Hal menarik yang ditulis oleh Eva Thanheiser (2023) bahwa :
Matematika sering digambarkan sebagai "ilmu pola", "aktivitas intelektual yang membutuhkan intuisi danimajinasi dalam memperoleh "bukti" dan mencapai kesimpulan". Matematika autentik dipandang sebagai magangdalam disiplin matematika. Pembenaran dan generalisasi sering kali dipandang sebagai tujuan akhir yang ingin dicapai di kelas dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Tujuan-tujuan ini dicapai dengan mengeksplorasi berbagai topik termasuk "sekumpulan pengetahuan yang berkaitan dengan angka dan ruang, dan …[meresepkan] serangkaian metode untuk mencapai kesimpulan tentang dunia fisik" atau "ide-ide tersebut berkaitan dengan angka, logika,dan konfigurasi spasial dan, yang sangat penting, kombinasi atau pengorganisasian ide-ide tersebut menjadi sistem dan struktur." (Ascher &D'Ambrosio, 1994).
Matematika sebagai daftar topik dan praktik yang berpuncak pada pembuktian atau pembenaran dan generalisasi diajarkan setiap tahun melalui kurikulum SD-SMA dan juga merupakan bidang studi akademis. National Research Council (NRC) menggambarkan matematika sebagai “salah satu pencapaian besar manusia” (Kilpatrick, Swafford, Findell, & research, 2001, hlm. 1), “begitu banyak menjadi bagian dari kehidupan modern sehingga siapa pun yang ingin menjadi anggota masyarakat yang berpartisipasi penuh harus mengetahui matematika dasar” dan “upaya yang dilakukan selama ribuan tahun oleh setiap peradaban untuk memahami alam dan menertibkan urusan manusia” (Kilpatrick et al., 2001, hlm. 15).
Deskripsi ini secara erat menghubungkan matematika dengan konteks, budaya, dan masyarakat. Lima jalinan yang membentuk keseluruhan kompleks dari kemahiran matematika: pemahaman konseptual—pemahaman konsep, operasi, dan relasi matematika, kelancaran prosedural—keterampilan dalam menjalankan prosedur secara fleksibel, akurat, efisien, dan tepat, kompetensi strategis—kemampuan untuk merumuskan, merepresentasikan, dan memecahkan masalah matematika, penalaran adaptif—kapasitas untuk berpikir logis, refleksi, penjelasan, dan pembenaran, dan disposisi produktif—kecenderungan kebiasaan untuk melihat matematika sebagai sesuatu yang masuk akal, berguna, dan berharga, disertai dengan keyakinan pada ketekunan dan kemanjuran diri sendiri.
Sebagian besar matematika sekolah dipandang sebagai aturan dan prosedur abstrak. Standar-standar tersebut penuh dengan prosedur tentang cara menghitung sesuatu dan cara memahami perhitungan tersebut secara konseptual. Baik dengan pemahaman konseptual, pemahaman menyeluruh tentang mengapa prosedur tersebut bekerja, atau kefasihan prosedural , mengetahui kapan harus menggunakan aturan yang mana, standar-standar tersebut berfokus pada aturan-aturan abstrak dan kemudian beberapa penerapannya.
Matematika sekolah biasanya masih didefinisikan sebagai serangkaian topik terpisah yang diajarkan dalam perkembangan linier yang pada akhirnya mengarah ke trigonometri ataupun kalkulus. Ini adalah satu-satunya versi matematika yang diketahui kebanyakan orang, dan dengan demikian, kalkulus dipandang sebagai puncak pemahaman matematika.
(Yeh, Tan, & Reinholz, 2021, para Siswa (dalam hal ini calon guru sekolah dasar) sering menggambarkan jenis matematika ini sebagai: membosankan, menakutkan, mencemaskan, tentang menemukan jawaban yang tepat, bahasa yang sama sekali berbeda yang tidak dapat saya pahami, saya pikir saya tidak benar-benar membutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan mata pelajaran yang paling netral secara politik yang diajarkan di sekolah (Thanheiser & Koestler, 2021).
Tujuan yang dipersepsikan dari ‘matematika sekolah’sering kali adalah untuk membuka akses ke topik berikutnya (di kelas matematika), kelas matematika berikutnya, jenjang sekolah berikutnya, dst. Mahir dalam matematika berkenaan dengan definisi matematika ini berarti cepat dan akurat dalam berhitung (Leyva, 2022), seperti menghafal tabel perkalian.
