menjadi arahan guru untuk merancang pembelajaran efektif dan juga taksonomi meningkatkan kualitas pembelajaran siswa di kelas.
Nama:Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Hallo Elisnawatie izin menanggapi dari pendapatmu, jadi saya setuju banget, dengan taksonomi, guru bisa lebih jelas nentuin apa yang cuma harus diingat siswa, dan mana yang harus mereka pahami lebih dalam sampai bisa analisis atau bikin kesimpulan sendiri. Jadi pembelajaran nggak cuma hafalan fakta, tapi ngajarin siswa berpikir kritis dan reflektif, yang nantinya bakal berguna buat mereka di kehidupan nyata juga
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206125
Betul Pak, Taksonomi Bloom ini sudah pasti tidak asing di telinga seorang pendidik dan juga calon pendidik. Kami saja di awal semester 5 ini sudah lebih dari satu dosen yang membahasnya. Termasuk Bapak. Kalau menurut saya Taksonomi Bloom ini lebih ke seperti alat bantu untuk merancang pembelajaran secara bertahap. Di mulai dari yang paling mudah (mengingat), sampai yang paling tinggi (mencipta). Dengan memahami ini, pendidik dan calon pendidik bisa membuat tujuan belajar yang jelas, menyusun soal yang bervariasi. Jadi, sangat penting bagi seorang pendidik dan juga calon pendidik untuk mengenal dan menggunakannya dalam merancang pembelajaran
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
HapusHalo Nabilah, perkenalkan saya Fauzan Nashrullah Fajar NPM.2386206021 dari kelas 5B PGSD.
Saya sangat setuju dengan pendapatmu soal Taksonomi Bloom sebagai alat bantu merancang pembelajaran bertahap, Nabilah.
Pemahaman soal hirarki dari mengingat sampai menciptakan itu krusial. Soalnya, seringkali kita cuma fokus di level paling bawah (mengingat) saat bikin soal atau tujuan, padahal kita harusnya dorong terus sampai ke level tertinggi.
Tambahan sedikit nih: saya rasa yang paling penting dari Taksonomi Bloom revisi itu adalah mengubah fokusnya. Kita nggak cuma mengingat ilmu, tapi Menciptakannya. Ini yang bikin rancangan pembelajaran kita jadi relevan sama tuntutan kurikulum, di mana siswa harus bisa jadi inovator, bukan cuma penghafal. Makasih ya atas pencerahannya, Nabilah!
Nama: Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm: 2386206058
Kelas: VB PGSD
Izin menanggapi pak, dengan materi yang bapak berikan terkait taksonomi bloom ini sangat penting bagi pendidik maupun calon pendidik karena ini membantu pendidik ataupun calon pendidik dalam merancang pembelajaran agar lebih berstruktur. Sebagai calon pendidik ini sangat penting baginya untuk memahami lebih mendalam. Karena dalam taksonomi bloom ini memiliki tingkatan penting yaitu dari C1 sampai C6, jadi sebagai pendidik ataupun calon pendidik harus betul- betul dalam memahami nya karena apabila tingkatkan tersebut sudah diterapkan ke siswa, siswa dapat memahami dengan baik dan dapat tersampaikan 🙏.
Nama : Erlynda Yuna Nurviah
HapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206035
Hai isdii setelah membaca komentarmu saya sependapat, kalau taksonomi bloom ini sangat penting untuk membantu pendidik udalam menyusun pembelajaran yang jelas tahapanya dan struktur.Kalau diperhatikan C1 sampai C6 itu adalah urutan kemampuan berpikir dari yang paling dasar sampai yang paling tinggi, sehingga guru bisa mengetahui siswa sedang berada di tahap mana dan apa yang harus ditingkatkan. Saya izin menambahkan yaa terkait penjelasaan dari C1-C6.
C1 (Mengingat): Siswa mampu mengenali atau menyebut kembali fakta dasar, misalnya mengingat definisi atau istilah.
C2 (Memahami): Siswa bisa menjelaskan dengan kata-kata sendiri, merangkum, atau memberi contoh sederhana.
C3 (Menerapkan): Siswa dapat menggunakan konsep dalam situasi baru, seperti mengerjakan soal berdasarkan aturan yang telah dipelajari.
C4 (Menganalisis): Siswa mampu membedakan, mengelompokkan, atau menemukan hubungan antar konsep.
C5 (Menigevaluasii): Siswa bisa memberikan alasan, pendapat, atau menilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.
C6 (Mencipta): Tingkatan tertinggi; siswa mampu menghasilkan ide baru, membuat solusi, atau merancang sesuatu.
Dengan memahami C1–C6, pendidik bisa merancang aktivitas yang tidak hanya berhenti pada kemampuan dasar, tetapi membantu siswa naik ke kemampuan berpikir tingkat tinggi. Saya setuju bahwa pemahaman yang baik tentang tingkatan ini akan membuat pembelajaran lebih terarah dan bermakna.
taksonomi bloom revisi Anderson ini sangat berguna dalam pendidikan terlebih lagi pada guru di Indonesia karena taksonomi bloom ini membantu guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, mengembangkan pemikiran kritis, lebih meningkatkan pengetahuan siswa, meningkatkan kualitas penilaian agar penilaian tidak sekedar dilihat saja namun ada aspek-aspek nya dan kriteria nya, dan meningkatkan profesionalisme guru dalam melakukan ajar mengajar. dengan memahami dan juga mengaplikasikan taksonomi bloom ini guru akan lebih efektif membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia ini
BalasHapusizin menambah kan identitas saya yang tertinggal pak
HapusNama : Andi Nurfika
NPM : 2386106017
Kelas : VB PGSD
NAMA: SYAHRUL
BalasHapusNPM:2386206092
KELAS:5D
setelah saya membaca pembahasan di atas,yg bisa saya pahami adalah bahwa taksonomi bloom punya fokus utama yaitu domain kognitif.
kognitif tersebut di susun dari yang paling dasar sampai yg paling tinggi.
ada 6 tingkatan seperti
Pengetahuan: Cuma mengingat
Pemahaman: Mengerti apa artinya
Penerapan: Menggunakan pengetahuan itu di dunia nyata
Analisis: Memecah informasi untuk melihat hubungannya
Sintesis: Menciptakan sesuatu yang baru dari bagian-bagian
Evaluasi: Membuat keputusan atau penilaian
NAMA: SYAHRUL
BalasHapusNPM:238626092
KELAS:5D
dapat saya simpulkan mengapa taksonomi bloom itu penting
karena kalau guru dan pembuat kurikulum nggak benar-benar paham arti dari setiap tingkat Taksonomi Bloom misalnya bedanya memahami dengan menganalisis maka tujuan pembelajaran jadi nggak jelas atau nggak konsisten.dan juga gurunya pasti bingung harus ngajarin materi nya sampai mana dan akan susah memberi soal ujian harus yg bagaimana
Nama : Oktavia Ramdani
BalasHapusNPM : 2386206086
Kelas : 5D
Materi ini sangat relevan bagi calon guru dan guru , karena menurut saya di kurikulum saat ini , sangat menekankan gimana kita cara berpikir kritis,kreatif, kolaboratif, dan komunikatif, yang sesuai dengan tingkatan taksonomi bloom , dan taksonomi bloom ini dominan ke arah kognitif (pengetahuan,pemahaman,penerapan, analisis,sintesis , dan juga evaluasi) , ternyata taksonomi ini juga memiliki kelemahan , nah kelemahannya itu penggunaan kata kerja yang sering tidak konsisten atau sembarangan .
NAMA: DIAS PINASIH
BalasHapusNPM : 2386206057
KELAS : 5B PGSD
terimakasih banyak pak, atas penjelasannya .Dari yang saya pahami taksonomi bloom revisi Anderson ini mejelaskan tentang enam tahapan kemampuan berpikir, mulai dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi sampai mencipta . menurut saya konsep ini bagus banget pak buat diterapkan dalam proses belajar, karena bisa bantu siswa atau mahasiswa berpikir lebih kritis dan kreatif ngak cuman fokus pada hapalan saja pak.
Kalau boleh syaa kasih saran sedikit pak , mungkin kedepannya bisa ditambahkan contoh penerapan nyata dikelas biar kami paham lebih gampang menghubungkan teori dengan praktik.selain itu tampilan nya ubah menarik,cuman mungkin bisa di lebihh ringkas saja pak sekian terimakasih pak.
Nama : Putri Lestari Pinang
BalasHapusNPM : 2386206081
Kelas : 5D PGSD
Mengapa Taksonomi bloom banyak direvisi oleh para ahli padahal teori taksonomi bloom menurut saya sudah cukup akurat. mungkin menurut Anderson 2001 dan Grant Wiggins 2024 belum sempurna, tetapi bagus juga bila banyak pendapat dari para ahli sehingga wawasan lebih luas.
Nama: Rosidah
HapusNomor: 2386206034
Kelas: V B (PGSD)
Terima kasih atas pendapatnya putri, ijin menanggapi memang taksonomi bloom sudah menjadi dasar yang kuat, namun seperti yang dijelaskan di materi revisi Anderson muncul karena kebutuhan pembelajaran abad ke-21 yang menuntut proses berpikir yang lebih aktif dan fleksibel, selain itu juga ditambahkan dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif) seperti yang sudah ada di penjelasan materi. agar pembuatan tujuan pembelajaran lebih terarah dan terukur, jadi revisi bukan berarti teori sebelumnya salah, tetapi lebih kepada penyempurnaan ☺
Nama:Elisnawatie
HapusKelas:5D
NPM:2386206069
Wahh pertanyaan yang sangat bagus izin menanggapi ya putri menurut saya Taksonomi Bloom memang kuat dan akurat, tetapi dunia pendidikan terus berkembang. Revisi oleh para ahli seperti Anderson (2001) dan Wiggins (2024) bukan untuk merendahkan teori Bloom, melainkan untuk menyesuaikan konsep tersebut dengan kebutuhan pendidikan modern. Dengan begitu, guru bisa punya lebih banyak referensi, lebih fleksibel, dan tidak terjebak dalam satu cara pandang.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
HapusSalam hangat untuk Putri, Rosidah, dan Elisnawatie!
Saya Fauzan Nashrullah Fajar, NPM. 2386206021 dari Kelas 5B PGSD.
Pertanyaannya Putri sedikit...:v "mengapa teori yang sudah akurat (Bloom asli) masih direvisi lagi oleh para ahli?".
Seperti yang sudah Kak Ross dan Elisnawatie jelaskan, Bahwa... Hal ini terus-menerus di Revisi oleh Anderson dan Wiggins atau siapapun itu, bukan berarti teori yang ada sebelumnya adalah teori yang salah total, melainkan... revisi ini dilakukan untuk penyempurnaan guna menyesuaikan dengan kebutuhan pendidikan modern dan pembelajaran abad ke-21 dan seterusnya.
Nama : Aprilina awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Ijin menanggapi pak,
Saya setuju dengan Grant Wiggins yang bilang kalau taksonomi Bloom bukan cuma tentang tingkat rendah dan tingkat tinggi, tapi juga tentang gimana kita memahami dan menerapkan pengetahuan dalam situasi yang berbeda.
