Di banyak kelas, penilaian sering kali menjadi pusat perhatian. Siswa sering kali lebih terfokus pada angka yang tertera di ujian atau tugas mereka, daripada pemahaman yang sebenarnya mereka dapatkan dari materi tersebut. Ini adalah tantangan besar dalam pendidikan, karena terlalu banyak tekanan pada nilai dapat mengalihkan perhatian siswa dari tujuan utama pendidikan, yaitu pembelajaran yang bermakna. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk menciptakan lingkungan yang menekankan proses pembelajaran, bukan hanya hasil akhir berupa nilai.
sebagai pendidik, memiliki peran penting dalam menciptakan budaya kelas yang mendukung pembelajaran yang sesungguhnya. Dengan mengurangi tekanan nilai dan menekankan proses serta pemahaman, kita memberikan siswa kesempatan untuk berkembang secara optimal, tidak hanya sebagai individu yang menguasai materi, tetapi juga sebagai pembelajar yang selalu haus akan pengetahuan.
Crystal Frommert (2021) memberikan saran dan bercerita kepada kita agar membantu siswa terhadap proses, bukan hanya nilai sebagai berikut penjelasannya:
Begitu juga dengan komunikasi saya dengan orang tua. Alih-alih membahas nilai, saya lebih cenderung mengirimkan informasi tentang perkembangan keterampilan atau konsep yang dikuasai anak mereka. Jika diminta untuk memberi nilai, saya akan menyebutkan, "Devon mendapatkan 35 dari 42 poin pada ujian terakhir. Saya sarankan ia berlatih faktorisasi prima agar lebih siap untuk materi berikutnya." Ini mungkin terdengar seperti trik matematika, namun dengan menunjukkan angka 35 dari 42, saya dapat mengurangi stigma yang sering timbul dari nilai yang rendah.
Bersama dengan rekan guru matematika lainnya, kami mencoba pendekatan ini. Di kelas, ujian dinilai dengan catatan dan komentar singkat, namun tanpa mencantumkan pengurangan poin atau nilai pada ujian tersebut. Setelah ujian dikembalikan, siswa diminta untuk merefleksikan dan melakukan perbaikan. Saya memberi umpan balik dan berdiskusi tentang konsep-konsep yang mereka perbaiki, tetapi tanpa menyebutkan angka. Awalnya, beberapa siswa merasa kesal, namun seiring waktu mereka mulai lebih fokus pada pemahaman daripada angka yang tertera.
Untuk mengatasi efek buruk dari sistem penilaian tradisional, saya memberikan siswa lebih banyak kendali atas penilaian mereka. Misalnya, saat memberikan proyek yang dinilai dengan rubrik, saya meminta siswa untuk menilai diri mereka sendiri terlebih dahulu, kemudian mendiskusikan hasil penilaian tersebut dengan mereka. Terkadang, nilai yang mereka berikan lebih rendah daripada yang saya tentukan, namun ini menjadi titik awal untuk percakapan produktif. Penilaian mandiri membantu siswa merasa memiliki pembelajaran mereka sendiri dan memperkuat keterampilan metakognitif mereka.
Referensi

Senang hati rasanya ketika menemukan guru yang mengajar kita seperti ini, tidak memberikan tekanan untuk dapat mencapai apa yang orang capai tapi mau bersabar untuk memberikan kesempatan pada kita untuk belajar dan membuktikan lagi, semoga saya ketika menjadi seorang guru saya juga memiliki pendirian seperti ini. Kadang sebagian pendidik tidak mempunyai pendirian seperti ini, ada yang keras dan tetap teguh untuk mengucapkan kata-kata yang membuat anak semakin drop saat nilainya anjlok, tanpa melakukan pendekatan dan bertanya kesuliatannya apa :) , melalu materi diatas juga mengajarkan saya untuk bisa menaruh kepercayaan pada anak murid untuk membuktikan bahwa diri mereka bisa.
BalasHapussehat semua bapak ibu guru yang memiliki pendirian seperti materi diatas..
Nama: Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm: 2386206058
Kelas: VB PGSD
Izin menanggapi Pak, menurut saya materi ini mengajarkan bahwa pentingnya bagi pendidik untuk menciptakan lingkungan yang menekankan pada proses bukan hanya hasil akhir perubahan nilai atau angka. Karena dengan adanya proses itu siswa dapat belajar memahami materi tersebut sehingga tidak berfokus pada angka atau nilai. Dengan saran di atas menegaskan sebagai pendidik untuk mengajarkan atau mendidik suatu pendidikan yaitu dengan berpikir dan berproses bukan hanya sekedar mengajar angka . Penting bagi siswa untuk belajar dari proses mereka terutama anak sekolah dasar karena dengan ini akan menumbuhkan rasa ingin tahu mereka dan tanggung jawab mereka terhadap diri mereka sendiri🙏
Nama:Elisnawatie
BalasHapusKelas:VD
NPM:2386206069
saya sering melihat pak bagaimana banyak siswa bahkan orang tua lebih fokus pada nilai daripada pada proses belajar itu sendiri. Misalnya, ketika anak mendapatkan nilai rendah, sering kali yang disoroti adalah angkanya, bukan usaha dan kemajuan yang telah ia capai. Padahal, melalui proses belajar yang bermakna, anak belajar tentang ketekunan, rasa ingin tahu, dan cara berpikir kritis hal-hal yang jauh lebih penting untuk kehidupan mereka di masa depan. Oleh karena itu, saya percaya bahwa sebagai pendidik, kita perlu menumbuhkan budaya belajar yang menekankan pemahaman dan proses, bukan sekadar angka di rapor.
Nama:Elisnawatie
BalasHapusKelas.VD
NPM:2386206069
Izin bertanya pak
kegiatan atau pendekatan apa yang dapat dilakukan di kelas untuk menumbuhkan kesadaran siswa atau orang tua bahwa kegagalan juga bagian dari proses belajar pak?
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
BalasHapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Ada ga sih pak penilaian yang tolak ukur nya itu bukan angka gitu?. Jadi kayak kalau misalkan mau ngambil penilaian habis dari pembelajaran. Ntah itu di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran tolak ukurnya itu bukan nilai berupa angka gitu pak. Atau ga bisa yah?? Kayak kita bikin sistem penilaian baru yang tolak ukurnya itu nilai yang berupa angka.. Biar fokus dari mereka yang mengikuti pembelajaran dan akan melewati tahap penilaian itu bener bener fokus pada pemahaman materinya bukan dari tolak ukur berupa angkanya ini.
*komen ke-23.
Haloo ka Aulia saya izin menjawab pertanyaannya ya, ini pertama kalinya nih saya tanggapi pertanyaan ka Aulia hehe,saya akan menjawab sepengetahuan saya ya.
Hapusmenurut saya ada ya penilaian yang tolak ukurnya itu bukan nilai semata, biasanya ada juga penilaian yang berupa deskripsi dari pendidik, dulu tu zaman saya sekolah di bangku SD kami biasanya mendapatkan itu nilai berupa deskripsi dari tugas yang kami kumpulkan, jadi nilai deskripsi itu isinya kesesuaian jawaban kita terhadap soal dan kekurangan jawaban kita terhadap soal, selain itu ada juga tips tambahan dari pendidik kami untuk melengkapi kekurangan jawaban kami.
Selain deskripsi ada juga penilaian menggunakan huruf, yaitu huruf : A,B,C,D dan E.
nah setiap kumpul tugas tu ada juga penilai begini ka Aul, yang mempunyai arti masing-maasing, yaitu huruf A berati baik sekali, huruf B berarti baik, huruf C berarti cukup, huruf D berarti kurang, dan huruf E berarti kurang sekali.
jadi menurut saya penilain itu bukan semata-mata tentang nilai berupa angka tapi banyak aspek yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur penilaian.
semoga bermanfaat.
Haloo izin menjawab lagi ka Aul, setelah saya baca ulang pertanyaannya ternyata ada 2 ya,sedangkan diatas saya baru jawab satu pertanyaan, jadi saya sambung menjawab pertanyaan kedua di komentar ini ya hehe.
HapusPertanyaan kedua ka Aul ini menarik, karena ingin mengambil nilai pembelajaran dari awal pembelajaran , pertengahan pembelajaran dan diakhir pembelajaran.
Menurut saya hal ini dapat dilakukan oleh pendidik ya, berdasarkan pengalaman pribadi saat demonstrasi microteaching pada semester 3 lalu,saya juga mengambil penilaian dari 3 tahap pembelajaran, kalo cara saya ialah :
1. Pada awal pembelajaran, nah disini kan ada pertanyaan pemantik yang saya ajukan, jadi peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan pemantik saya dengan baik akan mendapatkan penilain sendiri dari saya.
2. Pada pertengahan pembelajaran, nah disini kan pasti ada proyek entah itu tugas individu atau tugas kelompok, dengan adanya proyek ini sebagai calon pendidik pastinya dapat melihat keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, saya yakin pasti ada yg lebih menonjol dalam kelompok. Yang begini lah pantas mendapatkan nilai juga dari pendidik.
3. Pada akhir pembelajaran, nah pada tahap akhir pembelajaran pasti ada kesimpulan kita bisa memberkan stimulus kepada siswa untuk dapat memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah kita lakukan, tapi dengan catatan berikan peluang yang sama kepada semua siswa untuk menyimpulkan pembelajaran, dengan ini kita dapat melihat peserta didik mana yang memang benar-benar paham dan benar-benar mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir dengan baik .
Tentunya dengan itu kita memiliki catatan sendiri kepada siswa yang telah berhasil melewati 3 tahapan pembelajaran dengan baik, hal ini tentunya memiliki nilai tersendiri bukan ?
selain dari 3 tahapan diatas kita juga bisa menilai dari segi sikap, sopan santun, etika dalam mengikuti pembelajaran dan masih banyak lagi.
semoga bermanfaat.
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
BalasHapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Alhamdulillah, saya punya mama bapak yang ga nuntut anak-anaknya harus dapat 100 atau sempurna. Bapak saya sering nanyain gimana sekolahnya gimana kuliahnya nak. Tapi yang Bapak saya maksud itu apa aja yang udah kamu dapat dari yg diajarkan di sekolah. Paham nda sama materi yang diajarkan tadi. Patuh nda sama peraturan yang dibuat di sekolah. Karena kata Bapak saya, Bapak nda minta kamu dapat 100. Tapi Bapak mau waktu kamu sekolah kamu betul betul belajar. Jadi anak yang patuh, karena guru mu di sekolah itu orang tua mu juga gitu Bapak saya blg.
*komen ke-24 aul
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
“Kalaupun saatnya ulangan, ya ulangan dengan baik. Percaya sama kemampuan mu kan sudah belajar betul betul kemarin. Karena Bapak nda mau kamu dapat 100 tapi kamu nda paham sama apa yang kamu kerjakan. Itu sama aja kamu bohongi dirimu sendiri dan bohongi banyak orang. Emang kalau dilihat belum kelihatan dampaknya sekarang. Tapi nanti kalau kamu sudah kerja terus nda bisa apa apa, itu semua yang kamu kerjakan di sekolah. Jadi, kalau kamu ulangan dapat 70 dan kamu udah betul betul ngerjain berarti sampe situ ple nak kamu pahamnya. Bapak nda minta apa apa selain sekolah yang betul. Kalaupun hasil kamu belajar nilainya tinggi Alhamdulillah”. Kira kira begitu Bapak saya bilang kalau udah mau abis ulangan dan waktunya liburan.
*komen ke-25 aul.