Jelas bahwa penyelidikan psikologis memainkan peran penting dalam pendidikan matematika. Ini juga merupakan contoh bagus tentang bagaimana pendekatan interdisipliner dapat sangat efektif, melibatkan praktisi pendidikan dan berbagai subdisiplin psikologi. Puluhan tahun penelitian telah mengajarkan kita banyak hal, terutama dalam konteks kognisi matematika dan respons emosional terhadap matematika. Di sini saya akan menyinggung beberapa hal yang telah diajarkan oleh penelitian tentang kecemasan matematika, serta saran untuk langkah selanjutnya.
Matematika sebagai Pemicu Stres?
Banyak orang menikmati matematika. Namun, bagi banyak orang, matematika menimbulkan respons emosional negatif. Inilah sebabnya, selama bertahun-tahun, para peneliti respons stres manusia menggunakan tugas aritmatika mental yang dipaksakan sebagai cara untuk memicu stres. Ironisnya, pengujian matematika yang cepat dan secara sosial dievaluasi sering kali terjadi di ruang kelas. Secara anekdot (dan dari beberapa penelitian kualitatif), banyak orang dewasa menceritakan pengalaman mereka saat kecil ketika guru matematika "menyudutkan mereka" atau mempermalukan mereka karena jawaban yang salah. Menariknya, kenangan seperti itu sering kali memenuhi kriteria yang oleh psikolog kognitif disebut sebagai "memori lampu kilat". Penelitian terbaru menyelidiki kecemasan matematika pada anak-anak yang baru saja menjalani pendidikan formal (misalnya, Petronzi et al. 2018). Sayangnya, melalui sistem penilaian dan waktu yang eksplisit, menjadi ahli matematika segera dikaitkan dengan seberapa cepat seseorang melakukannya; seorang anak mungkin memiliki efikasi diri matematika yang sangat rendah karena mereka dikelilingi oleh teman-teman yang kebetulan sangat cepat, mengabaikan fakta bahwa satu kelas mungkin cukup cepat dalam pemecahan masalah matematika dan variasi tertentu adalah a) hal yang diharapkan, b) terlalu banyak perhatian diberikan pada penyelesaian soal matematika dengan cepat. Dengan demikian, sejak usia muda, anak-anak mengidentifikasi struktur hierarkis dalam kelas mereka. Hal ini membuka jalan bagi pengalaman negatif terhadap matematika. Dapat dikatakan, sistem pendidikan matematika yang berfokus pada penilaian perlu dirombak, dan penelitian psikologis akan sangat penting dalam hal ini.
Kognisi dan Emosi
Kecemasan matematika adalah contoh bagus tentang perpaduan antara kognisi dan emosi. Sebagian besar pekerjaan eksperimental atau kuasi-eksperimental yang telah dilakukan didasarkan pada model teoritis tentang memori kerja dan proses perhatian. Namun, sedikit penelitian yang secara eksplisit berusaha mempelajari mekanisme dasar yang terkait dengan model-model ini. Misalnya, hanya beberapa studi yang meneliti pikiran-pikiran mengganggu selama pemecahan masalah matematika (misalnya, Hunt et al. 2014). Meskipun secara metodologis sulit, ini bisa dilakukan dan akan sangat berguna untuk memahami cara kerja pikiran tersebut. Demikian pula, penelitian lebih lanjut harus memanfaatkan pengukuran objektif perhatian, misalnya teknologi pelacakan mata, untuk menilai relevansi proses perhatian tertentu dalam kaitannya dengan kecemasan matematika dan rangsangan visual yang disajikan (soal matematika, timer, instruksi, dll.), misalnya kewaspadaan yang meningkat, hambatan, perhatian yang terus-menerus, pergeseran, dan pelepasan perhatian.
Metakognitif
Penelitian terbaru menyoroti relevansi meta-kognisi dalam kaitannya dengan kecemasan matematika, terutama dalam konteks kinerja. Meta-kognisi dapat dianggap sebagai "berpikir tentang berpikir" (Flavell, 1979) dan berkaitan dengan proses di mana pembelajar merencanakan, memantau, mengevaluasi, dan mengubah perilaku belajar sesuai dengan tugas yang diberikan (Chauhan & Singh, 2014). Morsanyi et al. (2019) memberikan diskusi yang sangat baik tentang kecemasan matematika dan proses meta-kognitif di mana mereka menekankan dampak kecemasan matematika terhadap penilaian dan pengambilan keputusan pembelajar dalam tugas-tugas penalaran numerik dan pemecahan masalah. Ini mencakup pertimbangan tentang kepercayaan diri dan upaya kognitif pembelajar, yang berkaitan dengan konsep penghindaran – sesuatu yang sering dikaitkan dengan kecemasan matematika (misalnya, Choe et al. 2019). Gagasan bahwa kecemasan matematika berkaitan erat dengan upaya dibahas oleh Skemp pada tahun 1971, di mana ia berargumen bahwa jika seorang siswa gagal menemukan solusi yang benar untuk masalah matematika, respons cemas dapat memicu upaya lebih besar untuk menemukan solusi yang benar. Namun, ini bisa menjadi bumerang, sehingga semakin mempersulit pemahaman terhadap solusi tersebut, menciptakan lingkaran setan. Ada banyak ruang untuk mengeksplorasi gagasan ini lebih lanjut, dan saya merekomendasikan dimasukkannya ukuran motivasi siswa, mengingat ini telah terbukti berinteraksi dengan kecemasan matematika dalam memprediksi kinerja (Wang et al. 2015).