Materi tentang taksonomi Bloom ini menarik banget! Jadi, taksonomi Bloom itu kayak sistem klasifikasi yang bantu pendidik buat ngatur tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dengan memahami taksonomi ini, pendidik bisa merancang pembelajaran yang lebih terstruktur dan efektif.
Nama: Rosidah
HapusNpm: 2386206034
Kelas: V B (PGSD)
Terima kasih Aprilina, saya sependapat dengan kamu, penjelasan Grant Wiggins memang membantu kita melihat bahwa taksonomi bloom bukan sekedar kemampuan berpikir rendah dan tinggi, tetapi juga bagaimana pengetahuan dalam disesuaikan pada situasi yang berbeda secara fleksibel.
Selain itu materi ini juga terlihat dengan memahami setiap level secara lebih mendalam guru dapat merancang kegiatan pembelajaran lebih variatif, tidak hanya hanya pada kemampuan mengingat, tetapi juga mendorong siswa menganalisis, mengevaluasi, dan bahkan menciptakan sesuatu.
Nama: Stevani
BalasHapusNPM: (2386206045)
Kelas: V C PGSD
Well ketemu materi ini yang kita bahasa minggu lalu, setelah saya baca sendiri menurut saya, Menurut aku, penerapan Taksonomi Bloom revisi Anderson di pendidikan Indonesia itu langkah yang cukup maju. Soalnya, pendekatan ini nggak cuma ngeliat siswa dari seberapa banyak mereka bisa nginget materi, tapi juga seberapa dalam mereka bisa mikir—dari memahami, menerapkan, menganalisis, sampai ke menciptakan sesuatu yang baru. Ini penting banget, apalagi buat ngebentuk siswa yang bisa berpikir mandiri dan nggak cuma nurut sama buku teks. Apalagi dengan revisi dari Anderson, yang lebih nge-highlight proses kognitif, guru jadi punya panduan lebih jelas dalam nyusun tujuan pembelajaran dan penilaian. Tapi ya, tantangannya adalah: gimana caranya bikin semua guru benar-benar ngerti dan bisa pakai taksonomi ini secara nyata di kelas, bukan cuma sekadar teori di dokumen?
Dannn disini muncul pertanyaan di kepala sayaaa,
HapusKalau memang pendekatan ini sekuat itu, kenapa di beberapa kelas, siswa masih lebih fokus ke hafalan daripada berpikir kritis? Apakah kita udah bener-bener siap menerapkannya, atau baru di tahap tahu tapi belum benar-benar menjalankan? Gimana caranya menyesuaikan penerapan taksonomi ini di kelas dengan siswa yang kemampuan berpikirnya masih sangat beragam?
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
HapusHallo Vani!!
Saya Fauzan Nashrullah Fajar, NPM. 2386206021 dari Kelas 5B PGSD.
Sungguh pertanyaan yang sangat Horor... Jujur saja Vanii.. saya tidak berani menjawab pertanyaan mu karena pertanyaan ini seharusnya untuk semua institusi pendidikan yang sudah ahli, sedangkan saya hanya seorang mahasiswa biasa. Ehehhehe...:v
Namun saya akan tetap memberikan jawaban, menurut pendapat Saya, siswa masih fokus ke hapalan bisa jadi itu di sebabkan oleh cara gurunya mengajar. Kemungkinan gurunya belum bisa memahami maksud dari 3 poin teratas didalam Taksonomi bloom ini (yaitu analisis, evaluasi dan mencipta). Alhasil gurunya hanya mengajar kan 3 tingkatan bawah karena itu yang paling mudah untuk dipahami dan yahh.. jadilah siswa-siswi yang hanya bisa belajar dengan cara menghapalkan.
Saya juga memiliki pertanyaan di atas kepala saya... Siapakah yang sebenarnya memiliki tanggung jawab untuk memastikan semua guru SD mengimplementasikan Taksonomi Bloom ini dengan benar? Apakah itu Universitas tempat calon guru menimba ilmu, Sekolah tempat guru-guru mengabdi, atau Dinas Pendidikan yang menaungi semuanya?
Nama: Dominika Dew Daleq
HapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Halo Stevani 👋🏻 saya izin menambahkan yaa!
Jadi, Sebenarnya masalah hafalan masih dominan karena sistem ujian kita belum sepenuhnya berganti, banyak tes akhir yang masih mengukur ingatan faktual dari pada kemampuan analisis atau kreativitas, guru juga kadang terbatas waktu untuk eksplorasi mendalam karena target kurikulum yang padat.
Untuk siswa dengan kemampuan beragam, guru bisa menggunakan diferensiasi konten dan proses, misalnya saat menganalisis teks, siswa level awal diberi panduan pertanyaan terstruktur, sedangkan yang sudah mahir langsung diminta temukan pola tersembunyi tanpa arahan, penilaian juga perlu bervariasi, tidak melulu tes tulis saja.
Sekian dari saya yaa, semoga bermanfaat.
Nama : Erlynda Yuna Nurviah
BalasHapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206035
Baik pak saya izin menaggapi terkait materi tentang taksonomi bloom dalam pendidikan yang digunakan di Indonesia, dari yang saya baca dapat dismpulkan bahwa taksonomi bloom ini merupakan sistem atau rancangan yang membantu pendidik dalam merancang tujuan pembelajaran, kegiatan kelas dan evaluasi pembelajaran yang terstruktur. Taksonomi ini memiliki tujuan yang berfokus ke rahan kognnitif, afektif dan psikomotorik yang menekankan proses belajar aktif bukan pasif. Taksonomi ini penting didalam dunia pendidikan baik untuk guru maupun siswa dikarenakan agar proses belajar menjadi terarah dan memiliki tujuan yang jelas .selain itu siswa dapat memahami pembelajaran dengan bertahap melalui pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif ( mampu berpikir sendiri).
Nama : Alya Salsabila
BalasHapusNpm : 2386206062
Kelas : V C
Izin menanggapi, setelah saya membaca saya setuju dengan materi yang bapak sampaikan, bahwa taksonomi bloom revisi membantu guru melihat proses berpikir siswa dari tingkat yang paling sederhana sampai ke tingkat yang tertinggi
Nama : Alya Salsabila
HapusNpm : 2386206062
Kelas : V C
Izin bertanya ya bapak, bagaimana cara guru membantu siswa agar bisa mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran di kelas? terimakasih
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Baik Pak izin menjawab pertanyaan dari saudari Alya Salsabila, Menurut saya apa kita bisa melakukan dengan beberapa strategi yaitu dengan cara guru dapat merancang tujuan pembelajaran, guru dapat menyusun soal menggunakan kata operasional, agar siswa dapat menganalisis. Selain itu juga dapat menerapkan pembelajaran yang mendorong pengetahuan. Dengan berfokus pada strategi ini sesuai dengan tingkat kognitif, menganalisis mengevaluasi dan menciptakan. Guru dapat membimbing siswa untuk menguasai keterampilan berpikir tingkat tinggi yang siap menghadapi tantangan nyata🙏
Nama: Dominika Dew Daleq
HapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Saya mohon Izin menambahkan jawaban dari pertanyaan teman kita 🙏🏻
Menurut saya, Kunci utamanya adalah proses berpikir, guru perlu memberi pertanyaan terbuka yang memicu rasa ingin tahu mereka, contohnya, dari pada bertanya "Apa definisi fotosintesis?", lebih baik "Mengapa tumbuhan di ruang gelap bisa layu? Hubungkan dengan proses yang terjadi di daun."
Strategi lain adalah project-based learning dimana siswa diberi masalah nyata untuk diselesaikan, misalnya merancang kampanye pengurangan sampah plastik di sekolah, otomatis mereka harus analisis data, evaluasi solusi, lalu ciptakan desain kampanye, prosesnya secara natural membawa mereka ke level berpikir tinggi lagi.
Semoga membantu.
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
saya izin menjawab pertanyaan dari Alya, menurut yang saya ketahui jadi guru bisa bantu siswa berpikir tingkat tinggi dengan bikin kegiatan yang menantang dan seru di kelas. Misalnya, kasih masalah nyata yang harus mereka analisis, ajak diskusi atau debat biar mereka belajar menilai berbagai sudut pandang, atau suruh bikin proyek/karya sendiri. Selain itu, kasih pertanyaan yang bikin mereka mikir kritis, kreatif, dan reflektif. Intinya, jangan cuma fokus hafalan, tapi ajak siswa mikir, menilai, dan mencipta sendiri. Dengan begitu, kemampuan berpikir tingkat tinggi mereka bisa berkembang secara alami.
Terimakasih.
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Materi tentang taksonomi bloom ini menarik banget saya sering berpikir,bagaimana caranya kita bisa membuat pembelajaran lebih efektif dan terstruktur.Taksonomi Bloom ini seperti sistem klasifikasi yang membantu pendidik buat ngatur tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa. saya suka banget kalau taksonomi Bloom ini bisa membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Dengan memahami konsep yang dipelajari,siswa bisa menerapkan dan menganalisi informasi dalam situasi yang berbeda.
Nama : Aprilina awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Terimakasih atas materi yang telah disampaikan.
Ijin bertanya pak, Apa contoh situasi dimana kita harus menggunakan kemampuan berpikr tingkat tinggi untuk memecahkan masalah, dan bagaimana cara kita untuk mengatasinya ?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : 5B PGSD
Izin menjawab pak pertanyaan dari saudari April ina Awing, Sabagai calon guru kita menggunakan situasi kemampuan berpikir tinggi ini dimana siswa harus menganalisis, mengevaluasi, dan juga menciptakan solusi, yang bukan hanya sekedar menghafal. Contohnya, saat menyelesaikan soal cerita matematika yang berkaitan dengan pembagian yang adil, dimana siswa perlu memahami situasi, memilih cara yang tepat dan juga bagaimana cara menjelaskan alasannya. Untuk mengatasinya adalah sebagai guru kita membimbing siswa untuk mengurangi kan informasi, membandingkan beberapa kemungkinan jawabanya, dan juga menyusun solusi yang paling tepat yang dimana dapat di pertanggungjawabkan🙏🏻
Nama: Dominika Dew Daleq
HapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Halo aprilina 👋🏻 saya izin menjawab yaa!
Jadi ada beberapa Contoh konkret yang dapat kita pakai saat menghadapi berita hoaks di media sosial, kita butuh kemampuan menganalisis untuk memeriksak sumber, evaluasi kredibilitas informasi dengan bandingkan berbagai referensi, lalu buat keputusan apakah informasi itu dapat dipercaya atau tidak.
Cara mengatasinya adalah dengan melatih diri dengan bertanya kritis: Siapa yang menyebarkan? Apa motifnya? Apakah ada bukti valid? Ini cara melatih kita tidak langsung percaya informasi yang diterima. Di kelas, guru bisa simulasikan dengan memberikan siswa berbagai artikel tentang satu topik, lalu minta mereka identifikasi artikel itu dan tentukan artikel mana yang paling objektif.
Semoga membantu ya
Nama:Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Hallo April saya izin menanggapi dari pertanyaanmu, menurut pendapat saya contohnya, kalau di sekolah tiba-tiba internet mati pas mau presentasi kelompok, itu butuh berpikir tingkat tinggi.
