Di banyak kelas, penilaian sering kali menjadi pusat perhatian. Siswa sering kali lebih terfokus pada angka yang tertera di ujian atau tugas mereka, daripada pemahaman yang sebenarnya mereka dapatkan dari materi tersebut. Ini adalah tantangan besar dalam pendidikan, karena terlalu banyak tekanan pada nilai dapat mengalihkan perhatian siswa dari tujuan utama pendidikan, yaitu pembelajaran yang bermakna. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk menciptakan lingkungan yang menekankan proses pembelajaran, bukan hanya hasil akhir berupa nilai.
sebagai pendidik, memiliki peran penting dalam menciptakan budaya kelas yang mendukung pembelajaran yang sesungguhnya. Dengan mengurangi tekanan nilai dan menekankan proses serta pemahaman, kita memberikan siswa kesempatan untuk berkembang secara optimal, tidak hanya sebagai individu yang menguasai materi, tetapi juga sebagai pembelajar yang selalu haus akan pengetahuan.
Crystal Frommert (2021) memberikan saran dan bercerita kepada kita agar membantu siswa terhadap proses, bukan hanya nilai sebagai berikut penjelasannya:
Begitu juga dengan komunikasi saya dengan orang tua. Alih-alih membahas nilai, saya lebih cenderung mengirimkan informasi tentang perkembangan keterampilan atau konsep yang dikuasai anak mereka. Jika diminta untuk memberi nilai, saya akan menyebutkan, "Devon mendapatkan 35 dari 42 poin pada ujian terakhir. Saya sarankan ia berlatih faktorisasi prima agar lebih siap untuk materi berikutnya." Ini mungkin terdengar seperti trik matematika, namun dengan menunjukkan angka 35 dari 42, saya dapat mengurangi stigma yang sering timbul dari nilai yang rendah.
Bersama dengan rekan guru matematika lainnya, kami mencoba pendekatan ini. Di kelas, ujian dinilai dengan catatan dan komentar singkat, namun tanpa mencantumkan pengurangan poin atau nilai pada ujian tersebut. Setelah ujian dikembalikan, siswa diminta untuk merefleksikan dan melakukan perbaikan. Saya memberi umpan balik dan berdiskusi tentang konsep-konsep yang mereka perbaiki, tetapi tanpa menyebutkan angka. Awalnya, beberapa siswa merasa kesal, namun seiring waktu mereka mulai lebih fokus pada pemahaman daripada angka yang tertera.
Untuk mengatasi efek buruk dari sistem penilaian tradisional, saya memberikan siswa lebih banyak kendali atas penilaian mereka. Misalnya, saat memberikan proyek yang dinilai dengan rubrik, saya meminta siswa untuk menilai diri mereka sendiri terlebih dahulu, kemudian mendiskusikan hasil penilaian tersebut dengan mereka. Terkadang, nilai yang mereka berikan lebih rendah daripada yang saya tentukan, namun ini menjadi titik awal untuk percakapan produktif. Penilaian mandiri membantu siswa merasa memiliki pembelajaran mereka sendiri dan memperkuat keterampilan metakognitif mereka.
Referensi

Senang hati rasanya ketika menemukan guru yang mengajar kita seperti ini, tidak memberikan tekanan untuk dapat mencapai apa yang orang capai tapi mau bersabar untuk memberikan kesempatan pada kita untuk belajar dan membuktikan lagi, semoga saya ketika menjadi seorang guru saya juga memiliki pendirian seperti ini. Kadang sebagian pendidik tidak mempunyai pendirian seperti ini, ada yang keras dan tetap teguh untuk mengucapkan kata-kata yang membuat anak semakin drop saat nilainya anjlok, tanpa melakukan pendekatan dan bertanya kesuliatannya apa :) , melalu materi diatas juga mengajarkan saya untuk bisa menaruh kepercayaan pada anak murid untuk membuktikan bahwa diri mereka bisa.
BalasHapussehat semua bapak ibu guru yang memiliki pendirian seperti materi diatas..
Nama: Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm: 2386206058
Kelas: VB PGSD
Izin menanggapi Pak, menurut saya materi ini mengajarkan bahwa pentingnya bagi pendidik untuk menciptakan lingkungan yang menekankan pada proses bukan hanya hasil akhir perubahan nilai atau angka. Karena dengan adanya proses itu siswa dapat belajar memahami materi tersebut sehingga tidak berfokus pada angka atau nilai. Dengan saran di atas menegaskan sebagai pendidik untuk mengajarkan atau mendidik suatu pendidikan yaitu dengan berpikir dan berproses bukan hanya sekedar mengajar angka . Penting bagi siswa untuk belajar dari proses mereka terutama anak sekolah dasar karena dengan ini akan menumbuhkan rasa ingin tahu mereka dan tanggung jawab mereka terhadap diri mereka sendiri🙏
Nama:Elisnawatie
BalasHapusKelas:VD
NPM:2386206069
saya sering melihat pak bagaimana banyak siswa bahkan orang tua lebih fokus pada nilai daripada pada proses belajar itu sendiri. Misalnya, ketika anak mendapatkan nilai rendah, sering kali yang disoroti adalah angkanya, bukan usaha dan kemajuan yang telah ia capai. Padahal, melalui proses belajar yang bermakna, anak belajar tentang ketekunan, rasa ingin tahu, dan cara berpikir kritis hal-hal yang jauh lebih penting untuk kehidupan mereka di masa depan. Oleh karena itu, saya percaya bahwa sebagai pendidik, kita perlu menumbuhkan budaya belajar yang menekankan pemahaman dan proses, bukan sekadar angka di rapor.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Saya setuju banget dengan Elisnawatie bahwa fokus ke nilai, bukan ke proses, itu masalah besar yang sering terjadi di mana-mana, bahkan orang tua pun ikut-ikutan cemas dengan angka di rapor. Padahal, kalau kita lihat materi yang dibahas, strategi seperti Tunda Pemberian Nilai dan Izinkan Penilaian Mandiri itu tujuannya memang untuk mengembalikan fokus itu ke tempat yang seharusnya yaitu pembelajaran yang bermakna dan menumbuhkan ketekunan, rasa ingin tahu, dan berpikir kritis pada anak. Dengan mengurangi tekanan nilai, kita kasih kesempatan ke anak untuk fokus pada feedback dan perbaikan, yang secara tidak langsung mengajarkan mereka bahwa usaha dan kemajuan itu jauh lebih penting daripada sekadar angka di kertas.
Nama:Elisnawatie
BalasHapusKelas.VD
NPM:2386206069
Izin bertanya pak
kegiatan atau pendekatan apa yang dapat dilakukan di kelas untuk menumbuhkan kesadaran siswa atau orang tua bahwa kegagalan juga bagian dari proses belajar pak?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Baik kak elisnawatie izin menjawab yah, untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar, dimana guru dapat menggunakan beberapa pendekatan sederhana di kelas. Contohnya guru dapat menunda memberikan penilaian. Yang dapat guru lakukan terlebih dahulu adalah memberi umpan balik berupa catatan perbaikan. Dengan begitu, siswa akan belajar memperbaiki pekerjaannya tanpa merasa takut salah. Selain itu juga guru bisa menggunakan bahasa dapat berpengaruh daripada menekankan hasil akhir. Melalui pedekatan- pendekatan ini akan membantu siswa dan orang tua memahami proses, usaha dan juga penerbangan🙏🏻
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Elisnawatie, menurut saya mungkin guru itu bisa memberikan contoh seperti guru itu menceritakan pengalamannya saat guru itu gagal dan bangkit kembali, lalu guru bisa juga berikan ujian atau sebuah perbaikan dari sini guru menunjukkan kalau sebuah kesalahan atau kegagalan itu bisa untuk diperbaiki, dan juga guru bisa memberikan kata-kata yang suportif kepada siswanya tersebut dan orang tuanya bisa seperti memberi semangat seperti memberi tau ke anak “kalau ini bagian dari belajar bukan karena tidak bisa jadi ayo coba lagi diperbaiki kamu pasti bisa”.