Eva Thanheiser. 2023. What is the Mathematics in Mathematics Education?. Journal of Mathematical Behavior

Nama:Elisnawatie
BalasHapusKelas:VD
NPM:2386206069
Izin bertanya pak
Dizaman sekarang banyak siswa menggambarkan matematika sebagai sesuatu yang membosankan, menakutkan, penuh kecemasan, serta jauh dari kehidupan sehari-hari. Apa penyebab utama munculnya persepsi negatif ini, dan strategi apa yang bisa dilakukan guru agar matematika lebih dipandang sebagai ilmu yang bermakna, menyenangkan, serta relevan dengan kehidupan nyata siswa pak?🙏🏻
Hallo ka Elis saya izin menjawab pertanyaanya ya, menurut saya ada beberapa hal ni kenapa sih peserta didik ini mempunnyai persepsi negatif mulu sama pelajaran matematika ini ,
Hapus1. Pengaruh lingkungan, pengaruh lingkungan yang menjadi kebiasaan menilai pembelajaran matemtika itu susah, menakutkan dll ,akan keterusan sampai penerus generasi kebawah, karena persepsi yang mereka tanamkan kepada generasi kebawah ini berdasarkan pengalaaman dan pemahaman mereka, bukan pengalaman dan pemahaman seseorang yang mempelajari matematika dengan baik.
2. Pengalaman pembelajaran matematika yang membosankan, ini dapat memunculkan persepsi negatif tadi ya karena mereka mikir pelajaran matematika sudah sulit lalu pembelajaran juga yang diterapkan di kelas oleh pendidik sangat monoton.
3. Kurangnya media ajar yang nyata untuk menambah pemahaman siswa, hal ini menurut saya dapat membuat siswa itu bingung dalam menentukan bentuk atau objek yang seharusnya dimengerti karena, media ajar tidak nyata al hasil siswa diminta untuk membayangkan suatu objek atau bentuk yang mereka saja tidak tau bentuk atau objek itu bagaimana.
4. Kurangnya keterkaittan pembelajaran matematika itu dengan kehidupan sehari-hari, hal ini menurut saya juga sangat bisa menjadi persepsi negatif ditimbulkan, karena pasti siswa berikir buat apa saya belajar ini tidak ada guna nya juga dalam kehidupan saya.
lalu srategi yang dapat guru terapkan uuntuk dipandang sebagai ilmu yang menyenangkan,bermakna, dan relevan berdasarkan persepri negatif siswa yang saya sampaikan diatas ialah
1. Ubah pemikiran lingkungan yang selalu menganggap matematika itu sulit, padahal lingkungan itu kurang memahaminya , lalu dimulai dari mana? dari DIRI SENDIRI
2. Catatan penting banget bagi calon pendidik ketika siswa sudah keliahtan bosan pendidik harus punya cara untuk bisa membangkitkan susana agar peserta didik itu semangat lagi dalam menyimak, sesekali juga boleh memberikan pertanyaan pemantik agar mereka tambah semangat memperhatikan supaya bisa menjawab pertanyaan pemantik itu
3. Pendidik harus mempunyai berbagai macam ide agar menciptakan media ajar visual yang membantu siswa cepat memahami materi, lalu pendidik juga bisa mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa agar mereka tertarik mendengarkan dan mengamati karena mempunyai fungsi dalam kehidupan.
semoga bermanfaat...
Nama :Elisnawatie
BalasHapusKelas:VD
NPM:2386206069
Izin bertanya lagi pak
Dari materi di atas sudah di jelaskan Jika matematika dipahami sebagai “ilmu pola” yang erat hubungannya dengan budaya, masyarakat, dan kehidupan sehari-hari, bagaimana pengalaman belajar matematika di sekolah dapat diubah agar siswa tidak hanya menghafal prosedur, tetapi juga mampu menemukan keterkaitan antara konsep matematika dengan fenomena di sekitar mereka pak?🙏🏻
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : 5B PGSD
Izin menjawab pak pertanyaan dari elisnawatie, menurut saya pembelajaran matematika di sekolah bisa diubah dengan cara mengaitkan konsep-konsep matematika ke situasi nyata di lingkungan siswa. Contohnya, guru bisa menampilkan contoh pola dan perbandingan dalam kebudayaan lokal, kegiatan pasar, atau tata ruang rumah, sehingga siswa menyadari bahwa matematika tidak hanya ada di buku, tetapi juga hadir dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, siswa tidak sekadar menghafal rumus, tetapi memahami bagaimana ide matematika membantu mereka membaca dan menata fenomena di sekitar🙏🏻
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Setelah membaca materi di atas pak, Saya ingin bertanya di dalam materi tersebut ada menuliskan bahwa secarah erat matematika menghubungkann konteks dengan budaya. Yang saya ingin tanyakan pak Bagaimana hubungan antara matematika dan konteks budaya yang dapat mempengaruhi pemahaman pembelajaran matematika di sekolah dasar🙏
Hallo ka Isdiana saya izin menjawab pertanyaanya ya
HapusSeperti yang kita ketahui konteks budaya itu adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang dan dilakukan terus-menerus, dan diajarkan kepada anak secara turun-temurun, nah dengan kebiasaan yang sering dilakukan dan terus berulang pastinya ada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan matematika, misalnya dalam konteks budaya permainan tradisional, banyak sekali keterkaitannya dengan matematika, contohnya dalam permainan tradisional kelereng, permainan kelereng ini dapat dimainkan dengan cara anak yang satunya bertaruh dengan sesama temannya menggunakan kelereng, otomatis dalam pertaruhan tersebut atau permainan tersebut membutuhkan perhitungan berapa kelereng yang ditaruhkan untuk dimainkan, nah di sini guru dapat mengaitkan atau menghubungkan konteks budayanya dengan cara mengaitkan permainan tradisional kelereng tadi ke dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar .
Misalnya guru membuat cerita Adi dan Edo bermain kelereng mereka mempertaruhkan masing-masing 5 kelereng ,berapa total kelereng taruhan Adi dan Edo dalam permainan kelereng tersebut?
Ini merupakan salah satu hubungan antara matematika dan konteks budaya yang dapat mempengaruhi pemahaman pembelajaran matematika di kelas, cara ini juga membuat pembelajaran berlangsung hidup karena mengaitkan pengalaman dan budaya siswa.
Sekian semoga bermanfaat Kak..
Nama : Nabilah Aqli Rahman
HapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Hai Isdi! aku izin mau bantu jawab pertanyaan kamu juga yaa 😃
Aku suka banget nih sama pertanyaan kamu. Aku jadinya cari tau lagi, aku baca-baca lagi, aku jadi banyak tau lagi. Terimakasih sudah bertanya tentang ini yaa!
Aku barusan baca dan searching mengenai pertanyaanmu ini, dan dari yang aku dapat aku bisa simpulkan kalau ternyata matematika itu ga pernah lepas dari budaya. Cara anak memahami konsep matematika sering dipengaruhi sama pengalaman mereka sehari-hari, kebiasaan, dan lingkungan tempat mereka tumbuh.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
HapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Aku kasih contoh nih yaa
Bayangkan ada anak SD yang tinggal di daerah pesisir. Mereka terbiasa ikut orang tua ke pasar ikan. Dari pengalaman itu, mereka belajar ngitung uang, nimbang ikan. Nah, ketika guru ngajarin konsep penjumlahan, pengurangan, perbandingan, anak itu lebih cepat paham karena sudah punya pengalaman dari budaya dan kehidupannya sehar-hari.
Contoh lain nih, ada anak di daerah pedalaman yang sering ikut orang tua buat anyaman atau sering bikin batik deh. Dari situ mereka terbiasa buat pola dan bentuk berulang. Jadi pas dia ke sekolah dan gurunya menjelaskan geometri atau pola bilangan, anak itu bisa langsung menghubungkan dengan pengalamannya membuat motif tadi.
Intinya, budaya dan pengalaman sehari-hari itu bisa jadi `jembatan` supaya matematika terasa nyata dan gampang dimengerti.
cmiiw guys 😀🙌
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm :2386206058
Kelas : 5B PGSD
Izin menanggapi pak, menurut saya, materi di atas ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang hakikat matematika sebagai ilmu yang tidak hanya berfokus pada hitungan dan rumus, tetapi juga sebagai cara berpikir yang sistematis dan terstruktur. Saya setuju pak bahwa matematika merupakan aktivitas intelektual yang menuntut kemampuan mengorganisasi ide-ide abstrak, sehingga siswa tidak hanya menghafal prosedur, tetapi juga memahami konsep di baliknya. Pendekatan seperti ini penting agar pembelajaran matematika di sekolah menjadi lebih bermakna dan kontekstual dengan kehidupan sehari-hari🙏🏻
Matematika memang dapat dikaitkan dengan lingkungan apa saja baik dengan lingkungan sekitar ,lingkungan budaya, dan lingkungan masyarakat.
BalasHapusDalam kehidupan baik itu di lingkungan budaya, kita pasti membutuhkan yang namanya perhitungan atau konsep-konsep tentang bagaimana sesuatu kegiatan yang dilangsungkan dalam budaya itu dapat terus dijalankan dan dapat berjalan sesuai dengan skema yang telah kita atur.