Pendekatan Observasional
Banyak penelitian terapan dalam pendidikan matematika cenderung didasarkan pada laporan diri, yang sangat baik dalam hal memperoleh sejumlah besar data dan mengidentifikasi pola. Namun, hal ini terkadang melewatkan interaksi verbal dan perilaku yang lebih bernuansa. Ada sedikit penelitian yang menyoroti relevansi mempelajari interaksi khusus antara anak-anak dan orang dewasa selama pembelajaran matematika, menunjukkan kemungkinan "penularan emosional", di mana anak-anak meniru emosi negatif yang diekspresikan oleh orang tua, misalnya frustrasi dan kemarahan (misalnya, Else-Quest et al. 2008). Mengingat banyak orang tua merasa stres ketika berada di lingkungan numerasi rumah, misalnya saat membantu pekerjaan rumah matematika, interaksi orang tua-anak perlu dieksplorasi lebih lanjut. Terkait dengan hal ini, beberapa pihak berpendapat bahwa dukungan guru yang dirasakan merupakan prediktor penting kecemasan matematika (misalnya, Sultan et al. 2015). Penelitian akan mendapat manfaat dari pendekatan observasional dan longitudinal untuk menyelidiki hal ini lebih lanjut.
Guru
Sebagian besar program pelatihan guru tidak mencakup fokus pada fitur psikologis yang relevan dalam pendidikan matematika. Misalnya, hanya sedikit perhatian yang diberikan pada kecemasan yang dialami guru saat mengajar matematika. Beberapa penelitian menyoroti relevansi kecemasan matematika pada guru, misalnya terkait dengan motivasi guru untuk mendukung anak-anak (misalnya, Trujillo & Hadfield, 1999), tetapi juga kaitannya secara tidak langsung dengan penurunan kinerja siswa sebagai akibat dari ancaman stereotip (Beilock et al. 2010). Penting untuk menyoroti perbedaan halus antara kecemasan matematika di satu sisi dan kecemasan terhadap pengajaran matematika di sisi lain: meskipun terkait, skor yang tinggi pada satu aspek tidak selalu berarti skor yang tinggi pada aspek lainnya. Misalnya, salah satu aspek kecemasan mengajar matematika adalah kekhawatiran terkait hasil matematika siswa (yang mungkin terkait dengan tekanan eksternal yang ditempatkan pada guru) (Hunt & Sari, 2019). Penelitian harus fokus pada faktor-faktor yang dapat menyebabkan, memperburuk, atau mengurangi kecemasan matematika pada guru, mendorong kerja sama interdisipliner yang lebih besar antara psikolog dan mereka yang terlibat dalam pelatihan guru.
Intervensi
Para peneliti telah menguji beberapa strategi inovatif untuk membantu mengurangi kecemasan matematika (misalnya, Brunyé et al. 2013; Park et al. 2014; Jamieson et al. 2016). Namun, masih banyak ruang untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi dan saya mendorong para peneliti untuk lebih terlibat dengan sekolah dan institusi pendidikan lainnya. Keterlibatan dengan pemangku kepentingan utama di tahap awal memungkinkan pendekatan berbasis kemitraan yang lebih kuat; para pendidik mendapatkan wawasan tentang ketelitian pendekatan akademis, sementara akademisi mengembangkan apresiasi yang lebih baik terhadap berbagai pertimbangan praktis dan kesesuaian berbagai desain dan metode penelitian di dunia nyata.
Referensi
Thomas Hunt. The Future of Psychology in Maths Education: A Focus on Maths Anxiety

Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Tanggapan saya tentang materi ini pak adalah materi ini membahas tentang hubungan antara psikologi dalam pendidikan matematika dimana, fokusnya pada kecemasan yang sering dialami pada siswa ketika belajar matematika. Dari kecemasan ini akan berdampak pada kemampuan siswa dalam memahami materi tersebut. Dalam hal ini juga psikologi dalam matematika sangat penting untuk mengatasi masalah yang akan terjadi saat kita sedang belajar matematika. Apalagi dalam jaman sekarang ini pak🙏
Nama:Elisnawatie
BalasHapusKelas:VD
NPM:2386206069
Izin bertanya pak
Dalam kehidupan sehari-hari pak bagaimana caranya saya bahkan teman teman bisa menggunakan matematika tanpa merasa tertekan atau takut salah
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari elisnawatie pak, menurut pendapat saya, cara agar saya dan teman-teman bisa menggunakan matematika tanpa merasa tertekan adalah dengan menumbuhkan rasa percaya diri dan menikmati proses belajarnya. Seperti yang dijelaskan dalam materi di atas, kecemasan muncul saat kita terlalu fokus pada hasil dan takut salah. Jika kita belajar bersama, saling mendukung, dan melihat matematika sebagai latihan berpikir, bukan beban, maka rasa cemas itu akan berkurang dan belajar jadi lebih menyenangkan🙏🏻
Hallo ka Elisnawatie saya izin menjawab pertanyaanya ya
HapusDi sini saya akan membagikan pengalaman saya ,dari yang saya sering merasa takut dalam pembelajaran matematika tapi semakin lama saya semakin berani untuk belajar matematika. Hal tersebut dikarenakan saya menanamkan bahwasanya pembelajaran matematika itu berguna bagi saya pada kehidupan sehari-hari saya.