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
BalasHapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Ada ga sih pak penilaian yang tolak ukur nya itu bukan angka gitu?. Jadi kayak kalau misalkan mau ngambil penilaian habis dari pembelajaran. Ntah itu di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran tolak ukurnya itu bukan nilai berupa angka gitu pak. Atau ga bisa yah?? Kayak kita bikin sistem penilaian baru yang tolak ukurnya itu nilai yang berupa angka.. Biar fokus dari mereka yang mengikuti pembelajaran dan akan melewati tahap penilaian itu bener bener fokus pada pemahaman materinya bukan dari tolak ukur berupa angkanya ini.
*komen ke-23.
Haloo ka Aulia saya izin menjawab pertanyaannya ya, ini pertama kalinya nih saya tanggapi pertanyaan ka Aulia hehe,saya akan menjawab sepengetahuan saya ya.
Hapusmenurut saya ada ya penilaian yang tolak ukurnya itu bukan nilai semata, biasanya ada juga penilaian yang berupa deskripsi dari pendidik, dulu tu zaman saya sekolah di bangku SD kami biasanya mendapatkan itu nilai berupa deskripsi dari tugas yang kami kumpulkan, jadi nilai deskripsi itu isinya kesesuaian jawaban kita terhadap soal dan kekurangan jawaban kita terhadap soal, selain itu ada juga tips tambahan dari pendidik kami untuk melengkapi kekurangan jawaban kami.
Selain deskripsi ada juga penilaian menggunakan huruf, yaitu huruf : A,B,C,D dan E.
nah setiap kumpul tugas tu ada juga penilai begini ka Aul, yang mempunyai arti masing-maasing, yaitu huruf A berati baik sekali, huruf B berarti baik, huruf C berarti cukup, huruf D berarti kurang, dan huruf E berarti kurang sekali.
jadi menurut saya penilain itu bukan semata-mata tentang nilai berupa angka tapi banyak aspek yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur penilaian.
semoga bermanfaat.
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
BalasHapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
Alhamdulillah, saya punya mama bapak yang ga nuntut anak-anaknya harus dapat 100 atau sempurna. Bapak saya sering nanyain gimana sekolahnya gimana kuliahnya nak. Tapi yang Bapak saya maksud itu apa aja yang udah kamu dapat dari yg diajarkan di sekolah. Paham nda sama materi yang diajarkan tadi. Patuh nda sama peraturan yang dibuat di sekolah. Karena kata Bapak saya, Bapak nda minta kamu dapat 100. Tapi Bapak mau waktu kamu sekolah kamu betul betul belajar. Jadi anak yang patuh, karena guru mu di sekolah itu orang tua mu juga gitu Bapak saya blg.
*komen ke-24 aul
Nama: Nur Aulia Miftahul Jannah
HapusNPM: 2386206085
Kelas: 5D PGSD
“Kalaupun saatnya ulangan, ya ulangan dengan baik. Percaya sama kemampuan mu kan sudah belajar betul betul kemarin. Karena Bapak nda mau kamu dapat 100 tapi kamu nda paham sama apa yang kamu kerjakan. Itu sama aja kamu bohongi dirimu sendiri dan bohongi banyak orang. Emang kalau dilihat belum kelihatan dampaknya sekarang. Tapi nanti kalau kamu sudah kerja terus nda bisa apa apa, itu semua yang kamu kerjakan di sekolah. Jadi, kalau kamu ulangan dapat 70 dan kamu udah betul betul ngerjain berarti sampe situ ple nak kamu pahamnya. Bapak nda minta apa apa selain sekolah yang betul. Kalaupun hasil kamu belajar nilainya tinggi Alhamdulillah”. Kira kira begitu Bapak saya bilang kalau udah mau abis ulangan dan waktunya liburan.
*komen ke-25 aul.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Saya setuju banget Pak dengan judulnya : Fokus pada proses, bukan hanya nilai
Kaya tamparan lembut gitu buat kita semua. Soalnya, di dunia belajar sekarang, anak-anak (mahasiswa juga sih hehe) sering banget diburu nilai, sampai lupa rasanya belajar itu bisa seru dan penuh dengan rasa penasaran. Padahal, proses belajar itu menurut saya ibarat petualangan, bukan cuma soal sampai di tujuan.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
HapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Waktu saya masih sekolah, jujur aja yaa, nilai tuh kayak penentu harga diri. Dapat nilai jelek tuh rasanya saya gagal jadi manusia. Tapi makin ke sini, saya sadar, yang bikin tumbuh itu bukan angka, tapi gimana kita berusaha, mikir, dan berani salah. Sayangnya, sistem pendidikan kita masih suka bikin nilai seakan-akan raja.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
HapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Di waktu saya mengajar bimbel privat juga, saya sering banget ketemu anak-anak yang takut salah. Mereka nunggu jawaban pasti aja Pak bukan mikir dulu. Kadang saya bilangin ke mereka
"Gapapa kok salah, yang penting dicoba aja dulu"
Pelan-pelan mereka mulai berani. Dan dari situ, proses belajarnya jadi hidup. Mereka ga cuma hafal, tapi alhamdulillah pelan-pelan mengerti.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
HapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Reminder juga nih buat kita semua calon pendidik kalau fokus ke proses pembelajaran juga bikin kita sadar kalau tiap anak punya cara belajar yang berbeda-beda. Ada yang suka gambar, ada yang harus gerak dulu, ada yang baru nyambung kalau diajak ngobrol atau bercerita. Saya pengen banget jadi guru yang jadi pendamping proses, bukan cuma 'penjaga' hasil.
Menurut saya yang paling keren dari proses itu adalah anak-anak belajar jadi lebih sabar, belajar bangkit, dan masih banyak lagi pembelajaran yang akan mereka dapatkan. Mereka pelan-pelan akan belajar kalau gagal itu bukan akhir, tapi bagian dari perjalanan. Dan itu pelajaran hidup yan ga bisa dikasih sama angka di rapor.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Artikel ini jadi bekal banget pokoknya buat kita semua calon pendidik supaya nanti kalau jadi guru, kita ga jadi guru yang cuma ngejar nilai, tapi yang juga hadir buat prosesnya. Karena nilai bisa hilang, tapi proses yang bermakna akan terus hodup di hati dan pikiran anak-anak yang kita ajar.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNpm : 2386206086
Kelas : 5D
Memang benar penilaian itu selalu menjadi pusat perhatian , siswa sering sekali berfokus pada angka yang tertera di ujian atau tugas mereka daripada pemahaman yang sebenarnya mereka dapatkan dari materi tersebut , bahkan pun orang tua kadang berpatokan pada nilai anak , saya sangat setuju dengan pendekatan yang telah dijelaskan oleh crystal frommert , bagaimana ia mengajak pendidik untuk mengubah pola berpikir untuk berkomunikasi, baik kepada siswa maupun orang tua , ketika guru lebih menekankan pada proses belajar dan perkembangan kemampuan saja , siswa akan lebih merasa kalau dirinya di hargai atas usahanya .