Misalnya saya ambil contoh budaya yang ada di Kalimantan :
Nah dari sini kita bisa mengaitkan matematika dengan budaya di Kalimantan, di Kalimantan terkenal dengan suku Dayak yang memiliki rumah adat yang bernama Rumah Lamin. Dalam pembuatan rumah adat Rumah Lamin pastinya membutuhkan hitungan dan pengukuran untuk menjadikan rumah tersebut berdiri secara kokoh di lingkungan budayanya, dari sini kita bisa tahu bahwa matematika itu bisa masuk dan bisa dikaitkan dengan budaya karena, dalam pembangunan rumah ada Rumah Lamin tadi ada konsep matematika yang diterapkan, ini mebuktikan bahwa matematika dapat dikaitkan dengan budaya.
Nama:syahrul
BalasHapusKelas:5D
Npm:2386206092
Sering kita liat kalau matematika tuh hanya sebagai serangkaian aturan abstrak dan prosedur hitungan yang harus dihafal dan diterapkan,kek seolah-olah tujuannya tuh cuma untuk membuka akses ke pelajaran matematika berikutnya yang lebih susah. Tak heran kalau banyak siswa,bahkan calon guru,menganggap matematika ini hal yang membosankan,menakutkan,dan merasa tidak butuh itu di kehidupan sehari-hari.ibaratnya kita dipaksa jalan trus tanpa tahu kita kemana arahnya.Padahal matematika yang sesungguhnya itu lebih dari sekadar hitungan tapi ilmu pola dan aktivitas intelektual yang butuh intuisi dan imajinasi untuk mencapai kesimpulan. Intinya bukan cuma hafal perkalian tapu harus paham konsepnya.intinya tuh matematika adalah tentang mengembangkan cara berpikir agar kita bisa melihat sesuatu itu masuk akal,berguna,dan berharga,sambil punya keyakinan diri dan ketekunan.Ini jauh lebih keren daripada sekadar menghafal rumus.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNpm : 2386206086
Kelas : 5D
Materi ini sangat menarik karena banyak sekali siswa merasa matematika itu sangat membosankan,membingungkan dan menakutkan padahal matematika itu bukan hanya sekedar kumpulan rumus , angka dan prosedur saja tetapi juga sebagai hasil dari aktivitas manusia dengan pola pikir untuk sistematika dalam berpikir , matematika sesungguhnya merupakan ilmu yang hidup yang sangat terhubung erat dengan konteks sosial , budaya dan bahkan nilai nilai kemanusiaan , tetapi matematika di sekolah itu masih sering diajarkan sebagai aturan yang kaku , akibat banyak siswa termasuk kita calon guru merasa matematika itu sangat menakutkan dan tidak relevan dalam kehidupan nyata , kondisi ini menunjukkan perlunya transformasi dalam cara mengajarkan matematika dari yang semula , berpusat pada hasil menjadi hanya berpusat pada proses berpikir dan pemahaman konsep .
Matematika itu bukan hanya alat untuk mengukur kemampuan kognitif, melainkan juga sebagai sarana membentuk cara berpikir secara ilmiah dan karakter belajar yang tahan uji , guru seharusnya tidak hanya mengajarkan apa dan bagaimana dalam matematika tetapi jugaa mengapa dan untuk apa konselor tersebut penting ? Dan bagaimana agar matematika itu benar - benar bermakna untuk peserta didik .
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Materi ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang Oppositional Defiant Disorder (ODD) dan bagaimana hal itu mempengaruhi anak-anak. Menarik untuk melihat bahwa ODD bukan sekadar perilaku nakal, tetapi merupakan gangguan yang lebih kompleks yang bisa berdampak besar pada kehidupan sehari-hari anak dan orang-orang di sekitarnya. Gejala seperti kemarahan yang berlebihan, sikap menantang, dan perilaku kasar menunjukkan bahwa anak-anak dengan ODD membutuhkan perhatian khusus dan pendekatan yang tepat dari orang tua dan guru.
Penting juga untuk diperhatikan bahwa penyebab ODD bersifat multifaktorial, melibatkan aspek genetik, lingkungan, dan neurobiologis. Ini mengingatkan kita bahwa perilaku anak tidak selalu hanya hasil dari pola asuh, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang lebih dalam.