Caranya, kita bisa cepat analisis situasi, cari solusi alternatif-misalnya presentasi pakai poster atau materi cetak-terus kerjasama sama teman buat tetap bisa menyampaikan ide. Jadi, kita nggak panik tapi bisa tetap kreatif dan fleksibel.
Pemahaman tentang Taksonomi memang penting untuk dipahami oleh seorang guru dalam menerapkan pembelajaran secara tepat dan terarah.
BalasHapusPada uraian di atas saya sangat setuju ketika Taksonomi Bloom ini direvisi oleh Lorin Anderson (2001) iya bersama koleganya merevisi Taksonomi Bloom untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pendidikan dan kebutuhan pembelajaran pada abad ke-21.
Ini merupakan poin yang memiliki arti cukup mendalam karena, pembelajaran bahkan kurikulum kita di Indonesia ini terus berganti dengan tujuan menyesuaikan perubahan zaman dan kemajuan zaman.
Jadi menurut saya langkah yang diambil oleh Lorin Anderson untuk merevisi Taksonomi Bloom ini sudah tepat, hal ini menurut saya mungkin bertujuan untuk menciptakan siswa itu lebih kritis lagi dalam berpikir, dengan hasil revisi yang telah iya berikan jadi ,siswa yang mengalami penerapan Taksonomi Bloom ini lebih siap untuk menghadapi kehidupan di abad ke-21.
Nama: Rosidah
BalasHapusNomor: 2386206034
Kelas: V B (PGSD)
Terima kasih untuk materi di atas, saya merasa penjelasan diatas mengingatkan bahwa seorang guru perlu menggunakan taksonomi bloom dan Revisinya oleh Anderson, yang seharusnya dilakukan dengan pemahaman, fleksibilitas, dan ketepatan, bukan hanya formalitas dalam penyusunan tujuan pembelajaran. Dengan begitu guru dapat merancang pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan dengan perkembangan zaman serta kebutuhan belajar siswa.
Nama: Zakky Setiawan
BalasHapusNPM: ( 2386206066 )
Kelas: 5C
Yang dilakukan Lorin Aderson terhadap taksonomi bloom itu sangat bagus, megegaskan kembali dari rancangan Benjamin S Bloom, yang dimana pemahaman saja ga cukup kalau tidak mengingat, funsi mengingat itu supaya apa yang sudah di pahami tidak lupa begitu saja.
Nama: Zakky Setiawan
HapusNPM: ( 2386206066 )
Kelas: 5C
Sedikit menambahkan, yang di lakukan Lorin Aderson sampai mengubah kata pengucapan mungkin karena perkembangan zaman yang dimana orang cukup tau dan tidak paham, maka dari itu si Lorin Aderson ini mengubah kata nya menjadi mengingat supaya pengetahuan yang di dapat bisa dipahami
Nama : Yormatiana Datu Limbong
BalasHapusNpm : 2386206082
Kelas : VC Pgsd
Izin menanggapi pak,Materi tentang Taksonomi Bloom ini sangat menarik banget. Saya jadi lebih paham kenapa sekarang guru lebih fokus ke kata kerja seperti "mengingat" dan "mencipta". Tapi saya masih agak bingung bagaimana menerapkannya kalau waktu belajar dikelas terbatas? apakah semua level dalam taksonomi itu harus di pakai setiap pelajaran atau bisa di sesuaikan dengan kondisi siswa?
Nama : Putri Lestari Pinang
HapusNPM : 2386206081
Kelas : 5D PGSD
Izin menjawab pertanyaan diatas, dalam kondisi waktu belajar yang terbatas, penting untuk memprioritaskan materi yang paling penting dan relevan dengan tujuan pembelajaran. Pastikan siswa memahami konsep dasar sebelum melanjutkan ke level yang lebih tinggi. Pilih aktivitas yang dapat mencapai beberapa tujuan pembelajaran sekaligus. terakhir guru dapat manfaatkan waktu dengan baik, misalnya dengan memberikan tugas yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Taksonomi dapat digunakan sebagai panduan untuk merancang pembelajaran yang efektif. Namun, tidak perlu menggunakan semua level dalam taksonomi setiap pelajaran. langkah awal guru kenali kemampuan dan kebutuhan siswa untuk menentukan level taksonomi yang sesuai. kemudian sesuaikan level taksonomi dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Mulai dari level yang lebih rendah dan secara bertahap meningkatkan ke level yang lebih tinggi.
Dengan begitu, guru dapat menggunakan taksonomi secara efektif dalam pembelajaran, bahkan dengan waktu yang terbatas.
Nama: Ratna Andina
HapusNPM:2386206074
Kelas: 5C PGSD
izin menanggapi ya, dari materi yang dibahas, memang gak semua tingkatan dari taksonomi bloom harus dipakai disetiap pembelajaran. disitu menjelaskan kalau taksonomi bloom itu juga harus disesuaikan dengan kondisi belajar siswa. guru bisa memilih tingkat yang paling cocok, sesuaikan dengan waktu, materi, dan kemampuan siswa. contohnya kalau waktu di kelas terbatas, guru biasanya lebih fokus ke tingkat yang paling penting dulu, misalnya memahami dan menerapkan. tingkat yang lebih tinggi kayak analisis atau mencipta bisa dipakai kalau ada sisa waktu yang cukup atau bisa juga dijadikan tugas proyek. guru tidak wajib memberikan semua tingkatan dalam satu pertemuan, yang penting pembelajaran tetap bermakna.
Nama : Desy Olivia Sapitri
HapusKelas / Npm : 5D / 2386206087
ijin menambahkan ya kak,menurut saya tidak harus semua level Taksonomi Bloom dipakai dalam satu pelajaran dan justru tidak realistis jika waktunya terbatas. Yang penting adalah konsistensi tujuan dan penyesuaian dengan kesiapan siswa. Bloom adalah kerangka berpikir, bukan daftar yang harus dipenuhi setiap kali.
Guru bisa memilih level mana yang paling relevan bila materi baru dan masih sulit, biasanya cukup sampai level mengingat, memahami dan menerapkan.
Jika materi sudah dipahami, barulah naik ke menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Nama: Dominika Dew Daleq
HapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Hai teman 👋🏻 saya izin untuk menjawab ya!
Menurut saya sendiri, tidak semua level harus dipakai disetiap pertemuan, karena taksonomi ini lebih cocok jadi peta jangka panjang, misalnya dalam satu topik besar seperti sistem pernapasan, pertemuan awal fokus ke mengingat dan memahami organ-organnya, pertemuan tengah masuk ke menerapkan dengan simulasi atau praktikum, dan pertemuan akhir baru ke level menciptakan dimana siswa desain model paru-paru sederhana.
Nah disini hal yang terpenting guru punya gambaran besar, di akhir pembelajaran, siswa sudah menyentuh level kognitif yang lebih tinggi. Jadi fleksibel sesuai kondisi, tidak kaku harus semua level dalam satu sesi.
Semoga membantu, terima kasih 🙏🏻
Tidak, semua level dalam Taksonomi Bloom tidak harus dipakai di setiap pelajaran karena guru harus menyesuaikan dan memfokuskan level Taksonomi berdasarkan tujuan utama pelajaran (misalnya, hanya fokus pada 'mengingat' dan 'menerapkan'), serta kondisi dan kemampuan siswa agar proses pembelajaran tetap terarah dan efektif meski waktu terbatas.Semoga mnjwb pertanyaan mu ya🙏
HapusTerima kasih, Bapak Penjelasan mengenai pergeseran dari kata benda (Taksonomi Bloom lama) menjadi kata kerja (revisi Anderson) sangat membantu saya memahami bahwa fokusnya sekarang adalah proses kognitif
BalasHapusNama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusNPM : 2386206048
Kelas : 5C
Izin menanggapi materi pak.
Ini bermanfaat bagi saya karna menambah pengetahuan saya tentang taksonomi bloom soalnya saya gak pernah dengar tentang masalah dan pembahasan ini. Berarti taksonomi bloom ini membantu sekali untuk memahami bahwa belajar tidak hanya soal menghafal,dan juga menjelaskan bahwa manusia mempunyai tingkat berpikir yang berbeda,dari mengingat,memahami,menerapkan,menganalisis,mengevaluasi dan mencipta. Dengan revisi Anderson,guru di ajak lebih menekankan proses berpikir siswa bukan hanya hasil akhir.Jadi siswa bisa belajar berpikir kritis dan mandiri.
Tapi juga terlintas di otak saya,bagaimana ya cara guru menerapkan Taksonomi Bloom revisi Andrerson di kelas agar siswa tidak hanya mengahafal pelajaran lewat buku,tapi juga mereka bisa berpikir kritis dan mencipta sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda?
HapusNama : Alya
HapusNpm : 2386206062
Kelas : V C
Izin menjawab pertanyaan dari Dita ya, menurut saya supaya siswa tidak hanya menghafal, guru bisa menjelaskan taksonomi bloom revisi anderson dengan cara yang dekat dengan kegiatan sehari-hari. Misalnya ya seperti, guru tidak hanya meminta siswa mengingat pelajaran dari buku, tapi juga mengajak mereka memahami maknanya lewat contoh nyata, setelah itu siswa bisa diminta untuk mencoba menerapkan pengetahuan itu dalam situasi yang sederhana, seperti tugas kecil atau permainan belajar.
guru juga bisa mengajak siswa untuk berpikir kritis dengan menanyakan perbandingan, alasan atau pendapat mereka tentang suatu hal, terus di akhir pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk menciptakan sesuatu dari apa yang mereka pelajari, seperti membuat gambar, karangan dll sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa, nah dengan cara itu siswa bisa belajar aktif, berpikir dan berkreasi tanpa merasa terbebani hafalan. Semoga jawabannya membantu ya Dita
Nama: Dominika Dew Daleq
HapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Saya izin menjawab ya 🙏🏻
Jadi, guru bisa memulai dengan ubah pola pertanyaan, dari pada "Jelaskan pengertian demokrasi", coba "Jika kamu jadi ketua kelas, bagaimana caramu menerapkan prinsip demokrasi dalam pengambilan keputusan?" Pertanyaan seperti ini dorong siswa mengaplikasikan konsep, bukan cuma hafal definisi.
Untuk akomodasi perbedaan kemampuan, gunakan tugas berjenjang dimana semua siswa kerjakan tugas dengan tujuan sama tapi kompleksitas berbeda, contohnya saat belajar ekosistem, siswa level pemula buat peta konsep rantai makanan, sedangkan yang sudah mahir analisis dampak kepunahan satu spesies terhadap ekosistem, jadi itu yang bisa dilakukan oleh guru.
Sekian dari saya terima kasih.
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
saya izin menjawab pertanyaan Dita, dari yang saya ketahui guru bisa terapkan Taksonomi Bloom revisi dengan bikin kegiatan belajar yang beragam sesuai level kognitif siswa.
Misalnya, mulai dari tanya jawab sederhana buat mengingat, lanjut ke diskusi atau studi kasus buat memahami dan menganalisis, terus kasih proyek atau tugas kreatif supaya mereka bisa mencipta sendiri. Dengan variasi kegiatan ini, tiap siswa bisa belajar sesuai kemampuan mereka, nggak cuma hafal doang tapi juga mikir kritis dan kreatif.