Pendidikan itu bukan hanya tentang angka saja tetapi tentang gimana tumbuhnya rasa ingin tahu , kemampuan berpikir kritis dan adanya semangat belajar sepanjang hayat , kita sebagian calon seorang pendidik , kita perlu menanamkan nilai nilai tersebut ke dalam proses belajar agar siswa tidak hanya pintar di atas kertas saja tetapi juga bisa memahami makna dari apa yang mereka pelajari.
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Wahh Saya setuju sekali dengan pendapat Oktavia. Memang benar, selama ini penilaian sering jadi pusat perhatian, sampai-sampai siswa lebih fokus ke angka daripada pemahaman yang sebenarnya mereka dapatkan. Bahkan orang tua pun kadang terpaku pada nilai, bukan proses belajarnya.
Pendekatan yang dijelaskan Crystal Frommert itu menurut saya pas banget—guru diajak untuk mengubah cara komunikasi, baik ke siswa maupun orang tua, supaya fokusnya bukan hanya “berapa nilainya”, tapi “apa yang sudah kamu pahami” dan “sejauh mana kamu berkembang”.Kalau guru lebih menekankan proses, usaha, dan perkembangan kemampuan, siswa akan merasa dihargai sebagai pembelajar, bukan sekadar mesin pencetak nilai. Pendidikan itu kan bukan cuma soal angka, tapi tentang menumbuhkan rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis, dan semangat belajar sepanjang hayat.Sebagai calon pendidik, sudah seharusnya kita menanamkan nilai-nilai itu di kelas, supaya siswa bukan hanya pintar di atas kertas, tapi juga benar-benar mengerti, memaknai, dan bisa menerapkan apa yang mereka pelajari.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusNama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Baik pak saya setuju dengan pendapat materi di atas bahwa guru juga perlu menyesuaikan bahasa saat sedang berkomunikasi dengan siswa maupun orang tua dengan penggunaan bahasa yang mudah dipahami akan membuat pesan tentang pentingnya proses belajar lebih diterima orang tua. Ketika guru menggunakan bahasa yang ramah dan membangun siswa juga akan merasa lebih dihargai dalam setiap usaha yang bisa dilakukan siswa dengan itu mereka tidak takut melakukan kesalahan Karena fokusnya bukan hanya pada hasil akhir atau angka saja. Dengan cara ini juga membantu orang tua siswa memahami bahwa nilai bukan satu-satunya untuk melihat keberhasilan anak mereka. Namun dalam proses belajar yang paling penting adalah perkembangan kemampuan dan sikap dari siswa itu sendiri. Guru juga perlu untuk menanamkan bahwa siswa belajar adalah perjalanan bukan ajang perlombaan. Oleh karena itu komunikasi yang baik akan menjadi dasar untuk membangun motivasi belajar siswa yang lebih sehat dan kreatif.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Menunda pemberian nilai agar siswa lebih fokus ini adalah langkah yang sangat baik. Dengan langkah ini siswa bisa memahami apa yang perlu mereka perbaiki sebelum hanya melihat angka pada raport. Sering juga angka membuat siswa cepat puas atau malah kecewa karena tidak sesuai keinginan mereka namun tidak memahami makna dari nilai tersebut. Pada saat guru memberikan fokus yang detail dan membangun siswa bisa belajar dari apa kesalahan yang pernah mereka lakukan dengan lebih tenang. Hal ini bisa melatih mereka untuk lebih berpikir reflektif terhadap proses belajar yang mereka jalani. Fokus pada umpan balik membuat suasana kelas lebih mendukung pembelajaran bermakna. Guru bisa menjadi fasilitator yang membantu siswa berkembang bukan sekedar memberi nilai dengan begitu hasil belajar akan lebih meningkat secara alami karena siswa lebih paham prosesnya.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Izin menanggapi lagi pak dengan memberikan kesempatan siswa untuk ujian ulang dan penilaian mandiri adalah langkah yang lebih inovatif dalam ranah pendidikan. Melalui ujian ulang siswa bisa memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya tanpa merasa gagal langkah ini menurut saya sangatlah efektif dan tidak membuat siswa langsung down saat mereka mendapatkan nilai ujian yang kurang memuaskan untuk mereka. Dengan ini juga lebih menumbuhkan rasa tanggung jawab dan semangat belajar siswa lebih tinggi lagi. Penilaian mandiri juga membantu siswa mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri dengan begitu mereka bisa belajar menilai prosesnya juga tidak hanya menunggu penilaian dari gurunya. Pendekatan seperti ini membuat siswa menjadi lebih mandiri dan sadar dengan cara belajarnya. Guru di sini hanya berperan sebagai pembimbing yang memberi kepercayaan kepada siswa untuk lebih berkembang dengan cara mereka sendiri titik jika siswa menerapkan dengan konsisten strategi ini akan menciptakan budaya belajar yang lebih positif yang lebih berpusat pada proses siswa.
Nama: Nanda Vika Sari
BalasHapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
setelah saya membaca materi ini, menurut saya materi ini sangat releven dikarenakan memberitahukan betapa pentingnya fokus pada proses belajar dari pada sekedar nilai. Pendekatan seperti umpan balik tanpa angka, ujian ulang, dan penilaian sendiri/mandiri membantu siswa untuk lebih memahami materi, mengurangi rasa kecemasan, dan juga dapat menimbulkan motivasi intrinsik untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Saya setuju banget dengan Nanda bahwa materi ini sangat relevan karena fokusnya yang dalam pada proses belajar. Nanda benar sekali bahwa strategi seperti umpan balik tanpa angka, ujian ulang, dan penilaian mandiri itu sangat membantu siswa untuk benar-benar menguasai materi, mengurangi rasa cemas, dan yang paling penting, memicu motivasi dari dalam (intrinsik). Intinya adalah, saat ancaman nilai kita hilangkan, anak-anak jadi didorong oleh rasa ingin tahu dan kepuasan karena berhasil menguasai sesuatu, bukan cuma didorong oleh angka 100.
Pendekatan ini benar-benar mengubah cara pandang siswa tentang kesalahan. Di sistem lama, kesalahan itu adalah hukuman, tapi dalam kerangka berpikir ini, kesalahan adalah informasi yang harus diperbaiki, dan itu yang paling penting. Strategi Penilaian Mandiri misalnya, itu kan memaksa siswa untuk jujur tentang pemahaman mereka sendiri, lalu berdiskusi dengan guru. Ini mengajarkan mereka untuk jadi pembelajar yang mandiri dan bertanggung jawab atas proses mereka sendiri. Jadi, tidak hanya soal nilai, ini soal membentuk karakter pembelajar seumur hidup yang selalu haus akan pengetahuan, seperti yang juga disebutkan dalam materi.