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Ijin Pak Saya ingin bertanya, bagaimana cara orang tua dan guru bisa lebih efektif dalam mengenali tanda-tanda awal ODD sebelum menjadi masalah yang lebih serius? Apakah ada strategi khusus yang bisa diterapkan untuk mengatasi perilaku menantang di rumah atau di sekolah? Selain itu, bagaimana cara memastikan bahwa terapi dan program pelatihan untuk orang tua dapat diakses oleh semua keluarga, terutama yang berada di komunitas dengan sumber daya terbatas?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : 5B PGSD
Halo aprilina awing aku izin menjawab yah.
Menurut aku, orang tua dan guru bisa lebih efektif mengenali tanda-tanda awal ODD kalau memakai cara berpikir yang teratur seperti dalam matematika. Matematika itu bukan cuma sekedar hitung-hitungan, tapi juga tentang pola dan cara berpikir logis. Jadi, dalam menghadapi anak dengan gejala ODD, penting buat melihat pola perilakunya, bukan hanya reaksinya sesaat. Guru dan orang tua perlu kerja sama, saling komunikasi, dan peka sama perubahan sikap anak. Bisa juga mulai dari langkah-langkah kecil, contohnya memberi pujian kalau anak menunjukkan sikap positif. Pendekatan yang sabar, konsisten, dan terarah ini bisa bantu mencegah masalah jadi lebih berat. Walaupun kadang fasilitas terbatas, yang penting tetap ada niat dan usaha bersama buat memahami anak secara lebih dalam🙏🏻
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Menurut aku Untuk mengenali ODD lebih awal, orang tua dan guru perlu memperhatikan pola perilaku menantang yang terjadi terus-menerus, bukan hanya kejadian sesaat. Pendekatan terbaik dalam menangani anak dengan perilaku menantang adalah menggunakan disiplin positif, aturan yang jelas, dukungan emosional, serta kerja sama yang kuat antara rumah dan sekolah. Selain itu, agar dukungan dan terapi dapat diakses oleh semua keluarga terutama yang memiliki keterbatasan sumber daya diperlukan program pelatihan orang tua yang berbasis komunitas, layanan psikologi di sekolah dan fasilitas kesehatan, serta pemanfaatan teknologi untuk pendampingan jarak jauh. Dengan langkah-langkah ini, masalah dapat dicegah sebelum menjadi lebih serius dan perkembangan anak tetap terjaga dengan baik.
Nama: Nanda Vika Sari
BalasHapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Setelah saya membaca materi ini, ternyata materi ini memberikan sudut pandang yang sangat amat menarik yaitu tentang bagaimana kita memahami matematika sebagai ilmu dan sebagai praktik pendidikan. Materi ini juga menyoroti/membahas bahwasanya pembelajaran matematika autentik seharusnya menyerupai “magang dalam disiplin matematika” yang artinya siswa diajak untuk berpikir, menalar, menggeneralisasi dan membenarkan ide-ide seperti seorang matematikawan sejati, bukan hanya sekedar mengerjakan latihan tanpa makna.
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Apa yang disampaikan Nanda benar sekali. Matematika bukan hanya kumpulan rumus dan soal hitungan yang harus dikerjakan berulang-ulang, tetapi merupakan sebuah cara berpikir. Ketika pembelajaran matematika dilakukan secara autentik, siswa tidak hanya menirukan langkah yang sudah ditentukan, melainkan dilatih untuk menalar, mencari pola, menghubungkan konsep, dan menjelaskan alasan di balik jawabannya persis seperti yang dilakukan para matematika.Pendekatan ini membuat siswa:
Memahami konsep dengan lebih bermakna
Membangun kepercayaan diri dalam berpikir logis Mengembangkan kreativitas dalam mencari strategi pemecahan masalah
Menyadari bahwa matematika sangat dekat dengan kehidupan nyata
Dengan kata lain, siswa bukan lagi hanya “penghafal rumus”, tetapi menjadi pembelajar aktif yang mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematikanya. Jadi, benar yang dikatakan Nanda bahwa pembelajaran matematika seharusnya menjadi pengalaman yang menyerupai “magang dalam dunia matematika”, karena di situlah siswa belajar berperan sebagai mini matematika dalam kelas.
