Memberi anak “izin” untuk tidak menyukai membaca mungkin terlihat seperti pilihan mudah, tetapi langkah ini sebenarnya dapat merugikan mereka dalam jangka panjang. Membaca dan menulis adalah keterampilan yang mendasari sebagian besar pekerjaan, bahkan yang tampak praktis sekalipun. Banyak pekerjaan memerlukan kemampuan memahami formulir, mengikuti instruksi, dan memenuhi sertifikasi.
Setelah anak diajarkan membaca, mereka perlu latihan untuk meningkatkan kemampuan tersebut. Menikmati membaca, atau setidaknya tidak membencinya, memainkan peran penting dalam proses ini karena mendorong mereka untuk terus berlatih. Namun, apa yang membuat seorang anak tidak menyukai membaca? Genevieve McArthur Profesor di Pusat Kemajuan Literasi Australia memberikan kita sebab beberapa kemungkinan alasannya:
Ketidakmampuan Membaca Secara Optimal
Anak-anak mungkin merasa kemampuan membaca mereka tidak sebaik teman-temannya. Hal ini bisa membuat mereka beranggapan bahwa mereka “tidak berbakat” membaca, baik berdasarkan pengamatan sendiri maupun umpan balik dari lingkungan. Rasa tidak percaya diri ini dapat menimbulkan kecemasan, terutama saat harus membaca di depan orang lain, sehingga mereka cenderung menghindarinya untuk menghindari perasaan buruk.
Minat Lain yang Lebih Mendominasi
Anak-anak yang tidak bermasalah dengan membaca mungkin tetap tidak menyukainya karena memiliki minat lain, seperti komputer, olahraga, atau musik. Mereka juga mungkin merasa membaca tidak relevan dengan kehidupan mereka, sehingga bertanya-tanya, “Apa manfaatnya bagi saya?”
Genevieve McArthur memberikan saran agar anak dapat menikmati untuk membaca:
Menemukan Akar Permasalahan
Langkah pertama adalah mendengarkan apa yang anak Anda katakan atau pernah katakan tentang membaca. Beberapa pertanyaan reflektif dapat membantu Anda memahami masalahnya:
- Apakah mereka kesulitan membaca di sekolah?
- Apakah mereka merasa tidak percaya diri saat membaca?
- Apakah membaca membuat mereka cemas atau merasa tidak nyaman?
- Apakah mereka aktif menghindari membaca?
- Apakah sulit menemukan bacaan yang menarik bagi mereka?
Jika tidak ada jawaban yang langsung muncul, cobalah berbicara dengan anak Anda secara lembut. Jika diskusi ini tampaknya akan memicu konflik atau kebuntuan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan guru mereka. Guru sering kali memiliki gambaran tentang kemampuan membaca anak di kelas, termasuk apakah mereka menghindari aktivitas membaca.
Bantuan Ahli
Jika Anda membutuhkan pandangan lain, mengunjungi spesialis membaca bisa menjadi solusi. Pastikan spesialis dapat mengevaluasi tidak hanya keterampilan membaca anak Anda, tetapi juga kepercayaan diri, keterlibatan, dan perasaan mereka terhadap membaca. Pilih spesialis yang memberikan saran konkret berdasarkan hasil evaluasi.
Apa yang Bisa Dilakukan di Rumah?
- Temukan Bacaan yang MenarikAjak anak memilih buku atau artikel yang sesuai dengan minat mereka. Kunjungi perpustakaan atau toko buku lokal untuk memberi mereka kebebasan memilih. Alternatifnya, telusuri perpustakaan mini di sekitar tempat tinggal Anda saat berjalan-jalan bersama.
- Tentukan Tujuan Membaca yang BermaknaDorong anak untuk memiliki tujuan membaca, seperti menyelesaikan satu seri buku atau mencari informasi tertentu, misalnya cara memperbaiki sepeda. Berikan perhatian pada bagaimana mereka melacak dan mencapai tujuan ini.
- Dukung Rasa Percaya Diri AnakEfikasi diri atau keyakinan anak bahwa mereka mampu mencapai tujuan membaca sangat penting. Hindari menunjukkan kekecewaan jika progres mereka lambat, dan fokuslah pada hal-hal yang mereka pelajari melalui bacaan mereka.
Mengatasi Tantangan
Kadang, anak mungkin merasa frustrasi dengan buku yang terlalu mudah (membosankan) atau terlalu sulit (mengurangi motivasi). Dalam kasus ini:
- Untuk bacaan yang terlalu mudah, beri dorongan dengan mengatakan, “Kamu sudah sangat mahir, mari kita cari sesuatu yang lebih menantang besok.”
- Untuk bacaan yang terlalu sulit, tawarkan bantuan dengan membaca bagian tertentu bersama mereka. Hal ini tidak hanya memudahkan mereka tetapi juga memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan.
- Seiring waktu, Anda dan anak Anda akan belajar menemukan bacaan yang sesuai—tidak terlalu mudah, tetapi juga tidak terlalu sulit. Ini akan membuka jalan bagi mereka untuk menikmati membaca dan mengembangkan keterampilan literasi yang lebih baik.
Referensi : Genevieve McArthur. 2024. What can you do if your child hates reading?

Menurut saya pak, membaca itu memang sangat penting, tapi yang lebih penting adalah bagaimana membuat anak-anak (yang dunianya memang lebih senang bermain) senang saat membaca. Saya sendiri saja sedang memaksa dan membiasakan diri saya supaya paling tidak dalam sehari membaca buku 5 menit. Berawal dari kegemaran saya membaca novel waktu sekolah di asrama, saya ingin memiliki kebiasaan membaca bacaan lain selain novel. Ada yang pernah bilang sama saya kalau kita hanya butuh 1 buku untuk membuat diri kita tenggelam ke indahnya dunia membaca. Begitu pun untuk anak. Tidak semua anak langsung suka membaca, maka tugas para orang tua adalah membuat membaca terasa seru dan tidak membosankan, kalau anak belum suka membaca, jangan sampai malah orang tua itu sendiri yang menjadi alasan anak benci terhadap bacaan. Biarkan mereka mengenal buku pelan-pelan.. mencari dan menemukan buku mana yang akan menjadi alasan mereka untuk suka membaca, dari situ rasa penasaran bisa tumbuh jadi kebiasaan. Kalau anak sudah mencintai buku dan membaca, mereka akan lebih mudah belajar, berkembangm dan bertumbuh. Kalau saya di berikan kesempatan sekali saja bertemu Tere Liye, saya mau menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya karena satu buku novel Tere Liye membuat saya jatuh cinta kepada buku dan membaca.
BalasHapusNama: Maya Apriyani
HapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Saya setuju dengan pendapat kak Nabilah, yang di mana sebagai orang tua tentunya memiliki peranan yang sangat besar dalam mengajarkan anak membaca. Melalui pengalaman Kak Nabila, saya dapat melihat bahwa setiap anak itu bukan tidak suka membaca Tetapi hanya belum menemukan buku yang sesuai dengan minat bacaan mereka.
Dengan timbulnya rasa penasaran dari anak terhadap buku-buku bacaan pasti anak ini akan terus mencari dan menjadikannya sebuah kebiasaan.
Terima kasih
Nama: Dominika Dew Daleq
HapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Saya sangat setuju dengan pendapat saudari kita Nabila bahwasanya membuat membaca terasa seru adalah kunci utama dan dari pengalaman saudari kita sendiri bisa di lihat dengan novel Tere Liye membuktikan bahwa memang hanya butuh satu buku yang tepat untuk membuka pintu kecintaan seseorang terhadap dunia membaca, jadi peran orang tua adalah menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sabar menunggu anak menemukan buku spesial mereka sendiri tanpa memaksa, karena ketika anak sudah menemukan buku yang benar-benar mereka sukai maka kecintaan pada membaca akan tumbuh secara alami tanpa paksaan dan menjadi kebiasaan yang berkelanjutan.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
banyak poin yang saya setuju dari materi ini yaitu kita tidak bisa memaksa anak untuk rajin membaca atau suka membaca karena tidak semua anak suka dalam hal ini, bahkan saya sendiri juga malas untuk membaca padahal saya tau jika kita membaca kita banyak tau hal hal yang bermanfaat. menurut saya jika ada anak yang sulit untuk di ajak membaca sebaiknya di ikutin saja dulu apa kemauan dari anak tersebut seperti jika dia suka main kita coba pelan pelan memberi pengertian seperti "kamu boleh main sepuasnya asalkan kita belajar membaca atau membaca dulu yaa" atau kita coba juga pelan pelan agar anak termotivasi untuk mau membaca seperti memberikan pujian atau reward sebagai apresiasi anak sudah mau membaca. jangan smpai anak tidak suka membaca karena yang bimbing atau yang membantu membaca mengarah kan anak dengan cara marah marah atau memaksa karena dengan itu anak makin malas untuk membaca.
Nama: Syahrul
BalasHapusNPM:2386206092
Kelas: 5D
izin menanggapi di bagian memberi anak izin untuk tidak menyukai membaca mungkin terlihat seperti pilihan mudah, tetapi langkah ini sebenarnya dapat merugikan.harusnya orang tua dan guru bisa memahami kenapa mereka tidak suka membac, harusnya para orang tua mencari cara untuk mengubah pengalaman membaca kayak menyediakan bacaan dengan minat mereka, mengubah metode cara mereka ngajar,atau bisa juga mengurangi tekanan mereka terhadap anak anak
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
HapusPerkenalkan saya Fauzan Nashrullah Fajar NPM.2386206021 dari kelas 5B PGSD.
Saya setuju banget dengan argumen yang disampaikan oleh Saudara Syahrul. Premis bahwa memberikan "izin untuk tidak menyukai membaca" itu merugikan adalah poin yang bagus dan mendalam banget, dan jleb di hati, tuh! Gimana nggak, karena kalau kita cuma memberi izin, itu sama saja dengan nggak mencari akar masalahnya. Syahrul kena banget menekankan bahwa fokus kita mutlak harusnya bukan pada larangan atau izin, melainkan pada pengalaman membaca itu sendiri. Relate banget kan, karena kunci mengubah perilaku adalah mengubah persepsi dan pengalaman positif si anak.
Nah, ini yang paling penting, inti dari tanggapan Saudara Syahrul adalah tentang fleksibilitas pedagogis. Beliau menawarkan framework yang sangat applicable: bukan cuma soal ketersediaan buku, tapi tentang tiga hal utama. Pertama, menyesuaikan materi bacaan dengan minat anak. Kedua, mengubah metode kita dalam mengajar membaca agar nggak membosankan. Dan ketiga, mengurangi tekanan atau paksaan. Kalau dipikir-pikir, ini bikin kita sadar bahwa masalahnya cuma ada di cara penyampaian kita, yang mungkin terlalu kaku dan nggak cocok dengan pace belajar anak-anak di era digital ini.
Teman-teman inilah tantangannya... tantangan yang besar banget buat kita semua sebagai calon guru dan sebagai Mahasiswa PGSD. Fondasi semua ilmu pengetahuan itu ada di kemampuan dan kemauan membaca. Kalau anak SD sudah nggak suka dari awal, otomatis semua proses pembelajaran ke depannya akan berat. Tugas kita adalah menjadi "pencipta pengalaman" yang mampu menanamkan mindset bahwa membaca itu worth banget, nggak harus selalu serius, tapi bisa jadi sumber dopamin positif melalui cerita-cerita yang relevan. Ini adalah tanggung jawab mutlak yang harus kita kuasai.
Nama: Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNomor:2386206058
Kelas: VB PGSD
Izin menanggapi pak, saya setuju dengan cara di atas karena apabila anak yang kurang suka membaca sebaiknya jangan kita marahi atau di paksa secara langsung tetapi kita dapat berbicara dengan lembut dan pelan agar anak tersebut merasa dihargai dan disayang. Kita juga harus menjaga perasaan mereka terhadap membaca. Kita juga dapat melakukan berbagai cara disesuaikan dengan minat mereka, berikan mereka pujian agar mereka semangat dalam membaca. Kita bisa ajarkan membaca apapun itu tetapi bacaannya tetap dalam tujuan agar dapat bermakna dan juga dapat menarik mereka untuk suka membaca🙏
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 3486206035
Kelas: 5B PGSD
Saya setuju dengan apa yang kamu sampaikan Isdiana. Pendekatan lembut itu memang jadi kunci utama dalam menumbuhkan minat baca anak. Soalnya, kalau kita terlalu memaksa atau memarahi, yang muncul justru rasa takut dan penolakan. Bukannya makin suka membaca, mereka malah menjauh karena membaca identik dengan tekanan. Dengan berbicara pelan, menghargai perasaan mereka, dan menunjukkan bahwa membaca bukan hal menakutkan, kita sebenarnya sedang membangun pondasi emosional yang sangat penting.
Nah jadi kita buat pendekatan penuh empati, dukungan, dan kreativitas jauh lebih efektif daripada tekanan. Dengan cara-cara seperti ini, kita bukan hanya mengajarkan mereka membaca, tapi membuat mereka merasa nyaman dan dicintai selama prosesnya.
Tapi pak banyak hal juga yang kita temui dilapangan mengapa anak itu tidak menikmati kegiatan membaca, sebenarnya untuk generasi sekarang perlu banget bimbingan dari pemerintah untuk memperhatikan anak-anak, karena dengan kemajuan zaman anak-anak tu kurang suka membaca mereka lebih suka menonton , main game di ponsel jadi, ketika mereka melihat buku tu bosan dan kurang minatnya untuk mengetahui isi buku tersebut, apalagi ditamabah dengan kebiasaan lingkungan sekitar yang jarang perduli dengan informasi kemajuan belajar anaknya, kira-kira selain beberapa tips diatas ada lagi gk sih Pak tips untuk anak yang sudah parah banget kecanduan hanphone dibandingkan kecanduan membaca dan melihat-lihat buku?
BalasHapusNama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Iya ya, saya juga ngerasa hal yang sama sih sama kamu Alusia, kalau dulu, waktu kita yang jadi anak anak kita ga ketempelan setan gepeng kok beda sama anak anak yang cukup banyak kita liat sekarang. Anak anak sekarang suka yang cepet sama banyak gambar jd klo liat banyak tulisan lgsg di tinggal (ini konteksnya perbandingan anak anak zaman dulu alias kita sama anak anak zaman now). Kadang saya kepikiran juga sbtlnya ini tu salah teknoloaginya kah atau lingkungannya kah hmzzz karna kalau di lingkungan nih misalnya mereka jg jarang kali dpt contoh mbaca. Jadi ada wajarnya juga sih mereka lebih milih hp tuh dari pada buku kalo ngeliat sikonnya bgtu karna ada penyebabnya gitu nah di balik mereka bersikap kayak gitu.
(116)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Terus ada betulnya jg katamu Alusia, lingkungan nih faktor yang punya pengaruh banget jugaa ihh. Bayangkan banyaknya mama mama atau bapa bapa yang kalau lagi sibuk sama urusannya di rumah untuk bisa bikin anak diem kebanyakan ngasih tontonan atau hp bukan mbaca. Jadi kalau situasinya katak gitu otomatis si anak anak nih juga terkontaminasi lebih banyak hiburan hiburan di hp tu kan. Ntah lah itu nonton, game, sosial media, iya ham sudah ga tefilter sudah itu yang masuk dalam memory otaknya dan jadi makin jauh ma buku dan mbaca.
(117)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Kadang juga saya mikir dan ngeliat anak kecik kayak Ken yang tertarik banget sama buku dengan papi maminya yang luar biaza hebat tuh terus saya bandingin ma kondisi yang sering saya lihat. Soalnya sekarang nih ibaratnya bayi baru teberanak blm lagi bisa ngomong dah di kasih tontonan hp biar diem. Kalau dilihat dari kayak gitu kan berarti kebiasaan lengket sama hp tuh dah emang dari kecilll banget begitu, Jadinya pas dah umur maw sekolah dah akrab banget sama setan gepeng dan bikin untuk gerak mbaca tuh rasanya ogah-ogahan. Nah dari sini juga berarti kebongkar lagi satu penyebabnya yaknieeeee dari kebiasaan kecill bgtttt,
(118)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Kalau soal tips dari anaul (analisa aul) selain dukungan org tua, guru, dan lingkungan itu mungkin dari mulai ngeliat hal hal kecil yang sebenernya pola yg ngebentuk anak. Kayak misalnya kita coba kasih waktu dalam sehari itu ada waktunya 5 menit untuk pegang buku dan membacanya. Waktu 5 menit itu ga perlu yang duduk tegak tegang di depan meja belajar, bisa aja kita mulai dari duduk sans atau selepin waktu anak lagi main. Kalau keponakan saya, saya pinjemin memang buku banyak banyak di Ramah Baca buat stok mereka. Walaupun diliat liat dan dibacanya sebentar aja ndapapa intinya dikenalin aja dlu.
