Mengatasi Fobia Terhadap Matematika: Pemahaman dan Upaya Mengatasinya


Fobia terhadap matematika, sering kali disebut sebagai "math anxiety" adalah fenomena yang cukup umum terjadi di kalangan siswa di berbagai jenjang pendidikan. Fobia ini dapat mempengaruhi kinerja akademis dan menyebabkan seseorang menghindari pelajaran matematika, mata kuliah, atau bahkan program studi yang melibatkan matematika.  Selain itu, Ketakutan ini dapat memicu berbagai reaksi fisik dan emosional seperti kecemasan, panik, bahkan menghindari situasi yang melibatkan angka dan perhitungan. Fobia ini tidak hanya dialami oleh peserta didik saja lho ya, tetapi juga oleh orang dewasa!!!

1. Penyebab Fobia Terhadap Matematika

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang mengalami fobia terhadap matematika, antara lain:

  • Pengalaman Negatif di Masa Lalu: Pengalaman buruk terkait matematika, seperti gagal dalam ujian atau mendapat kritik tajam dari guru, atau diejek karena tidak bisa matematika yang mana dapat menimbulkan trauma dan rasa takut terhadap matematika.
  • Metode Pengajaran yang Tidak Efektif: Metode pengajaran yang terlalu kaku, monoton, atau kurang menarik yang membuat peserta didik merasa bosan dan tertekan. Ketika peserta didik merasa tidak mampu mengikuti pelajaran, rasa cemas pun muncul.
  • Tekanan Sosial dan Harapan Tinggi: Ekspektasi yang tinggi dari orang tua, guru, atau lingkungan sosial terhadap prestasi matematika dapat memberikan tekanan tambahan kepada peserta didik. Tekanan ini dapat menimbulkan rasa cemas yang berujung pada fobia.
  • Kurangnya Pemahaman Konseptual: Peserta didik yang tidak memahami konsep dasar matematika dengan baik cenderung merasa kewalahan ketika dihadapkan pada materi yang lebih kompleks. Hal ini bisa memicu rasa takut dan cemas.
  • Stereotip Gender**: Dalam beberapa budaya, terdapat stereotip bahwa laki-laki lebih unggul dalam matematika dibandingkan perempuan. Stereotip ini dapat memengaruhi kepercayaan diri peserta didik perempuan dan menimbulkan kecemasan ketika belajar matematika.
  • Faktor genetik: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada kemungkinan faktor genetik yang mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk mengalami fobia matematika.

2.       Dampak Fobia Terhadap Matematika

Fobia terhadap matematika tidak hanya berdampak pada prestasi akademis, tetapi juga dapat memengaruhi aspek lain dalam kehidupan seseorang, termasuk:

  • Penurunan Prestasi Akademis: Peserta didik yang mengalami fobia matematika sering kali mengalami kesulitan dalam memahami materi dan menyelesaikan tugas-tugas matematika. Hal ini dapat menyebabkan penurunan nilai dan kegagalan dalam ujian.
  • Penghindaran Matematika: Peserta didik yang merasa cemas terhadap matematika cenderung menghindari pelajaran ini. Mereka mungkin memilih jurusan atau karier yang tidak melibatkan matematika, meskipun sebenarnya mereka memiliki potensi di bidang tersebut.
  • Dampak Psikologis: Rasa takut dan cemas yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan mental Peserta didik. Mereka mungkin mengalami stres, rasa tidak percaya diri, dan bahkan depresi.
  • Hambatan dalam Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis: Matematika melibatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang penting. Siswa yang menghindari matematika mungkin kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan ini.

 

3.       Mengatasi Fobia Terhadap Matematika

 

Untuk mengatasi fobia terhadap matematika, diperlukan pendekatan yang holistik dan inklusif. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh guru, orang tua, dan peserta didik:

 

  • Ubah MIndset: Gantilah pikiran negatif tentang matematika dengan pikiran yang lebih positif. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk belajar matematika, dan dengan usaha yang konsisten, Anda pasti bisa menguasainya. Peran penting mindset dalam suatu hasil Penelitian menunjukkan bahwa memiliki mindset pertumbuhan (growth mindset) yang percaya bahwa kemampuan matematika dapat ditingkatkan melalui usaha, dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan prestasi dalam matematika.
  • Membangun Pemahaman Dasar yang Kuat: Peserta didik perlu dibantu untuk memahami konsep dasar matematika dengan baik. Guru dapat menggunakan pendekatan yang lebih kreatif dan kontekstual untuk menjelaskan konsep-konsep yang sulit. Dengan pemahaman yang kuat, siswa akan merasa lebih percaya diri dan tidak mudah cemas ketika dihadapkan pada masalah matematika.
  • Menerapkan Pendekatan Pembelajaran yang Menyenangkan: Guru dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran yang lebih menyenangkan, seperti permainan matematika, proyek berbasis masalah, atau penggunaan teknologi interaktif. Pendekatan ini dapat membuat peserta didik merasa jadi lebih tertarik (hingga menjadi suka) dan termotivasi dalam belajar matematika.
  • Mengurangi Tekanan dan Meningkatkan Dukungan Emosional: Guru dan orang tua perlu mengurangi tekanan terhadap peserta didik dan memberikan dukungan emosional yang memadai. peserta didik perlu merasa bahwa mereka didukung dan dihargai, terlepas dari hasil akademis yang mereka capai.
  • Mengubah Persepsi Terhadap Matematika: Mengubah persepsi negatif terhadap matematika adalah langkah penting dalam mengatasi fobia ini. Guru dapat menunjukkan bahwa matematika adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan memiliki banyak aplikasi praktis. Dengan memahami relevansi matematika, siswa mungkin merasa lebih termotivasi untuk belajar.
  • Mengajarkan Teknik Relaksasi dan Manajemen Stres: Teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, atau visualisasi positif dapat membantu siswa mengurangi rasa cemas. Mengajarkan manajemen stres kepada peserta didik juga dapat membantu mereka menghadapi situasi yang menegangkan dengan lebih tenang.
  • Mendorong Kolaborasi: Pembelajaran kolaboratif dapat membantu peserta didik merasa lebih nyaman dan terbuka dalam belajar matematika. Diskusi kelompok memungkinkan peserta didik untuk berbagi pemahaman dan mendapatkan perspektif baru, yang dapat mengurangi rasa takut dan cemas.
  • Mengatasi Stereotip Gender: Penting untuk mengatasi stereotip gender yang berkaitan dengan matematika. Guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendorong peserta didik dari semua gender untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran matematika.
  • Memberikan Umpan Balik yang Konstruktif: Umpan balik yang positif dan konstruktif dapat meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Guru harus memastikan bahwa mereka memberikan apresiasi atas usaha siswa, bukan hanya hasil akhir. Hal ini dapat membantu peserta didik merasa lebih percaya diri dan mengurangi rasa takut terhadap kesalahan.
  • Pelibatan Orang Tua dalam Pembelajaran: Orang tua dapat berperan aktif dalam mendukung pembelajaran matematika di rumah. Mereka dapat membantu anak-anak mereka dengan memberikan dukungan emosional, membantu dalam pengerjaan tugas, atau bahkan terlibat dalam kegiatan matematika yang menyenangkan di rumah.