Nah segitu saja yang saya ketahui semoga membantu.
Nama:Bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim :2386206114
Taksonomi ini memang menjadi landasan utama bagi guru dan pendidik di indonesia,membuat indikator pencapaian,dan menyusun soal atau asasmen yang terstruktur dari tingkat kognitif rendah hingga tinggi.
Nama: Nanda Vika Sari
BalasHapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Materi ini cukup penting bagi pendidik dikarenakan membantu merancang pembelajaran yang terstruktur. Revisi Anderson memberitahukan taksonomi lebih releven dengan kebutuhan abad ke-21 melalui penggunaan kata kerja aktif dan penambahan dimensi pengetahuan. Pada taksonomi ini memungkinkan guru menilai kemampuan siswa dengan cara lebih tepat, bukan sekedar dari hafalan, tetapi juga kemampuan dalam memahami, menetapkan, menciptakan, dan lain-lain.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Hallo Nanda saya izin menanggapi ya, jadi Sanggahan utama terhadap komentar Nanda yang mengatakan Revisi Anderson secara langsung membuat pembelajaran terstruktur dan relevan dengan abad ke-21 adalah bahwa relevansi dan struktur tersebut sangat bergantung pada konsistensi implementasi guru. Materi yang Anda berikan menyoroti bahwa salah satu kelemahan terbesar Taksonomi, yang bahkan diakui oleh penciptanya dan dikritik oleh Wiggins, adalah penggunaan kata kerja yang sering tidak konsisten atau sembarangan. Jika guru tidak secara akurat membedakan kata kerja untuk Memahami (seperti menerjemahkan vs. menafsirkan) atau tidak sengaja salah menempatkan kegiatan di tingkat yang lebih rendah padahal seharusnya tinggi (misalnya, menganggap "menerapkan" hanya sebagai mengikuti instruksi), maka struktur yang dijanjikan Taksonomi akan runtuh.
Selain itu, meskipun Revisi Anderson menambahkan Dimensi Pengetahuan (Faktual, Konseptual, Prosedural, Metakognitif) yang penting, menganggap revisi ini secara otomatis membuat guru mampu menilai kemampuan siswa secara akurat melampaui hafalan adalah optimisme yang berlebihan. Materi menunjukkan adanya kesalahpahaman tentang Tingkat Rendah dan Tingkat Tinggi. Banyak pendidik keliru mengira bahwa level awal Mengingat dan Memahami adalah pemikiran tingkat rendah, padahal Pemahaman yang sebenarnya membutuhkan analisis dan penalaran yang kompleks. Jika guru gagal memahami bahwa kualitas transfer (penggunaan pengetahuan di situasi baru) adalah penentu keberhasilan Taksonomi, dan hanya berfokus pada daftar kata kerja, maka penilaian mereka akan tetap dangkal. Oleh karena itu, Taksonomi hanya efektif jika pemahaman guru terhadap konsep di baliknya mendalam dan terperinci.
Nama: Hizkia Thiofany
BalasHapusKelas: V. A
Npm: 2386206001
Terima kasih bapak atas materinya, materi sangat bagus dan penting bagi siswa untuk merancang sebuah pembelajaran lebih menarik disini siswa diajarkan untuk mengingat konteks kalimat ajakan dan perintah yang beri kan oleh guru di mana siswa menganalisis sebuah pembelajaran tersebut dan meciptakan sesuatu.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : 5A PGSD
Taksonomi sangatlah penting diterapkan untuk membantu perumusan tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur dalam kurikulum.dari yang saya baca tentang taksonomi bloom(Anderson) dalam Pendidikan di Indonesia dan penyempurnaan taksonomi yang dibuat untuk lebih menekankan proses pembelajaran yang aktif dan relevan dengan perkembangan ilmu pendidikan.taksonomi yang sudah di revisi mengubah kata benda menjadi kata kerja aktif,dan menggabungkan sehingga terciptanya sebuah ide-ide(creating).memberi panduan dalam metode pembelajaran,pengembangan evaluasi,serta pembentukan karater,nilai,dan keterampulan yang relevan.taksonomi bloom revisi anderson sangat penting dalam pendidikan di Indonesia untuk mendukung proses pembelajaran yang tidak hanya menguasai pengetahuan tetapi juga dapat mengasah keterampilan berpikir tingkat serta juga membentuk karakter peserta didik.
nama : kornelia sumiaty
BalasHapusnpm : 2386206059
kelas : 5B PGSD
Materi ini sangat mencerahkan. Selain menjelaskan evolusi penting dari Taksonomi Bloom (1956) ke Revisi Anderson (2001)—terutama perubahan dari kata benda ke kata kerja aktif dan "Menciptakan" sebagai puncak baru—poin utamanya justru ada pada koreksi kesalahpahaman umum.
Dua hal terpenting yang sering salah dipahami pendidik adalah:
"Memahami" (C2) bukanlah low-order thinking. Seperti yang dijelaskan Wiggins, kemampuan menafsirkan dan menyimpulkan ide pokok sudah membutuhkan pemikiran tingkat tinggi.
"Menerapkan" (C3) bukan sekadar mengikuti rumus atau instruksi, melainkan kemampuan transfer pengetahuan untuk memecahkan masalah di situasi yang baru dan berbeda.
Intinya, artikel ini mengingatkan kita bahwa taksonomi bukanlah sekadar daftar kata kerja operasional (KKO) untuk RPP, tetapi panduan untuk mengukur kedalaman pemikiran siswa secara tepat.
Pemahaman seorang guru mengenai Taksonomi Bloom dan menerapkan secara tepat itu sangat penting, mampu membuat pembelajaran itu terarah dan bisa mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga bisa meningkatkan kualitas pembelajaran
BalasHapusNama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Izin menambahkan tanggapan dari Lidia ya
Pemahaman yang mendalam oleh guru mengenai Taksonomi Bloom serta penerapannya secara tepat dalam proses pembelajaran merupakan faktor krusial dalam menciptakan pembelajaran yang terstruktur dan bermakna. Dengan menggunakan taksonomi ini, guru dapat merancang tujuan pembelajaran yang jelas, menentukan strategi pengajaran yang sesuai, dan melakukan penilaian yang relevan. Hal ini tidak hanya membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan, tetapi juga berperan dalam meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran secara keseluruhan.
Nama: Maya Apriyani
BalasHapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Terima kasih atas penjelasannya Pak, Taksonomi Bloom ini sangat penting untuk dipahami dan dimengerti oleh guru maupun calon pendidik yang di mana melalui Taksonomi Bloom kita mampu merancang pembelajaran, dan sebagai alat ukur kita kepada siswa dalam proses pembelajaran.
Yang di mana dalam Taksonomi Bloom itu ada mulai dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Yang di mana dalam Taksonomi Bloom ini dibedakan menjadi dua tingkat yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah dan kemampuan berpikir tingkat tinggi tinggi.
Terima kasih
Nama: Imelda Rizky Putri
BalasHapusNpm: 2386206024
Kelas:5B
Materi ini sangat penting karena memberi pendekatan pada era modern dalam merumuskan tujuan pembelajaran, tidak hanya berfokus pada kemampuan berfikir tetapi juga pada proses kognitif. Ada 6 proses kognitif:
1. Mengingat
2. Memahami
3. Menerapkan
4. Menganalisis
5. Mengevalusia
6. Menciptakan
Materi ini sangat bermanfaat bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas belajar lebih bermakna.
nama: Sitti Fatimatus Zehroh
BalasHapusnpm: 2386206020
prodi/kelas: PGSD 5A
sebelumnya izin menanggapi pak, saya sangat setuju dengan ulasan yang bapak berikan mengenai pendidik atau pun calon pendidik yang tidak asing dengan mendengar nama taksonomi bloom ini. di semester 5 ini saya baru belajar mengetahui "apa itu taksonomi bloom?", walau sistem ini dianggap kurang sempurna, tetapi taksonomi bloom ini sangat membantu guru dalam mengorganisasikan tujuan pembelajaran atau hasil belajar siswa, yang dimana disitu terbagi menjadi tiga domain utama yaitu kognitif yang berkaitan dengan pengetahuan, afektif berkaitan dengan sikap, juga psikomotorik yang berkaitan dengan keterampilan fisik.
nama: Sitti Fatimatus Zehroh
BalasHapusnpm: 2386206020
prodi/kelas: PGSD 5A
pada sistem revisi taksonomi ini, selain penting untuk pendidik dalam mengorganisasikan tujuan pembelajaran ternyata juga penting dan sangat membantu peserta didik dalam pembelajaran di kelas, karena menurut saya sistem ini proses pembelajarannya lebih jelas, bertahap, juga terarah, kemudian dapat membantu siswa lebih memahami materi lebih mendalam karena disitu dia tidak hanya di ajarkan menghafal tetapi juga memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, juga menciptakan, sebagaimana yang tercantum pada urutan tingkat berfikir dalam revisi taksonomi bloom, juga yang tidak kalah penting sistem ini sangat membantu siswa dalam menghadapi kehidupan dunia nyata.
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
BalasHapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Saya baru aja kenal yang namanya taksonomi bloom ini. Saya kenalnya itu waktu mata kuliah Bu Gamar di pertemuan awal awal pas Ibunya jelasin ranah ranah penilaian di semester ini. Dan munculah taksonomi bloom yang ternyata juga ada anakan barunya yaitu taksonomi bloom revisi anderson. Waktu saya nyimak Bu Gamar jelasin ini, saya langsung spechless pak karena guru bener bener seteliti itu loh dalam menyiapkan pembelajaran. Karena sampe ada piramid untuk acuan tujuan pembelajaran itu tu ga cuman asal ngajar.~~~
(82)
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Waktu di mata kuliah Bu Gamar juga udah dikenalin bahwa taksonomi rev anderson ini ada enam tingkatan bentuknya itu kayak piramid yang semakin tinggi semakin runcing. Waktu Bu Gamar jelasin masing masing contoh soalnya juga saya paham pak. Terus habis dari dicontohkan kita bikin contoh sendiri lagi juga masih cukup ngerti. Eh, tapi pas UTS kemarin saya ada yang kebolak balik pak ngecocokin contoh soal sama level kognitifnya. ~~~
(83)
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM:2386206085
Kelas: 5D PGSD
Padahal saya belajar kok, saya ulang ulang baca baca materi Bu Gamar dari pertemuan 1-7 yang dishare Ibu. Nah, waktu pulangnya saya ceritalah di rumah gimana UTS nya hari itu. Saya bilang Alhamdulillah lulus kak, pak, tapi ada soal yang kebolak balik tentang contoh soal sama level kognitif ini. Baru kakak saya yang juga seorang guru bilang bahwa “iya nentuinnya emang agak susah yak, karna itu subjektif tergantung pada yang ngeliatnya”. ~~~
(84)
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Baru saya bilang lagi, “pantesan waktu iyak baca soal itu sepemahaman iyak masuknya di evaluasi ternyata masuknya di soal analisis, dan soal lain lagi yang benernya itu menerapkan kok tapi iyak pahamnya itu kayak soal evaluasi, terus gimana dong kak jadinya” saya bilang gitu. Terus kakak saya bilang “yaudah itu kamu sama dosen mu harus selaras sudut pandangnya”. “ Kamu harus sering sering nanya ke beliau biar pemahaman mu tentang level level kognitif itu sama dengan beliau”, gitu katanya. Menurut saya bener sih pak dialog saya sama kakak saya waktu itu. ~~~
(85)
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Terlebih memang dari enam level kognitif itu banyak banget kata kerja yang bisa aja sebenernya nyambung ke beberapa level ga cuman satu level aja. Karena waktu saya belajar sebelum UTS tu kan pak, saya search juga kata kerja lain yang bisa nyambung sama level level kognitif itu sesuai sama levelnya. Dan saya liat banyaaaaak banget kata kerja yang sama, dan saya ngerasanya sebenernya ga harus masuk di satu level aja tapi bisa masuk ke beberapa jadi waktu itu saya bingung. Jadi emang perlu sepaham biar sepakat untuk menilai suatu level kognitfnya.~~~
(86)
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Dan kalau disambungkan yang saya alami dengan konteks yang bapak kasih tau itu bahwa tingkat rendah dan tingkar tinggi itu sebnernya ga sepenuhnya benar. Karena kalau kita lihat lebih dalam, misalkan untuk level applying yang dikategorikan tingkat rendah. Bisa aja di dalam proses menerapkan itu harus ada proses menganalisa, menilai baru bisa ia terapkan. Dan yang baru ngehnya lagi kata bapak diatas bahwa setiap level kognitif itu akan dipecah lagi menjadi pecahan pecahan level tersbut yang lebih dalam atau detail. Semoga kita semua adalah calon pendidik yang hebat dan keren ya. Belajar jadi guru ga mudah loh, harus serba bisa, serba tau, serba paham, ga cuman dari pelajarannya aja tapi dari yang kaya gini kaya gini jugaa.