(119)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Nah kalau ttg pemerintahnya lage, menurut saya emang pemerintah perlu ikut andil dalam masalah ini. Mungkin pemerintah bisa nyediakan buku bacaan di sekolah sekolah yang lebih variatif. Jadi buku buku yg dibaca anak tuh bukan buku pelajaran aja. Kan sekarang banyak tuh buku buku yang bergambar banyak besar terus bacaannya ringan dan lain sebagainya, nah yang kayak gini sbnernya berdampak. Buku buku itu nantinya bisa ditaruh di pojok baca tiap kelas, dan kalau belum mempan di pojok baca, bisa aja guru kelas kayak ngasih aturan anak anaknya harus pinjem buku dari pojok baca perkelasnya itu. Nanti ada kayak jurnal membaca nah itu sebagai pegangan tiap anak, mereka bisa tulis judul buku apa aja yg udah mereka baca.
(120)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Hmm saya juga ada kepikiran ttg kayaknya org tua nih harus teredukasi juga masalah mbaca ni. Biar para orang tua di Konoha tuh ga langsung kasih hp apa apa kasih hp gitu karna dari situ memang mulai tumbuh kebiasaan ketempelan setan gepeng. Betul sih ga semua mama mama bapa bapa Indonesia kayak gin tpi ya kebanyakan kya gini jadi parenting parenting kaya gini mesti di sebar luaskan supaya para org tya teredukasi itu tadi. Kalau para org tua tau cara ngehandle situasi ini kayaknya para anak juga bisa lebih terarah juga soalnya anak tuh biasanya ngikut kebiasaan atau pola dari org tuanya jga leh.
(121)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Pada intinya, dari semua yappingnya saya ini saya berpendapat bahwa anak anak tuh sbnernya dari sbnernya bukan ga maw mbaca. Mereka cmn ngikutin pola kebiasaan yg udh terbentuk tado yg dari kecil bgt. Dan kalau mau ngubah itu, semua nya harus berperan ngedukung ya guru ya org tua ya lingkungan serta pemerintah pun ikut andil jga. Dan kalau udh bersinergi perlu ditau dan disadari jg kalau ini tu butuh proses yg ga bisa langsung, hrs dikit dikit pelan pelan dan terus menerus.
(122)
Nama: Dominika Dew Daleq
HapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Izin menjawab ya Alusia.
Menurut saya sendiri, untuk anak yang sudah kecanduan main ponsel, strateginya adalah mulai batasi waktu mereka secara bertahap bukan langsung dilarang total begitu saja, sambil ganti dengan aktivitas menyenangkan bersama keluarga, manfaatkan teknologi itu sendiri dengan kenalkan e-book atau aplikasi cerita interaktif supaya bisa pelan-pelan bergeser dari digital ke buku tidak terlalu cepat tapi bertahap, cari buku atau komik dengan tema yang sesuai dengan game atau konten yang mereka sukai di ponsel supaya ada bayanga diantara minat digital mereka dengan bacaan, dan yang paling penting orang tua itu harus jadi contoh nyata dengan mengurangi main ponsel sendiri dan lebih sering terlihat membaca sehingga anak melihat bahwa membaca adalah aktivitas normal dan menarik bukan kewajiban yang dipaksakan.
Terima kasih.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNPM : 2386206086
Kelas : 5D
Materi ini sangat relevan dan sangat penting menurut saya karena tertuju pada salah satu aspek yang mendasar yang ada dalam pendidikan yaitu sikap terhadap membaca , membaca itu memang bukan sekedar kemampuan teknis tetapi suatu aktivitas yang perlu kita nikmati juga ya agar bisa menjadi kebiasaan yang positif, saya sangat setuju dengan materi yang ada bawah ketika kita memberikan “izin” kepada anak untuk tidak membaca itu ternyata berbahaya dalam waktu yang jangka panjang , orang tua dan guru itu juga perlu menciptakan lingkungan untuk membaca yang menyenangkan tidak perlu memaksa tetapi kita bisa menumbuhkan rasa ingin tahu dan percaya diri di dalam diri anak .
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Saya sangat setuju dengan pendapat yang disampaikan. Membaca memang bukan sekadar aktivitas teknis, tetapi membutuhkan rasa nyaman dan apresiasi agar bisa berkembang menjadi kebiasaan positif. Memberikan “izin” atau toleransi terhadap tidak membaca memang berdampak negatif dalam jangka panjang, karena bisa memengaruhi kemampuan literasi dan perkembangan pola pikir anak. Oleh karena itu, peran orang tua dan guru sangat penting dalam menciptakan suasana membaca yang menyenangkan dan penuh dorongan, bukan paksaan. Dengan menumbuhkan rasa ingin tahu dan percaya diri sejak dini, anak-anak bisa melihat membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi masa depan mereka.
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
BalasHapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Kalau saya punya teman doraemon dan dipinjamin mesin waktu. Saya mau jadi kecil lagi dan memulai membaca banyak buku dari sana. Sayangnya kalimat ini cuman kalimat yang sia sia untuk dikeluarkan. Karena pada kenyataannya waktu ga bisa diulang kembali. Padahal kalau diingat ingat, dulu waktu kecil saya suka sekali belajar. Saya suka hal hal baru bahkan saya suka kalau ada PR yang saya bawa pulang ke rumah. Tapi dulu saya ga terpikirkan untuk membaca banyak buku ntah kenapa. Yang saya ingat dan saya rasakan waktu itu saya ga membenci membaca, kok. Jadi, dulu membaca buku hanya saat sekolah dan kalau ada PR saja. Sayang banget yah :(
*komentar yg ke-13
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Dan di usia baru baru inilah saya kenal lebih dekat ttg membaca buku. Dan saya rasa saya mulai enjoy dan menyukainya. Kejadiannya itu baru banget sekitar tahun lalu. Saya dipertemukan dengan Ramah Baca dan dikenalkan dengan Umi (owner dari RB). Dari sanalah awalnya saya menyentuh buku-buku. Tapi saya ternyata ga suka novel, saya suka buku-buku yang didalemnya ada hacks/tips/trik/cara gituu. Ini bikin saya kayak penasaran dengan isi bukunya. Tapi, kadang bacaannya masih suka stuck. Dan jadinya saya coba masukin ke dalam journal harian saya. Bahwa dalam sehari harus ada baca buku paling ngga lima menit.
*komentar ke-14
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
di Ramah Baca, saya ga cuman pinjem buku untuk saya. Tapi untuk dua ponakan saya yang berumur 8 dan 4 tahun. Saya pengen mereka lebih dekat dengan buku seperti yang saya harapkan kepada diri saya waktu kecil. Setiap mereka ke rumah, saya akan ngajak mereka untuk ke kamar saya dan mengenalkan buku-buku itu. Mereka senang, ya walaupun si Kakak masih sering ke distract memilih bermain mainan dari pada membaca. Tapi untuk si Adek, Adek emang umurnya 4 tahun tapi Dia belum bisa membaca. Jadi, kalau dia tau udah dibawain buku baru dari Ramah Baca dia minta saya untuk membaca dan Dia excited mendengarkannya. Walaupun terlihat sangat sederhana, seenggaknya mereka punya pintu baru untuk satu langkah lebih dekat dengan buku kan? Hihi.
*komentar saya ke-15
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Dari semua yang saya ceritain, saya jadi punya pertanyaan di kepala saya Pak. Saya kan baru dekat sama buku-buku baru aja. Nah, misalkan saya itu udah baca satu buku dan mau lanjut ke buku selanjutnya. Ini konteksnya saya bacanya ga buru-buru dan ga maksa baca sekaligus banyak juga pak. Cuman emang udah pure abis buku yang pertama ini dan dilanjut ke buku yang kedua dengan ga satu waktu. Misalnya, buku yang pertama selesai di malam ini. Nah, saya lanjut baca buku ke duanya di besok harinya. Waktu saya di pertengahan jalan baca buku kedua ini saya udah samar samar ga inget sama isi buku yang pertama. Tapi ada sih masih ingetnya, cuman ga yang keseluruhan gitu pak. Padahal setiap saya nge baca saya selalu usahain nge baca itu dibarengin dengan pemaknaan dan menikmatinya. Tapi, ttp ga bisa ingat secara keseluruhan gitu pak. Kayak kalau misalkan di suruh sebutkan poin-point apa aja yang ada di buku pertama saya ga terlalu bisa ngejelasin. Tapi pas praktek nya lumayan bisa gitu pak. Nah, ini normal kah pak? atau seperti apa ya pak?
Terima kasih, Pak.
*komentar Aulia ke-16. (semangaattt) 💪🏻
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Habis saya nanya tadi pak, otak saya ada nimbulin pertanyaan lagi pak. Jadi, abis dari pertanyaan saya yang apakah ga nginget seluruh bacaan yang dibaca itu normal apa ngga. Saya ada kepikiran tentang brainout yang sering bapak sebut di kelas. Saya cukup sering terpapar video video short dari media sosial pak. Dan kayaknya ini ada korelasinya antara brainout sama pertanyaan saya yang pertama ya pak? Dan ini juga yang tentang long term memory dan short memory di otak itu pak, yang kayak bapak bilang. Nah, sebenernya kalau udah ada gejala dan tanda tanda kayak gini pak. Kita masih bisa ngobatin ga sih pak? Dan kalau masih bisa dengan cara spesifik seperti apa pak? Saya ada sih kayak bikin journaling gitu tiap hari pak biar saya lebih produktif, sadar dan fokus. Isi journaling saya itu saya bkin kayak bloking time tapi sering kayak to do list juga pak apa aja yang mau dilakuin dalam sehari itu. Terus ada, hari ini bagaimana perasaannya senang sedih atau marah. Terus ada juga target harian dan space untuk kalau lagi pengen nuangin perasaan yang lagi penuh di journal nya itu bisa. Tapi, apakah journaling itu udah cukup membantu mengobati gejala brainout pak? Dan apakah ada cara cara yang urut dan lengkap biar bisa keluar dari zona merah brainout ini pak?
Terima kasih, Pak.
*komentar aul yg ke-17
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Izin bertanya pak bagaimana cara orang tua atau guru mengubah pandangan negatif pada anak agar membaca terasa menyenangkan dan bukan hanya kewajiban mereka semata? Dan ada anak yang terkadang pikirannya hanya main-main dan main tanpa mau membaca buku bagaimana langkah kita sebagai guru ataupun orang tua membantu anak tersebut yang sudah terlanjur tidak suka membaca agar bisa pelan-pelan kembali tertarik untuk membaca dan membuka buku?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm :2386206058
Kelas : VB
Baik Pak izin menjawab pertanyaan dari saudari Andi nurfika menurut saya, untuk membantu anak yang sudah terlanjur tidak suka membaca. Caranya sebagai orang tua ataupun guru kita perlu terlebih dahulu memahami penyebab anak tersebut. Setelah itu kita bisa membantu anak tersebut menemukan bacaan yang disukai dan diminatinya. Dan juga bacaan tersebut mempunyai suatu makna bagi kehidupan. Dukungan positif dan suatu pujian juga sangat penting karena agar anak bisa percaya diri dan perlahan menikmati bacaan yang mereka baca🙏
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Izin menangapi pertanyaan dari Andi nurfika
Menurut saya Untuk mengubah pandangan negatif anak tentang membaca dan membantu mereka pelan-pelan suka membaca lagi, orang tua maupun guru bisa melakukan beberapa langkah contoh kecil dlu ya seperti
Mulai dari Minat Anak
Pilihlah materi bacaan yang sesuai dengan minat anak, seperti komik, buku cerita bergambar, atau buku tentang hobi mereka (misalnya dinosaurus, sepak bola, atau hewan). Dengan membaca sesuatu yang mereka sukai, anak akan lebih mudah menikmati proses membaca
Nah Dengan pendekatan yang penuh kesabaran dan kreativitas, anak yang awalnya tidak suka membaca bisa perlahan-lahan mulai tertarik lagi. Kuncinya adalah menciptakan suasana yang menyenangkan, tidak memaksa, dan membangun hubungan emosional positif dengan buku dan cerita.✨
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Saya izin untuk menjawab pertanyaan dari Fika, mungkin cara paling sederhana untuk mengubah pandangan negatif anak soal membaca adalah dengan mengubah vibe-nya dulu. Jangan bikin membaca terasa seperti tugas sekolah kedua, tapi lebih kayak aktivitas santai yang bisa bikin mereka penasaran.
Bisa kita buat langkah langkah ringan saja kaya
• Mulai dari minat mereka: pilih buku yang sesuai hobi anak, biar mereka ngerasa “ini buat aku”.
• Bikin suasananya santai: ajak baca bareng, bukan nyuruh.
• Kasih bacaan pendek dan mudah dulu biar mereka ngerasain sukses kecil.
• Seimbangkan waktu main dan baca tanpa melarang total.
• Puji usaha, bukan hasil, biar mereka makin percaya diri.
jadi Intinya, bantu anak merasakan bahwa membaca itu bukan hukuman atau tugas wajib, tapi cara seru buat tahu lebih banyak tentang hal-hal yang mereka suka. Pelan-pelan aja yang penting konsisten dan ramah.
Mungkin itu saja dari pemahaman saya terimakasih.
Nama: Stevani
BalasHapusNPM: (2386206045)
Kelas: V C PGSD
Menurut aku, penting banget ngajarin anak-anak buat suka membaca, atau setidaknya nggak merasa kalau membaca itu membosankan. Soalnya, dari membaca kita bisa ngebuka jendela ke dunia luar—tahu cerita-cerita seru, dapet ilmu baru, dan bisa nambah imajinasi juga. Kalau anak udah terbiasa baca dari kecil, nantinya mereka bakal lebih gampang paham pelajaran dan nggak ketinggalan info. Tapi ya, caranya harus asik juga, misalnya pilih bacaan yang sesuai minat mereka biar nggak terasa kayak dipaksa.
Wahh saya dulu suka membaca tapi sekrang rasanya sedikit berkurang rajinnya mungkin karena banyak sumber Dan informasi yang sekarang mudah banget di terima jadi sudah cukup banyak yang dibaca
Ada pertannya bapak Dari saya, cara yang paling mudah dilakukan agar semangat Dan keinginan membaca kembali lagi gimana ya dann Bagaimana materi yg dibeikan menyeimbangkan antara mendorong anak untuk menikmati membaca dengan tetap menghormati minat dan gaya belajar mereka yang berbeda-beda, tanpa membuat mereka merasa "harus" suka membaca?
HapusSekian bapak Terimakasih
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Baik izin menjawabyh stevani, Menurut saya, cara menyeimbangkan dorongan membaca tanpa membuat anak merasa terpaksa adalah dengan cara memberikan mereka ruang untuk memilih bacaan sesuai minatnya. Dengan begitu, membaca terasa menyenangkan, bukan sebagai kewajiban. Kita juga dapat mendampingi dan memberi apresiasi atas usaha mereka, bukan hanya hasilnya saja. Pendekatan ini dapat membantu anak merasa dihargai dan lebih percaya diri, sehingga mereka lebih nyaman dan termotivasi untuk membaca tanpa merasa “harus” menyukainya. 🙏
Nama: Maya Apriyani
HapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Saya juga ingin menjawab pertanyaan dari Kak Stevani.
Yaitu Bagaimana cara yang paling mudah dilakukan agar semangat dan keinginan membaca kembali lagi dan bagaimana materi yang diberikan menyeimbangkan antara mendorong anak untuk menikmati bacaan dengan tetap menghormati minat belajar dan gaya belajar yang berbeda Tanpa mereka merasa harus suka membaca?
Kalau dari saya, kita sebagai orang tua ini pertama-tama harus mencari dulu apa sih kesukaan dari anak ini, nah misalnya anak ini suka dengan make up, Nah kita sebagai orang tua itu mencarikan buku tentang seputar make up ini lalu kita memberikan buku ini alih-alih sebagai untuk meningkatkan potensi anak ini tentang make up. Dengan begitu pasti anak ini akan suka.
Kemudian sebagai orang tua itu, Apabila anak kita baru mulai membaca jangan memberikan buku bacaan yang begitu tebal ataupun banyak itu akan membosankan, mainkan memulai dari buku-buku yang tipis dan singkat aja.
Dan kita menyesuaikan dengan gaya belajar anak, misalnya anak dengan metode belajar visual maka kita memberikan buku-buku yang banyak memiliki gambar, kemudian audio kita memberikan bacaan dengan metode mungkin bisa berupa audio, kemudian metode kinestetik kita memberikan anak dengan berbagai bacaan yang interaktif.
Terima kasih.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
HapusPerkenalkan saya Fauzan Nashrullah Fajar NPM.2386206021dari kelas 5B PGSD.
Saya setuju banget dengan pertanyaan yang menguji dari Saudara Stevani tentang cara menyeimbangkan dorongan membaca dengan menghormati minat anak. Wah wah wahh.. Ini tuh pertanyaan yang bagus dan mendalam banget, karena semua calon pendidik pasti menghadapi isu ini nih... Tanggapan dari Saudara Isdiana Susilowati Ibrahim dan Saudara Maya Apriyani juga tuh gak kalah kerennya.. poin-poinnya tuh kena banget mana saling melengkapi lagi, keren deh.... Terimakasih untuk Saudari Stevani, Isdi dan Saudari Maya. Teman-teman harus sadar, mereka-mereka ini sudah memberikan kerangka kerja yang sangat applicable dan relate dengan masalah fundamental yang kita hadapi saat ini!!
Jujur saja, benang merah dari semua tanggapan ini bikin kita sadar bahwa kunci utamanya adalah otonomi dan penyesuaian secara pribadi. Saudara Isdiana benar, memberi ruang memilih dan apresiasi pada usaha itu penting banget, bukan cuma hasil akhir. Pendekatan ini nggak akan membuat anak merasa terpaksa atau "harus" suka... Kemudian, Saudara Maya melengkapi dengan solusi yang sangat praktis: mulai dari buku yang tipis dan yang sesuai kegemaran si anak (kayak contoh make-up tadi), sambil menyesuaikan gaya belajarnya. Jadi... kerangka kerja inti kita adalah: ubah paksaan menjadi kesenangan dengan cara mencari kegemaran si anak dan menyesuaikan metode dengan gaya belajar mereka, nggak kaku.
Serius, Teman-temanini... ini lah tugas besar nan mutlak buat kita semua sebagai calon guru PGSD. Kita nggak cuma dituntut menguasai materi, tapi harus menjadi master dalam menyesuaikan secara pribadi pembelajaran di kelas. Kita harus bisa menjadi "mak comblang" yang kena banget antara minat anak dan buku yang ada. Kalau kita gagal membuat membaca terasa menyenangkan dan worth banget di level awal (SD), maka akan sulit bagi mereka di jenjang berikutnya. Ini adalah tanggung jawab mutlak kita untuk memastikan setiap anak merasa dihargai prosesnya, bukan sekadar dipaksa mengikuti kewajiban.
Gimana menurut teman-teman, apakah kita harus mulai mendiskusikan kerangka kurikulum yang lebih supportive untuk pendekatan berbasis minat ini?
Nama: Dominika Dew Daleq
HapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Saya izin menambahkan jawaban dari pertanyaan teman kita stevani.
Jadi sebenarnya ada cara paling mudah untuk mengembalikan semangat membaca dengan memulai dari target sangat kecil seperti lima menit sehari membaca apa saja yang menarik tanpa harus menyelesaikan buku, dan untuk menyeimbangkan dorongan membaca dengan menghormati gaya belajar berbeda caranya adalah dengan menawarkan pilihan bukan perintah misalnya mau baca komik atau majalah hewan bukan kamu harus baca ini atau kamu harus baca itu, hargai cara belajar mereka yang unik misalnya ada anak lebih suka mendengarkan rekaman suara dengan bacaan yang menyenangkan dan itu juga melatih literasi mereka, jadi intinya buat membaca sebagai pilihan menarik yang bisa mereka kendalikan sendiri bukan kewajiban dari luar sehingga mereka merasa punya kuasa dan prosesnya jadi lebih menyenangkan.
Izin menanggapi ya stevani emang bener sih, penting banget ngajarin anak buat suka baca, atau minimal nggak ngerasa boring. Kalau anak udah suka baca dari kecil, itu jadi buka jendela ke dunia luar, tahu cerita seru, dapet ilmu baru, dan nambah imajinasi. Intinya, biar gampang paham pelajaran dan nggak ketinggalan info.
HapusNah, kuncinya tuh di caranya harus asik, kayak milih bacaan yang sesuai minat biar nggak berasa dipaksa. Daripada ngasih "izin" nggak suka baca yang ujung-ujungnya bisa rugiin mereka, mending dibikin fun aja prosesnya!
Keep reading, guys, biar nggak jadi ketinggalan info
Nah kalo untuk jawab pertanyaan mu Stevani menurut saya ya,untuk menumbuhkan semangat membaca dan menyeimbangkan dorongan menikmati membaca dengan menghormati gaya belajar yang berbeda, guru dapat memilih materi yang relevan, beragam, dan secara aktif melibatkan siswa berdasarkan minat spesifik mereka agar proses membaca terasa menyenangkan dan bukan sebagai keharusan.Semoga membantu ya
HapusNama: Maya Apriyani
BalasHapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
saya setuju dengan bacaan ini yang di mana pentingnya mengajarkan anak membaca mulai saat dini, karena dengan membentuk pembiasaan membaca akan bermanfaat untuk di masa depan.
menurut saya sering sekali orang tua menganggap bahwa membaca bukan lah hal yang penting, orang tua merasa bahwa apabila anak sudah bisa membaca itu sudah cukup dan tidak melatihnya secara terus menerus, sehingga anak-anak stop pada tahap itu.
saya rasa itulah yang menyebabkan anak malas untuk membaca selain dari faktor dari bacaan.
terima kasih bapak
Nama: Nur Sinta
BalasHapusNPM: 2386206033
Kelas: VB PGSD
Izin menanggapi pak...
Membaca ini sangat penting di kembangkan sejak dini karena membaca merupakan fondasi penting bagi banyak aspek pelajaran, jangan biarkan anak membenci membaca itu dapat merugikan mereka dalam jangka panjang atau selama proses belajar mereka bahakan selama hidupnya. Maka dari itu sebaiknya kita bicara baik-baik kepada anak dan menemukan akar permasalahannya
Nama: Nur Sinta
HapusNPM: 2386206033
Kelas: VB PGSD
jika anak tidak membenci membaca dan menikmati membaca mereka akan paham apa yang telah dibaca, melalui membaca anak-anak belajar banyak hal, menambah ilmu mereka dan melatih cara berpikir.
Nama : Erlynda Yuna Nurviah
BalasHapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206035
Menurut saya kebiasaan membaca ini harus diterapkan kepada anak-anak sejak dini, agar terlihat tidak membosankan mungkin bisa dimulai dari mengenalkan mereka cerita yang lucu, bergambar dan revelan sesuai usia mereka ( misalnya dongeng sebelum tidur) atau berkaitan dengan hal yang mereka suka. Keterlibatan orangtua juga sangat penting untung membimbing anak - anak membaca dirumah sekedarkan mengenalkan gambar sambil bercerita, mengenalkan abjad sambil bernyanyi misalnya ( A untuk ayam a a a ) atau memberi pujian saat anak mau membaca. Jadi mungkin dengan cara seperti ini mereka tidak membenci kegiatan membaca melainkan sebuah rutinitas yang dilakukan setiap hari yang menimbulkan rasa ingin tahu.
Nama : Alya Salsabila
BalasHapusNpm : 2386206062
Kelas : V C
Setelah saya membaca materi saya setuju dengan materi yang bapak sampaikan, memang sangat penting bagi anak-anak untuk menikmati proses belajar, bukan hanya fokus pada hasil atau nilai. Ketika mereka senang, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan mereka menjadi lebih terbuka untuk mencoba hal baru, terimakasih bapak
Nama : Alya Salsabila
HapusNpm : 2386206062
Kelas : V C
Izin bertanya ya bapak, bagaimana cara guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar anak merasa "ingin" belajar bukan karna terpaksa?
Nama : Putri Lestari Pinang
HapusNPM : 2386206081
Kelas : 5D PGSD
Izin menjawab pertanyaan Alya salsabila, Guru dapat menciptakan suasana belajar yang positif dengan membangun hubungan yang baik dengan siswa, memahami kebutuhan dan minat mereka, serta menunjukkan kepedulian terhadap kemajuan mereka. Pembelajaran juga dapat dibuat lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga mereka dapat melihat manfaat dari apa yang mereka pelajari.
Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang variatif seperti diskusi, proyek, dan permainan untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif. Selain itu, menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang di kelas juga dapat membantu siswa fokus dan merasa nyaman untuk belajar.
Guru juga dapat memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif kepada siswa sehingga mereka dapat merasa percaya diri dan termotivasi untuk belajar. Dengan melakukan hal-hal tersebut, guru dapat menciptakan suasana belajar yang positif dan membuat siswa tidak merasa terpaksa untuk belajar.
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Izin pak untuk menjawab pertanyaan dari Alya, kalau saya diposisikan jadi guru saya bikin suasana belajar jadi menyenangkan dengan cara sederhana saja seperti, bikin kelas terasa hidup, dekat, dan relevan buat anak. Saya juga akan membuat beberapa trik santai:
• Mulai dari hal yang mereka kenal biar materi terasa “masuk akal” dan nggak jauh dari dunia mereka.
• Gunakan aktivitas yang variatif main peran, permainan kecil, diskusi ringan, atau eksperimen sederhana.
• Beri ruang anak untuk ngomong dan bergerak bukan cuma duduk dengar.
• Apresiasi usaha kecil supaya anak merasa dihargai, bukan dihakimi.
• Bangun hubungan positif: senyum, sapa, bercanda sedikit anak lebih semangat kalau gurunya asik.
Nah kalau suasananya nyaman dan fun, anak biasanya belajar karena pengen, bukan karena dipaksa.
itu saja dari pengetahuan saya terimakasih.
Nama: Zakky Setiawan
BalasHapusNPM: ( 2386206066 )
Kelas: 5C
Sangat kurang enak di dengar jika seorang peserta didik bisa menggunakan kata " membeci membaca " padalah tuh bisa jadi karena cara yang di gunakan dalam membaca itu salah, padahal kan bisa dilakukan dengan pelan, dan di mulai dari bacaan dengan sampul buku yang menarik, jadi menarik kemauan peserta didik untuk membaca
Nama: Zakky Setiawan
BalasHapusNPM: ( 2386206066 )
Kelas: 5C
Membaca bukan sebuah perlombaan, jadi guru harus menanamkan pemikiran tersebut kepada peserta didik agar memiliki kepercayaan diri,supaya dia tidak perlu iri dengan temannya, memang lumayan susah membangun kepercayaan diri tapi itu bisa dilakukan loh secara pelan-pelan
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Saya salfok bangeeeet sama komen mu Ky, kereeen hehehe kayak deep banget dan jlepp. Saya setujuuu bangeet sama apa yang kamy bilang Ky guru harus kasih tau duluan ke anak anak bahwa membaca itu bukan lomba cepat cepatan. Soalnya banyak bangeet anak yang ngerasa bahwa kalau mereka lagi baca itu kayak lagi lomba siapa cepet itu duluan yang menang padahal kan bukan lomba ya. Kadang, karena yang sering terjadi kayak gitu jadi anak anak yang baca nya ga cukup cepat ngerasa minder dan kalah. Padahal, yang penting bukan seberapa cepet kita selesai membaca kan yaa, tapi seberapa bisa kita paham sama isi yang kita baca. Jadi, menurut saya guru guru emang perlu menekankan dan ngasih pemahaman bahwa membaca itu bukan soal siapa yang paling cepet big no no no...
(112)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Saya jadi keinget momen saya ngajar les, momennya sama banget sama pernyataan dari zaky tapi konteksnya ini saya beneran ;langsung ada di situasi itu. Jangankan anak anak, kita aja yang sudah gede rasanya ga suka kalau dibanding bandingin, apalagi mereka yang masih kecik. Mereka akan lebih ngerasa minder dan tertutup dengan kondisi mereka sedang bertumbuh ini (hayo coba bayangin bahaya dan rentannya). Jadi, guru emang harus serba bisa, dan konteksnya kali ini guru harus bisa bikin anak anak ga merasa tertekan dan ga lebih unggul dari teman temannya yang dijaidkan perbandingan. Kalau mereka udah dapet rasa percaya diri itu, biasanya mereka bakal lebih enak untuk bacanya karna udah ga ngerasa bersaing lagi dengan siapa siapa. Prosesnnya mungkin lama ya, tapi tetep bisa kokkk, sedih banget tau rasanya kalau ngebayangin anak anak kita itu lagi di vibrasi rendah kayak minder ga pdd dll :(..
(113)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Saya juga keinget sama anak murid kelas 1 yang saya ajar membaca, anaknya belum bisa membaca waktu itu. Pada awalnya juga si anak malu malu untuk baca, tapi setelah pertemuan pertemuan berikutnya saya ngerasain banget perkembangan membacanya. Walau belum lancar, kita harus tetap berada di sisinya dan ngeyakinin bahwa dia punya kemampuan dan dia bisa. Jadi kuncinya bukan maksa anak untuk harus bisa ceoet membaca, tapi bikin rasa nyaman itu agar dia ngerasa percaya diri dan percaya sama kemampuannya. Yang kayak saya bilang di atas, gapapa kok kalau terlihat ga cepat, yang penting konsisten jadi emang perlu waktu...... gausah buru buru dunia aja ini :( karna kalau pun buru buru pasti feelnya ga begitu dapet daripada yang pelan pelan tapi konsisten
(114)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206086
Kelas: 5D PGSD
Nah, dari ke-yappingan saya semua ini hehehehe, inti dari intinya adalah guru emang punya peran yang penting bgt bgt dalam proses anak. Tapi perlu dingat juga, bahwa ga cuman guru aja yang nanamin pemahaman kalau baca itu bukan perlombaan namun orang tua pun harus ikut serta dalam menanam pemahaman itu ke anak. Kalau anak anak udh ngerti dan tertanamn dalam dirinya pemahaman itu tu mereka insyaallah udah ga minder lagi. Mereka juga pasti nikmatin ngebacanya yang dalam artian memahami bacaan itu dan bukan lagi soal siapa yang cepet selesai mbacanya. Apalagi setiap anak kan emang beda beda semua, termasuk kemampuan mbacanya jadi ini PR guru dan orang tua juga nih ngasih paham ke anak. Kalau semuanya udah, inyaallah mereka tak benci baca bahkan minat mbacanya meningkat karna dari prosesnya kita bantu dengan yang tanpa dipaksa tadi.
(115)
Nama : Aprilina awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Ijin menanagapi pak, Saya setuju dengan Artikel Genevieve McArthur 2024!
Membiarakan anak tidak menyukai membaca bisa berdampak negatif pada kemampuan mereka di masa depan. Saya suka banget dengan kalimat "Membaca dan menulis adalah keterampilan yang mendasari sebagian besar pekerjaan" Ini benar sekali! Membaca dan Menulis adalah keterampilan dasar yang sangat penting untuk dikuasai. Dengan saran yang diberikan oleh Genevieve McArthur, seperti menemukan akar permasalahan , mencari bantuan ahli jika di perlukan, dan menemukan bacaan yang menarik bagi anak-anak. Saya juga setuju bahwa menentukan tujuan membaca yang bermakna dan mendukung rasa percaya diri anak sangat penting dalam mengembangkan kebiasaan membaca yang positif.
NAMA : DIAS PINASIH
BalasHapusNPM : 2386206057
KELAS : VB PGSD
Izin menanggapi materi yang bapak jelaskan di atas pak🙏
Materi yang bapak sampaikan mengenai pentingnya membantu anak agar dapat menikmati kegiatan membaca sangat menarik dan memiliki makna yang mendalam bagi perkembangan kemampuan literasi anak. Dari penjelasan di atas saya memahami bahwa membaca bukan hanya sekedar kemampuan teknis dalam mengenal huruf atau kata, tapi merupakan proses berpikir yang kompleks yang melibatkan pemahaman, analisis, interpretasi, dan penilaian terhadap makna dari teks yang di baca. Dalam konteks pendidikan dasar, kemampuan menikmati kegiatan membaca menjadi fondasi penting bagi tumbuhnya rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis, serta sikap positif terhadap pembelajaran di masa depan.
NAMA : DIAS PINASIH
BalasHapusNPM : 2386206057
KELAS : VB PGSD
Artikel tersebut menyoroti bahwa tidak semua anak memiliki minat yang sama terhadap kegiatan membaca. Ada anak-anak yang secara alami menikmati membaca namun ada juga yang lebih menarik pada aktivitas lain seperti bermain game, berolahraga, atau menggunakan media sosial. Hala ini menunjukkan bahwa minat membaca tidak selalu muncul secara spontan, tetapi perlu ditumbuhkan melalui pendekatan yang menyenangkan dan relevan dengan dunia anak. Bapak juga menekankan pentingnya memahami akar permasalahan mengapa anak tidak menikmati membaca apakah karena kesulitan memahami teks, gangguan konsentrasi, rendahnya rasa percaya diri, atau karena belum menemukan jenis bacaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.
NAMA : DIAS PINASIH
BalasHapusNPM : 2386206057
KELAS : VB PGSD
Saya juga memahami tugas seorang guru bukan hanya mengajarkan cara membaca, tetapi juga menumbuhkan kecintaan terhadap membaca, langkah yangg dijelaskan dalam materi, seperti mengenali hambatan membaca, memberikan ruang untuk memilih bacaan yang di sukai, menentukan tujuan membaca yang bermakna, dan mendukung rasa percaya diri anak merupakan strategi yang sangat tepat untuk diterapkan di kelas. Melalui pendekatan ini siswa akan merasa dihargai dan dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
Selain itu saya juga tertarik dengan penjelasan tentang bagaimana guru dapat membantu anak menentukan tujuan membaca yang bermakna. Hal ini penting karena dengan memiliki tujuan yang jelas, anak akan lebih fokus, lebihh termotivasi, dan mampu mengambil manfaat nyata dari bacaan yang mereka pilih. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip student-centerend learning, dimna peserta didik menjadi subjek aktif dalam proses belajar.
NAMA : DIAS PINASIH
BalasHapusNPM : 2386206057
KELAS : VB PGSD
Saya juga ingin menambah kan sedikit saran pak izin pak
Terkait penerapan konsep ini dalam konteks pendidikan dilapangan. Tantangan utama bagi guru disekolah dasar adalah waktu belajar yang terbatas dan kurikulum yang padat. Sering kali guru harus mengejar target akademik, sehingga kegiatan membaca yang harusnya menyenangkan justru menjadi menjadi beban bagi siswa. Oleh karena itu, menurut saya penting bagi sekolah untuk menyediakan literasi corner atau waktu khusus membaca bebas setiap minggu di mana siswa dapat membaca buku yang mereka sukai tanpa tekanan penilaian hal sederhana seperti ini dapat membantu menumbuhkan kebiasaan membaca yang alami dan berkelanjutan.
Keterlibatan orang tua juga memegang peran penting seperti yang disampaikan dalam materi suasana membaca di rumah turut mempengaruhi sikap anak terhadap buku orang tua yang sering bacakan cerita berdiskusi ringan tentang isi bacaan atau menyediakan waktu membaca bersama anak dan membantu menciptakan budaya literasi yang kuat di lingkungan keluarga.
Nama : Putri Lestari Pinang
BalasHapusNPM : 2386206081
Kelas : 5D PGSD
Izin menanggapi pak, untuk membuat siswa suka membaca dan tidak membencinya, guru dapat membuat membaca menjadi menyenangkan dengan memilih buku yang menarik dan sesuai dengan minat siswa. Membaca bersama siswa juga dapat membantu mereka merasa lebih nyaman dan terlibat dalam proses membaca. Selain itu, menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dapat membantu siswa fokus dan menikmati kegiatan membaca. Jangan memaksa siswa untuk membaca jika mereka tidak ingin, karena ini dapat membuat mereka membenci membaca. Sebaliknya, berikan contoh dengan membaca di depan mereka dan menunjukkan bahwa membaca adalah kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat. Dengan melakukan hal-hal tersebut, siswa dapat mengembangkan kebiasaan membaca yang baik dan memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bahasa, pengetahuan, dan imajinasi mereka.
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Saya setuju dengan pendapat Putri pak . Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dan relevan dengan minat siswa adalah kunci agar siswa tidak hanya suka membaca, tetapi juga menjadikan membaca sebagai kebiasaan positif. Pendekatan seperti memilih buku yang tepat, menciptakan suasana nyaman, dan memberi contoh langsung akan sangat membantu menumbuhkan kecintaan siswa terhadap membaca.
Nama:Bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Pernyataan ini adalah prinsip dasar dari pendidikan literasi modern.tujuannya adalah pendidikan literasi adalah membentuk pembaca yang termotivasi dan mandiri bukan sekedar pembaca yang kompeten secara teknis(bisa membaca kata,tetapi tidak suka melakukannya).
Jadi inti dari masalah ini adalah jika emosi terhadap buku adalah rasa frustasi,ketakutan,atau kebosanan(kebencian) maka kemajuan akademik mereka secara keseluruhan akan terhambat ,karena membaca adalah kunci untuk mengakses pengetahuan di semua mata pelajaran.
BalasHapusNama: Nanda Vika Sari
BalasHapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Pada materi ini memberitahukan bahwa pentingnya menumbuhkan kebiasaan membaca, pada anak sejak dini. Ketidak sukaan anak terhadap perkembangan kemampun literasi dan kepercayaan diri anak, ketidaksukaan anak membaca biasanya disebabkan karena kesulitan memahami teks, rasa tidak percaya diri, dan juga kurangnya minat terhadap bahan bacaan. Maka dari itu, orang tua dan guru perlu memahami penyebabnya dan membantu anak menemukan bacaan yang menarik dan sesuai oleh kemampuannya agar mereka merasa membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan.
Nama: Rosidah
HapusNpm: 2386206034
Kelas: V B (PGSD)
Saya setuju dengan kak Nanda, mungkin kedepannya bisa ditambahkan juga di materi bapak, tentang pentingnya pendekatan membaca. Karena setiap anak memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda, jadi guru atau orang tua bisa mencoba mengenalkan jenis bacaan contohnya seperti komik edukatif, cerita pendek, dll, untuk menemukan bacaan yang cocok bagi anak yang mengalami ketidaksukaan dalam membaca.
Jadi, poin pentingnya dalam bacaan diatas adalah orang tua dan guru yg berperan penting dalam untuk memambangkitkan minat baca pada anak dengan pendekatan yg sudah bapak jelaskan diatas yaitu
BalasHapusajak anak memilih buku atau artikel yang sesuai dengan minat mereka, menorong anak untuk memiliki tujuan membaca dan dukung rasa percaya diri anak. dengan begitu anak merasa mereka termotivasi untuk meningkatkan kemampuan membaca.
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusNPM : 2386206048
Kelas : 5 C
izin menanggapi materi pak. saya setuju banget pak. anak anak harus di ajari supaya suka membaca atau minimal tidak benci saat membaca. Karna kalau sampai mereka benci membaca mereka juga akan kesusahan di dalam pembelajaran. Istilah kita setiap hari juga pasti membaca,karna membaca itu penting,contoh nya kita membaca pesan dari orang lain,petunjuk arah, atau informasi berita dari tv maupun hp. Jadi sejak kecil anak perlu dibiasakan membaca siapaa bisa belajar dengan baik dan tidak perlu menekan mereka agar mereka tidak merasa tertekan
Nama : Dita Ayu Safarila
HapusNPM : 2386206048
Kelas : 5 C
Izin pak,kalau kita membahas ini saya teringat dengan kejadian saya pada saat pertama kali saya ngajar di sekolahan kemarin.
Jadi pada saat saya mengajar itu seperti biasa saya menjelaskan dan saya bertanya kepada mereka mengenai materi tersebut. yang angkat tangan ya itulah yng bisa menjawab,lalu yang tidak angkat tangan apakah mereka paham? itu yng saya pikirkan. namun,saya abaikan pikiran itu,karna saya pikir mungkin mrka kalah cepat saja. Nah setelah kami sekelas membahas materi itu lalu saya berikan tugas kepada mereka. Nah pada saat saya memberikan tugas ada beberapa anak bertanya kepada saya “Ibu ini jawabannya gak ada di buku,gimana mau nulis jawabannya?” nah setelah itu langsung saya jawab “ Ibu bikin soal,dan nulis soal di papan tulis itu dapat nya dari buku,kalau tidak dari buku ibu dapat dari mana soal tersebut?” lalu mereka semua hanya tersenyum. Nah kemudian ada teman mereka menjawab “makannya buku nya di baca,jangan cuman mainan”.
jadi saya langsung menjawab “usahakan membaca dlu baru bertanya atau berkomentar masalah soal yang ibu berikan.”
Nah dari kejadian tersebut bisa kita katakan bahwa mereka mungkin malas atau tidak suka atau benci membaca ya? Soalnya kalau masalah game bermain mereka sangat amat mau mengikuti nya.apalagi mslh main game di hp mereka sangat antusias membahasnya,berbeda dengan pelajaran mereka malas untuk membaca materi kalau tidak di marahi atau di suruh baca ke depan keras keras.
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Saya pengen nanggepin ceritamu ya dit, saya ga cukup related sih sama cerita mu karna konteksnya di sekolah. Cuman saya ngerasa saya pengen ngehubungin cerita mu dengan anaul (analisa aul) saya heheheheh dan pengalaman yang pernah saya rasain dengan konteks pengajar private di bimbel. Saya jadi cukup keinget sama anak-anak yang saya ajar dari ceritamu dit. Mereka ga sering sih kayak anak anak di kelas yang kamu ajar kayak nanya dulu baru ngerjarin karena di awal pasti saya kasih penjelasan atau seengganya ngebimbing supaya mereka ngebentuk pengetahuannya sendiri. Nahh, tapi ada kesamaan nih, anak anak saya yang sama kayak anak anak mu dibagian ‘mereka antusias betul kalau udah disuguhin materi yang medianya benda digital hmm apalagi HP‘. Mungkin kenapa anak-anak polanya yang sering kita temuin begini karna kebiasaan mereka di rumah pun cukup sering pegang hp atau kayak terpapar digitalisasi kayak nonton YT short, game-gamean gitu juga. Hmm kayaknya gituu sihh :/
(107)
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Terus juga, dari tanggapan saya yang pertama di atas, kayaknya kita emang ga bisa 100% menutup digitalisasi itu karna sekarang emang ini eranya. Tapii karena hal kayak gitu jadi guru guru (insyaallah kita semua juga hehehhe) itu punya PR yang lebih nge-PR bgt lagi untuk gmna caranya si anak anak ini tetep suka membaca dan tetap beriringan sama era digital inieehh hmmzzz. Jadi kayaknya kalau pertanyaan mu salah guru atau salah orang tua jawabannya bukan salah guru atau salah orang tua dit. Tapi kita sebagai guru dan orang tua orang tua murid kita harus bersinergi (gaya banget bahasanya wkwkkwkw) supaya bisa ngebangkitin minat bacaa anak anak kita tanpa menutup pintu digitalism inieee. Keliatannnya agak susah sih emang tapi itulah tantangan guru yang ada sekarang hehehe. Semangaaaaatt
(108)
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Oh iyaaa, karena tadi saya bilang kita emang perlu ngebangkitin minat baca anak anak kita dari dua belah pihak (di rumah dan di sekolah. Becauseeee, kalau di sekolah aja yang jadi andalan kayaknya susah yaa bund melihat bahwa waktu anak itu jauh lebih banyak berada di rumah oleh karena nya emang perlu kerja sama di ke dua pihak ini, supaya klop dan berpengaruh besar bagi kebiasaan membaca anak. Waktu di les tuh saya pun ngeliat memang anak anak tu lebih excited kalau bacaan atau materinya di improve supaya keraasa lebih hidup dan menarik perhatian mereka. Kalau sekedar buka buku terus kita cuman nemenin aja tanpa ada improve dari kita rasa rasanya anak tu boring, kalau saya di posisi anak anak pun kayaknya saya ngebatin “hwaaaaaa ga paham bosen capeee“
(109)
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Nah, selanjutnya, kalau udah begitu, mungkin kita bisa memulainya dengan pendekatan yang lembut. Gapapa kalau bacanya masih pelan atau sedikit sedikit asal kita ga ngejudge dan matahin rasa yang udah mereka mau mulai itu. Terus kita juga bisa membangun pola atau kebiasaan membacanya dengan konsisten tiap hari, jadi bener gapapa kalau dikit dia bacanya perhari dulu asal konsisten tiap hari. Jadi anak pun ngerasa nyaman dan diterima memang butuh waktu tapi pelan pelan insyaAllah jadi habit baru yang positif hihi
(110)
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Terus kalau kita bahas soal peran orang tua murid dalam pembiasaan membaca ini. Di atas tadi saya ada bilang kita harus bekerja sama maka dari pihak orang tua pun harus mendukung penuh pembiasaan membaca ini. Anak anak kan lebih banyak waktunya di rumah tuh dari pada di sekolah, berarti orang tua bisa bikin aturan di rumah tentang pengelolaan gadget supaya rasa ketagihan pegang hp pada anak bisa dikontrol dan dialihkan ke pembiasaan membaca ini. Orang tua juga bisa nemenin membaca dan nyediain fasilitas buku buku yang diminati anak di rumah. Jadinya baik di rumah maupun di sekolah bener bener ngedukung pembiasaan membaca ini biar anak dari yang ga minat menjadi minat dan lebih senang.
(111)
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusNPM : 2386206048
Kelas : 5C
Nah jdi dari komen saya dan kejadian saya tersebut. itu salah guru atau salah orang tua? dan bagaimana peran guru dalam menumbuhkan minat membaca mereka agar mereka tidak malas membaca saat mengerjakan tugas?
terus juga bagaimana ya peran orang tua dirumah kepada anak anak nya untuk anak bisa lebih banyak belajar membaca buku bukan hanya bermainan game di hp?
Nama: Maya Apriyani
HapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Izin menjawab pertanyaan dari Kak Dita Ayu.
Menurut pendapat saya di sini Saya tidak menyalahkan pihak guru ataupun orang tua tetapi kedua ini harus saling bekerja sama untuk dapat mendukung minat baca kepada anak.
Yang di mana antara dua hal ini memiliki peran penting untuk menumbuhkan minat baca terhadap anak tersebut.
1. Yang pertama yaitu peran guru dalam menumbuhkan minat baca anak agar mereka tidak malas membaca saat mengerjakan tugas?
* sebagai seorang guru tentunya kita akan bersama-sama dengan siswa kita di dalam kelas, nah Dalam proses pembelajaran kita bisa membuat pembelajaran membaca ini lebih menyenangkan misalnya Membaca cerita bersama-sama, dan juga harus menemukan metode-metode yang sangat interaktif dalam membaca.
* tidak lupa untuk memberikan pujian-pujian kepada anak agar anak tersebut tuh tentunya lebih semangat dalam membaca, kemudian tentunya langkah awalnya Mungkin sedikit dipaksakan misalnya dengan memberikan tugas kepada siswa nah untuk merangkum ataupun menceritakan kembali apa yang mereka baca, mungkin awalnya siswa merasa terpaksa tapi apabila Mereka sudah terbiasa maka akan terus berjalan dan mereka akan menyukainya.
* na juga di sekolah itu perlu dukungan misalnya menyediakan banyak sekali buku yang bervariasi agar anak itu tidak kehabisan bahan bacaan dan dapat menemukan bacaan yang benar-benar mereka sukai.
2. Peran orang tua di rumah kepada anak untuk anak bisa lebih banyak belajar membaca buku bukan hanya bermain HP?
* kalau dari saya itu yang pertama kita sebagai orang tua harus menunjukkan sikap yang positif terlebih dahulu kepada anak, misalnya kita menyuruh mereka untuk membaca buku maka kita juga harus melakukan hal itu. Karena anak pasti akan menirukan apa yang kita lakukan.
* nah tentunya juga kita harus membatasi anak ini dalam bermain HP, misalnya mereka hanya boleh bermain HP 2 jam dalam sehari, kemudian pada malam hari mereka harus meluangkan waktu minimal 5 menit sampai 10 menit untuk membaca buku.
Semoga jawaban saya ini dapat membantu, terima kasih
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Saya izin memberikan jawaban dari pertanyaan Dita Ayu, dari pemahaman saya sebenernya ini bukan soal siapa yang salah, tapi lebih ke siapa yang bisa bantu lebih dulu. Minat membaca itu tumbuh dari dua arah: guru dan orang tua. Jadi kalau anak jadi malas baca, biasanya karena dukungan dari dua sisi ini belum pas, bukan karena salah satu pihak.
Peran guru:
kalau saya yang jadi gurunya saya bisa bikin membaca terasa ringan dan seru. Misalnya: kasih bacaan yang sesuai level anak, pakai aktivitas menarik (cerita bareng, tebak kata, membaca bergilir tanpa tekanan), dan selalu kasih apresiasi kecil. Intinya, guru bantu anak ngerasa “Oh, baca itu nggak sesusah itu kok.”
Peran orang tua:
Di rumah, orang tua cukup bikin rutinitas kecil yang konsisten. Nggak perlu lama 5 sampai 10 menit baca bareng sebelum tidur aja udah bagus. Kurangi waktu layar pelan-pelan, bukan tiba-tiba dilarang total. Yang penting, orang tua juga nunjukkin kalau mereka suka membaca, biar anak lihat contoh langsung.
Jadi pada intinya bukan siapa yang salah, tapi bagaimana guru dan orang tua bisa kerja bareng biar anak pelan-pelan balik suka baca.
Nah segitu saja yang saya ketahui semoga membantu.