Selain itu juga dalam pembelajaran matematika Saya tidak ingin terlalu memikirkan bagaimana hasil akhir saya, tetapi saya memikirkan bagaimana saya dapat melewati proses atau tahapan dalam penyelesaian masalah pada pembelajaran matematika.
Kita juga perlu menggaris bawahi bahwasannya di setiap kehidupan kita, kita membutuhkan pengetahuan terkait matematika, hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena setiap hari kita pasti melakukan kegiatan membeli,berbelanja,olahraga bahkan kita perlu memprediksi hal-hal yang akan terjadi kedepannya
Nah itu pastinya membutuhkan membutuhkan pengetahuan matematika.
Jadi saran saya jangan hanya mau berpatokan pada hasil akhir tapi proses juga perlu menjadi suatu hal penting yang kita perhatikan.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
HapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Hai Elis! aku izin mau jawab pertanyaan kamu juga yaa 😃
Kalau menurut aku nih, untuk kita sema calon guru, bisa banget pakai matematika sehari-hari dengan santai. Misalnya saat belanja, masak, atau mengatur waktu. Anggap aja angka itu bagian dari rutinitas, karena itu hal yang dekat dengan kita, kita jadinya engga takut deh.
Perlu diingat juga, kalau salah hitung jadikan itu kesempatan belajar. Bukan kegagalan.
di artikel ini juga kan tadi ada ngebahas pentingnya mengurangi tekanan. Jadi perlu banget kita sebagai guru yang berada di sekitar anak mengurangi tekanan dan memberi dukungan.
cmiiw guys 😀🙌
Hmm ternyata kita yang stres dan mempunyai emosional serta kecemasan dalam mengerjakan soal matematika atau pemecahan masalah pada matematika pada laman ini peneliti bilang baik dan bagus waduh gimana yak haha( huhu nangis saya ), bahkan peneliti menggunakan tugas ARITMATIKA MENTAL sebagai cara untuk memicu STRES. Luar biasa matematika ini.
BalasHapusNama: Margaretha Elintia
BalasHapusKelas: 5C PGSD
Npm: 2386206055
izin menanggapi ya pak, saya setuju untuk materi di atas bahwa mengatasi rasa takut atau cemas terhadap pelajaran matematika itu sama pentingnya dengan mengajarkan rumus matematika itu sendiri, karena saya merasa sendiri kalau sudah panik atau gugup pasti susah untuk fokus sama pelajaran yang di paparkaan.
Nama: Nanda Vika Sari
BalasHapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Setelah saya baca materi ini, menurut saya materi ini memberikan pandangan yang sangat amat cukup menarik dan komprehensif tentang bagaimana psikologi berperan penting didalam memahami dan juga mengatasi kecemasan matematika itu salah satu tantangan yang cukup besar dalam proses pembelajaran matematika. Pada materi diatas memberitahukan bahwasanya masa depan pendidikan matematika itu tidak hanya bergantungan pada metode pengajaran, namun juga pada pemahaman mendalam terhadap faktor psikologis yang melatarbelakanginya.
Nama: Maya Apriyani
BalasHapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Izin menanggapi materi di atas melalui bacaan di atas membahas tentang kecemasan tentang matematika yang memicu stress Menurut pendapat saya benar sekali bahwa matematika ini merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi sering sekali pada saat kita ingin mengerjakan soal itu bukan karena kita tidak bisa menjawab melainkan karena kita merasa cemas sehingga kita menjadi ngeblank dan tidak dapat menjawab pertanyaan.
Dari bacaan ini juga kita dapat belajar Apa penyebab saja penyebab dari dari kecemasan matematika yang dialami oleh siswa kemudian dampaknya dan solusi yang diberikan terima kasih
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNPM : 2386206086
Kelas : 5D
Materi ini menurut saya sangat memberikan gambaran bagaimana psikologi itu memiliki peran yang sangat besar dalam pendidikan matematika , terutama terkait pada kecemasan matematika , saya sangat setuju bahwa matematika itu bukan hanya soal kemampuan kognitif saja tetapi. Juga berkaitan dengan emosi juga , pengalaman masa kecil dan di lingkungan kita belajar, matematika juga bukan sekedar soal yang benar dan salah tetapi juga sebagai pengalaman , interaksi dan dukungan emosional, tetapi banyak orang yang merasa menikmati pelajaran matematika tapi banyak orang juga kalo matematika itu menimbulkan respon emosional yang negatif .
Nama : Oktavia Ramadani
HapusNPM : 2386206086
Kelas : 5D
Izin menambahkan pak , apakah matematika itu sebagai pemicu stres ? Menurut saya memang banyak sering terjadi siswa merasa tertekan ya bukan karena soalnya saja yang sulit , tetapi karena suasana kelas yang kompetitif dan sikap guru kepada siswa nya , makanya dari itu kadang kenangan buruk seperti itu bisa menetap dalam ingatan dengan jangka yang panjang , dan bisa berdampak pada cara siswa memandang matematika itu adalah sebuah tuntutan , tetapi ternyata kecemasan pada matematika merupakan contoh yang bagus tentang perpaduan antara kognisi dengan emosi .
Pengamatan langsung terhadap interaksi antara anak-anak dengan orang tua atau guru itu menjadi poin penting , banyak sekali kecemasan matematika itu sebetulnya ditularkan melalui sikap negatif orang dewasa terhadap matematika, maka dari itu perubahan sikap di rumah dan di sekolah itu sama pentingnya seperti metode mengajar itu sendiri.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNPM : 2386206086
Kelas : 5D
Izin bertanya pak , bagaimana ya pak agar guru dapat menciptakan suasana kelas yang tidak ada tekanan kepada siswanya , dan bagaimana sih pak agar siswa ini tidak gelisah saat diberi soal matematika , kadang saya juga merasa gelisah kalo tiba tiba disuruh maju mengerjakan soal matematika 🙏🏻🙏🏻
Nama : Maria Ritna Tati
HapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Izin menjawab ya Oktavia,jadi menurut saya atas pertanyaan mu mengenai cara guru menciptakan suasana kelas yang tidak ada tekanan mungkin bisa dengan:
1.ciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.seperti,fokus pada proses, bukan hanya hasil hargai usaha siswa dalam mengerjakan soal, bukan hanya jawaban yang benar.
2.berikan umpan balik yang konstruktif fokus pada apa yang bisa diperbaiki, bukan hanya kesalahan yang dibuat.
3.ciptakan suasana yang inklusif pastikan semua siswa merasa diterima dan dihargai, tanpa memandang kemampuan matematika mereka.
Bisa juga nih gunakan metode pembelajaran yang bervariasi seperti
1.pembelajaran kolaboratif dengan libatkan siswa dalam kegiatan kelompok atau diskusi untuk mengurangi rasa takut salah.
2.permainan dan aktivitas interaktif buat pembelajaran matematika lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
3.gunakan teknologi manfaatkan aplikasi atau platform pembelajaran yang interaktif dan adaptif.
berikan soal yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa,contohnya
1.diferensiasi berikan soal yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing siswa.
2.soal yang menantang, tapi tetap bisa dipecahkan hindari memberikan soal yang terlalu sulit atau terlalu mudah.
3.berikan bantuan jika diperlukan jangan ragu untuk memberikan petunjuk atau penjelasan jika siswa kesulitan.
bisa juga nih untuk mengurangi tekanan saat penilaian,seperti :
1.penilaian formatif gunakan penilaian sebagai alat untuk memantau kemajuan siswa, bukan hanya untuk memberikan nilai.
2.berikan kesempatan untuk memperbaiki izinkan siswa untuk memperbaiki kesalahan mereka dan meningkatkan nilai mereka,
3.jangan membanding-bandingkan siswa fokus pada perkembangan individu masing-masing siswa.
nah terus cara siswa mengatasi kegelisahan saat diberikan soal matematika
1.persiapan yang matang:belajar secara teratur jangan menunda-nunda belajar matematika sampai mendekati ujian atau ulangan.
2.pahami konsep dasar pastikan anda memahami konsep-konsep dasar matematika sebelum mencoba mengerjakan soal yang lebih sulit.
3.latihan soal semakin banyak anda berlatih mengerjakan soal, semakin percaya diri Anda akan kemampuan anda seperti yang sering pak Nurdin katakan banyak-banyak berlatih untuk pelajaran matematika.
bisa juga nih dengan teknik relaksasi
1.tarik napas dalam-dalam lakukan beberapa kali untuk menenangkan diri sebelum mengerjakan soal.
2.visualisasi bayangkan diri Anda berhasil mengerjakan soal dengan lancar.
3.berbicara pada diri sendiri ucapkan kalimat-kalimat positif untuk meningkatkan kepercayaan diri atau kalau sekarang orang sering bilang harus positif thingking.
Bisa juga dengan ubah pola pikir negatif
1.fokus pada apa yang bisa anda kendalikan jangan terlalu khawatir tentang hasil akhir, tapi fokuslah pada proses mengerjakan soal.
2.lihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar jangan takut salah, karena kesalahan adalah bagian dari proses belajar.
3.berikan penghargaan pada diri sendiri setelah berhasil mengerjakan soal, berikan penghargaan pada diri sendiri atas usaha Anda.
nah mungkin bisa juga nih minta bantuan jika diperlukan
1.angan malu untuk bertanya jika anda kesulitan mengerjakan soal, jangan ragu untuk bertanya kepada guru, teman, atau orang tua.
2.bergabung dengan kelompok belajar belajar bersama teman-teman dapat membantu Anda memahami konsep-konsep matematika dengan lebih baik dan mengurangi rasa takut salah.
3.cari sumber belajar tambahan manfaatkan buku, video, atau website yang dapat membantu Anda memahami matematika dengan lebih baik.
itu saja tips dari saya semoga membantu dan semoga bermanfaat ya
Nama:Elisnawatie
HapusKelas:5D
NPM:2386206069
Izin menjawab ya Oktavia secara singkat xixi
kecemasan matematika adalah hal yang wajar, tetapi dapat diatasi dengan suasana kelas yang mendukung dan strategi belajar yang tepat. Guru berperan penting dalam menciptakan lingkungan tanpa tekanan, menghargai usaha siswa, dan memberikan latihan yang bertahap. Siswa juga bisa mengurangi rasa gelisah dengan fokus pada proses belajar, berlatih secara rutin, dan menggunakan teknik relaksasi sederhana. Dengan kombinasi dukungan guru dan strategi pribadi, belajar matematika bisa menjadi lebih nyaman dan menyenangkan, serta rasa percaya diri siswa meningkat.
Serta agar siswa tidak gelisah saat menghadapi soal matematika, bisa dilakukan dengan beberapa cara: membiasakan latihan bertahap dari yang mudah ke sulit, fokus pada proses pengerjaan, menggunakan teknik relaksasi singkat, menerima dukungan positif dari guru, berlatih bersama teman, menciptakan lingkungan kelas yang nyaman, dan memberi waktu persiapan sebelum tampil. Dengan cara-cara ini, siswa akan lebih tenang, percaya diri, dan belajar matematika menjadi lebih menyenangkan.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
HapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Hai Pia! aku izin mau jawab pertanyaan kamu juga yaa 😃
Kalau menurut aku nih, tadi kan sudah dijelaskan di artikel ini kalau dukungan guru sangat berpengaruh terhadap kecemasan matematika.
Jadi, guru perlu tuh memberi apresiasi pada usaha anak, bukan cuma kalau jawaban anak benar baru diapresiasi, terus juga jangan sampai mempermalukan anak kalau jawaban mereka salah.
Terus juga dar artikel ini tadi kan menjelaskan kalau kecemasan sering muncul karna anak merasa kalah cepat dibanding teman-temannya. Kalau guru bisa menekankan kalau setiap anak punya cara belajar masing-masing, anak pasti ga akan mudah merasa minder.
cmiiw yaa guys 😀🙌
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Izin menanggapi materi tersebut,materi ini sangat penting karena membahas masalah kecemasan matematika yang seringkali diabaikan.saya setuju bahwa kecemasan matematika dapat menghambat kemampuan siswa/saya sendiri dalam belajar matematika dan perlu mendapatkan perhatian yang serius.saya suka materi ini menyoroti pentingnya peran psikologi dalam mengatasi kecemasan matematika.kecemasan matematika adalah respons emosional negatif terhadap matematika yang dapat menghambat kemampuan siswa dalam belajar matematika.kecemasan matematika dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengalaman belajar yang negatif, tekanan untuk berprestasi, dan stereotip negatif tentang matematika.dampak kecemasan matematika dapat berupa penurunan prestasi akademik, kurangnya minat terhadap matematika, dan penghindaran terhadap situasi yang melibatkan matematika.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Tambahan dari saya,jadi menurut saya terkait dengan materi ini saya merasa materi ini sangat sesuai dengan pengalaman banyak siswa termaksud saya sendiri yang merasa cemas atau takut terhadap matematika.
dengan memahami penyebab dan dampak kecemasan matematika, kita bisa lebih berempati terhadap siswa dan memberikan dukungan yang tepat agar mereka bisa mengatasi kecemasan mereka dan berhasil dalam belajar matematika.
psikologi memiliki peran penting dalam mengatasi kecemasan matematika. beberapa pentingnya psikologis yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan matematika antara lain adalah terapi kognitif perilaku atau CBT, teknik relaksasi, dan perubahan pola pikir negatif. Selain itu juga, guru juga dapat berperan dalam mengurangi kecemasan matematika siswa dengan menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan membantu siswa untuk mengembangkan strategi belajar yang efektif.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Menurut saya Materi ini menyajikan tinjauan yang komprehensif mengenai kecemasan matematika (math anxiety), menyoroti akar masalahnya dalam lingkungan pendidikan dan menggarisbawahi bagaimana psikologi dapat dan harus berperan dalam mengatasinya.
materi ini perlunya pendekatan interdisipliner—melibatkan psikolog, pendidik, dan pembuat kebijakan—untuk merancang intervensi yang inovatif dan berbasis kemitraan demi mengatasi masalah kecemasan matematika di semua tingkatan.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Mau bertanya pak
Penelitian menunjukkan perlunya perombakan sistem penilaian yang terlalu menekankan kecepatan, karena hal ini memicu kecemasan matematika.