(87)
Nama : Miftahul hasanah
BalasHapuskelas : 5C
NPM : 2386206040
Izin bertanya, Pak. Saya jadi agak bingung soal bagian “pemahaman sebagai proses berpikir tingkat tinggi”. Soalnya selama ini saya selalu dengar kalau memahami itu masuk kategori rendah. Nah, kalau ternyata memahami bisa punya tingkat kesulitan yang berbeda-beda, gimana cara kita sebagai calon guru nanti membedakan mana pemahaman yang masih dangkal dan mana yang sudah masuk ke tingkat tinggi? Apakah ada contoh yang sederhana biar kami nggak salah menilai saat menyusun tujuan pembelajaran?
Nama: Maya Apriyani
HapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Izin menjawab pertanyaan dari saudari Miftahul hasanah yaitu Bagaimana cara kita sebagai calon guru nanti membedakan mana pemahaman yang masih dangkal dan yang mana pemahaman sudah tinggi apakah ada contoh yang sederhana biar kami nggak salah menilai Pada saat menyusun tujuan pembelajaran?
Menurut pendapat saya kita dapat melihat bahwa pemahaman siswa itu masih dangkal ketika mereka hanya berpatokan kepada apa yang mereka hafalkan, kemudian belum bisa mendalami apa sih kaitan antara satu hal dengan yang lainnya, dan siswa hanya bisa mengulangi apa yang dikatakan oleh guru, Dan hanya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang Dasar aja belum bisa menjawab pertanyaan menjelaskan secara rinci seperti Mengapa, Bagaimana, sebab akibat.
Nah sedangkan apabila siswa ini sudah memiliki pemahaman yang mempunyai tingkat pemahaman yang tinggi siswa itu dapat mengerti mengapa sesuatu hal itu dapat terjadi, kemudian mereka dapat menjelaskan hal tersebut dengan bahasa mereka sendiri, kemudian tentunya mereka dapat mengerti Wah ternyata ini nih implementasinya di dalam kehidupan sehari-hari.
Nah menurut saya dari hal ini tentunya kita dapat melihat perbedaan yang jelas Apakah siswa ini sudah memiliki pemahaman yang cukup tinggi atau masih pada pemahaman dasar
Nama: Maya Apriyani
HapusNpm: 2386206013
kelas: V.A
Contoh pembelajaran yang saya ambil yaitu misalnya pada saat kita belajar tentang Pancasila.
Pada pemahaman tingkat rendah siswa itu diberikan soal misalnya Sebutkan lambang Pancasila, nah siswa itu hanya mengetahui lambang-lambangnya karena mereka menghafalkannya.
Tetapi pada pemahaman tingkat tinggi siswa itu bukan hanya mengetahui tapi juga memahami misalnya apa bentuk implementasi dari lambang sila Bintang, kemudian siswa diminta untuk memberikan contoh Apa sih yang termasuk dalam penerapan sila bintang ini dalam kehidupan sehari-hari.
Terima kasih
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Izin pak untuk menjawab pertanyaan dari Miftahul Hasanah. Nah, sebenarnya pemahaman itu nggak selalu rendah, karena bisa ringan atau kompleks. Cara bedainnya, lihat aktivitas siswa: kalau mereka cuma bisa menjelaskan ulang atau menirukan, itu pemahaman dangkal. Tapi kalau mereka bisa menafsirkan, menyimpulkan, atau memprediksi sesuatu dari informasi yang ada, itu pemahaman tingkat tinggi.
Contohnya sederhana: minta siswa jelasin isi teks pakai kata sendiri → dangkal; minta mereka tarik kesimpulan atau prediksi dari teks → tingkat tinggi. Jadi pas bikin tujuan pembelajaran, sesuaikan kata kerja dengan level pemahaman yang diinginkan.
jadi segitu saja yang saya ketahui semoga membantu.
Nama:Erfina Feren Heldiana
BalasHapuskelas:5c
npm:2386206065
Izin bertanya, Pak. Dari penjelasan tentang Taksonomi Bloom Revisi Anderson ini, apakah sebenarnya guru di sekolah sudah benar-benar menerapkannya sesuai tingkatannya? Soalnya di lapangan sering terasa pembelajaran masih fokus ke hafalan saja, bukan ke kemampuan menganalisis atau menciptakan. Apakah ini karena kurang pemahaman guru, atau karena sistem sekolahnya sendiri yang belum mendukung?
Nama: Maya Apriyani
HapusNpm: 2386206013
kelas: V.A
Izin menjawab pertanyaan dari Erfina Feren yaitu melalui penjelasan Taksonomi Bloom Apakah sebenarnya guru di sekolah sudah benar-benar menerapkan sesuai tingkatnya Soalnya di lapangan sering terasa pembelajaran Masih fokus kehapalan aja bukan ke kemampuan menganalisa menganalisis atau mencipta Apakah ini kurang pemahaman guru atau karena sistem sekolahnya sendiri yang belum mendukung?
Menurut pendapat saya Menurut pendapat saya Guru itu sebenarnya sudah menerapkan sesuai tingkatnya guru sudah menerapkan sesuai tingkatnya namun tidak semua guru melakukan hal tersebut.
Di sini saudari menanyakan apakah itu faktor dari kekurangan pemahaman guru atau karena sistem sekolah yang belum mendukung?
Menurut pendapat saya sesuai dengan yang terjadi di lapangan dua faktor ini mempengaruhi hal tersebut
1. karena kurangnya pemahaman guru. Yang di mana Menurut saya Guru itu terbiasa dengan metode belajar yang hanya menghafal dan ceramah saja, hal ini sudah menjadi kebiasaan mereka dan susah untuk keluar dari hal tersebut, Dan juga menurut saya mengalami kesusahan dalam merancang pembelajaran seperti ini, Dan tentunya juga menurut saya ini kurangnya pelatihan yang diberikan kepada guru-guru.2. Yang kedua itu faktor dari sistem sekolahnya yang belum mendukung.
Tentunya dalam merancang pembelajaran seperti ini tuh membutuhkan waktu yang sangat lama, dan juga pasti membutuhkan bahan-bahan pembelajaran yang cukup banyak mungkin sekolah ini tuh kekurangan dana untuk hal tersebut.
Terima kasih
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2486207025
Kelas: 5B PGSD
izin menjawab pertanyaan dari Erfina Feren Heldiana, dari pemahaman saya
Iya, bener juga, kadang di lapangan pembelajaran masih banyak fokus ke hafalan. Ini bisa karena dua hal
1. guru sendiri mungkin belum paham betul cara menerapkan tiap level taksonomi.
2. sistem sekolah kadang belum mendukung misal waktunya mepet, materi padat, atau penilaiannya masih fokus tes hafalan.
Jadi sebenarnya butuh kombinasi: guru paham strategi, dan sekolah kasih ruang buat kegiatan yang ngajarin analisis, evaluasi, dan kreasi.
Nama: Maya Apriyani
BalasHapusNpm: 2386206013
kelas: V.A
Saya izin bertanya yang di mana dalam Taksonomi Bloom revisi ini siswa itu diminta untuk mengingat memahami menerapkan menganalisis mengevaluasi dan mencipta. Tentunya di mana Di setiap kelas itu tidak semua siswa itu memiliki tingkat pemahaman yang sama, pertanyaan saya tindakan apa yang dilakukan oleh guru apabila kita melihat nih bahwa siswa kita ini tidak mampu menguasai 6 poin ini? Apakah dengan mereka mengetahui hanya salah satu poin dalam Taksonomi Bloom ini mereka sudah dinyatakan berhasil dari hal ini?
Nama : Maria Ritna Tati
HapusNPM :2386206009
Kelas : V A PGSD
Izin menjawab ya maya menurut saya tindakan yang dapat dilakukan guru untuk siswa yang tidak mampu menguasai 6 point mungkin guru bisa melakukan diferensiasi Pembelajaran guru menyesuaikan metode sesuai kebutuhan siswa kelompok cepat diberi tugas analisis,evaluasi,mencipta. kelompok berkembang diberi pendampingan pada memahami menerapkan.kemudian guru juga bisa melakukan remedial dan pengayaan
remedial untuk siswa yang belum mencapai level minimal pengayaan untuk yang sudah lebih tinggi. lalau gutu memberikan secara bertahap, memberi penopang belajar guru memberi dukungan seperti contoh, panduan langkah, pertanyaan pemicu, sebelum akhirnya di beri tugas mandiri.lalu yang dengan Penilaian Formatif guru sering mengevaluasi untuk melihat kesulitan siswa, bukan hanya penilaian akhir.serta yang dapat guru lakaukan untuk siswa yang tidak mampu menguasai 6 pain ini adalah guru membuat pembelajaran variasi metode dan Media seperti diskusi, eksperimen, simulasi, proyek, video pembelajaran sehingga membuat siswa lebih aktif dan terlibat.
tambahan lagi tadi maya juga bertanya tentang apakah dengan mereka mengetahui hanya salah satu poinnya dalam taksonomi bloom ini mereka sudah dinyatakan berhasil? izin menjawab menurut saya jawabannya Tidak karena Keberhasilan ideal dalam pembelajaran bukan hanya menguasai satu point saja, tetapi berkembang secara bertahap ke point berikutnya.namun setiap siswa memiliki kecepatan belajar yang berbeda, sehingga keberhasilan sementara dapat diakui bila siswa menguasai target minimal yang ditetapkan pada point tertentu sesuai KKM atau standar pembelajaran.Jika tujuan pembelajaran baru sampai di point Memahami, maka siswa yang sudah mampu menjelaskan kembali materi sudah dianggap berhasil.kemudian baru setelah itu dinaikkan menuju Menerapkan, Menganalisis, dan seterusnya.