Nama: Dominika Dew D
HapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Menurut saya sendiri kaa dita, ini bukan soal salah guru atau orang tua tapi kolaborasi atau menggabungkan keduanya yang perlu diperkuat lagi, disini juga peran guru itu menciptakan pengalaman membaca positif di kelas dengan sesi menyenangkan bukan hanya tugas yang membosankan saja, lalu memberikan pilihan bacaan sesuai minat mereka, dan tidak mempermalukan anak yang kemampuannya kurang, sedangkan peran orang tua itu jadi role model dengan sering terlihat membaca bukan main ponsel, buat rutinitas membaca bersama yang menyenangkan seperti sebelum tidur, sediakan berbagai bacaan menarik di rumah, dan batasi waktu game dengan konsisten melalui kesepakatan bersama, jadi guru dan orang tua harus saling mendukung untuk menciptakan lingkungan yang membuat anak-anak melihat membaca adalah sebagai aktivitas sangat menyenangkan.
Semoga membantu.
Menurut saya pak pembahasan ini sangat menarik karena menyoroti pentingnya membuat anak menyukai membaca, atau setidaknya tidak membencinya.
BalasHapusNama: Dominika Dew D
HapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Baik alda terima kasih untuk tanggapannya yang sudah diberikan saya akan menambahkan sedikit, jadi memang benar yaa bahwa fokus pada membuat anak tidak membenci membaca adalah hal yang sangat penting, karena kalau mereka sudah membenci membaca di usia dini akan sangat sulit untuk mengubah pandangan itu dan berdampak pada literasi sepanjang hidup mereka, jadi pencapaian tidak membenci ini sebenarnya sudah langkah penting yang dengan pendekatan tepat bisa berkembang menjadi menyukai bahkan mencintai membaca.
Terima Kasih.
Nama: Patricia Nini Making
BalasHapusKelas: 5C
NPM: 2386206046
Izin bertanya pak
bagaimana metode yang lebuh efektif atau tepat yang di terapkan agar anak - aak dapat memahamj arti simbol "=" ( sama dengan) dan bukan hanya mengenal bentuknya saja? apakah ada langkah yang lebih konkrit atau tepat yang bisa kita terapkan di kelas atau di rumah?
Terimakasih pak
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206058
Hallo Patricia izin yah menjawab. Menurut saya, cara paling mudah supaya anak paham tanda “=” itu dengan nunjukkin bahwa itu berarti dua sisi punya jumlah yang sama. Misalnya kita taruh 3 pensil di kiri dan 3 pensil di kanan, lalu bilang, Lihat, ini sama banyak ya, jadi 3 = 3. Bisa juga pakai contoh seperti 4 + 1 = 2 + 3 supaya mereka lihat kalau nilainya tetap sama meskipun bentuknya beda. Dengan contoh-contoh nyata kayak gitu, anak biasanya lebih cepat nangkep bahwa tanda “=” itu artinya setara, bukan sekadar tempat jawaban.
Terimakasih😊
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan Patricia, dengan cara bikin anak paham arti tanda “=” adalah dengan menunjukkan bahwa tanda ini berarti dua sisi punya nilai yang sama. Kita jelaskan lewat contoh sehari-hari, misalnya jumlah kue di dua piring yang sama banyak. Gunakan benda nyata agar anak bisa melihat langsung keseimbangannya. Berikan latihan yang jawabannya tidak selalu di kanan supaya mereka tidak mengira “=” itu tempat jawaban. Bisa juga ajak mereka bermain tebak angka untuk membuat kedua sisi sama.
Dengan cara yang ringan dan konkret, anak lebih cepat nangkap makna sebenarnya dari tanda sama dengan.
Terimakasih.
nama : kornelia sumiaty
BalasHapusnpm : 2386206059
kelas : 5B PGSD
bagi saya materi ini sangat relevan bagi orang tua dan pendidik. karna Poin utamanya adalah: "anak tidak suka membaca" bukanlah watak, melainkan gejala yang harus dicari akarnya.
Artikel ini dengan jelas membedakan dua penyebab utama:
Masalah Keterampilan/Percaya Diri: Anak merasa tidak mampu, cemas, atau malu karena kemampuannya di bawah teman-temannya.
Masalah Minat/Relevansi: Anak punya hobi lain yang lebih seru atau tidak melihat "apa untungnya" membaca.
Solusi yang ditawarkan pun sangat praktis: Jangan memaksa, tapi investigasi. Cari tahu penyebabnya, lalu sesuaikan solusinya. Entah itu dengan mencari bacaan yang sesuai minat mereka (meski itu komik atau majalah olahraga) atau membantu mereka menemukan buku yang "pas" (tidak terlalu sulit/mudah) untuk membangun kepercayaan diri.
Nama: Patricia Nini Making
BalasHapusKelas: 5C
NPM: 2386206046
Izin menanggapi pak
mungkin orang tua atau guru juga bisa menciptakan momen bersama (misalnya membaca sambil berdiskusi ringan) agar membaca terasa sebagai aktivitas menyenangkan, bukan beban. Dengan begitu, anak bisa mulai memandang buku sebagai teman, bukan tugas
Nama: Rosidah
HapusNpm: 2386206034
Kelas: V B (PGSD)
Saya setuju dengan saudara Patricia.
Penting banget peran orang tua untuk meluangkan waktunya, setidaknya setiap hari minggu mereka bisa membuat aktivitas bersama, membaca buku dan berdiskusi ringan dengan anak, karena suasana yang menyenangkan juga sangat memperngaruhi minat anak dalam membaca.
Nama:Elisnawatie
HapusKelas:5D
NPM:2386206069
Wahh Saya setuju banget dengan pendapat dari patricia! Membaca sambil berdiskusi ringan bisa membuat suasana jadi lebih hidup dan bermakna. Ketika anak merasakan bahwa membaca bukan sekadar tugas, tetapi juga cara untuk berbagi cerita dan pemikiran, mereka akan lebih mudah menjadikan buku sebagai sahabat. Ini adalah langkah sederhana namun sangat efektif untuk menumbuhkan kecintaan membaca.
Nama: Arjuna
BalasHapusNpm:2386206018
Kelas:5A
Menurut saya, penting bagi anak untuk menikmati kegiatan membaca atau setidaknya tidak membencinya. Jika anak tidak menyukai membaca, hal itu bisa berdampak kurang baik dalam jangka panjang.Membaca dan menulis adalah keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam hampir semua pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
Nama: Rosidah
BalasHapusNpm: 2386206034
Kelas: V B ( PGSD)
Dari bacaan di atas sudah jelas materinya mengenai pentingnya bagi anak untuk menikmati membaca atau setidaknya tidak membencinya.
Dari hal yang saya baca dibagian menemukan akar permasalahan, nah di sini saya tertuju, di bagian "apakah sulit menemukan bacaan yang menarik bagi mereka" Dan "apakah mereka aktif menghindari membaca.
Nah permasalahan yang terjadi sekarang anak kecil sejak dini sering kali di berikan HP, bukan buku itu yang membuat minat membaca mereka berkurang, karena sering diberikan HP anak jadi aktif menghindari buku untuk membaca, karena fase anak-anak kan terkenal dengan fase bermain, mengenal hal baru yang membuat mereka tertarik.
Dan satu lagi permasalahan yang saya temui diluar sana, saat memberi buku bacaan sering kali tidak ada hal yang menarik perhatian anak, coba berikan buku cerita yang memuat gambar dan dialog
Nah di situ juga anak tertarik membacanya dan kurangi memberikan HP.
Saya sangat setuju dengan permasalahan yang sering ka Rosidah lihat, menurut saya ini merupakan tanggung jawab sebagai orang tua, karena anak sedari kecil jika sudah dibiasakan untuk memegang HP dan menonton HP kebiasaan tersebut akan terus berlanjut hingga ia dewasa, sehingga ketertarikan dia atau minat dia untuk membaca itu berkurang karena rasanya membosankan tidak ada suara yang muncul dari bacaan tersebut dan tidak ada gambar yang bergerak dalam buku.
HapusHal ini sangat perlu kita perhatikan bersama, sebagai calon pendidik ketika kita sudah mengajar kita bisa mengajak orang tua untuk bekerja sama untuk dapat membuat peraturan di rumah agar anak dapat mengurangi bermain HP, ajak orang tua untuk memperkenalkan buku-buku yang menarik dan buku dengan cerita-cerita yang seru kepada anak agar anak tersebut dapat tertarik untuk membaca buku-buku yang diberikan.
Nama: Imelda Rizky Putri
BalasHapusNpm: 2386206024
Kelas: 5B
Izin menanggapi pak, materi ini mengingatkan bahwa membaca bukan sekedar aktivitas akademik, tetapi fondasi penting bagi berpikir anak, gagasan bahwa anak sebaiknya menikmati membaca atau setidaknya tidak membencinya. Sangat relevan di era digital saat ini anak sering terserap oleh gawai sehingga kurangnya membaca buku. Jadi peran orang tua dan guru sangat di butuhkan untuk menciptakan suasana membaca yang menyenangkan bukan memaksakan, jika membaca dihadirkan sebagai kegiatan yang hangat, bebas tekanan dan relevan maka membaca bukan lagi beban tetapi kebutuhan alami.
Nama : Erlynda Yuna Nurviah
HapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206035
Menurut pendapat saya, apa yang disampaikan oleh imel sudah sangat tepat. Membaca memang tidak bisa diposisikan sekadar sebagai tugas akademik, tetapi sebagai pengalaman bermakna yang mendorong anak untuk berpikir, berimajinasi, dan menikmati prosesnya. Saya setuju kalau suasana membaca yang hangat dan bebas tekanan sangat dibutuhkan, karena minat membaca tidak tumbuh dari paksaan, melainkan dari keterlibatan emosional dan rasa nyaman. Menurut saya ada aspek lain yang perlu diperhatikan juga yaitu peran guru dalam memilih bahan bacaan yang relevan dengan dunia anak serta strategi pendampingan yang mendorong anak memahami isi bacaan, bukan hanya membacanya. Jika kedua hal ini berjalan seimbang suasana yang menyenangkan dan dukungan pedagogis yang tepat maka membaca akan menjadi kebutuhan alami, bukan kewajiban yang terasa membebani.
Terima kasih Bapak, setelah saya baca materi ini saya merasa materi tentang tantangan membaca ini penting sekali, apalagi buat kami yang nanti akan menjadi orang tua atau guru saya merasa sangat terbantu dengan materi ini dan saya sangat suka pada poin "Tentukan Tujuan membaca yang bermakna" itu sangat simpel tapi juga sangat efektif. Seringkali saya lihat orang tua menyuruh anak-anak membaca atau guru menyuruh membaca di perpustakaan tanpa tahu tujuannya buat apa. Dan solusi mengatasi tantangan (sulit atau mudah) juga sudah terperinci sekali, bukan hanya teori saja.
BalasHapusDan juga setelah membaca materi ini, saya juga jadi paham Bahwa masalah anak tidak suka membaca itu akarnya bisa dari banyak hal, bukan cuma malah saja. Mungkin seperti yang Bapak bilang di materi bapak pada bagian "ketidakmampuan optimal membaca" dan ada "minat lain Lebih mendominasi" itu sangat membuka wawasan, saya sangat setuju dengan kata bapak di awal bahwa memberi izin untuk tidak menyukai membaca itu merugikan dalam jangka panjang materi ini mengingatkan saya bahwa membaca itu keterampilan dasar untuk semua pekerjaan. Jadi saya rasa bagi calon orang tua dan pendidik materi ini sangat penting untuk bekal kita semua di masa depan.
BalasHapusNama: Yudha Praditya
BalasHapusKelas: 5B PGSD
Npm: 2386206031
Saya sangat setuju dengan poin dalam artikel ini bahwa memberi anak ruang untuk tidak ‘dibenci’ membaca itu penting tetapi juga sangat berbahaya jika kita mengabaikan sikap anak terhadap membaca secara pasif. Menikmati membaca bisa jadi benih besar untuk literasi masa depan mereka.
Saya suka saran agar orang tua mendengarkan akar permasalahan anak: apakah karena kesulitan membaca, rendahnya rasa percaya diri, atau karena bacaan yang tidak menarik bagi mereka. Itu sangat penting agar solusi yang diberikan benar-benar sesuai.
Terima kasih atas tulisannya, ini memberi inspirasi bagi orang tua dan pendidik untuk menciptakan lingkungan membaca yang lebih positif dan menyenangkan!”
BalasHapusNama :Jossen
BalasHapusKelas :5D
NPM: 2386206078
Saya setuju sekali bahwa mendukung rasa percaya diri anak dalam membaca itu sangat penting. Jangan sampai mereka merasa tertekan atau merasa “nggak mampu” hanya karena kita terlalu fokus pada hasil. Terima kasih penjelasannya—benar-benar membantu membuka sudut pandang baru.
Nama : Miftahul hasanah
BalasHapuskelas : 5C
Npm : 2386206040
Izin bertanya, Pak. Dari penjelasan ini saya jadi kepikiran satu hal. Kalau anak sudah terlanjur punya pengalaman kurang nyaman saat belajar membaca, entah karena minder atau merasa nggak mampu, gimana cara paling sederhana untuk mulai “memulihkan” perasaan itu? Soalnya kadang walaupun sudah dikasih bacaan yang menarik, mereka tetap menolak karena sudah keburu punya pengalaman negatif. Apa ada langkah kecil yang bisa dilakukan supaya anak pelan-pelan bisa merasa nyaman lagi tanpa dipaksa?
Nama: Maya Apriyani
HapusNpm: 2386206013
kelas: V.A
Menurut pendapat saya cara yang paling sederhana untuk memulihkan perasaan negatif yang ada pada siswa yang mungkin pernah mengalami pengalaman negatif melangkah kecil yang bisa dilakukan supaya anak pelan-pelan merasa nyaman tanpa dipaksa yaitu
Yang pertama itu terlebih dahulu kita harus memecahkan tembok negatifnya ini yaitu dengan cara hal yang paling utama adalah membangun kepercayaan diri siswa setelah kepercayaan diri siswa mulai terbangun Nah kita tuh mulai memperkenalkan dia dengan bacaan-bacaan mungkin bisa dimulai dengan cerita yang menggunakan audio Nah itu kan pasti siswa merasa berbeda, setelah itu setelah Dia memiliki ketertarikan jika memberikan buku-buku yang penuh dengan gambar warna-warna yang menarik dan bacaan-bacaan singkat Nah mungkin dengan hal itu dia bisa menumbuhkan rasa minatnya terhadap membaca, Nah setelah itu baru guru dapat memberikan bacaan-bacaan yang bisa berupa pembelajaran ataupun yang bersifat konkret.
Semoga jawaban saya bisa membantu
HapusNama: Nur Aulia MIftahul Jannah
NPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Saya setuju dgn pernytaan pertama kamu miftah yang kamu bilang bahwa kalau anak udh punya pengelaman yg ga nyaman maka setelahnya si anak pasti jadi takut dan ga pengen ngulang buat coba lagi. Karna ini jatohnya kayak trauma kecil dari pengalaman mbacanya, jadi di dalam hati dan pikiran anak tu kayak ada rasa takut yang nyangkut yang ngeganjal di dirinya sampe dia ga mau coba lagi. Jadi sbnernya bukan karna dari anaknya ini ga punya kemampuan dan ga bisa mbaca tapi karna ada pengalaman negatif itu dan ngebentuk rasa minder dan takut yg gede di dalam diri si anak (sediiih ☹). Mungkin karna spt itu, kita sebagai org gede yg nemenin dia tumbuh emg perlu kasih pendekatan yang lebih care atau lebih lembut dlu sblm kasih bacaan lagi. Karna ibaratnya tuh si anak kayak lagi terluka gitu lo, tapi lukanya di psikis. Saya yakin anak butuh rasa aman itu dari kita org gede ini biar dia ngerasa aman dan sembuh lalu bisa membuka dirinya lagi.
(123)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Kalau dari sepengalaman saya nemenin anak anak belajar di lesan, anak anak yg punya trauma kecil kyk gini biasanya masih bisa bgt kok ditolong dan dijuluri tangan bantuan kita supaya dia terbebas dari rasa takutnya itu. Tapiiii pelan pelan, bangun rasa percaya anak duluu ini penting bangeeetttt karna kalau ga ada rasa percaya itu kayak kita ga ada pondasi untuk bikin anak ngebuka diri dan mencoba lagi. Dan ngebangun rasa percaya diri itu pun bukan langsung ngasih buku ke anak, tapi tentang penerimaan kita terhadap dirinya anak. Ajak anak ngelakuin aktivitas yang kalau bahasa gaulnya tuh quality time ama kita, jadi dia ngerasa aman sama kita ngerasa diterima. Nah kalo udh gitu kita bisa pelan pelan nyentuh ttg traumanya itu pelan pelan, supaya bisa kita ajak dia membuka diri dulu dan abis itu dia coba lagi.