Nama: Margaretha Elintia
BalasHapusKelas: 5C PGSD
Npm: 2386206055
saya merasa diri saya setuju dengan inti dari pembahasan di atas, karena banyak siswa yang belajar hanya demi angka tinggi, dan bukan benar-benar memahami materi. Seperti beberapa saran yang telah diberikan dengan menunda pemberian nilai dan mengurangi risiko pada tugas rumah, ini adalah cara yang bagus karena dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Margaretha sangat tepat, dia menyoroti masalah utama di kelas banyak siswa yang belajar cuma demi angka tinggi. Saya sependapat, menunda pemberian nilai dan mengurangi risiko pada tugas rumah itu adalah cara elegan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat. Kenapa sehat? Karena kita menghilangkan stigma bahwa tugas rumah atau penilaian formatif itu adalah jebakan yang menentukan nasib rapor. Ketika tugas rumah hanya dicatat siapa yang mengerjakannya, itu langsung mengubah fokusnya menjadi kesempatan untuk berlatih dan eksplorasi, bukan penilaian akurasi.
Selain itu, strategi komunikasi juga penting banget untuk mendukung lingkungan sehat ini, seperti yang dibahas di bagian Sesuaikan Bahasa Anda. Guru tidak lagi mengancam nilai, tapi fokus pada perkembangan keterampilan. Dan saat berkomunikasi dengan orang tua, kita lebih baik membahas skill atau konsep yang sudah dikuasai daripada cuma angka rendah. Misalnya, bilang Anak Anda dapat 35 dari 42 poin dan perlu latihan faktorisasi prima, itu jauh lebih membangun daripada cuma bilang Nilainya C. Ini membantu semua pihak (guru, siswa, orang tua) fokus pada solusi pembelajaran, bukan cuma pada masalah nilai yang rendah, sehingga tercipta lingkungan yang mendukung proses belajar yang sebenarnya.
Nama: Margaretha Elintia
BalasHapusKelas: 5C PGSD
Npm: 2386206055
saya ingin bertanya ni pak, dengan menunda pemberian nilai supaya siswa fokus perbaikan, pertanyaan saya bagaimana cara menjelaskan ide ini kepada orang tua yang biasanya hanya peduli pada nilai angka di rapor?, dan apakah ada strategi yang bagus untuk menjelaskan kepada orang tua bahwa umpan balik lebih berharga daripada nilai di rapor?
Hallo ka Margaretha saya izin meberikan pandangan saya terkait pertanyaanya ya
HapusSebagai seorang guru, guru harus bisa melakukan pendekatan kepada orang tua yang biasanya hanya peduli pada nilai angka dirapor, guru bisa mengundang orang tua untuk membahas bahwasannya kemampuan anak-anak seharusnya tidak hanya dilihat dari sudut pandang nilai rapor yang keluar saja, namun setiap anak-anak mempunyai kelebihannya sendiri untuk menunjukkan bahwasannya anak itu mampu bersaing dan mempunyai prestasi di bidang lain, guru juga bisa meminta orang tua untuk selalu mendukung hobi yang ada pada anak didik.
Dan strategi yang bisa diterapkan guru untuk menjelaskan kepada orang tua bahwa umpan balik lebih berharga daripada nilai rapor itu bisa guru jelaskan keseharian anaknya saat pembelajaran, guru bisa memberikan penjelasan dan pengertian kepada orang tua bahwasanya anak didik ini sangat aktif dan sangat responsif kepada pertanyaan yang diajukan guru kepadanya, anak didik tersebut juga aktif dalam kegiatan kelompok kegiatan ekstrakurikuler lain, dan mampu memimpin temannya, sampaikan penjelasan secara baik-baik kepada orang tua tanpa menyinggung perasaan anak didik ataupun orang tua karena nilai rapor yang keluar tidak sesuai harapan.
Itu saja dari saya semoga bermanfaat Kak...
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
menurut saya, Margaretha, kalau kita mau menjelaskan ide menunda pemberian nilai ke orang tua—yang biasanya fokusnya hanya ke angka rapor—kuncinya adalah komunikasinya harus sederhana, jelas, dan pakai contoh nyata.
1. kita bisa bilang ke orang tua bahwa tujuan menunda nilai bukan untuk menghilangkan nilai, tapi supaya anak punya kesempatan memperbaiki dulu sebelum dinilai. Jadi, nilainya nanti tetap ada, tapi proses belajarnya diperkuat dulu.
2. jelaskan bahwa kalau nilai diberikan terlalu cepat, anak sering langsung menyerah: “Oh, nilai saya segini… ya udah.”
Padahal kalau kita kasih umpan balik dulu“Bagian ini sudah bagus, bagian ini perlu diperbaiki”anak jadi tahu harus memperbaiki apa. Hasil akhirnya justru bisa lebih baik.
3.kita bisa pakai perbandingan yang gampang dimengerti:“Ibu/Bapak, kalau anak belajar naik sepeda, yang penting kan bukan langsung bisa atau tidak bisa, tapi proses latihannya dulu. Belajar di sekolah juga begitu. Umpan balik itu seperti pegangan saat belajar naik sepedabikin anak lebih percaya diri sebelum dilepas sendiri.”
4.strategi yang bagus untuk menjelaskan ke orang tua adalah:
1. Kasih contoh nyata hasil belajar anak sebelum dan sesudah diberi umpan balik.
2. Gunakan bahasa positif, misalnya: “Kami ingin memastikan anak Ibu/Bapak benar-benar paham sebelum kami beri nilai final.”
3. Tunjukkan buktinya lewat portofolio, tugas yang sudah direvisi, atau refleksi anak.
4. Tekankan manfaat jangka panjang, bahwa keterampilan memperbaiki pekerjaan itu jauh lebih penting daripada angka sesaat di kertas.
5. yakinkan orang tua bahwa rapor tetap penting, tapi pemahaman dan kemajuan anak jauh lebih berharga. Karena nilai itu hanya angka, sedangkan umpan balik membantu anak belajar seumur hidup.
Jadi, menurut saya, komunikasi yang baik, contoh yang konkret, dan penjelasan manfaatnya ke masa depan anak itu akan membuat orang tua lebih menerima ide ini.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
izin menanggapi materi diatas pak materi ini menyajikan argumen yang sangat kuat dan strategis mengenai perlunya pergeseran fokus dalam penilaian, dari sekadar hasil akhir berupa nilai (angka) menjadi proses pembelajaran dan pemahaman yang bermakna. Saran-saran yang diberikan oleh Crystal Frommert menawarkan solusi praktis untuk mengubah budaya kelas dan mengurangi kecemasan siswa terhadap nilai.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
pengalaman Crystal Frommert memberikan kerangka kerja holistik bagi pendidik. Perubahan dari fokus nilai ke fokus proses adalah langkah penting untuk meningkatkan motivasi intrinsik dan memastikan siswa berkembang menjadi pembelajar seumur hidup, bukan hanya pengejar angka.
Nama: Nur Sinta
BalasHapusNPM: 2386206033
Kelas: 5B PGSD
Setuju sekali bahwa seorang guru harus menekankan pada proses pembelajaran bukan hasil akhir berupa nilai, jika siswa hanya fokus mengejar nilai maka mereka tidak akan memahami makna di balik ujian atau tugas yang mereka kerjakan. Hal ini akan mendorong siswa untuk belajar secara instan cuman mengejar nilai, sebagai seorang pendidik perlu menakankan pentingnya memandang pembelajaran sebagai suatu perjalanan dengan mengurangi tekanan nilai dan menekankan proses pemahaman menjadikan siswa sebagai pembelajar yang selalu haus akan pengetahuan. Dengan cara menerapkan saran dari Crystal Frommert langkah-langkah ini akan menanamkan pembelajaran yang bermakna pada siswa
Nama: Nur Sinta
BalasHapusNPM: 2386206033
Kelas: 5B PGSD
Izin menanggapi pak...