Dengan mempertimbangkan peran sentral "pikiran yang mengganggu" (intrusive thoughts) dan tuntutan yang tinggi pada memori kerja selama kecemasan matematika, strategi penilaian alternatif apa yang dapat diusulkan kepada para pendidik—selain sekadar memperlambat waktu ujian—untuk secara eksplisit mengurangi kecemasan siswa dan memberikan penilaian yang lebih akurat terhadap kompetensi matematika mereka?
Nama:Elisnawatie
BalasHapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Setelah membaca materi ini saya merasa lebih memahami bahwa kecemasan matematika bukan sekadar rasa takut atau tidak suka terhadap matematika, tetapi merupakan respons emosional yang nyata dan dapat memengaruhi kemampuan belajar. Saya menyadari bahwa faktor penyebabnya bisa beragam, mulai dari pengalaman negatif, tekanan untuk berprestasi, hingga stereotip yang melekat tentang matematika. Dampaknya pun serius, tidak hanya menurunkan prestasi akademik, tetapi juga membuat siswa kurang tertarik dan cenderung menghindari matematika. Dengan memahami hal ini, saya menjadi lebih sadar akan pentingnya peran psikologi dalam membantu mengatasi kecemasan matematika, sehingga proses belajar matematika bisa lebih efektif dan menyenangkan.
Nama:Elisnawatie
BalasHapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Berdasarkan materi yang telah dibaca tentang kecemasan matematika, bagaimana menurut bapa/teman teman dalam mengidentifikasi dan mengatasi kecemasan matematika pada siswa, terutama mengingat bahwa faktor penyebabnya bisa berasal dari pengalaman belajar negatif, tekanan untuk berprestasi, maupun stereotip negatif tentang matematika?
Nama: Nur Sinta
HapusNPM: 2386206033
Kelas: VB PGSD
Saya izin menjawab pertanyaan dari Elisnawatie, menurut saya cara mengenali kecemasan matematika pada siswa itu sebenarnya cukup dilihat dari sikap mereka saat belajar. Misalnya ada siswa yang tiba-tiba diam saat diminta mengerjakan soal matematika, cepet panik kalau waktunya mepet, berasusmsi terlebih dahulu bahwa dia pasti salah menjawab soal padahal belum mencoba sama sekali atau langsung menyerah begitu melihat angka yang banyak. Untuk mengatasi kecemasan matematika pada siswa jika kita menjadi guru nanti bisa mulai dari hal yang sederhana yaitu jangan terlalu menekan siswa harus benar menjawab soal matemtaika, harus dapat nilai tinggi terus hal tersebutlah yang akan menyebabkan mereka merasa takut salah duluan. Hilangkan anggapan negatif tentang matematika apa lagi ada omongan bahwa " hanya orang pintar yang bisa jawab soal matemtaika" maka dari itu cara mengatasinya adalah dengan menciptakan suasana belajar yang nyaman dan tidak menakutkan, mengurangi tekanan untuk selalu mendapatkan nilai tinggi, memeberi pengalaman belajar yang positif seperti latihan bertahap dan konsisten serta menghilangkan stereotip negatif, dengan pendekatan yang lebih manusiawai dan penuh dukungan siswa akan belajar matematika tanpa rasa takut sehingga kepercayaan diri mereka meningkat dan kecemasan matematika dapat berkurang. okeii sekian dari saya maaf jika ada salah kata ya dan jika ada yang kurang
Nama : Nabilah Aqli Rahman
HapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Hai Elis! aku izin mau jawab pertanyaan kamu yaa 😃
Jawaban aku mungkin masih kurang tepat karena aku juga masih belajar, ini menurut pemahamanku aja yaa sehabis baca artikel ini (sambil aku searching jugaa hehehe).
Kalau menurut aku, untuk mengenali kecemasan matematika, guru bisa ngeliat tanda-tanda seperti anak gelisah, takut mencoba, atau cepat nyerah waktu dikasih soal.