(124)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Karna bner aja yg kamu bilang mif, walaupun bukunya udh menarik tapi kalau si anak belum sembuh maka si anak ttp bisa nolak karna ketrigger rasa trauma yg itu dia takut dia malu minder. Nah, tapi kalau kita udh coba QT sama anak dan anak udh keliatan welcome sama kita baru kita bisa ajak anak baca, yang pendek pendek aja, gausah langsung minta anak langsung baca satu buku.. Tapi ini sambil kita temenin pokonya, jadi ngebangun kepercayaan diri mereka lagi spy mereka punya mindset “ohh trnyata aku bisa kok” gituu. Kalau udah dari situ atau udh nyampe di momen itu, ini tanda tanda kalau anak udah mulai balik rasa percaya dirinya..
(125)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Oh ya ini juga penting dalam prosesnya, kita sbg org gede yang deket ma anak harus kasih apresiasi sekecil apapun hal yg dia lakuin. Misalnya waktu kita coba kasih pengertian dan ngajak dia kembali untuk coba baca buku, terus ternyata dia udh bisa nyimak dan ngedengerin. Nah kita kasih apresiasi misalnya” siapa yg bilang kamu ga hebat nak, ini tadi kamu udh bisa nyimak ibu loh, anak ibu hebat, kita coba jalan pelan pelan lagi ya nak”. Mungkin keliatan spele banget ya, tapi ini dampaknya cukup gede loh karna dalam masa pemulihan anak tuh anak butuh validasi yang bikin mereka semangat dan mulai ngikis rasa takut gagal lagi itu yg ada dalam dirinya. Jangankan anak kalau kita org gede nih ngerasa ga PD ada juga ay bilang ke teman aku takut trs nanti di semangatin ma temen kita hihi.
(126)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Nah step selanjutnya biar anak cepet pulih, menurut saya gurunya jangan fokus sama hasil tapi fokus sama kenyamanan dann proses anak. Jangan kita yang pilihkan buku, tapi kita kasih mereka beberapa pilihan dan biarin mereka yg pilih sendiri mau buku yg gimana. Misal mereka pilih buku yang gambarnya dominan pol dan ringan yaudah gapapa. Kalau anak udh kaya gini ini berarti mereka udh punya kontrol diri tau maunya apa yg berarti juga rasa takut ga mau coba lagi nya tadi udah berkurang. Jadinya mereka jadi pelan pelan mbaca dengan pilihan mereka sendiri deh.
(127)
Nama: Nur Aulia MIftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Terus lagi kalo kita ngebahas langkah apa yg paling sederhana kalau si anak dah mulai welcome dan bisa pilih bacaan mereka sendiri. Menurut saya yaitu dimulai dgn kasih waktu sbntr buat baca misal 1-2 menit. Yg penting anaknya ini ga ngerasa baca tuh sebagai beban yang berat. Dari pengalaman saya, anak yg udah ngerasa nyaman itu nnti dia sendiri malah yang minta untuk membaca (kejadian terbarunya baru banget kemarin malam waktu saya ngajar anak les saya yang kelas 1 yg lagi proses belajar membaca hihihi). Jadi gitu dehh, mulai yg dari dikit dikit saja dulu gapapa banget karna ini kayak awal tapi asal selalu biar kebiasaannya kebangun dan meningkat...
(128)
Nama: Dominika Dew D
HapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Izin menjawab yaa
Jadi menurut saya untuk memulihkan pengalaman negatif langkah paling sederhana yaitu mulai dari aktivitas yang tidak terlihat seperti membaca misalnya lihat-lihat buku bergambar atau komik tanpa harus membacanya cukup diskusikan gambarnya supaya mereka santai, kemudian kalau sudah nyaman baru tawarkan baca bagian kecil yang mereka pilih sendiri atau orang tua yang baca dulu sementara anak mendengarkan sambil duduk bersama, dan yang paling sangat penting jangan koreksi kesalahan mereka saat masih difase awal pemulihan karena itu bisa memicu trauma mereka lagi, fokus pada menciptakan momen menyenangkan dengan buku sampai otak mereka sendiri mulai menghubungkan membaca dengan perasaan aman bukan perasaan malu atau gagal lagi.
semoga membantu.
Nama:Erfina Feren Heldiana
BalasHapuskelas:5c
npm:2386206065
Izin bertanya, bagaimana cara paling efektif buat bikin anak merasa bahwa membaca itu bukan beban? Soalnya dari artikel ini kelihatannya banyak anak tidak suka membaca bukan karena mereka malas, tapi karena mereka minder atau merasa nggak relevan. Jadi apakah kuncinya lebih ke membangun pengalaman membaca yang positif dulu, daripada langsung memaksa mereka membaca banyak?
Nama: Maya Apriyani
HapusNpm: 2386206013
kelas: V.A
Menurut pendapat saya cara efektif yang bikin anak merasa membaca itu bukan beban yaitu benar sekali dengan membangun pengalaman membaca yang positif yang di mana kita mengajarkan anak itu untuk membaca mulai dari hal-hal yang menyenangkan misalnya membaca komik membaca buku cerita dan lain sebagainya, nah misalnya kita sebagai orang tua misalnya pada saat mau tidur membacakan dongeng kepada anak atau mengajak anak bersama-sama Membaca dongeng tapi dengan intonasi suara dan ekspresi yang sesuai nah hal itu akan membuat anak itu tertarik, Nah setelah itu kita lihat nih anak ini sukanya Bacaan tentang apa misalnya tentang buku-buku cerita Nah kita tuh bisa mendukung mereka tuh dengan memfasilitasi mereka, kemudian kita memberikan mereka tuh motivasi dengan misalnya setelah menyelesaikan satu buku kita memberikan mereka reward tentunya itu akan mendorong mereka untuk lebih semangat karena memang Awalnya mereka hanya ingin mengejar Hadiah itu Tapi kan Seiring berjalannya waktu itu menjadi kebiasaan mereka.
Terima kasih
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Erfina Feren Heldiana, menurut sepengetahuan yang saya tahu anak itu akan merasa bawha bacaan itu bukanlah sebuah beban mereka ketika pengalaman membaca mereka itu dibuat menjadi menyenangkan dan juga bermakna. Intinya kita harus membangun pengalam yang positif dulu, bukanlah dari sebuah paksaan. Misalnya kita bisa memberikan kemereka suatu bacaan yang mungkin memang mereka minati, lalu memberikan waktu untuk membaca tanpa tekanan apapun. Ketika anak ini merasa aman dan menikmati sebuah prosesnya, pasti minat mereka untuk membaca akan muncul dengan sendirinya.
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
izin menanggapi pertanyaan Erfina Fern, dari cara yang akan saya lakukan paling efektif biar anak ngerasa membaca itu bukan beban adalah saya bikin pengalaman membacanya positif dulu, baru pelan-pelan naikin jumlah bacaan. Anak biasanya nggak malas, mereka cuma kurang nyaman atau belum nemu alasan yang bikin mereka mau baca.
Nah intinya kita coba mulai dari bacaan yang mereka suka, baca bareng tanpa tekanan, kasih pujian kecil tiap kali mereka mencoba, dan bikin suasananya santai. Kalau pengalaman awalnya enak, rasa ingin bacanya muncul sendiri. Jadi benar, fokusnya bukan maksa mereka baca banyak, tapi bikin mereka senang dulu waktu membuka buku.
itu aja sih dari pemahaman saya semoga membantu.
Nama: Dominika Dew D
HapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Saya bantu jawab yaa, betul sekali kuncinya itu membangun pengalaman positif dulu sebelum memaksa membaca banyak, cara paling efektif adalah mengubah konteks membaca dari kewajiban yang dinilai jadi aktivitas santai yang menyenangkan, misalnya baca bareng di tempat favorit sambil makan camilan tanpa harapan harus sesuai atau sempurna, biarkan mereka pilih bacaan sendiri meskipun komik atau majalah ringan karena yang penting dulu mereka nyaman, dan hindari bertanya sudah paham belum atau coba ceritakan di awal karena itu bikin membaca terasa seperti ujian, biarkan mereka nikmati dulu sampai mereka sendiri yang excited ingin berbagi bukan karena diwajibkan.
Nama: Imelda Rizky Putri
HapusNpm:2386206024
Kelas:5B
Izin menjawab pertanyaan dari Erfina, jadi menurut saya cara paling efektif membuat anak merasa membaca itu bukan beban adalah dengan cara membangun pengalaman membaca yang positif sejak awal, misalnya dengan memberi pilihan buku yang sesuai minat mereka, membaca bersama dengan suasana santai, serta menguji usaha membaca mereka tanpa menuntut banyak, ketika anak merasa dihargai nyaman dan melihat bahwa membaca itu relevan dengan hidup mereka rasa minder akan berkurang dan minat membaca tumbuh lebih alami dibandingkan jika mereka, langsung dipaksa membaca banyak.
Nama: Hizkia Thiofany
BalasHapusKelas: V A
Npm: 2386206001
Terima kasih untuk materi pak, menurut saya banyak sekali peserta didik merasa minder saat tampil di depan kelas saat gurunya memilih untuk maju ke depan sebuah kalimat baca sehingga ia takut untuk maju ke depan, tapi mencari cara untuk bisa berani maju ke depan kelas disini guru memberikan di semangat kepada peserta didik tersebut saat itu peserta didik mendengar gurunya memberikan kata semangat sehingga ia berani tampil ke depan kelas untuk membaca kalimat tersebut.
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm : 2386206058
Kelas : 5B PGSD
Izin menanggapi pak, setelah membaca kembali materi di atas, saya setuju dengan apa yang disampaikan. Ketika anak tidak tertarik untuk membaca, penting untuk tidak memaksa mereka secara langsung. Sebaliknya, kita bisa mencoba pendekatan yang lebih lembut, seperti berdiskusi dengan mereka dan memahami apa yang membuat mereka kurang berminat pada kegiatan membaca. Kita juga harus menghargai perasaan mereka dan mencari cara yang sesuai dengan minat mereka, agar mereka merasa dihargai dan tidak tertekan. Selain itu, memberi pujian kepada anak atas usaha mereka dalam membaca, walaupun masih dalam tahap awal, juga bisa meningkatkan rasa percaya diri mereka. Jika anak merasa nyaman dan dihargai, mereka akan lebih termotivasi untuk terus mencoba dan akhirnya menikmati kegiatan membaca.🙏🏻
Nama : Naida Dwi Nur Herlianawati
BalasHapusKelas : 5 B
Npm : 2386206042
Setuju pak, karena membaca adalah kemampuan dasar yang sangat penting bagi masa depan anak, kita harus mencari tahu akar ketidaksukaan mereka apakah itu kurang percaya diri atau adanya minat lain dan kemudian kita harus membantu mereka menemukan bacaan yang menyenangkan dan sesuai dengan minat mereka.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Hallo Naida, saya izin menyangga Bahwa keberhasilan membantu anak menemukan bacaan yang menyenangkan dan sesuai minat mereka harus didukung dengan praktik yang terukur. Materi menekankan pentingnya menentukan tujuan membaca yang bermakna (seperti menyelesaikan seri buku atau mencari cara memperbaiki sepeda), yang melampaui sekadar menemukan buku yang disukai. Selain itu, perlu ditekankan bahwa dukungan terhadap anak juga mencakup membantu mereka mengatasi kesulitan membaca yang terlalu muda (dengan memberikan tantangan baru) atau terlalu sulit (dengan bantuan bersama), karena keseimbangan antara challenge dan skill sangat krusial untuk mempertahankan motivasi dan mengembangkan keterampilan literasi yang lebih baik dalam jangka panjang, tidak hanya menghindari kebencian.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Izin menanggapi pak, menurut saya, materi tentang pentingnya anak menikmati membaca ini relevan dan insightful banget karena tidak cuma fokus pada kemampuan teknis membaca, tapi justru menyentuh akar masalahnya: emosi dan motivasi. Kita sering lupa bahwa rasa cemas, tidak percaya diri, atau merasa minatnya lebih ke hal lain (Minat Lain yang Lebih Mendominasi) bisa jadi tembok tebal yang membuat anak ogah membaca. Materi ini mengingatkan para guru dan orang tua bahwa langkah pertama yang benar itu adalah menghilangkan kebenciannya dulu, baru bisa bicara soal peningkatan skill. Solusi-solusi seperti mencari tahu akar permasalahan secara empatik dan mendukung rasa percaya diri anak adalah langkah tepat yang sangat humanis dan praktis.
Langkah-langkah yang ditawarkan seperti mendorong anak menentukan tujuan yang bermakna dan memilih sendiri bacaan yang menarik juga sangat nyambung dengan perkembangan pendidikan sekarang, khususnya Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pembelajaran berbasis minat. Di zaman di mana isu literasi (seperti hasil PISA yang rendah) masih jadi PR besar, materi ini memberikan clue penting. Peningkatan literasi tidak akan berhasil kalau anak menganggap membaca itu beban; membaca harus dilihat sebagai alat yang relevan dan menyenangkan untuk mencapai tujuan mereka. Jadi, menurut saya, kunci keberhasilan literasi jangka panjang bukan hanya teknik mengajar, tapi bagaimana kita berhasil membuat anak tidak membenci aktivitas membaca itu sendiri.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
materi ini secara tidak langsung menyoroti peran penting keseimbangan antara kemudahan dan tantangan dalam materi bacaan. Penting untuk diperhatikan, seperti yang disinggung di bagian Mengatasi Tantangan, bahwa memberikan bacaan yang terlalu mudah dapat memicu kebosanan, sementara yang terlalu sulit dapat mengurangi motivasi dan meningkatkan kecemasan, yang keduanya merugikan proses belajar. Jadi, tugas guru dan orang tua di era digital ini bukan hanya menyediakan bahan bacaan, tetapi juga bertindak sebagai kurator dan pemandu, memastikan bahwa bacaan yang dipilih berada dalam sweet spot yang tepat cukup menantang untuk merangsang pertumbuhan keterampilan, namun cukup mudah untuk mempertahankan efikasi diri dan rasa enjoy anak, sehingga mereka terus didorong untuk berlatih dan mengembangkan literasi secara optimal.
Terima kasih bapak telah memberi kan materi ini saya suka dengan bagian materi bapak 'Menemukan Akar Permasalahan' di materi ini. Menurut saya, langkah diagnostik awal ini adalah yang paling penting, tapi sering terlewat. Kita cenderung langsung memberi solusi seperti 'baca buku ini itu' tanpa tahu akarnya.
BalasHapusPoin tentang bertanya apakah anak merasa cemas atau tidak percaya diri saat membaca, terutama di depan orang lain seperti yang disebutkan di bagian 'Ketidakmampuan Membaca Secara Optimal, sangat membuka mata. Itu menunjukkan bahwa masalahnya bukan hanya kemampuan teknis, tetapi juga faktor psikologis dan emosional. Jika kita bisa mengidentifikasi apakah ini masalah kesulitan membaca di sekolah, masalah emosi/kecemasan, atau sekadar minat lain yang lebih utama, maka saran selanjutnya misalnya, mencari bantuan ahli atau konsultasi guru akan jauh lebih tepat sasaran. Ini benar-benar mengingatkan saya bahwa pendekatan pribadi dan empati itu penting sebelum mencari solusi.
Setelah membaca materi bapak ini, khususnya poin 'Minat Lain yang Lebih Mendominasi' dan saran 'Temukan Bacaan yang Menarik' di bagian 'Apa yang Bisa Dilakukan di Rumah?', saya jadi kepikiran tentang cara mengombinasikan keduanya.
BalasHapusMateri menyebutkan anak mungkin lebih tertarik pada komputer, olahraga, atau musik. Jadi, solusi bukan sekadar 'berikan mereka kebebasan memilih buku', tapi lebih spesifik lagi: memanfaatkan minat dominan itu sebagai pintu masuk ke dunia membaca. Misalnya, anak yang suka olahraga bisa kita berikan artikel, biografi atlet, atau majalah tentang taktik tim. Anak yang suka komputer bisa diberi buku panduan coding atau novel sci-fi yang terkait.
Hal ini juga terhubung dengan poin 'Tentukan Tujuan Membaca yang Bermakna'. Membaca panduan memperbaiki sepeda jika anak suka bukan hanya membaca, tetapi alat untuk mencapai tujuan praktis. Dengan begitu, membaca tidak lagi dianggap sebagai beban atau mata pelajaran sekolah, tetapi sebagai alat yang relevan dan bermanfaat untuk mendukung minat dan kehidupan mereka. Pendekatan ini terasa lebih efektif dan aplikatif daripada sekadar instruksi umum.
Nama: Maya Apriyani
HapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Wah saya sangat setuju nih dengan pendapat Kak Margareta Rima.