HapusJadi, menguasai satu level saja belum berarti berhasil secara keseluruhan, tetapi dapat dianggap berhasil pada tahap perkembangan tertentu.
itu jawaban dari saya saudari maya.
halo maya saya Izin menjawab yaaa, jadii jawabannya tidak. didalam satu kali pembelajaran, tidak sesuai/nyata mengharap semua siswa bisa menguasai seluruh tingkat mengingat, memahami, dan menganalisis. semoga jawabannya cukup membantu yaaa😊
HapusIzin menanggapi terkait materi ini bapak, materi tersebut memberikan pandangan gambaran tentang pentingnya taksonomi dalam pendidikan. Khususnya taksonomi blom. Penjelasan ini sangat relevan bagi pendidik maupun calon pendidik karena menunjukkan perkembangan konsep pembelajaran dari masa ke masa. adapun beberapa point yaitu, mengingat kan bahwasannya taksonomi blom pondasi dalam pendidikan.
BalasHapusmateri tersebut menekankan bahwa pelajaran yang baik harus di rancang dengan tujuan yang jelas, sehingga guru tidak hanya mengajar akan tetapi juga membangun kemampuan berpikir yang lebih tinggi ke peserta didik. Materi ini sangat tepat tentang taksonomi blom dan isinya. Didalam materi ini guru diperkenalkan dengan menggunakan taksonomi supaya pembelajaran lebih terarah , sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
BalasHapusmenurut pandangan saya tentang materi ini, dimensi pengetahuan yang telah di kemukakan oleh anderson ini sebetulnya membuat taksonomi blom menjadi lebih relevan dengan kebutuhan pembelajaran saat ini. Dengan terbentuknya empat jenis pengetahuan , faktual, konseptual,prosuder, dan metakognitif, guru jadi gampang memahami bahwasannya belajar bukan hanya tentang mengingat informasi tetapi menghubungkan konsep.
BalasHapusSecara keseluruhan nya, materi ini sangat relevan untuk dipahami oleh setiap pendidik, karena sadar menyusun tujuan pembelajaran yang efektif dan memastikan bahwasannya belajar berjalan sesuai dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
BalasHapusNama : Naida Dwi Nur Herlianawati
BalasHapusKelas : 5 B
Npm : 2386206042
setuju pak, Taksonomi Bloom (dan revisinya) sangat penting karena membantu guru memastikan bahwa siswa tidak hanya menghafal, tetapi juga benar-benar memahami, menganalisis, dan mampu menggunakan (mentransfer) pengetahuan mereka untuk menciptakan hal baru atau memecahkan masalah di dunia nyata.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Izin menyangga ya Naida, jadi meskipun Taksonomi Revisi Anderson memang memberikan kerangka kerja yang jelas untuk mencapai level kognitif tinggi (Menganalisis, Mengevaluasi, Menciptakan), kenyataannya adalah implementasi di lapangan sering kali tidak konsisten. Materi yang Bapak berikan sebelumnya juga menyoroti adanya kesalahpahaman umum, misalnya anggapan bahwa beberapa tingkat pertama (Mengingat dan Memahami) hanya melibatkan pemikiran tingkat rendah, padahal Pemahaman yang mendalam saja sudah membutuhkan penalaran, analisis, dan interpretasi yang kompleks. Selain itu, masalah utama lainnya yang diakui dalam materi adalah penggunaan kata kerja operasional yang sering tidak konsisten atau serampangan oleh pendidik, yang membuat sulit untuk menentukan tingkat ketelitian yang tepat dalam penilaian dan pembelajaran.
Oleh karena itu, meskipun Taksonomi secara teoretis mendukung transfer dan penciptaan solusi masalah nyata, hal itu tidak otomatis terjadi hanya dengan menggunakannya. Kunci sebenarnya terletak pada pemahaman guru terhadap Dimensi Pengetahuan (Faktual, Konseptual, Prosedural, Metakognitif) yang ditambahkan Anderson, dan kemampuan guru untuk merancang aktivitas yang menuntut siswa benar-benar melakukan transfer (menggunakan pengetahuan di konteks baru tanpa diarahkan). Jika guru hanya berfokus pada kata kerja tanpa memperhatikan kedalaman konten dan konteks aplikasinya (misalnya, hanya meminta siswa "menerapkan" rumus yang sudah jelas), maka proses berpikir siswa akan tetap dangkal dan tujuan Taksonomi untuk menghasilkan pemikir tingkat tinggi (HOTS) pun gagal tercapai.
Nama : Jossen
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206078
Jadi menurut saya, revisi Anderson yang mengubah kategori menjadi kata kerja aktif (Remembering, Understanding, Applying, Analyzing, Evaluating, Creating) sangat membantu dalam merancang prompt dan tugas yang harus saya lakukan. Fokus pada action words ini membuat tujuan pembelajaran menjadi lebih operasional dan terukur, sejalan dengan prinsip-prinsip desain instruksional modern.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
BalasHapusHalo teman-teman, perkenalkan saya Fauzan Nashrullah Fajar dari kelas 5B PGSD dengan NPM 2386206021.
Materi tentang Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson itu penting banget buat kita, lho. Jujur deh, masih banyak kan dari teman-teman yang masih salah paham soal tingkatannya. Walaupun revisi tahun 2001 itu sudah datang buat lebih menyempurnakan nya lagi.
Seperti soal perubahan nama levelnya. Dulu kan namanya kayak Pengetahuan atau Pemahaman. Sekarang diganti jadi kata kerja, kayak Mengingat atau Memahami. Kenapa coba? Biar kita fokus ke aksi yang dilakukan murid. Ini tih sudah sangat membantu kita untuk memahami maksud sebenarnya dari tingkatannya.
Intinya tuh teman-teman, kita harus banget pakai Taksonomi Bloom versi revisi ini buat panduan kita dalam membuat soal atau menyusun kegiatan belajar. Kita juga harus benar-benar paham dan menguasai taksonomi ini. agar tujuan mengajar kita bisa nyambung sama tuntutan pendidikan.
Taksonomi bloom revisi Anderson (dkk), memang memiliki dampak yang besar bagi pendidikan di Indonesia
BalasHapusSetiap sekolah yang menerapkan taksonomi bloom revisi ini benar-benar mengajarkan kepada siswa untuk tidak hanya menelan mentah-mentah segala materi yang telah disampaikan atau segala pembelajaran yang telah disampaikan oleh para guru. Peserta didik setelah menerima pembelajaran dan memahaminya mereka akan melewati tahapan-tahapan selanjutnya, misalnya setelah memahami suatu pembelajaran peserta didik diharapkan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari ,terus setelah menerapkan peserta didik menganalisis tuh memecah kegiatan-kegiatan sehari-hari tadi menjadi bagian-bagian kecil untuk memahami tahapan-tahapan atau struktur yang ada, selain itu peserta didik bahkan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah mereka jalankan bahkan ketika kita menerapkan Taksonomi Bloom dengan didampingi oleh model pembelajaran seperti PJBL peserta didik diharapkan dapat menciptakan sesuatu, dapat membuat karya atau ciptaan dari dirinya sendiri.
Jadi saya sangat setuju sekali dengan revisi Taksonomi Bloom ini
Kalau teman-teman yang selalu setia membaca uraian pada laman buyaadin.com gimana??
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206058
Baik Pak saya izin menggapi materi ini, setelah membaca kembali. Menurut saya, pembelajaran dengan menggunakan taksonomi Bloom itu memang sangat penting untuk membentuk calon pendidik yang lebih terstruktur dalam menyampaikan materi ke siswa. Taksonomi ini membantu kita sebagai pendidik untuk bisa mengidentifikasi level pemahaman siswa dan menyesuaikan cara mengajar sesuai dengan tingkatan kemampuan mereka. Dengan memahami taksonomi Bloom, kita bisa lebih mudah menentukan metode yang tepat agar siswa tidak hanya paham, tapi juga bisa mengingat dan menerapkan materi yang sudah diajarkan. Sehingga, hasil belajar siswa menjadi lebih maksimal dan terukur🙏🏻.
Taksonomi Bloom itu emang tool wajib buat kita, para calon pendidik. Poin kamu tentang Taksonomi membantu kita mengidentifikasi level pemahaman siswa itu kunci banget.
HapusKalau kita paham, kita gak cuma bisa menyusun materi yang terstruktur (dari yang paling mudah sampai yang sulit), tapi juga bisa memilih metode mengajar yang pas biar siswa gak cuma hafal, tapi juga bisa menganalisis dan menerapkan materi itu.
Jadi, fix, Taksonomi Bloom ini jembatan buat memastikan hasil belajar siswa itu maksimal dan terukur. Keren trmksi ya utk pikirannya isdiana
Kembali membaca ulang tentang materi taksonomi bloom revisi Anderson dkk.
BalasHapusMateri ini sangat menarik untuk para calon pendidik seperti saya dalam mendalami kembali tentang taksonomi bloom ini.
Sebagai calon pendidik kita benar-benar harus menguasai taksonomi bloom ini dikarenakan taksonomi bloom ini diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Pembahasan tentang taksonomi bloom ternyata membagi tujuan pembelajaran menjadi 3 domain utama yaitu kognitif ,afektif ,dan psikomotorik, namun walaupun ada tiga tujuan pembelajaran utama dari taksonomi bloom pada laman ini menguraikan bahwa fokus utama dari taksonomi bloom adalah domain ke bagian kognitif yaitu berkaitan dengan pengetahuan dan pemikiran.
Ini valid ketika kita melihat dari 6 tingkatan yang telah disusun secara hirarkis dalam taksonomi bloom yaitu ada mengingat ,memahami ,menerapkan ,menganalisis, mengevaluasi ,dan juga mencipta.
Ketika kita melihat 6 tingkatan berpikir yang disusun secara hirarkis dalam taksonomi belum pastinya kita juga akan memahami fokus utama taksonomi bloom ini sangat besar pada bagian kognitif untuk melatih peserta didik tentang bagaimana mengetahui dan juga melatih pemikiran mereka tentang pembelajaran yang telah dilangsungkan.
Menurut saya melalui 6 tingkatan berpikir yang telah disusun dalam taksonomi bloom ini dapat membantu keefektifan sistem pembelajaran di Indonesia dengan mengorganisasi tujuan pembelajaran ,keterampilan, dan hasil belajar ke dalam kategori yang sistematis dan hierarkis.
Selain itu juga taksonomi bloom ini membantu para pendidik, guru-guru di sekolah dalam merancang ,mengimplementasikan ,dan mengevaluasi pembelajaran secara struktur ..