Nama: Nanda Vika Sari
BalasHapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menanggapai pak, setelah saya membaca materi ini ternyata materi ini sangat menarik sebab pada materi ini juga mengkeritik pandangan umum masyarakat bahwasanya matematika sekolah hanyalah “aturan abstrak yang harus dihafal”. Pandangan seperti ini yang dapat membuat para siswa seringkali merasa kalau matematika itu adalah hal yang membosankan, menakutkan, dan tidak relevan dengan kahidupan nyata. Itulah tantangan yang besar dalam pendidikan matematika, bagaimana seorang guru mampu mengubah paradigma/cara pandang pembelajaran dari sekedar prosedural menjadi bermakna dan kontekstual.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Izin menanggapi pak, setelah saya membaca materi di atas sebenarnya matematika itu bukan cuma soal angka atau rumus, tapi cara kita melihat pola dan menyusun ide biar lebih masuk akal. Pas kita belajar matematika, kita lagi latihan pakai logika dan imajinasi buat nyari bukti dan nyimpulin sesuatu. Jadi matematika itu lebih mirip pelatihan otak daripada sekedar ngerjain soal. Sayangnya di sekolah, matematika sering diajarin Saya daftar topik yang harus diselesaikan. Padahal kalau ngerti maksud dan idenya belajar matematika bisa lebih seru lagi
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Yapss betul sekali apa yang disampaikan Andi Fika! Matematika itu memang lebih dari sekadar angka dan rumus. Intinya adalah bagaimana kita belajar melihat pola, menyusun ide, dan menggunakan logika untuk memahami dunia secara lebih masuk akal. Saat kita belajar matematika, sebenarnya kita sedang melatih otak untuk berpikir kritis, kreatif, dan menemukan alasan di balik setiap jawaban bukan hanya mengisi soal.Sayangnya, pembelajaran di sekolah sering terlalu fokus pada tuntutan menyelesaikan topik dan latihan tanpa menjelaskan makna di baliknya. Padahal kalau tujuan, konsep, dan ide matematika benar-benar dipahami, proses belajar bisa jauh lebih seru dan menantang seperti memecahkan teka-teki. Andi Fika sudah menyampaikan poin yang sangat tepat dan penting bagi pembelajaran matematika yang lebih bermakna!
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Kalau dipikir-pikir, belajar matematika itu kayak ikut latihan jadi mini matematikawan. Kita diajak buat lebih mengerti konsep, kita bisa mengerjakan langkah-langkah, menyelesaikan masalah, dan mikir pakai logika, dan juga punya sikap positif sama matematika. 5 hal ini sebenarnya bikin belajar matematika lebih lengkap. Tapi di sekolah seringnya fokus kita cuma pindah ke bab berikutnya dan pada akhirnya kita ingat cuma rumus bukan cara mikirnya.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Deskripsi Eva tanheser tentang matematika menunjukkan bahwa matematika sangat dekat dengan budaya, cara berpikir masyarakat, dan perkembangan ilmu. Matematika ini juga bukan hanya angka atau bentuk, tetapi juga cara kita mengatur ide agar lebih masuk akal. Kalau kita memahami matematika sebagai sistem yang saling berhubungan proses belajarnya tadi lebih bermakna kan tapi kenyataannya matematika sekolah sering difokuskan pada naik level ke topik berikutnya. Akhirnya siswa lebih banyak menghafal langkah daripada memahami makna matematika itu sendiri
Nama: Nur Sinta
BalasHapusNPM: 2386206033
Kelas: 5B PGSD
Menurut saya materi ini menunjukkan bahwa matematika tidak hanya berisi angka dan perhitungan, tetapi merupakan ilmu yang dibangun dari ide-ide menjadi sistem dan struktur merupakan ilmu yang dibangun dari konsep-konsep yang saling berhubungan. Matematika bersifat abstrak yang mana ide-idenya tidak selalu terlihat secara langsung namun bisa di pahami melalui simbol misalnya konsep bilangan adalah hasil pemikiran abstrak yang membantu kita memahami fenomena, dengan memahami matematika sebagai ide abstrak yang terstruktur kita dapat melihat bahwa pembelajaran matematika bukan hanya tentang hafal rumus tetapi membangun pemahaman konsep, menalar serta mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
materi ini membuka mata tentang bagaimana matematika seharusnya diajarkan.bukan hanya soal rumus dan angka, tapi juga tentang bagaimana matematika bisa menjadi alat untuk memahami dunia di sekitar kita.saya suka bagaimana materi ini menekankan pentingnya pemahaman konseptual dan kemampuan berpikir logis dalam matematika.matematika dalam pendidikan matematika seharusnya tidak hanya berfokus pada penguasaan rumus dan prosedur, tapi juga pada pengembangan pemahaman konseptual dan kemampuan berpikir logis.dengan memahami konsep-konsep matematika secara mendalam, siswa akan lebih mampu menerapkan matematika dalam berbagai situasi dan memecahkan masalah-masalah kompleks.