Kita nggak bisa tuh memaksakan anak untuk membaca sesuai dengan keinginan kita, tapi kita memberikan mereka kebebasan untuk memilih bacaan yang mereka sukai misalnya seperti yang Kak Rima katakan anak tersebut suka memasak maka kita sebagai orang tua bisa memberikan dia buku resep masakan untuk dia baca.
Nah Dengan begitu kita memulai dari menarik perhatian anak, Apabila anak tidak suka membaca buku pelajaran, kita tidak bisa juga memaksakan anak itu. Dengan mengaitkan dengan Hobi mereka mereka pasti menyukainya dan dengan membaca itu tentunya itu akan berguna untuk di kehidupan keseharian mereka.
Terima kasih
Ternyata setelah lebih lagi membaca materi bapak saya semakin medukungan Rasa Percaya Diri Anak dan cara Mengatasi Tantangan kesulitan membaca. Kedua poin ini saling berkaitan erat.
BalasHapusDukungan orang tua atau guru yaitu menumbuhkan self-efficacy atau keyakinan anak bahwa mereka mampu adalah fondasi agar mereka mau terus mencoba. Ketika anak merasa buku terlalu mudah membosankan atau terlalu sulit mengurangi motivasi, materi ini menawarkan solusi komunikasi yang sangat baik.
Misalnya, untuk yang terlalu mudah, kita perlu memberikan pengakuan 'Kamu sudah sangat mahir. Sebelum memberikan tantangan baru. Ini menjaga kepercayaan diri mereka sambil mendorong perkembangan. Sebaliknya, untuk yang terlalu sulit, penting untuk menawarkan bantuan dan membaca bersama. Intinya adalah mengubah pengalaman membaca dari ancaman menjadi momen yang menyenangkan dan didukung, bukan ditinggalkan sendirian saat berjuang. Jika dukungan emosional ini kuat, anak akan lebih termotivasi untuk mengembangkan literasi mereka seiring waktu, dan akhirnya bisa menikmati atau setidaknya 'tidak membenci' kegiatan membaca
Nama: Maya Apriyani
BalasHapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Setelah saya membaca kembali bacaan ini, saya terfokus pada poin ketidakmampuan membaca secara optimal, nah pada poin ini menekankan bahwa ternyata kepercayaan diri dari diri kita sendiri itu sangat berpengaruh, yang membuat kita jadi berpikir negatif, merasa tidak mampu.
Nah menurut saya ini merupakan salah satu permasalahan yang harus kita hilangkan agar anak dapat membaca secara optimal.
Nah kalau dari saya sendiri itu lebih menekankan kepada peran orang tua.
Salah satunya yaitu pada saat anak itu membaca kita harus mendampinginya, misalnya kita Membaca dongeng secara bergantian dengan anak, dengan hal itu Pastinya anak akan terbiasa untuk berani mengungkapkan atau membacakan bacaannya kepada orang lain yang tentunya dimulai dari lingkungan keluarga.
Selanjutnya kita sebagai orang tua juga harus memberikan pujian-pujian kepada anak. dan juga kita nggak boleh tuh membandingkan anak kita dengan anak orang lain, itu akan membuat anak merasa bahwa dirinya itu nggak mampu.
Menurut saya melalui beberapa poin yang saya sampaikan, dapat membangun kepercayaan diri anak.
Terima kasih
Nama: Dominika Dew D
HapusNpm:2386206051
Kelas: V.A
Wahh saya sangat setuju dengan pendapat maya, memang peran orang tua dalam mendampingi dan membangun kepercayaan diri itu penting, ide membaca bergantian bagus karena anak merasa punya kendali dan tidak sendirian sehingga tekanan berkurang, ditambah poin tentang memberikan pujian dan tidak membandingkan anak dengan anak lain itu benar-benar kunci, karena banyak kasus anak membenci membaca justru berawal dari dibanding-bandingkan atau dikritik yang membuat mereka kehilangan percaya diri, jadi dengan pendampingan hangat, pujian tulus atas usaha bukan hasil, dan lingkungan keluarga tidak menghakimi/menilai seperti yang maya jelaskan tadi, anak akan merasa aman terus mencoba meningkatkan kemampuan tanpa takut dihakimi.
Nama : Reslinda
BalasHapusKelas : 5C Pgsd
Npm : 2386206067
Izin menanggapi Pak, menurut saya artikel ini benar banget. Anak-anak itu nggak bisa dipaksa suka membaca kalau dari awal mereka sudah merasa baca itu berat atau membosankan. Kita sebagai calon pendidik harus bisa bikin suasana membaca menjadi hal yang ringan dan menyenangkan, bukan beban. Kalau anak sudah nyaman dulu dengan membaca, baru deh minat dan kebiasaan bacanya bisa tumbuh pelan-pelan. Intinya, yang penting bukan langsung suka membaca, tapi jangan sampai mereka benci duluan.
Nah, pertanyaan saya pak. Bagaimana cara orang tua dan guru menciptakan pengalaman membaca yang terasa 'magis' bagi anak, sehingga membaca bukan hanya tugas, tapi aktivitas yang benar-benar ditunggu-tunggu oleh mereka?
HapusNama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Hallo Reslinda izin menjawab. Menurut saya, pengalaman membaca bisa terasa “magis” bagi anak kalau orang tua dan guru membuat kegiatan ini jadi hangat, santai, dan menyenangkan, bukan seperti tugas. Caranya bisa dengan membacakan cerita dengan ekspresi seru, memberi anak kebebasan memilih bacaan sesuai minatnya, dan menghubungkan isi cerita dengan dunia mereka supaya terasa lebih hidup. Suasana yang nyaman juga penting, misalnya membaca di sudut kecil yang tenang atau menjadikannya rutinitas sebelum tidur. Yang terpenting, jangan menekan anak untuk harus langsung lancar; cukup dampingi dan apresiasi usaha mereka. Kalau hal-hal seperti ini dilakukan terus, membaca akan terasa menyenangkan dan jadi kegiatan yang benar-benar mereka tunggu-tunggu.
Terimakasih😊
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Izin berikan jawaban dari pertanyaan Reslinda yah, dari yang saya pahami orang tua dan guru bisa bikin membaca terasa “magis” kalau momen membacanya dibuat lebih mirip petualangan daripada tugas. Misalnya, baca cerita sambil pakai suara lucu, kasih jeda untuk bikin anak penasaran, atau ajak mereka menebak apa yang bakal terjadi selanjutnya.
Di rumah, orang tua bisa bikin waktu membaca spesial yang ditunggu-tunggu, bukan disuruh-suruh. Di sekolah, guru bisa pakai buku sebagai bagian dari permainan atau aktivitas kreatif.
Nah kalau suasananya hangat, seru, dan bikin anak merasa terlibat, mereka bakal mikir membaca itu asik bukan sesuatu yang membebani.
semoga membantu Kak Reslinda.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
BalasHapusHalo teman-teman, perkenalkan saya Fauzan Nashrullah Fajar NPM.2386206021 dari kelas 5B PGSD.
Teman-teman pada blog "Buku Matematika Gratis" Saya ada mengajak teman-teman membahas kenapa kita yang dewasa ini malas membaca karena terbiasa dengan dopamin instan dari HP dan butuh visualisasi kuat seperti komik, dan ternyata masalah itu tuh sangat nyambung dengan materi kita kali ini tentang pentingnya anak menikmati membaca. Ini menegaskan bahwa masalah kita dan masalah anak-anak itu pada dasarnya sama: sulit mempertahankan fokus pada hal yang dianggap boring.
Poin kritis yang diangkat di materi ini soal Minat Lain yang Lebih Mendominasi dan Kebutuhan Visual itu relate banget sama keluhan saya sebelumnya. Saya sendiri malas membaca kalau bukunya hitam-putih, apalagi anak-anak yang perhatiannya lebih mudah teralihkan, iyyakan..? Kita tidak bisa lagi berharap anak-anak mau membaca buku yang terasa nggak ada hubungannya dengan minat mereka, sementara di tangan mereka ada smartphone dengan jutaan konten yang lebih menarik.
Oleh karena itu, saya setuju banget dengan solusi yang ditawarkan di materi: kita sebagai pendidik harus mencari bacaan yang sesuai minat anak dan mengatasi ketidakmampuan membaca secara optimal (yang memicu rasa cemas) dengan menawarkan bantuan yang supportive. Tugas kita bukan memaksa mereka suka membaca, tapi menghilangkan semua penghalang psikologis dan visual yang membuat mereka cemas dan bosan. Hanya dengan menjadikan membaca sebagai aktivitas yang enjoyable, bukan sebagai kewajiban yang memberatkan, barulah kita bisa melawan godaan dopamin instan di era digital ini.
Owhh iyya.. pada blog "Buku Matematika Gratis" itu saya ada mengangkat sebuah permasalahan, jangan lupa mampir yahh di komen saya.. kita diskusi bareng:v
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
BalasHapusHalo teman-teman, perkenalkan saya Fauzan Nashrullah Fajar NPM.2386206021dari kelas 5B PGSD.
Saya mau membahas satu aspek lagi yang nggak kalah penting dari materi ini, yaitu soal bagaimana kita membantu anak menentukan tujuan membaca yang bermakna. Membaca itu bukan sekadar menghabiskan halaman, tapi harus punya purpose yang jelas, misalnya cari tahu cara memperbaiki sepeda atau mencari informasi tertentu. Dengan adanya tujuan yang konkret, membaca jadi terasa relevan dan ada motivasi untuk menyelesaikan, bukan lagi cuma kewajiban sekolah.
Selain tujuan yang jelas, saya sangat setuju dengan poin tentang mendukung rasa percaya diri anak atau efikasi diri. Kemampuan membaca tidak hanya soal keterampilan, tetapi juga soal keyakinan anak bahwa mereka mampu mencapai tujuan membaca itu. Kita sebagai guru dan orang tua tidak boleh menunjukkan kekecewaan kalau progres mereka lambat, sebaliknya kita harus fokus pada hal-hal yang mereka pelajari melalui bacaan. Rasa percaya diri ini penting banget, karena kalau anak merasa nggak percaya diri atau cemas, mereka pasti cenderung menghindari aktivitas membaca. Jadi, tugas kita adalah membangun mindset positif ini agar mereka nyaman dan akhirnya bisa menikmati proses berliterasi.
nama : bangkit dwi prasetyo
BalasHapuskelas : 5b
npm : 2386206044
terimakasih pak meteri ini sangat penting bagi saya sebagai calon pendidik, karena menekankan bahwa kemampuan membaca bukan hanya keterampilan akademik, tetapi juga bekal utama untuk masa depan anak. Saya setuju dengan poin bahwa alasan anak tidak suka membaca sangat beragam, mulai dari minder karena merasa kurang mampu, sampai lebih tertarik pada aktivitas lain. Materi ini juga mengingatkan bahwa membaca harus punya makna bagi anak, bukan sekadar kewajiban sekolah.
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, minat membaca anak bisa tumbuh kalau mereka merasa nyaman dan tidak tertekan. Banyak anak sebenarnya mau membaca, hanya saja mereka belum menemukan bacaan yang cocok. Jika guru dan orang tua memberi dukungan dan memilihkan bacaan menarik, anak bisa perlahan mulai suka membaca.
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, membaca akan lebih mudah disukai anak jika dibuat menyenangkan. Anak perlu diberi ruang untuk memilih buku yang mereka suka dan tidak dipaksa. Dengan dukungan guru dan orang tua, kebiasaan membaca bisa terbentuk sedikit demi sedikit.
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, minat baca anak bisa tumbuh kalau proses membaca dibuat ringan dan menarik. Ketika mereka merasa senang dan tidak terbebani, mereka akan lebih mudah membangun kebiasaan membaca.
Nama: Restu Bayu Anugrah
BalasHapusKelas: 5 B
Npm: 2386206077
Setuju banget! Anak-anak butuh diberi ruang untuk menikmati membaca, bukan cuma disuruh “ayo baca”. Kalau mereka senang, kemampuan literasinya pasti berkembang dengan sendirinya
Nama : Restu Bayu Anugrah
BalasHapusKelas : 5B
Npm : 2386206077
Untuk minat baca ini sendiri pak terkadang siswa harus pada perasaan hati yang senang dan memiliki rasa ingin tau yang tinggi, jadi untuk meningkatkan minat baca seorang siswa guru harus tau strategi seperti yang dapat meningkatkan mood belajar siswa tersebut seperti,
memberikan tebak-tebakan ke siswa dari sebuah buku cerita dan memberikan suasana ruang belajar yang tidak membosankan bagi siswa.
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, penting bagi anak untuk tidak membenci membaca, karena membaca adalah dasar dari banyak keterampilan lain. Jika anak merasa nyaman dan tidak takut membaca, mereka akan lebih mudah berkembang dan belajar hal-hal baru.
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut pendapat saya, anak perlu setidaknya tidak membenci membaca. Dengan tidak merasa terbebani, mereka bisa belajar lebih santai dan perlahan-lahan menemukan bacaan yang cocok. Membaca juga penting karena membantu anak memahami pelajaran lain.
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, penting bagi anak untuk menyukai membaca atau setidaknya tidak merasa tertekan saat melakukannya. Jika anak nyaman membaca, mereka akan lebih mudah berlatih dan kemampuan membaca mereka akan berkembang. Membaca juga membantu anak memahami banyak hal di sekolah maupun kehidupan sehari-hari.
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, membaca itu penting karena menjadi dasar untuk banyak pelajaran. Anak tidak harus langsung suka membaca, tetapi yang penting mereka tidak membencinya. Jika anak merasa nyaman, mereka bisa belajar perlahan dan menemukan jenis bacaan yang membuat mereka tertarik.
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, anak perlu memiliki hubungan yang positif dengan membaca. Tidak harus langsung hobi, tetapi yang penting mereka tidak menghindarinya. Ketika anak tidak merasa terbebani, mereka bisa memahami bacaan dengan lebih baik dan kemampuan membaca mereka akan berkembang secara alami.
Nama: Leoni Wulandari
BalasHapusKelas: 5D
NPM: 2386206088
Menurut saya, penting bagi anak untuk tidak membenci membaca karena membaca membantu mereka belajar banyak hal. Jika anak merasa santai saat membaca, mereka lebih mudah memahami isi bacaan dan bisa meningkatkan kemampuan mereka sedikit demi sedikit.
Saya suka saran di artikel ini untuk tidak memberi ‘izin’ supaya anak bisa bebas tidak suka membaca. Karena kalau dibiarkan, bisa jadi dari kecil mereka sudah terbiasa jauh dari buku dan nanti susah membangun kebiasaan literasi
BalasHapusMenurut saya, memberi anak kebebasan memilih buku sesuai minat mereka jauh lebih efektif daripada memaksa mereka membaca sesuatu yang tidak mereka sukai.
HapusIzin menanggapi Materi ini pak di materi ini sangat menegaskan bahwa minat anak terhadap membaca tidak muncul begitu saja, tetapi dibentuk oleh pengalaman, kepercayaan diri, dan dukungan lingkungan. Penjelasan mengenai penyebab anak tidak menyukai membaca mulai dari kesulitan teknis hingga kurangnya relevansi sangat membantu kita memahami bahwa setiap anak membutuhkan pendekatan yang berbeda. Langkah-langkah praktis seperti menemukan bacaan yang sesuai minat, membangun tujuan membaca, serta mendukung efikasi diri anak juga terasa sangat realistis dan mudah diterapkan di rumah maupun sekolah. Materi ini mengingatkan kita bahwa tujuan utama bukan sekadar membuat anak suka membaca, tetapi memastikan mereka tidak takut atau membencinya, sehingga literasi dapat berkembang secara natural dan menyenangkan.
BalasHapusNama: Rismardiana
BalasHapusNPM: 2386206035
Kelas: 5B PGSD
Izin menanggapi pak, menurut saya materi ini ngingetin kita banget bahwa anak yang nggak suka membaca itu bukan langsung berarti mereka malas atau nggak mau usaha. Kadang mereka cuma lagi ngerasa ketinggalan dari teman-temannya atau pernah punya pengalaman kurang enak soal membaca. Wajar banget kalau akhirnya mereka jadi menghindar. Makanya penting banget buat orang tua atau guru buat bener-bener dengerin dulu apa sih yang bikin mereka males baca? Begitu kita tahu penyebabnya, bantuinnya jadi jauh lebih mudah.
Lalu di poin tentang minat anak yang bisa aja beda. Sering kali kita sebagai orang dewasa berharap semua anak suka membaca karena membaca itu memang penting. Tapi realitanya, mereka punya dunia sendiri ada yang lebih excited sama komputer, bola, atau gambar. Nah, tugas kita tuh bukan memaksa mereka untuk tiba-tiba ‘jatuh cinta’ sama buku, tapi ngejembatani dulu,bisa kita ngasih bacaan yang nyambung sama hobi mereka. Kalau mereka suka bola, ya mulai dari komik bola atau cerita atlet. Dari situ pelan-pelan tumbuh deh rasa sukanya.