Penyebabnya tuh banyak, kaya yang udah dijelasin di atas (pengalaman buruk, tekanan berprestasi, atau stereotip negatif)
Nah, dari yang aku baca. Cara mengatasinya itu membuat kelas lebih ramah. Hargai usaha anak, kurangi tekanan soal kecepatan, dan kasih semangat terus untuk si anak.
cmiiw yaa guys 😀🙌
Nama: Nur Sinta
BalasHapusNPM: 2386206033
Kelas: VB PGSD
Menentukan keberhasilan belajar matemtaika bukan hanya soal kemampuan kognitif tetapi juga kondisi psikologi salah satu aspek yang sangat berpengaruh adalah kecemasan matematika baik itu perasaan takut saat mengerjakan ujian matematika, takut di tegur guru jika salah menjawab soal contohnya yang ada di materi seperti di sudutkan oleh guru, stres, tegang atau gugup ketika menghadapi apa pun yang berkaitan dengan matematika. Kecemasan matematika terjadi karena gabungan antar berpikir (kognisi) dan perasaan atau emosi, untuk memahami kecemasan jika melakukan penelitian tidak cukup hanya melihat hasil belajar tetapi harus melihat apa yang terjadi dalam pikiran dan perhatian siswa selama mengerjakan matematika walaupun sulit tapi hasilnya sangat penting untuk mengetahui bagaimana kecemasan mempengaruhi cara kerja pikiran selain itu dengan cara ini lebih mudah untuk menemukan solusi kepada siswa yang mengalami kecemasan terhadap matematika
Nama:Imelda Rizky Putri
BalasHapusNpm:2386206024
Kelas:5B
Materi ini ngebahas bahwa matematika bukan cuma belajar soal angka, tapi juga soal perasaan siswa,kebanyakan anak yang merasa takut duluan karena cemas, pada saat pelajaran matematika karena takut ga bisa mengerjakan soal nya. karna itu perlu peran guru dan orang tua untuk menenangkan anak dan nge-suport membuat suasana belajar yang nyaman jadi kedepannya matematika bakal jadi lebih ramah bikin fokus belajar.
Terima kasih bapan telah memberikan materi tentang bagian Kognisi dan Emosi sangat menarik perhatian saya. Penjelasan bahwa kecemasan matematika adalah perpaduan kognitif dan emosional, didukung dengan bahasan tentang metakognitif berpikir tentang berpikir dan konsep penghindaran, memberikan perspektif yang kaya. Saya setuju bahwa mengaitkan kecemasan dengan upaya kognitif seperti penghindaran itu logis. Ini menyadarkan bahwa tantangan dalam matematika bukan hanya soal 'bisa menghitung' atau tidak, tetapi juga bagaimana pikiran dan keyakinan diri kita memproses tugas tersebut. Perluasan penelitian tentang motivasi dan metakognitif ini akan sangat bermanfaat untuk memahami akar masalah kecemasan secara lebih mendalam.
BalasHapusSaya juga ingin berkomentar pada bagian Intervensi dan keterlibatan guru. Menurut saya materi bapak pada bagian menyoroti bahwa meskipun sudah ada strategi inovatif yang diuji, masih banyak ruang untuk eksplorasi, terutama dengan melibatkan sekolah dan institusi pendidikan lainnya. Menurut saya, poin tentang perlunya pengembangan apresiasi yang lebih baik terhadap desain dan metode penelitian dunia nyata oleh akademisi sangat penting. Ini akan menjembatani kesenjangan antara teori akademis dengan apa yang benar-benar bisa diterapkan dan berhasil di ruang kelas, sehingga intervensi yang dikembangkan benar-benar praktis dan berdampak langsung pada guru maupun siswa.
BalasHapusNama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Materi ini ngasih gambaran jelas kalau kecemasan matematika itu bukan hal sepele titik banyak orang stres duluan cuman gara-gara harus ngerjain soal matematika, apalagi kalau pengalaman belajarnya dulu penuh dengan tekanan. Nggak heran sih, karena dari kecil kita sering dinilai cepat-cepatan untuk menjawab, bukan seberapa pahamnya kita. Makanya wajar kalau banyak anak tumbuh dengan rasa takut sama matematika. penelitian psikologi di bidang ini memang penting banget buat ngebantu sekolah ngerombak sarang ajar.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Bagian soal hubungan antara kognisi dan emosi juga menarik banget dalam materi ini. Ternyata pikiran yang ganggu pas ngerjain matematika itu benar-benar ngaruh ke hasil belajar kita ya sayangnya penelitian soal mekanisme dasarnya masih sedikit.padahal kalau bisa ngerti cara kerja pikiran itu, guru bisa ngebantu siswa lebih baik dalam melakukan pengerjaan soal matematika. Teknologi kayak eye tracking juga bisa bikin penelitian makin akurat.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Yang paling kerasa Itu poin tentang guru. Ternyata guru juga bisa punya kecemasan matematika dan itu bisa berpengaruh ke cara mereka mengajar. Kalau guru sendiri takut atau enggak pendek, ya murid bisa ikut ke bawah juga sih. Makanya pelatihan guru harusnya bukan cuma soal materi, tapi juga sisi psikologisnya. Kolaborasi sama psikolog kelihatannya bakal ngebantu banget.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Membaca artikel kali ini membuka mata ku, kalau ternyata belajar matematika itu bukan cuma soal angka angka dan angka, tapi juga soal perasaan dan pikiran. Banyak anak (bahkan guru) merasa cemas ketika berhadapan sama matematika, dan ternyata itu bisa mempengaruhi cara mereka berpikir, mengambil keputusan, bahkan motivasi belajar.