Jika siswa hanya fokus pada hasil akhir berupa nilai atau angka yang dapat menjadi penyebab munculnya perilaku menyontek seperti yang terjadi di kelas saya di masa sekolah mereka saling berbagi jawaban saat ujian dan masuk 10 besar, ini akan sangat berdampak pada pengetahuan mereka. Saya jadi bertanya-tanya apakah jika kita hanya fokus pada nilai dapat menjadi penyebab kita lupa bahwa telah belajar materi tersebut di masa sekolah? contohnya saat seorang dosen bertanya materi dan memberitahu bahwa kalian pernah belajar materi ini di masa sekolah namun diri ini lupa itu kapan
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPN : 2386206113
Ijin menanggapi Pak, dari materi ini saya jadi lebih paham bahwa ternyata fokus yang berlebihan pada nilai bisa membuat siswa lupa bahwa tujuan utama sekolah itu adalah belajar, bukan sekadar angka. Dan benar juga, Pak, bahwa banyak siswa akhirnya tertekan karena nilai, padahal pemahaman mereka belum tentu meningkat hanya karena dapat angka bagus.
Yang menarik buat saya, Pak, adalah bagaimana Crystal Frommert mengubah cara komunikasinya. Ketika beliau berhenti menakut-nakuti siswa dengan nilai dan mulai menekankan kemampuan mereka, budaya kelasnya ikut berubah. Menurut saya, Pak, pendekatan seperti ini bikin siswa merasa dihargai karena prosesnya, bukan hanya hasil akhirnya.
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 23862061123
Saya mau bertanya pak, dari semua strategi seperti mengubah bahasa, menunda nilai, memberi ujian ulang, dan penilaian mandiri, mana yang paling penting dilakukan terlebih dahulu untuk membangun budaya belajar yang lebih sehat?
Nama : Dita Ayu Safarila
HapusNPM : 2386206048
Kelas : 5 C
Izin menjawab pertanyaan aprilina awing dengan pengetahuan saya sendiri. Jadi mulailah fokus untuk mengganti kata kata dari fokus ke nilai menjadi fokus ke usaha.dan jika harus memilih satu langkah pertama yaitu mulai dari kata kata yang keluar dari guru dan orang tua. mengubah bahasa komunikasi dan fokus adalah yang paling efektif karena mengubah budaya bukan sekedar sistem. Budaya yang di bangun atas apresiasi proses,usaha dan pertumbuhan akan secara otomatis membuat strategi yang lain menjadi efektif.setelah lingkungan komunikasi sehat,barulah strategi lain seperti menunda nilai atau ujian ulang juga akan efektif pastinya
Nama : Erlynda Yuna Nurviah
HapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206035
Hai Apriliana Awing saya izin menjawab ya... saya setuju dengan apa yang dijawab oleh dita tetapi saya izin menambahkan lagi ya...untuk mengubah budaya belajar siswa agar lebih sehat dengan acuan empat strategi yang disebutkan diatas, semua strategi ini penting jika diurutkan agar hasilnya maksimal... adapun urutanya yaitu
1. Mengubah bahasa
stategi ini paling penting dilakukan terlebih dahulu, karena cara guru berbicara sangat berpengaruh pada perasaan siswa. contohnya dari kata " ini salah semua" bisa diganti menjadi " Ayo dilihat lagi yang mana yang perlu diperbaiki". bahasa yang ramah dan suportif, dan berfokus pada proses akan menciptakan rasa aman psikologis siswa.
2. Menunda Nilai
Setelah itu guru bisa mengalihkan perhatian siswa dari angka ( nilai) menuju proses pemahaman. Strategi seperti ini sangat efektif, sehinga siswa dapat menerima kritik serta umpan baik tanpa adanya tekanan.
3. Memberi ujian ulang
Memberikan ujian ulang adalah kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki hasil belajarnya. Ini cocok dilakukan ketika siswa sudah memahmi apa yang perlu diperbaiki. Ini mengajarkan bahwa belajar adalah sebuah proses berulang bukan sekedar ujian lalu selesai.
4. Penilaian Mandiri
Ini merupakan langkah terakhir dan dilakukan ketika siswa sudah cukup dewasa dalam belajar dan sudah biasa menerima umpan balik. Siswa dapat menilai kemampuanya sendiri,agar berhasil kondisi siswa harus merasa aman , jujur dan memahami tujuan pembelajaran.Siswa mengisi lembar refleksi seperti " Bagian mana yang sudah saya pahami?".
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Aprilina Awing, menurut sepengetahuan saya mungkin yang paling penting untuk di mulai terlebih dahulu itu ialah dari mengubah bahasa gurunya, karena cara guru berbicara itu yang bisa mengubah cara para siswanya untuk memaknai belajar. Bahasa yang menekankan pelajaran bukanlah sebuah angka yang membuat suasana kelas menjadi lebih aman, sehingga strategi yang lain seperti menunda penilaian, ujian ulang, penilaian mandiri bisa lebih mudah untuk di terima setelahnya.
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Saya juga setuju, Pak, dengan ide menunda nilai dan memberikan umpan balik dulu. Dari cerita itu terlihat bahwa siswa jadi lebih fokus memperbaiki pemahaman mereka, bukan sekadar mengejar angka. Ditambah lagi strategi seperti mengurangi risiko dengan tidak memberi nilai pada PR, memberi kesempatan ujian ulang, dan melibatkan siswa dalam penilaian mandiri—semuanya membuat proses belajar terasa lebih manusiawi dan tidak menakutkan. Jadi menurut saya, Pak, pendekatan seperti ini bisa membantu siswa belajar dengan lebih tenang dan lebih jujur menilai kemampuan mereka.
Izin menanggapi materi ini dalam materi ini memberikan pandangan yang penting tentang bagaimana kita seharusnya menilai siswa di sekolah.seringkali,guru terlalu fokus pada nilai atau angka yang tertera di kertas ujian, dan melupakan proses belajar yang sebenarnya dialami oleh siswa.padahal, proses belajar inilah yang seharusnya menjadi fokus utama kita sebagai pendidik. dengan menekankan pada proses, kita dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan keterampilan yang lebih relevan, serta menumbuhkan minat dan motivasi belajar yang lebih tinggi.fokus pada proses, bukan hanya nilai, adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih bermakna dan efektif.dengan menekankan pada proses belajar, kita dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam, keterampilan yang lebih relevan, serta minat dan motivasi belajar yang lebih tinggi. Selain itu,guru juga dapat membantu siswa merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk terus belajar dan berkembang.
BalasHapusNama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Tambahan lagi terkait materi ini dari saya jadi menurut saya materi ini juga memberikan contoh konkret tentang bagaimana kita dapat mengubah cara kita berbicara kepada siswa dan orang tua tentang nilai.dengan memberikan ancaman atau tekanan untuk mendapatkan nilai yang tinggi, kita dapat memberikan pujian dan dukungan atas usaha dan kemajuan yang telah mereka capai. dengan memberikan umpan balik yang konstruktif dan fokus pada proses belajar, kita dapat membantu siswa merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk terus belajar dan berkembang.serta materi ini mengingatkan kita bahwa peran kita sebagai pendidik bukan hanya untuk memberikan nilai atau angka kepada siswa, tetapi juga untuk membantu mereka mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.dengan memberikan umpan balik yang konstruktif, fokus pada proses belajar, dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, kita dapat membantu siswa mencapai kesuksesan tidak hanya di sekolah, tetapi juga dalam kehidupan mereka di masa depan.
Terima kasih bapak atas materi nya, saya suka pada materi bapak pada Bagian "Kurangi Risiko" dan "Sediakan Ujian Ulang" itu benar-benar harus diterapkan. Saya setuju banget dengan ide bahwa pekerjaan rumah atau penilaian formatif tidak seharusnya diberi nilai angka yang kaku. PR seharusnya menjadi tempat yang aman bagi siswa untuk berlatih dan bereksplorasi tanpa takut nilai mereka jeblok. Ketika PR diberi nilai, siswa cenderung hanya fokus pada keakuratan, bahkan mungkin menyalin jawaban, padahal tujuannya adalah melatih pemahaman.
BalasHapusSelain itu, kebijakan Ujian Ulang yang mengganti nilai terendah, atau minimal fokus pada pembelajaran ulang, juga sangat keren. Ujian "sekali dan selesai" itu tidak realistis karena membatasi kesempatan siswa untuk berkembang. Manusia tidak didesain untuk menghafal mendadak, terutama jika ada kecemasan tinggi. Dengan adanya ujian ulang, siswa yang awalnya stuck di konsep tertentu punya kesempatan kedua untuk membuktikan bahwa mereka sudah menguasai materi setelah berusaha dan belajar dari kesalahan pertama. Ini mengirimkan pesan kuat bahwa pembelajaran itu adalah proses pertumbuhan, bukan hanya momen penilaian yang tunggal.
Saya pribadi merasa terinspirasi oleh saran "Sesuaikan Bahasa Anda" yang dicontohkan oleh Crystal Frommert. Perubahan kecil dalam komunikasi ternyata bisa mengubah budaya kelas. Daripada menggunakan bahasa yang mengancam "Ini akan mempengaruhi nilaimu!" beralih ke bahasa yang memotivasi dan menghargai proses "Saya ingin melihat bagaimana kamu menerapkan keterampilan ini", itu dampaknya besar. Ini menunjukkan bahwa guru melihat usaha siswa, bukan hanya hasil akhirnya.
BalasHapusHal ini juga terhubung erat dengan poin "Izinkan Penilaian Mandiri". Ketika siswa diminta menilai diri mereka sendiri dengan rubrik, mereka dipaksa untuk berpikir secara kritis tentang kualitas pekerjaan mereka, bahkan terkadang mereka memberi nilai lebih rendah dari yang guru berikan. Ini membuktikan bahwa mereka sudah mulai mengembangkan kemampuan metakognitif kemampuan untuk memahami dan mengendalikan proses berpikir mereka sendiri. Penilaian jadi terasa seperti percakapan produktif antara guru dan siswa, bukan sekadar pemberian hukuman atau hadiah berupa angka.
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusNPM : 2386206048
Kelas : 5 C
Sangat bagus dan menarik materi ini,strategi penilaian yang di angkat yaitu beralih dari fokus ke nilai menjdi fokus ke proses adalah langkah penting dalam pendidikan yang child centered. Hal ini menjaga membantu kesehatan mental siswa SD dengan mengurangi kecemasan akan nilai dan membentuk pandangan positif terhadap proses belajar.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Menurut saya, komentar Dita itu mengena banget karena langsung menghubungkan strategi penilaian ini dengan isu kesehatan mental siswa, terutama anak SD. Benar, bahwa fokus pindah dari nilai ke proses itu adalah langkah penting untuk menciptakan pendidikan yang berpusat pada anak (child centered). Ketika guru mengurangi tekanan nilai, kecemasan anak-anak saat menghadapi tugas atau ujian juga pasti berkurang. Anak-anak jadi lebih santai dan berani mencoba, karena mereka tahu kesalahan itu bukan akhir dunia, tapi bagian dari belajar. Dengan begitu, kita bisa membantu mereka membentuk pandangan yang positif terhadap belajar, bukannya melihat sekolah sebagai tempat yang penuh ancaman angka, tapi sebagai tempat yang aman untuk eksplorasi dan perbaikan, seperti yang dilakukan saat guru menunda pemberian nilai dan menggantinya dengan catatan perbaikan.
Strategi Kurangi Risiko yang dibahas di materi itu sangat mendukung poin Dita ini. Misalnya, pekerjaan rumah (PR) yang tidak dinilai berdasarkan akurasi, tapi hanya dicatat siapa yang mengerjakannya, langsung menghilangkan beban harus sempurna. Ini mengubah PR menjadi kesempatan buat berlatih dan eksplorasi. Apalagi dengan adanya kebijakan Ujian Ulang, itu mengirim pesan yang jelas ke siswa bahwa penguasaan materi lebih penting daripada nilai sekali jadi. Dampaknya besar lho, terutama untuk anak SD yang sangat sensitif dengan penilaian. Mereka jadi tahu kalau mereka gagal di percobaan pertama, mereka masih punya kesempatan kedua untuk menunjukkan bahwa mereka sudah menguasai materinya, yang mana ini sangat baik untuk menjaga semangat dan mental mereka.
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusNPM : 2386206048
Kelas : 5 C
namun ada sedikit pertanyaan dari saya pak,Jadi ketika orang tua murid atau wali murid itu khwatir terhadap nilai anak mereka pada sehari hari belajar atau nilai raport anak mereka,strategi komunikasi seperti apa yang paling tepat untuk mengedukasi mereka mengenai pentingnya fokus pada penguasaan konsep dan perkembangan keterampilan sebagai indikator keberhasilan jangka panjang,bukan hanya akhir? namun juga ada orang tua yang membiarkan anak nya untuk tidak belajar dirumah atau tidak peduli tetapi peduli pada saat anak sudah mendapatkan nilai yang jelek?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Hallo Dita izin menjawab yh. Menurutku, kalau orang tua khawatir soal nilai, sebaiknya di ajak ngobrol pelan-pelan dan jelasin dulu proses belajarnya, bukan cuma angka di rapor. Contoh, anak yang paham konsep itu mungkin nilainya nggak langsung tinggi, tapi ilmunya lebih nempel dan ke depannya lebih siap. Jadi fokusnya pelan-pelan aku geser ke apa yang sudah anak bisa dan perkembangan apa yang sudah kelihatan, baru setelah itu ngomongin nilainya. Kalau ketemu kasus anak yang jarang belajar di rumah atau orang tua yang baru panik pas nilai jelek, sebaiknya ngajak kerja sama, bukan nyalahin. Misalnya aku bilang, yuk, kita bantu sama-sama, di sekolah bantu dari sisi materi, di rumah orang tua bisa bantu ngingetin dan nemenin belajar sebentar aja tiap hari. Dengan cara itu, orang tua tetap merasa didengar, tapi mereka juga paham kalau yang penting bukan cuma nilai, tapi usaha dan kebiasaan belajar anak pelan-pelan.
Terimakasih😊
Nama : Erlynda Yuna Nurviah
BalasHapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206035
Terkadang saya juga masih seperti itu pak , nilai berupa angka yang menjadi patokan saya dalam hasil belajar hehe. Sebagai calon guru materi ini menjadikan pikiran saya terbuka bahwasanya proses pemahamanlah yang lebih penting dibanding hasil akhir yang berupa angka. Dulu ketika masih SD ada juga guru saya yang berucap " kalau cepat mengumpulkan nilainya nanti 100" jadi itulah yang membuat saya mengerjakan dan mencari jawaban hanya sekedar menulis bukan benar - benar memahami. Komunikasi guru dengan orangtua juga sangat penting, jika guru sudah menerapkan pemahaman bahwa nilai itu tidak selamanya angka dan orangtua tidak memberi pemahaman seperti ini kepada anak , mereka akan tetap menganggap nilai itu sangat penting dibandingkan sebuah proses pemahaman.Dari tips yang bapak berikan sangat menambah wawasan saya yang nanti bisa saya terapkan saat menjadi guru😃
Nama: Imelda Rizky Putri
BalasHapusNpm:2386206024
Kelas:5B
Materi ini adalah usaha atau belajar sesungguhnya bukan diukur dari angka tetapi dari usaha juga, guru membantu siswa membangun rasa percaya diri, keberanian mencoba sesuatu, dan berpikir kritis. Ketika siswa merasa dihargai atas prosesnya mereka akan lebih termotivasi, lebih gigih, dan lebih giat belajar.
Nama: Rosidah
HapusNpm: 2386206034
Kelas: 5B (PGSD)
Izin menanggapi ya kak imelda, saya setuju dengan kak imelda, bahwa belajar tidak semestinya hanya dinilai dari angka, tapi dari proses dan usaha siswa. Materi ini juga menekankan, ketika guru memberikan umpan balik yang jelas, bukan hanya nilai, siswa lebih bisa percaya diri dan tidak takut gagal.
Dari pendekatan seperti ini membuat siswa merasa dihargai atas prosesnya, sehingga mereka lebih berani mencoba, lebih gigih dan tidak cepat menyerah. semoga penilaian yang fokus pada proses lebih banyak digunakan, karena belajar seharusnya membuat kita berkembang, bukan tertekan oleh angka.
Semoga tanggapan saya berguna untuk kak Imelda dan teman-teman lainnya 😊
Semangat berproses calon guru
Nama : Zakky Setiawan
BalasHapusNPM : ( 2386206066 )
Kelas : 5C
Ya saya sangat setuju nih dengan materi ini, banyak orang terlalu memikirkan hasil daripada proses, padahal proses juga tidak kalah penting loh dari hasil, dari proses ini kita tuh jadi tau bagimana harus bersikap trus gimana cara- cara menjawabnya, dengan proses kita tuh bisa bertanggung jawab dengan hasil
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Saya setuju banget dengan pendapat Zakky bahwa banyak orang sekarang terlalu pusing mikirin hasil akhir, padahal proses itu sama pentingnya, lho. Kalau kita fokus ke proses, kita otomatis belajar bagaimana cara bersikap yang benar dan bertanggung jawab dengan setiap langkah yang kita ambil. Ini persis seperti yang dibahas di materi, di mana guru mencoba mengubah bahasa dari ancaman (Ini akan memengaruhi nilaimu) jadi dorongan yang fokus pada skill (Kamu hebat dalam menyederhanakan, terapkan di teorema Pythagoras). Dengan begitu, fokus kita pindah dari ketakutan akan nilai jelek menjadi semangat untuk benar-benar menguasai ilmunya. Proses itu ibarat pondasi rumah kalau kita kerjakan dengan serius dan tahu setiap detailnya, hasil akhirnya pasti akan kokoh, bahkan jauh lebih berharga daripada sekadar angka di rapor.
Nama : Zakky Setiawan
BalasHapusNPM : ( 2386206066 )
Kelas : 5C
Proses tidak menghianati hasil, kata-kata in tuh ada benarnya, asal kita mau bersunggung-sungguh pasti hasil yang kita dapatkan akan maksimal, jika ada kesalahan kita cari tau dimana kesalahan itu berasal dan diperbaiki, dan jangan melakukan kesalahakn itu lagi
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Pendapat Zakky soal Proses tidak mengkhianati hasil itu benar banget, asalkan kita serius menjalaninya. Kalau kita ketemu salah, kita pasti cari tahu salahnya di mana, perbaiki, dan usahakan enggak mengulanginya lagi. Ini pas sekali dengan strategi yang dianjurkan dalam materi, yaitu memberikan kesempatan Ujian Ulang dan Mengurangi Risiko pada penilaian. Kenapa strategi itu penting? Karena memberi ruang buat siswa untuk gagal, belajar dari kegagalan itu, dan mencoba lagi sampai berhasil menguasai materinya. Dengan begitu, hasil maksimal itu bukan cuma soal nilai 100 sekali jadi, tapi soal benar-benar paham dan punya skill yang matang. Ini mengajarkan tanggung jawab dan metakognisi, jauh lebih penting daripada sekadar angka.
Nama: Rosidah
BalasHapusNpm: 2386206034
Kelas: 5B (PGSD)
Materi ini mengingatkan saya bahwa kita kadang sibuk mengejar nilai, sampai lupa tujuan belajar adalah memahami. dulu saya sangat takut kalo ujian karna fokus saya cuma ke angka, padahal saat nilai keluar saya mengaku masih binggung dengan materinya, karna dulu saya lebih banyak menghafalkan dari pada memahami, sekarang saya sudah sadar ketika saya mencoba untuk memperhatikan dengan seksama setiap penjelasan dosen dan bertanya saat ada yang tidak saya pahami, ternyata belajar lebih ringan, saat uts saya tidak takut, saya tinggal belajar sedikit saja tanpa memaksa otak saya di H-1, dikarenakan saya sudah paham saat proses pembelajaran berlangsung.
jika nanti saya menjadi guru, saya merasa lebih baik memilih penundaan pemberian nilai atau lebih banyak umpan balik, rasanya lebih masuk akal, kalo siswa hanya melihat angka, mereka bisa cepat puas atau malah langsung menyerah, tapi kalo diberi komentar yang jelas mereka jadi tau bagian mana yang harus diperbaiki.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Menurut saya, materi tentang bagaimana membuat siswa fokus ke proses belajar ketimbang cuma nilai itu penting banget dan sangat nyambung dengan kondisi pendidikan kita sekarang. Intinya, kita harus berhenti menjadikan nilai sebagai hantu yang menakut-nakuti siswa. Kalau guru terus-terusan mengancam atau cuma melihat angka, anak-anak jadi malas berpikir mendalam mereka cuma mau cepat dapat nilai bagus, bahkan kalau harus menghafal sebentar lalu lupa. Solusinya, kita perlu mengubah mindset di kelas. Strategi seperti mengizinkan anak menilai diri sendiri, menunda pemberian angka biar mereka fokus ke feedback, atau memberi kesempatan ujian ulang itu bukan bikin gampang, tapi justru mengajarkan bahwa belajar itu soal menguasai, bukan sekali coba langsung selesai. Ini membantu anak punya rasa memiliki atas belajarnya sendiri.