Nama: Rismardiana
BalasHapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Dibagikan efikasi diri ini dalem banget. Yang saya lihat kadang anak itu keliatan cuek, tapi sebenarnya mereka sensitif banget soal kemampuan diri. Apalagi kalau pernah diejek atau ngerasa bacanya lebih lambat. Hal-hal kecil kayak komentar negatif atau ekspresi kecewa itu bisa nancep banget di pikiran mereka. Makanya orang tua perlu lebih penuh perhatian dan fokus pada usaha mereka, bukan hasil akhirnya. Bahkan kalau progresnya lambat, kasih apresiasi kecil aja bisa bikin mereka jauh lebih percaya diri.
Nama: Rismardiana
BalasHapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Dari materi ini bagian yang menjelaskan tentang bacaan terlalu mudah atau terlalu sulit juga ngena banget. Kadang saya mikir, “Ah, kasih aja buku yang lebih tebal biar naik level”, padahal kalau terlalu susah, kebanyakan anak malah ogah buka lagi. Begitu juga kalau terlalu gampang, mereka jadi bosan. Jadi memang harus mencoba bareng anak-anak. Seperti saat saya nyari buku yang pas pasti itu proses, bukan langsung ketemu dalam sekali coba. Tapi begitu saya dapet bacaan yang cocok, biasanya saya otomatis lebih nyaman dan semangat.
Nama: Rismardiana
HapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Izin menambahkan pak, dari materinya saya juga suka bagian tentang bikin tujuan membaca yang bermakna. Kan nak-anak biasanya tuh suka kalau mereka tahu alasan kenapa mereka melakukan sesuatu. Jadi daripada cuma bilang “ayo baca 20 menit”, mungkin lebih seru kalau tujuannya relevan, kayak bisa kita menyuruh anak-anak bikin proyek kecil, mencari info, atau menyelesaikan seri komik favorit. Yah kalau tujuannya dekat dengan dunia mereka, mereka jadi lebih enjoy prosesnya.
Nama: Rismardiana
BalasHapusNPM: 2386206025
Kelas: 5B PGSD
Izin menanggapi pak, jadi setelah saya pahami lagi, menurut saya materi ini juga ngingetin kita supaya jangan menghadapi masalah membaca ini sendirian. Kalau merasa bingung, ya nggak apa-apa banget konsultasi sama guru atau spesialis. Mereka kan tiap hari ngeliat perilaku anak di kelas, jadi sering punya wawasan yang orang tua nggak lihat di rumah. Kadang cuma dari obrolan ringan sama guru aja kita bisa langsung paham, “Oh, ini ternyata masalahnya.” Jadi kerjasama antara rumah dan sekolah itu benar-benar penting.
nama : bangkit dwi prasetyo
BalasHapuskelas : 5b
npm : 2386206044
klo saya bilang materi ini ngingetin kita bahwa bikin anak suka membaca itu prosesnya nggak bisa dipaksa. Kalau suasananya nyaman dan mereka menemukan bacaan yang cocok, minat membacanya bisa tumbuh pelan-pelan. Penjelasan di artikelnya juga pas banget, karena banyak anak sebenarnya bukan nggak mau membaca, tapi belum nemu cara yang bikin mereka merasa enjoy. Intinya, membaca itu bakal jadi kebiasaan positif kalau anak merasa didukung, bukan ditekan.
Nama: Dominika Dew D
BalasHapusNpm: 2386206051
Kelas: V.A
Jadi setelah saya membaca materi ini tadi sangat memberikan sudut pandang yang penting bahwa membaca bukan sekadar keterampilan teknis tapi lebih pada membangun hubungan emosional positif antara anak dengan aktivitas membaca, karena tanpa hubungan emosional baik meskipun anak bisa membaca mereka tidak akan mau melakukannya sukarela dan literasi tidak berkembang optimal, dan menariknya pendekatan materi ini sangat mudah dan nyata dari mengenali akar masalah, menyesuaikan tingkat kesulitan, sampai melibatkan ahli sehingga orang tua dan guru punya panduan konkret bukan hanya teori saja, plusnya materi ini menekankan pentingnya kesabaran dan tidak memaksakan standar yang bikin tertekan yang sangat relevan dengan kondisi banyak anak saat ini yang kehilangan minat karena pendekatan terlalu kaku dari lingkungan mereka.
nama : bangkit dwi prasetyo
BalasHapuskelas : 5b
npm : 2386206044
Terima kasih atas artikelnya bpk, menarik banget pak! Tapi saya penasaran ni gimana caranya supaya kita bisa bantu anak jadi suka membaca tanpa memaksa mereka? Apakah ada trik sederhana yang bisa dicoba agar membaca terasa menyenangkan dan bukan kewajiban?
Gini loh, kunci buat bikin nagih baca itu simple bgt start dari materi yang super fun kayak komik dan pop up gitu,yang relevan sama interest mereka, dan nggak maksa ya. Kalau materi udah sreg di hati, semangat bacanya auto kembali dan nggak berasa kayak tugas yang ribet lagi deh,bgtu sih bangkit semoga membantu ya
HapusNama: Yormatiana Datu Limbong
BalasHapusKelas : 5C
Npm : 2386206082
Menurut saya, materi ini bagus karena menekankan bahwa anak perlu menikmati masa kecilnya tanpa terlalu banyak tuntutan. Waktu bermain, berimajinasi, dan mencoba hal baru sangat penting untuk perkembangan emosi dan kreativitas. Dengan memberi waktu yang cukup, anak bisa tumbuh percaya diri dan bahagia.
Materi ini mengingatkan kita bahwa membaca adalah keterampilan dasar yang sangat penting untuk masa depan anak. Mereka tidak harus langsung “suka” membaca, tetapi penting agar mereka tidak membencinya, karena tanpa latihan, kemampuan membaca mereka sulit berkembang.
BalasHapusPenjelasan tentang alasan anak tidak suka membaca sangat membantu. Ada anak yang tidak percaya diri karena merasa lebih lambat dari teman-temannya, ada juga yang sebenarnya bisa membaca tetapi lebih suka kegiatan lain. Ini menunjukkan bahwa setiap anak punya alasan yang berbeda.
Saya setuju bahwa langkah awal adalah mencari tahu apa penyebab utama anak tidak suka membaca. Dengan cara ini, orang tua atau guru bisa memberi bantuan yang tepat, entah itu melalui diskusi dengan anak, berkonsultasi dengan guru, atau bahkan mengunjungi spesialis membaca.
BalasHapusSaran untuk menemukan bacaan yang menarik dan memberikan dukungan emosional sangat bermanfaat. Ketika anak merasa percaya diri dan membaca sesuatu yang mereka sukai, mereka akan lebih termotivasi. Menemukan buku yang pas tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulitjuga menjadi kunci agar anak lebih nyaman membaca.
Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang memiliki banyak manfaat, melalui kegiatan membaca kita bisa mendapatkan informasi bisa mengenal kosakata baru dan bisa menambah wawasan kita.
BalasHapusTapi melihat keadaan sekarang yang serba memanfaatkan teknologi dan sering terlihat oleh kita anak-anak di usia dini sudah sangat ketergantungan dengan gawai ,sempat berpikir agak susah untuk membujuk anak di usia ini dalam menikmati bacaan karena ketika anak sejak usia dini sudah dikenalkan dengan gawai anak akan merasa kegiatan membaca ini membosankan dan monoton karena tidak menghasilkan suara ataupun gerakan dari buku atau bacaannya.
Melalui uraian pada laman ini ada beberapa cara yang telah disampaikan oleh Genevieve McArthur untuk membantu kita mendorong agar anak dapat menikmati bacaan mereka atau menikmati kegiatan membaca.
Sangat menarik sekali beberapa tips yang diberikan di antaranya menemukan akar permasalahan ,menurut saya ini sangat penting dilakukan oleh kedua orang tua anak untuk mengetahui apa hal yang menimbulkan mereka itu tidak nyaman membaca atau tidak suka membaca, setelah mengetahui hal ini orang tua bisa menghidupkan suasana atau membuat kegiatan yang di dalamnya itu dimanfaatkan untuk kegiatan membaca, selain itu juga saran selanjutnya ialah bisa meminta bantuan kepada para ahli untuk bisa membantu permasalahan anak yang kurang minatnya dalam membaca agar mengetahui solusinya.
Uraian ini sangat penting bagi orang tua ataupun calon guru agar dapat menemukan permasalahan-permasalahan anak yang tidak suka membaca dan untuk dapat menciptakan suasana agar anak kembali tertarik untuk mengikuti kegiatan membaca.
Terima kasih bapak kerena sudah memberikan materi ini, setelah saya baca materi bapak ini, menurut saya inti dari agar anak mau membaca itu memang ada di minat sama tujuannya.
BalasHapusSeringkali, kita sebagai calon guru atau orang tua mungkin cuma fokus supaya anak bisa lancar baca, tapi lupa kalau membaca itu harusnya asik buat mereka. Kalau disuruh baca buku yang mereka nggak suka, ya pasti jadi beban. Ide untuk mengajak anak ke perpustakaan atau toko buku lokal biar mereka bebas milih sendiri itu penting, Bapak. Ibaratnya, kalau kita disuruh makan makanan yang kita suka, pasti lebih semangat, kan? Membaca juga begitu.
Terus, poin tentang Tujuan Membaca yang Bermakna juga, Bapak. Anak-anak zaman sekarang kan butuh alasan kenapa mereka harus melakukan sesuatu. Kalau cuma disuruh baca tanpa tahu gunanya apa, pasti mereka mikir, Apa untungnya buat saya?Contohnya yang Bapak berikan, seperti menyelesaikan satu seri buku atau mencari cara memperbaiki sepeda, itu kan hal yang langsung nyambung ke kehidupan atau hobi mereka. Jadi, membaca itu bukan lagi sekadar tugas, tapi alat untuk mencapai sesuatu yang mereka mau. Ini bisa bikin anak sadar kalau keterampilan membaca itu berguna banget, bukan cuma buat dapat nilai bagus di sekolah. Intinya, kita harus bantu anak menemukan 'kenapa' mereka harus baca.
Dan untuk materi bapak saya suka materi bapak pada bagian ini karena membahas akar masalah yang sering kita abaikan, yaitu perasaan anak saat membaca. Seringkali anak yang nggak suka membaca itu ternyata bukan karena mereka malas, tapi mungkin karena mereka merasa kemampuannya kurang dibandingkan teman-temannya. Judulnya tadi Ketidakmampuan Membaca Secara Optimal itu langsung menjelaskan bahwa rasa nggak percaya diri ini bisa muncul cuma dari membandingkan diri atau dari respons lingkungan. Kalau anak sudah merasa cemas atau takut salah saat disuruh baca di depan umum, wajar kalau mereka jadi menghindar.
BalasHapusNah, saran untuk Mendukung Rasa Percaya Diri Anak itu jadi kunci utamanya, Bapak. Kita tidak boleh membuat mereka kecewa kalau kemajuannya lambat. Justru kita harus fokus pada hal-hal kecil yang sudah mereka kuasai. Bahkan, cara menghadapi bacaan yang terlalu mudah atau terlalu sulit juga ada caranya, seperti yang dijelaskan kalau terlalu mudah kita dorong untuk coba yang lebih menantang, dan kalau terlalu sulit, kita bantu baca bareng-bareng. Pendekatan seperti ini kan membuat anak merasa ditemani dan didukung, bukan dihakimi. Bagian Bantuan Ahli juga memberikan pandangan lain, Bapak. Kadang masalah membaca ini memang bukan sekadar kemalasan, tapi mungkin ada masalah yang butuh dievaluasi oleh ahlinya. Intinya, kita perlu melihat membaca itu nggak cuma sebagai keterampilan, tapi juga sebagai masalah mental dan kepercayaan diri anak. Dengan begitu, kita bisa cari solusi yang paling pas, baik itu dari kita di rumah/sekolah, atau dari bantuan spesialis.
Izin menanggapi pak Materi ini menarik banget karena mengingatkan kita bahwa kemampuan membaca itu bukan sekadar “bisa mengeja” atau “bisa memahami teks”, tapi lebih ke bagaimana anak merasa nyaman dan punya hubungan positif dengan aktivitas membaca. Kadang kita terlalu fokus pada hasil apakah anak sudah lancar atau belum sampai lupa bahwa perasaan mereka saat membaca justru punya pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan literasi jangka panjang.Yang paling penting dari materi ini adalah pesan bahwa menikmati membaca itu bukan soal bakat, tapi soal pengalaman. Banyak anak yang sebenarnya mampu, tapi karena pernah merasa malu, tertinggal dari teman, atau mendapat komentar negatif, akhirnya mereka punya mindset bahwa membaca itu sulit dan tidak menyenangkan. Inilah yang sering membuat mereka menjauh dari buku, bukan karena tidak bisa, tapi karena nggak nyaman.
BalasHapusLanjut pak Materi ini juga menekankan hal sederhana namun sering terlewat: anak bisa saja tidak membenci membaca, hanya saja minat mereka sedang terfokus ke hal lain. Kadang kita sebagai orang dewasa langsung panik saat melihat anak lebih betah main game daripada baca buku. Padahal, bisa jadi mereka hanya belum menemukan bacaan yang “klik” dengan minatnya. Sama seperti orang dewasa yang punya selera bacaan berbeda-beda, anak pun demikian.Bagian paling bagus dari materi ini adalah ajakan untuk mencari akar permasalahan, bukan langsung memaksa anak membaca. Pendekatan reflektif, seperti menanyakan bagaimana perasaan mereka saat membaca, apakah pernah merasa malu, atau apakah mereka kesulitan mengikuti teman-temannya, adalah langkah yang jauh lebih manusiawi dan efektif. Ini membuat anak merasa didengar, bukan dihakimi.
HapusSelain itu, materi ini memberikan solusi yang sangat realistis dan bisa diterapkan di rumah. Mulai dari membantu anak memilih bacaan yang sesuai, memberi tujuan membaca yang bermakna, sampai mendukung rasa percaya diri mereka. Semua itu terasa seperti pendekatan yang lembut namun kuat, terutama ketika anak sedang berada pada fase “tidak mood membaca”.Aku suka bagian tentang mengatasi buku yang terlalu mudah atau terlalu sulit, karena ini masalah yang benar-benar sering terjadi tetapi jarang dibahas. Anak bisa merasa bosan kalau bukunya terlalu sederhana, tapi bisa juga langsung menyerah kalau bukunya terlalu sulit. Kombinasi bimbingan dan fleksibilitas dari orang dewasa di sekitar mereka sangat membantu agar membaca tetap menjadi pengalaman yang positif.Secara keseluruhan, materi ini menyampaikan pesan penting bahwa tujuan kita bukan membuat anak langsung jatuh cinta pada membaca, tetapi setidaknya tidak membuat mereka membencinya. Dengan pendekatan yang penuh empati, perhatian, dan kepekaan, anak akan lebih mudah membangun hubungan yang sehat dengan aktivitas membaca. Dan dari situlah kemampuan literasi mereka bisa berkembang dengan lebih alami dan menyenangkan.
HapusSaya tertarik sekali dengan poin krusial bahwa memberi anak "izin" untuk tidak menyukai membaca dapat merugikan mereka dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan karena membaca dan menulis adalah keterampilan yang mendasari sebagian besar pekerjaan, bahkan pekerjaan yang tampak tidak praktis sekalipun, sebab banyak pekerjaan memerlukan kemampuan memahami formulir, mengikuti instruksi, dan memenuhi sertifikasi.
BalasHapusSaya sangat setuju bahwa setelah anak diajarkan membaca, mereka memerlukan latihan untuk meningkatkan kemampuan tersebut. Dalam proses latihan ini, menikmati membaca (atau setidaknya tidak membencinya) memainkan peran penting karena hal tersebut mendorong anak untuk terus berlatih.
Saya sangat setuju dengan artikel ini yang menekankan bahwa memberi anak tujuan membaca yang bermakna dan mendukung rasa percaya diri mereka dengan menghindari menunjukkan kekecewaan jika progres lambat adalah kunci untuk menumbuhkan minat membaca jangka panjang, yang harusnya menjadi aktivitas yang menyenangkan, bukan paksaan. Harapan utamanya adalah agar generasi muda dapat menyadari bahwa membaca dan menulis adalah keterampilan yang mendasari sebagian besar pekerjaan, sehingga mereka termotivasi untuk menikmati kegiatan membaca dan menguasai literasi, yang merupakan fondasi penting untuk masa depan mereka. Yang lagi membaca artikel ini semangat juga ya 🥰
BalasHapus