Nama: Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM :2386206009
Kelas :V A PGSD
Izin menanggapi lagi dari materi ini saya setuju dengan pendapat bahwa matematika sekolah seharusnya tidak hanya berfokus pada aturan dan prosedur abstrak, tapi juga pada bagaimana matematika terhubung dengan konteks, budaya, dan masyarakat.dengan menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan memahami matematika dengan lebih baik.untuk membuat matematika lebih relevan dan menarik bagi siswa, guru perlu menghubungkan matematika dengan konteks, budaya, dan masyarakat. dengan menunjukkan bagaimana matematika digunakan dalam kehidupan sehari-hari, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan memahami matematika dengan lebih baik.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Izin menanggapi pak materi diatas adalah sebuah refleksi kritis yang sangat mendalam mengenai hakikat matematika, khususnya perbedaannya antara matematika sebagai disiplin ilmu autentik dan "matematika sekolah" yang sering kali kaku. Materi ini berhasil menyoroti adanya jurang pemisah antara matematika sebagai pengetahuan/ide abstrak, pengorganisasian dalam sistem dan struktur (hakikatnya) dengan pelaksanaannya di ruang kelas. Pesan utamanya adalah bahwa pendidikan matematika perlu bergerak dari fokus pada prosedur (apa) ke fokus pada pemahaman, penalaran, dan pembenaran (mengapa).
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Saya mau bertanya juga ni pak karna saya sedikit kurang paham, Bagaimana kerangka kerja 'Lima Jalinan Kemahiran Matematika' dapat secara praktis diimplementasikan oleh guru di kelas (misalnya, pada topik Aljabar atau Geometri) untuk secara efektif menggeser fokus dari 'prosedur abstrak' (kelancaran prosedural yang berlebihan) menuju pengembangan 'penalaran adaptif' dan 'disposisi produktif' pada siswa?
Terimaksih pak🙏🏻🙏🏻
Nama: Imelda Rizky Putri
BalasHapusNpm:2386206024
Kelas:5B
Setelah saya membaca materi ini, materi ini mengingatkan kita bahwa matematika itu bukan cuma soal angka dan rumus, tetapi ada juga tentang ide - ide abstrak yang di bentuk rapi. Jadi matematika itu seperti cara berpikir yang teratur dan bukan sekedar hitung - hitungan, jika kita paham konsep dasarnya semua topik matematika masuk akal dan gampang dipahami.
Terima kasih bapak, karena memberikan materi ini saya suka penjelasan materi bapak pada bagian yang menjelaskan tentang lima jalinan kemahiran matematika itu menurut saya adalah inti dari kenapa matematika itu harus diajarkan. Jujur, selama ini matematika sekolah itu seringnya cuma fokus ke Kelancaran prosedural hitung cepat dan benar dan sedikit di Pemahaman Konseptual. Padahal, ada tiga hal lain yang sama pentingnya, yaitu Penalaran Adaptif kemampuan berpikir logis, Kompetensi Strategis kemampuan memecahkan masalah, dan yang paling menarik itu Produktif keyakinan bahwa matematika itu berguna. Kalau kita cuma jago hitung tapi tidak punya keyakinan bahwa matematika itu berguna di kehidupan nyata, ya percuma. Saya rasa, fokus kita harusnya diseimbangkan di kelima jalinan ini agar siswa benar-benar melihat matematika sebagai sesuatu yang keren.
BalasHapusSaya sangat setuju juga dengan pernyataan bapak di materi yang bilang kalau siswa atau calon guru sering menganggap matematika itu membosankan, menakutkan, dan mencemaskan. Kenapa bisa begitu? Salah satunya karena materi menyebut bahwa matematika sekolah itu sering didefinisikan sebagai topik-topik yang terpisah yang ujung-ujungnya cuma buat masuk ke materi berikutnya, seperti trigonometri atau kalkulus. Jadi, tujuannya jadi sempit, cuma untuk lulus ke jenjang berikutnya. Padahal, harusnya matematika dilihat sebagai upaya peradaban untuk memahami alam dan manusia, seperti yang disebutkan di bagian awal. Mungkin, kalau guru bisa lebih sering menghubungkan topik-topik itu ke konteks budaya dan masyarakat, matematika bisa jadi jauh lebih seru dan siswa tidak perlu takut lagi.
BalasHapusSaya juga tertarik dengan kritik di materi mengenai matematika sekolah yang sebagian besar dilihat sebagai aturan dan prosedur abstrak. Memang benar, fokusnya sering hanya pada kefasihan prosedural, yaitu tahu cara menghitungnya. Padahal, pemahaman yang utuh itu adalah kalau kita tahu mengapa prosedur itu bekerja dan kapan harus menggunakannya Pemahaman Konseptual. Kalau kita hanya menghafal aturan tanpa tahu konsepnya, begitu aturannya diganti sedikit, siswa pasti langsung bingung. Jadi, PR besar di pendidikan matematika adalah menggeser fokus dari sekadar cepat dan akurat menghitung seperti hafal perkalian menjadi mendalam memahami konsep dan logikanya, sehingga siswa bisa menggunakan matematika sebagai akal sehat yang berguna. Terima kasih bapak untuk materi ini
BalasHapusNama : Erlynda Yuna Nurviah
BalasHapusKelas : VB PGSD
Npm : 2386206035
Matematika bukan sebagai kumpulan angka dan rumus , tetapi sebagai ide abstrak yang tersusun dalam sistem struktur yang sangat teratur. Sebagian orang juga mungkin mengiyakan kalau matematika ini menakutkan, membosankan dan membuat kita cemas ( karena gabisa ngerjakan). Di materi bapak mengajak kita untuk menyadari bahwa matematika dalam pendidikan bukan sekedar Cuma memindahkan rumus ke kepala siswa , tetapi juga mengajak mereka untuk berpikiir , menata , mengelompokkan, menghubungkan serta memberi sebuah makna dari apa yang di lihat dan dikerjakan. Hmm tapi saya bertanya – tanya apakah matematika itu ada memang dari buku pelajaran atau justru dari sebuah pengalaman manusia?
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusNPM : 2386206048
Kelas : 5 C
Memang matematika yang selama ini kita sendiri dari kita menjadi murid dan sekarang menjadi calon guru matematika di anggap hapalan rumus yang menakutkan padahal sebetulnya ilmu tentang pola,penalaran dan pemecahan masalah. Tetapi masalahnya pada cara kita mengajarkannya dan bukan pada mata pelajarannya.
Nama : Dita Ayu Safarila
HapusNPM : 2386206048
Kelas : 5 C
Jadi kita harus mengubah dan memutus rasa ketakutan terhadap matematika. Kita sebagai guru kita memiliki tugas untuk menunjukkan kepada siswa kita sendiri bahwa matematika itu masuk akal berguna dan berharga bagi kehidupan kita sehari hari.
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusNPM : 2386206048
Kelas : 5 C
Jadi kesimpulannya, materi ini menegaskan bahwa kita harus mengajar matematika sebagai aktivitas berpikir yang otentik bukan sebagai latihan berhitung yang mekanis.Dengan melakukan ini kita tidak hanya meningkatkan kognitif siswa,tetapi juga dengan cara menyembuhkan kecemasan mereka terhadap mata pelajaran matematika.
Sekian itu saja pak tanggapan saya tentang materi ini
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206125
Tulisan Pak Nurdin kali ini ngajak kita buat liat matematika dari sisi yang lebih dalam, karena ternyata matematika itu bukan cuma soal hitungan. Tapi ide-ide abstrak yang bantu kita untuk `mengatur dunia`.
Artikel ini juga bilang sangat menyayangkan kalau di sekolah matematika cuma dipandang sebagai hafalan rumus, hafalan perkalian. Padahal kalau dibawa ke arah eksplorasi, anak bisa liat kalau matematika itu berguna dan seru.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Artikel ini juga bisa jadi reminder buat kita nih calon guru. Kalau nanti kita sudah jadi guru di Sekolah Dasar, harus buat matematika terasa ringan dan bermakna, bukan sekedar kumpulan rumus yang bikin pusing.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Temen-temen, saya mau tanya nih 😃
Kira-kira temen-temen setuju ga sama pendapat National Research Council yang bilang kalau matematika itu salah satu pencapaian terbesar manusia?
Nama: Margaretha Elintia
BalasHapusKelas: 5C PGSD
Npm: 2386206055
Izin menanggapi ya pak, materi kali ini membuka wawasan karena menegaskan bahwa matematika adalah ilmu pola yang erat kaitannya dengan budaya dan kehidupan sehari-hari, penting untuk mengembangkan pemahaman konsep dan kemampuan bernalar bukan hanya mengerjakan rumus, sesuai dengan lima jalinan kemahiran matematika.
Nama: Margaretha Elintia
HapusKelas: 5C PGSD
Npm: 2386206055
Izin bertanya pak, jika matematika adalah tentang pola, budaya, dan bernalar, bagaimana cara guru di kelas dasar bisa membuat siswa melihat pola di kehidupan mereka sehari-hari?