Saat ini, di tengah Kurikulum Merdeka dan tuntutan skill abad ke-21, ide-ide ini jadi makin relevan. Kita perlu lulusan yang benar-benar bisa memecahkan masalah dan terus mau belajar, bukan cuma lulusan yang nilainya tinggi di kertas. Oleh karena itu, cara-cara seperti mengubah bahasa komunikasi dengan siswa dan orang tua ngomongin perkembangan skill daripada sekadar angka dan mengurangi beban penilaian pada tugas latihan biar PR dijadikan tempat eksplorasi, bukan penentu nilai akhir adalah langkah yang cerdas. Dengan begitu, kita bisa bantu anak-anak jadi pembelajar sejati yang tangguh, bukannya sekadar pemburu nilai yang cemas kalau dapat angka jelek.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Tanggapan tambahan saya adalah bahwa penerapan ide-ide ini sebenarnya bisa menjadi alat yang ampuh untuk mengatasi masalah motivasi belajar yang sering dikeluhkan guru di berbagai tingkatan. Menurut saya, fokus berlebihan pada nilai sering kali tanpa sadar menghancurkan motivasi intrinsik siswa mereka hanya didorong oleh hadiah eksternal nilai A atau angka 100. Ketika ancaman nilai itu ditiadakan, seperti saat tugas formatif hanya dicatat kehadirannya, siswa punya ruang aman untuk berani mencoba hal-hal sulit tanpa takut nilainya anjlok. Inilah kunci untuk menumbuhkan rasa ingin tahu yang sejati. Jadi, strategi yang disarankan bukan cuma teknik penilaian, tapi juga teknik untuk membangun lingkungan belajar yang aman dan mendukung keberanian intelektual siswa.
Selain itu, penting untuk ditekankan bahwa perubahan ini juga menuntut perubahan peran guru yang besar. Guru tidak lagi hanya menjadi penilai atau pemberi angka, melainkan berubah menjadi fasilitator dan pelatih. Ketika guru menunda pemberian nilai dan menggantinya dengan feedback mendalam tentang konsep mana yang belum dikuasai seperti disarankan dalam Tunda Pemberian Nilai, ini meningkatkan interaksi kualitas tinggi antara guru dan siswa. Bagi saya, ini adalah investasi waktu yang sangat berharga. Meskipun mungkin terasa merepotkan di awal karena harus memikirkan feedback yang detail, hasilnya adalah siswa menjadi lebih mandiri dan lebih cepat menguasai materi karena tahu persis di mana letak kesalahannya. Jadi, kita bukan hanya membantu siswa, tapi juga meningkatkan kualitas pengajaran secara keseluruhan.
Nama : Naida Dwi Nur Herlianawati
BalasHapusKelas : 5 B
Npm : 2386206042
Materi ini memberikan panduan yang sangat baik bagi pendidik untuk membangun budaya kelas yang positif dan suportif. Dengan menerapkan strategi ini, kita tidak hanya mendidik siswa untuk mendapatkan nilai, tetapi mendidik mereka untuk menjadi pembelajar sejati yang menghargai proses, berani mengambil risiko, dan terus haus akan pengetahuan.
Nama: Yormatiana Datu Limbong
BalasHapusKelas : 5C
Npm : 2386206082
izin menanggapi pak,materinya mudah dipahami dalam pendidikan, yang menjadi cuma nilai akhirnya saja. Padahal, seperti yang bapak jelaskan , proses belajar itu jauh lebih penting daripada angka nilai yang diterima. Saya setuju kalau siswa perlu di apresiasi usahanya, bukan cuma hasil akhirnya saja. Dengan cara itu, mereka bisa percaya diri dan tidak takut salah saat belajar. Menurut saya pesan dalam materi bagus dan bisa jadi pengingat untuk guru dan orang tua.
NAMA : KORNELIA SUMIATY
BalasHapusNPM : 2386206059
KELAS : 5B PGSD
Benar menurut saya, Materi ini memberikan pandangan yang sangat penting tentang bagaimana penilaian seharusnya mendukung pembelajaran, bukan menjadi sumber tekanan bagi siswa. seperti Crystal Frommert menunjukkan bahwa dengan mengubah bahasa, menunda nilai, mengurangi risiko, dan memberikan kesempatan ujian ulang, guru dapat menciptakan kelas yang lebih fokus pada pemahaman daripada angka. Pendekatan seperti ini membantu siswa lebih percaya diri dan termotivasi karena mereka tidak lagi merasa belajar hanya untuk mendapatkan nilai, tetapi untuk benar-benar memahami konsep. Strategi seperti penilaian mandiri juga memberi ruang bagi siswa untuk merefleksikan kemampuan mereka dan menjadi pembelajar yang lebih mandiri. budaya kelas yang sehat bukan dibangun dari angka-angka, tetapi dari proses, umpan balik, dan kesempatan belajar yang berkelanjutan. Ini merupakan pengingat bahwa tujuan pendidikan sejati adalah pembelajaran, bukan sekadar penilaian.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Izin menanggapi materi ini, materi ini mengajak kita untuk melakukan pergeseran paradigma dalam pendidikan.selama ini, sistem pendidikan kita cenderung terlalu berorientasi pada hasil akhir berupa nilai atau angka.padahal, proses belajar yang dialami siswa jauh lebih penting.proses ini mencakup bagaimana siswa memahami materi, bagaimana mereka mengatasi kesulitan, dan bagaimana mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis.dengan fokus pada proses, kita dapat menciptakan siswa yang tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan untuk belajar sepanjang hayat.
pendidikan holistik pendidikan seharusnya tidak hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik.dengan kata lain, pendidikan harus mengembangkan seluruh potensi siswa, termasuk kemampuan berpikir, emosi, dan keterampilan praktis.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
nilai sebagai indikator,bukan tujuan utama nilai atau angka seharusnya hanya menjadi indikator dari pemahaman siswa, bukan menjadi tujuan utama dalam pendidikan.ketika kita terlalu fokus pada nilai, kita cenderung mengabaikan aspek-aspek penting lainnya seperti kreativitas, kolaborasi, dan kemampuan problem - solving. siswa mungkin akan berusaha menghafal materi pelajaran hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus, tanpa benar-benar memahami konsep dasarnya.hal ini dapat menghambat perkembangan potensi mereka secara menyeluruh.
pembelajaran berpusat pada Siswa proses pembelajaran harus berpusat pada siswa, bukan pada guru atau materi pelajaran.siswa harus memiliki peran aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Mereka harus diberi kesempatan untuk bertanya, berdiskusi, dan bereksplorasi.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Salah satu hal yang menarik dari materi ini adalah penekanannya pada pentingnya mengatasi stigma kegagalan.dalam masyarakat kita, kegagalan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang memalukan atau tabu.padahal, kegagalan adalah bagian alami dari proses belajar.dengan memberikan ruang bagi siswa untuk melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut, kita dapat membantu mereka mengembangkan mentalitas yang lebih tangguh dan adaptif.penilaian formatif Penilaian seharusnya tidak hanya dilakukan di akhir semester atau tahun ajaran, tetapi juga secara berkala selama proses pembelajaran.penilaian formatif dapat membantu guru untuk memantau perkembangan siswa dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
Nahh ada pun peran guru sebagai fasilitator materi ini juga menyoroti peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.guru tidak hanya bertugas untuk menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung.guru dapat membantu siswa menemukan minat dan bakat mereka, serta memberikan bimbingan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk mencapai potensi maksimal.lingkungan belajar yang aman dan mendukung sekolah atau institusi pendidikan harus menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung bagi semua siswa.lingkungan belajar yang positif dapat membantu siswa merasa termotivasi untuk belajar dan berprestasi.
BalasHapusNama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Tambahan lagi ujian ulang sebagai bentuk apresiasi,ide untuk memberikan kesempatan ujian ulang adalah inovasi yang patut diapresiasi.ini menunjukkan bahwa sekolah atau institusi pendidikan peduli terhadap perkembangan siswa secara individu.ujian ulang bukan hanya sekadar memberikan kesempatan untuk memperbaiki nilai, tetapi juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka telah belajar dan berkembang.
pentingnya kolaborasi,kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas.dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif, relevan, dan responsif terhadap kebutuhan siswa.