Saya kira itu semua hanya terjadi sama siswa, ternyata terjadi sama guru juga.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Artikel ini juga ngasih sokusi dari kecemasan matematika, yang ternyata solusinya ga cuma lewat soal latihan, tapi perlu intervensi psikologis (seperti yang sudah dijelaskan di atas) dan dukungan dari guru maupun orang tua.
Seandainya semua solusi yang ditulis di artikel benar-benar dijalankan, tentu suasana belajar matematika akan jauh lebih menyenangkan. Anak-anak ga lagi merasa tertekan dan guru pun juga merasa nyaman mengajar.
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusKelas : 5 C
NPM : 2386206048
materi ini memberikan pesan jelas yaitu keluarga adalah mitra paling penting dalam proses pendidikan seorang anak. Perkembangan anak baik kemampuan berpikir,emosi maupun literasi awal sangat bergantung pada kualitas interaksi dan dukungan yang diberikan di rumah. Sekolah hanya bisa berhasil jika ada energi kuat dengan lingkungan keluarga
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusKelas : 5 C
NPM : 2386206048
Nah ini mengubah peran kita menjadi penghubung dan edukator orang tua dengan mengintegrasikan lingkungan sebagai calon guru kita tidak boleh bekerja sendiri kita harus pintar mencari informasi dan menggunakan latar belakang siswa untuk merancang pengajaran yang relevan di sekolah dan yang kedua adalah mengukasi orang tua, kita memiliki tanggung jawab untuk mengukasi orang rua tentang penting nya lingkungan rumah yang suportif.
Jadi keberhasilan seorang guru SD sangat signifikan dipengaruhi oleh seberapa baik ia bekerja sama dengan keluarga.Kita harus memandang orang tua bukan hanya sebagai wali murid tetapi sebagai guru pertama dan mitra utama yang mendukung fondasi perkembangan dan literasi anak dirumah
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Menurut saya materi ini menjelaskan bagaimana psikologi memiliki peran penting dalam pendidikan matematika, terutama terkait dengan kecemasan matematika yang dialami oleh banyak siswa. Menarik untuk dicatat bahwa meskipun ada banyak orang yang menikmati matematika, banyak juga yang merasa tertekan atau cemas ketika harus berhadapan dengan pelajaran ini. Pengalaman negatif seperti merasa dipermalukan di kelas sering kali membekas dan bisa mempengaruhi bagaimana siswa melihat matematika di kemudian hari.
Penelitian menunjukkan bahwa kecemasan matematika tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif, tetapi juga dengan emosi. Bagaimana seorang siswa merasakan dan mengatasi stres saat belajar matematika bisa sangat mempengaruhi hasil belajar mereka. Terlebih lagi, ada juga faktor meta-kognitif yang berperan, di mana siswa perlu menyadari bagaimana cara mereka berpikir dan belajar agar bisa mengatasi kecemasan tersebut.
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM :2386206113
Satu hal yang menarik dari materi ini adalah bahwa interaksi antara anak-anak dan orang dewasa, seperti orang tua atau guru, juga dapat mempengaruhi kecemasan matematika. Jika orang tua atau guru menunjukkan frustrasi atau stres saat membantu anak dalam matematika, anak tersebut mungkin akan meniru emosi negatif itu. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memahami dan mengelola kecemasan mereka sendiri agar bisa memberikan dukungan yang lebih baik kepada siswa.
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Saya ijin bertanya pak, Bagaimana cara kita bisa mengurangi kecemasan matematika di kelas tanpa mengorbankan standar akademik?
Apa langkah-langkah konkret yang bisa diambil oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar matematika yang lebih positif?
NAMA : KORNELIA SUMIATY
BalasHapusNPM : 2386206059
KELAS : 5B PGSD
Materi ini ngejelasin gimana pendidikan matematika tidak bisa dipahami hanya dari sisi kognitif (cara berpikir), tetapi juga harus dilihat dari sisi emosional, sosial, dan psikologis. Banyak anak (dan orang dewasa) mengalami kecemasan matematika, yaitu perasaan takut, panik, atau stres ketika menghadapi matematika. Penelitian menunjukkan bahwa masalah ini bukan sekadar “tidak bisa berhitung”, tetapi sering berasal dari pengalaman negatif, tekanan dari sekolah, interaksi dengan guru atau orang tua, serta cara penilaian yang terlalu menekankan kecepatan. Untuk memahami kesulitan matematika siswa, kita tidak cukup hanya melihat kemampuan kognitif. Kita harus melihat faktor emosional, pengalaman masa kecil, interaksi sosial, cara mengajar, hingga rasa percaya diri siswa. Penelitian psikologi sangat penting dalam membantu sekolah menciptakan pembelajaran matematika yang lebih manusiawi, bebas stres, dan lebih efektif.