Nama : Reslinda
BalasHapusKelas : 5C Pgsd
Npm : 2386206067
Baik Pak, menurut saya artikel ini jelas banget menjelaskan bagaimana taksonomi Bloom versi revisi Anderson dipakai dalam pendidikan kita. Pembagian levelnya bikin kita lebih mudah memahami proses belajar siswa, mulai dari mengingat sampai mencipta. Artikel ini juga ngingetin bahwa perlu merancang pembelajaran yang nggak cuma fokus di hafalan, tapi juga mendorong siswa berpikir lebih kritis dan kreatif. Jadi, konsepnya memang penting banget buat dipahami calon pendidik seperti kita.
Pertanyaan saya, bagaimana cara guru memastikan bahwa semua level dalam Taksonomi Bloom Revisi Anderson bisa tercapai dalam satu proses pembelajaran tanpa membuat siswa kewalahan?
HapusNama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Hallo reslinda izin menjawabyh. Menurut aku, supaya semua level dalam Taksonomi Bloom Revisi Anderson bisa tercapai tanpa bikin siswa kewalahan, guru perlu nyusun proses belajarnya secara bertahap. Nggak harus semua level diselesaikan dalam satu kali pertemuan, tapi dibuat mengalir dari yang paling sederhana dulu, seperti mengingat dan memahami, lalu pelan-pelan naik ke tahap menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, sampai akhirnya mencipta. Kalau kegiatan belajarnya dirancang saling nyambung, siswa jadi nggak merasa loncat-loncat atau terbebani. Jadi menurut aku, kuncinya bukan memaksa semua level langsung tercapai sekaligus, tapi bagaimana gurunya mengatur alur pembelajaran yang progresif dan nyaman buat siswa, tapi tetap menantang.
Terimakasih😊
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Halo Resoinda izin menjawab pertanyaanmu, jika saya sebagai calon guru, lebih dahulu saya akan ngatur alurnya pelan-pelan, jadi nggak langsung loncat ke level tinggi. Mulai dari aktivitas ringan seperti mengingat dan memahami, lalu naik ke menerapkan dan menganalisis lewat tugas sederhana, baru akhirnya kasih kegiatan evaluasi atau kreasi yang sesuai kemampuan mereka.
Kuncinya harus bertahap, pilih aktivitas yang relevan, dan jangan terlalu banyak target dalam satu kali pertemuan. Dengan begitu, semua level bisa tersentuh tanpa bikin siswa kewalahan.
Nah itu saja dari tanggapan saya terimakasih.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Menurut saya, materi yang Bapak berikan tentang Taksonomi Bloom ini keren banget dan lengkap. Saya suka karena tidak hanya bahas yang versi lama (1956) tapi langsung fokus ke revisi Anderson (2001) yang memang dipakai di dunia pendidikan sekarang, termasuk di Indonesia. Poin utamanya adalah Taksonomi ini bukan sekadar urutan menghafal, tapi alat bantu buat guru biar tahu seberapa dalam siswa itu berpikir, dari yang hanya ingat-ingat fakta sampai bisa bikin sesuatu yang baru. Jadi, taksonomi ini penting banget karena membantu kita merancang pelajaran dan ujian supaya hasilnya nyambung dengan kebutuhan zaman sekarang, yang menuntut siswa harus bisa berpikir kritis, kreatif, dan jadi pemecah masalah.
Kaitan Taksonomi ini dengan pendidikan sekarang, seperti Kurikulum Merdeka, itu pas banget. Di zaman sekarang, kita kan tidak mau siswa cuma pintar di buku, tapi harus bisa survive dan beradaptasi. Tingkatan berpikir yang tinggi, seperti Menganalisis, Mengevaluasi, dan Menciptakan, itulah yang melatih keterampilan abad ke-21 yang kita butuhkan. Makanya, penting bagi guru untuk paham betul, bahwa memahami itu bukan cuma bisa mengulang kata-kata guru, tapi bisa menafsirkan dan menggunakan ilmunya di situasi baru (ini yang disebut transfer). Dengan begitu, pendidikan kita bisa benar-benar menghasilkan lulusan yang siap kerja dan siap hadapi tantangan di luar sekolah.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Satu hal lagi yang perlu digarisbawahi dari materi ini adalah pengakuan bahwa Taksonomi Bloom bukanlah sistem yang sempurna, bahkan diakui oleh penciptanya sendiri. Ini penting agar kita tidak menjadikannya kitab suci yang kaku. Daripada hanya terpaku pada hierarki tingkatan, guru harus melihatnya sebagai kerangka kerja yang fleksibel, apalagi dengan adanya dimensi pengetahuan baru (Faktual, Konseptual, Prosedural, Metakognitif). Jadi, Taksonomi ini harus digunakan untuk melengkapi teori-teori pembelajaran lain, bukan menggantikannya, sehingga kita bisa menghasilkan desain pembelajaran yang benar-benar holistik dan mampu mengembangkan kesadaran siswa akan cara mereka belajar (Metakognitif), yang merupakan kunci utama pembelajaran sepanjang hayat.
Nama: Nur Sinta
BalasHapusNPM: 2386206033
Kelas: VB PGSD
Taksonomi Bloom Anderson merupakan penyempurnaan dari taksonomi bloom sebelumnya, teksonomi revisi ini bertujuan untuk membantu guru merancang pembelajaran, mengimplementasikan dan mengevaluasi pembe;ajaran secara terstruktur. Dalam versi revisi ini kemampuan kognitif disusun dari tingkat rendah ke tinggi pembelajaran tidak hanya berhenti di mengingat dan memahami materi, tetapi mendorong siswa untuk mempu menciptakan atau menghasilkan sesuatu dari dari pengetahuan yang telah dipelajari. Dalam konteks pendidikan di Indonesia taksonomi ini sejalan dengan tuntutan pendidikan saat ini, seperti pembelajaran berbasis proyek, berpikir kritis dan komunikatif, taksonomi ini memberikan arah yang jelas bagi guru dalam merancang pembelajaran yang bertahap, sistematis dan bermutu sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai kemampuan berpikirnya.
nama : bangkit dwi prasetyo
BalasHapuskelas : 5b
npm : 2386206044
Menurut saya sih penjelasan tentang Taksonomi Bloom menarik juga, Revisi Anderson di materi ini cukup jelas dan runtut. Saya suka karena dibahas mulai dari versi lama sampai perubahan yang ada di revisi, jadi mudah memahami alasan kenapa guru sekarang lebih banyak pakai versi yang baru. Materinya juga relevan buat pendidikan saat ini, apalagi yang menekankan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Penulisannya ringan, jadi enak dibaca.
Nama: Dominika Dew Daleq
BalasHapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Materi taksonomi Bloom revisi Anderson ini menurut saya sangat relevan untuk konteks pendidikan kita pada saat ini, yang menarik adalah pergeseran dari sekadar mengingat fakta ke arah kemampuan menciptakan dan mengevaluasi ini sejalan dengan kebutuhan dunia kerja yang menuntut lulusan mampu berinovasi, bukan hanya menghafal.
Saya melihat revisi Anderson lebih aplikatif karena menggunakan kata kerja yang operasional, jadi guru bisa langsung merumuskan indikator pembelajaran dengan jelas, dimensi pengetahuan yang ditambahkan juga membantu kita memahami bahwa berpikir kritis itu bukan cuma soal level kognitif, tapi juga jenis pengetahuan yang digunakan.
Namun yang perlu digaris bawahi adalah poin dari Grant Wiggins tentang kesalahpahaman taksonomi ini, kita sering terjebak menganggap "memahami" itu level rendah, padahal menafsirkan makna mendalam juga butuh penalaran kompleks, guru perlu melek bahwa taksonomi ini fleksibel, bukan hierarki kaku yang harus diikuti secara berurutan 🙏🏻
Nama: Restu Bayu Anugrah
BalasHapusKelas: 5B
Npm: 2386206077
Taksonomi bloom ini perlu ya diterapkan oleh seorang guru karna seorang guru harus paham dan tau batas kemampuan nya dalam mengajar, jadi sebelum memulai kegiatan pembelajaran ada baiknya seorang guru merancang dan menata pembelajaran seperti apa yang cocok diajarkan kepada siswa agar dapat dengan mudah bagi siswa untuk memahami nya dan guru bisa konsisten dalam memberikan pembelajaran nya kepada siswa
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, penjelasan tentang Taksonomi Bloom Revisi Anderson ini sangat membantu untuk memahami bagaimana proses berpikir siswa berkembang. Tidak hanya fokus pada mengingat, tapi juga bagaimana siswa bisa memahami, menerapkan, hingga menciptakan sesuatu dari pengetahuan yang mereka punya. Saya setuju bahwa banyak kesalahpahaman terjadi karena kita hanya melihat taksonomi sebagai urutan tingkat berpikir, padahal setiap tingkat punya peran penting. Jika guru memahami taksonomi ini dengan benar, pembelajaran bisa lebih terarah dan membantu siswa berpikir lebih kritis dan mandiri.
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, Taksonomi Bloom Revisi Anderson ini penting karena membantu guru menyusun pembelajaran yang lebih jelas dan terstruktur. Dengan memahami enam proses berpikir—mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta—guru bisa membuat kegiatan belajar yang tidak hanya membuat siswa menghafal, tetapi juga benar-benar memahami materi.
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, taksonomi Bloom Revisi Anderson membantu kita melihat bahwa belajar itu bukan hanya soal mengingat. Ada proses berpikir yang lebih tinggi yang harus dibiasakan pada siswa, seperti menganalisis dan mencipta. Dengan memahami urutan ini, guru bisa membuat pembelajaran lebih efektif dan menantang. Saya merasa model ini sangat berguna karena membuat tujuan belajar lebih terarah dan membantu siswa berkembang secara menyeluruh.
Nama: Rismardiana
BalasHapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Wah, pas baca materi ini saya baru ngeh, ternyata Taksonomi Bloom itu nggak sesimpel ‘inget dulu, baru paham, baru bikin’. Banyak orang mikir ‘mengingat’ itu rendah banget, ‘menciptakan’ itu super tinggi, padahal tiap level punya kedalaman sendiri. Misalnya ‘memahami’, terdengar gampang, tapi kalau udah masuk menafsirkan atau bikin kesimpulan, itu udah butuh mikir cukup rumit juga. Jadi bener-bener bikin kita sebagai guru mikir dua kali sebelum nentuin tujuan pembelajaran.
Nama: Rismardiana
BalasHapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Baik setelah saya ketahui dari materi ini,menurut saya yang paling kena tuh bagian soal ‘applying’. Kadang saya mikir kalau siswa bisa pake rumus atau metode sama kayak contoh di buku, berarti udah bisa menerapkan. Padahal yang Bloom maksud itu siswa bisa transfer pengetahuan pakai ilmu yang dipelajari buat situasi baru. Jadi bukan cuma hafalan, tapi bener-bener fleksibel mikir. Kebayang nggak, siswa bisa pakai teorema Pythagoras buat ngerjain masalah beda dari contoh?
Nah, itu baru aplikasi yang keren!
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Izin menambahkan pak, yang menarik juga soal kata kerja tiap level.Kadang kita copas doang dari daftar kata kerja, tanpa mikirin sublevelnya. Padahal, memahami bisa ada penerjemahan, penafsiran, sampai ekstrapolasi, dan tiap-tiap sublevel punya tingkat kesulitan sendiri. Jadi kalau nggak paham bedanya, ya penilaiannya bisa ngambang. Penting banget nih buat bikin indikator yang jelas biar siswa nggak cuma kelihatan paham, tapi bener-bener paham.
Nama: Rismardiana
BalasHapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Baik pak saya jadi lebih paham lagi dengan taksonomi ini ternyata nggak sempurna. Bloom sendiri bilang hierarki itu nggak selalu bisa dibuktikan 100%. Makanya muncul revisi Anderson sama model lain kayak DOK Webb buat lengkapi. Jadi intinya, taksonomi itu kayak peta jalan, bukan aturan baku. Kita bisa fleksibel, tapi tetap pakai kerangka supaya pembelajaran nggak asal jalan.
jadi dapat disimpulkan kalau guru paham taksonomi dengan baik, pembelajaran bisa jauh lebih seru dan terarah. Siswa nggak cuma hafal atau ikut-ikutan ngerjain soal, tapi bisa berpikir kritis, menganalisis, dan bahkan menciptakan sesuatu. Jadi materi ini nggak cuma teori, tapi panduan yang super berguna buat bikin kelas lebih hidup dan bermakna. Kayak dapet lembar referensi buat jadi guru yang lebih pinter aja gitu.
nama : bangkit dwi prasetyo
BalasHapuskelas : 5b
npm : 2386206044
makasih pak, materi ini sangat membantu buat memahami ulang bagaimana Taksonomi Bloom versi revisi Anderson dipakai dalam pembelajaran. Penjelasannya runtut dan mudah diikuti, jadi nggak bikin bingung. Yang paling menarik, materi ini nunjukin kalau proses belajar itu bukan cuma soal mengingat, tapi juga bagaimana siswa bisa memahami, menerapkan, menganalisis, sampai mencipta. Cocok banget jadi pegangan guru biar penyusunan tujuan pembelajaran dan evaluasinya lebih terarah. Secara keseluruhan, isinya ringan tapi tetap berbobot.
Izin menanggapi materi ini pak Materi ini sangat relevan dan memberikan sudut pandang baru tentang bagaimana guru sekolah dasar dapat mengelola waktu secara lebih efektif agar akhir pekan benar-benar menjadi ruang pemulihan diri. Banyak guru sering terjebak pada pola kerja yang tidak sehat membawa pulang pekerjaan, menunda perencanaan, atau menghabiskan waktu setelah jam sekolah untuk merapikan kelas. Karena itu, strategi yang disampaikan Marisa (2024) terasa sangat membumi dan mudah diterapkan dalam konteks sekolah Indonesia.
BalasHapusPoin mengenai Permainan Sampah Ajaib juga sangat menarik. Banyak guru cenderung mengambil alih seluruh tanggung jawab kebersihan kelas, padahal keterlibatan siswa justru akan menumbuhkan rasa tanggung jawab, kemandirian, dan kepedulian terhadap lingkungan belajar. Strategi ini bukan hanya menghemat waktu guru, tetapi juga memperkuat karakter siswa. Aktivitas sederhana selama dua menit ini mengajarkan disiplin melalui cara yang menyenangkan.
BalasHapusKonsep bahwa Kamis adalah “Minggu yang Baru” juga sangat membantu. Banyak guru biasanya menunda perencanaan mingguan hingga akhir pekan, sehingga waktu istirahat mereka tersita oleh pikiran tentang sekolah. Dengan memindahkan perencanaan ke hari Kamis, guru dapat merencanakan dengan lebih tenang karena masih berada dalam ritme kerja. Ketika Jumat tiba, pekerjaan menjadi lebih ringan dan fokus hanya pada persiapan teknis. Kebiasaan ini bisa sangat berdampak bagi guru dalam jangka panjang karena mengurangi kelelahan mental dan beban kerja tersembunyi.
HapusBagian penutup materi yang membahas perbedaan kondisi antara sekolah fullday dan sekolah yang masih masuk hingga Sabtu juga menunjukkan bahwa strategi ini fleksibel dan tidak kaku. Guru tetap bisa menyesuaikan sesuai ritme sekolah masing-masing, sehingga tidak ada pemaksaan pola kerja tertentu. Terlihat jelas bahwa inti dari materi ini adalah mengatur waktu bekerja secara bijak agar guru memiliki ruang untuk beristirahat tanpa mengorbankan kualitas pekerjaan.Secara keseluruhan, materi ini memberikan inspirasi nyata tentang bagaimana guru bisa menciptakan keseimbangan hidup, menjaga kesehatan mental, dan tetap menjadi pendidik yang produktif. Strategi yang dibagikan tidak hanya praktis tetapi juga mudah diadaptasi. Ini adalah pengingat penting bahwa guru juga manusia yang membutuhkan waktu untuk memulihkan energi, agar dapat kembali mengajar dengan semangat baru setiap minggunya.
HapusMateri ini menegaskan bahwa banyak pendidik masih menggunakan taksonomi Bloom secara dangkal tanpa memahami perubahan penting di versi revisinya. Padahal, pemahaman mendalam tentang setiap level beserta kata kerja kognitifnya sangat membantu guru dalam menyusun tujuan pembelajaran yang lebih terarah, terukur, dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
BalasHapusPenjelasan mengenai miskonsepsi seperti anggapan bahwa memahami adalah kemampuan tingkat rendah atau bahwa menerapkan hanya sekadar mengikuti instruksi sangat membantu dalam mengubah cara pandang guru. Materi ini menunjukkan bahwa level Memahami dan Menerapkan justru membutuhkan proses berpikir yang kompleks dan sangat terkait dengan kemampuan pengetahuan, hal yang sangat penting dalam pembelajaran.
Taksonomi lebih mudah digunakan karena memakai kata kerja aktif seperti mengingat, memahami, menerapkan, dan seterusnya. Ini membuat guru lebih mudah merancang kegiatan belajar sesuai kemampuan siswa.
BalasHapusMateri ini juga mengingatkan bahwa taksonomi bukan aturan yang sempurna. Guru tetap perlu fleksibel dan bisa menggabungkannya dengan pendekatan lain agar pembelajaran lebih efektif dan sesuai kebutuhan siswa.
Terima kasih bapak karena sudah memberikan materi ini, saya suka sama materi Taksonomi Bloom Revisi Anderson ini, apalgi di bagian perubahan urutan tingkat berpikirnya, yang tadinya Sintesis terus baru Evaluasi, sekarang malah jadi Mengevaluasi dulu, baru Menciptakan ( Creating ). Kalau kita mau bikin sesuatu yang baru, pasti kita harus nilai dulu kan, apa yang sudah ada itu kurangnya di mana, atau mana yang perlu dipertahankan. Jadi, kita menilai ( Mengevaluasi ) materi atau konsep yang sudah ada, baru deh kita bisa menciptakan ide atau solusi yang benar-benar baru. Kalau di materi ini kan contohnya jadi Merancang model pembelajaran interaktif, nah itu kan butuh proses penilaian dulu sebelum merancang. Perubahan ini juga lebih nyambung sama tuntutan di pendidikan sekarang yang maunya siswa itu nggak cuma hafal atau paham, tapi juga bisa bikin inovasi dari pemahaman mereka. Jadi urutan baru ini ngena banget buat kita yang calon guru.
BalasHapusDan materi bapak membahasas bagian yang membahas tentang Tingkat Rendah dan Tingkat Tinggi dalam Taksonomi itu buat saya cukup membuat kami paham. Selama ini, saya pikir tingkat pertama seperti Memahami itu pasti otomatis rendah, hanya sebatas mengulang materi. Tapi setelah baca materi ini, ternyata Memahami itu sudah butuh proses berpikir yang lumayan kompleks, seperti Menerjemahkan atau Menafsirkan ide utama sebuah teks. Menggunakan pemahaman yang mendalam untuk memecahkan masalah baru ( transfer ) itu kan jelas bukan kemampuan yang gampang dan pasti sudah termasuk berpikir kritis. Jadi, nggak semua kemampuan di tingkat awal itu bisa dianggap sepele atau hanya mengingat saja. Ini penting banget buat kita sebagai calon guru, biar nanti pas bikin soal atau tugas, kita nggak salah mengira kemampuan Memahami itu setara dengan Menghafal, padahal kualitas berpikirnya jauh berbeda. Kita harus benar-benar bisa bedain mana paham yang cuma di permukaan, mana paham yang sudah dalam dan butuh penalaran hati-hati.
BalasHapusDimateri bapak ini saya mau mengomentari bagian Dimensi Pengetahuan yang ditambahkan oleh Anderson. Adanya empat dimensi ( Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif ) ini menurut saya bikin kerangka Taksonomi jadi lebih lengkap dan jelas. Apalagi yang Pengetahuan Metakognitif, yaitu kesadaran dan pengaturan proses berpikir sendiri. Jadi, belajar itu bukan cuma tahu isinya ( faktual ) atau tahu hubungannya ( konseptual ) atau tahu caranya (prosedural), tapi juga sadar gimana kita bisa belajar dan bagaimana kita mengatur pikiran kita sendiri biar makin pintar. Kalau siswa punya kemampuan ini, mereka pasti bisa jadi pembelajar yang lebih mandiri dan fleksibel menghadapi tantangan baru. Jadi, Taksonomi ini nggak cuma bantu guru bikin tujuan belajar, tapi juga bantu kita sadar kalau pengetahuan itu banyak jenisnya dan yang paling penting adalah gimana kita bisa menguasai proses berpikir kita sendiri. Intinya, materi ini menekankan bahwa pemahaman taksonomi itu penting supaya kita nggak salah kaprah dan bisa bikin siswa jadi lebih siap di dunia nyata.
BalasHapusTrimksh pak saya jadi tahu,pemahaman yang tepat tentang Taksonomi sangat penting bagi guru karena membantu mengatasi kelemahan dalam dokumen standar dengan memastikan tujuan pembelajaran lebih terarah melalui penggunaan kata kerja yang akurat, sehingga dapat menghasilkan siswa yang siap menghadapi tantangan dunia nyata.
BalasHapusIzin bertanya pak/teman2 yang ingin menjawab. Mengingat waktu belajar di kelas yang terbatas, bagaimana strategi praktis yang paling efektif untuk memastikan siswa dilatih mencapai level kognitif tertinggi Mencipta dalam Taksonomi Bloom/Anderson secara konsisten?
BalasHapusNama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, Taksonomi Bloom Revisi Anderson penting karena membantu guru memahami bagaimana siswa memproses informasi. Tidak hanya berhenti pada mengingat, tapi juga membantu siswa berpikir lebih dalam. Saya merasa model ini membuat pembelajaran lebih bermakna karena siswa dilatih untuk memahami, menerapkan, hingga menciptakan sesuatu dari materi yang dipelajari. Dengan begitu, siswa bisa berkembang sesuai kemampuan berpikirnya.
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, Taksonomi Bloom Revisi Anderson membuat proses belajar lebih terarah. Model ini menunjukkan bahwa belajar itu bertahap, mulai dari mengingat sampai mencipta. Saya merasa ini membantu guru memilih kegiatan yang tepat agar siswa tidak hanya menghafal, tetapi juga bisa memahami dan menggunakan pengetahuan tersebut. Dengan cara ini, pembelajaran jadi lebih efektif dan membuat siswa lebih aktif.