Fobia matematika tentunya merupakan masalah yang dapat diatasi dengan berbagai cara. Dengan dukungan yang tepat, perubahan mindset, dan usaha yang konsisten, siapa pun dapat mengatasi ketakutan terhadap matematika dan mencapai kesuksesan dalam belajar. Mari tetap semangat dalam belajar matematika.

 

Referensi artikel dari

1. Ashcraft, M. H., & Moore, A. M. dengan judul Mathematics Anxiety and the Affective Drop in Performance. 

2. Dowker, A., Sarkar, A., & Looi, C. Y. dengan judul  Mathematics Anxiety: What Have We Learned in 60 Years?

3. Maloney, E. A., & Beilock, S. L. dengan judul Math Anxiety: Who Has It, Why It Develops, and How to Guard Against It.

 




2 Komentar

  1. Nama: Maya Apriyani
    Npm: 2386206013
    Kelas: V.A

    setelah membaca blog ini saya rasa, saya juga pernah mengalami fobia matematika seingat saya itu pada saat jenjang sekolah dasar dan pada saat smp pada saat itu saya sangat penghindari mata pelajaran matematika rasanya kalau sudah jadwal matematika itu saya pengen pulang ndak mau ikut belajar. perasaan takut saya itu timbul karena beberapa hal, yang pertama pada saat sekolah dasar yang mengajari matematika itu adalah kepala sekolah yang di mana kepala sekolah ini terkenal sangat galak pada saat itu saya di suruh mengerjakan soal di depan lalu saya tidak tau jawabannya dan langsung di marah, itu pemicu pertama saya tidak suka matematika, kedua itu guru saya itu kalau menjelaskan terlalu sulit di mengerti oleh saya, dan saya belum paham pada satu materi itu tapi sudah di lanjutkan ke materi lain. karena rasa takut pada saat sd itu sudah pembentuk pemikiran saya bahwa pelajran matematika adalah pelajaran yang paling saya tidak sukai. pada saat smp pun saya merasakan hal yang di mana guru menjelaskan dengan langkah yang terlalu berbelit-belit dan terlalu kaku.
    tapi setelah saya masuk sma pemikiran itu mulai berubah saya mendapatkan guru matematika yang sangat hebat saya tidak mengerti kenapa pada saat dia menjelaskan matematika itu rasanya berbeda tidak seperti pada saat smp dan sd, ketika dia menjelaskan saya mudah memahami materi yang di berikan, dan bahkan pada saat di suruh mengerjakan tugas saya sering mendapat menilai yang baik, mulai dari situ mulai rasa suka terhadapat belajar matematika, setelah kuliah melewati beberapa semester dengan adanya belajar matematika yang di ajarkan oleh Bapak, saya merasa belajar matematika menjadi lebih menarik....
    terima kasih

    BalasHapus
  2. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
    Npm : 2386206058
    Kelas : VB PGSD

    Menurut saya Pak, saya simpulkan dari materi ini adalah bahwa fobia kepada matematika ini muncul akibat pengalaman negatif tekanan sosial metode pengajaran yang kurang efektif serta persipasi terhadap kemampuan diri sendiri yang dapat menurunkan prestasi Akademi, karena kurangnya rasa percaya diri dan meragukan diri sendiri. Untuk mengatasinya kita dapat menggunakan strategi yang telah tertera di materi yaitu yang dapat diterapkan oleh guru, orang tua dan peserta didik adalah ubah mindset membangun pemahaman dasar yang kuat, menerapkan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan, mengurangi tekanan dan meningkatkan dukungan emosional, mengubah partisipasi terhadap matematika, mengajarkan teknik relaksasi dan stres, mendorong kolaborasi mengatasi stereotip gender memberikan umpan balik dan pelibatan orang tua dalam pembelajaran. Dengan dukungan yang tepat dan juga usaha yang konsisten rasa takut terhadap matematika ini dapat kita Ubah menjadi rasa percaya diri. Sehingga dapat belajar dengan tenang dan juga berpikir kritis🙏

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak