Perkembangan otak anak terjadi dalam periode-periode yang dikenal sebagai masa kritis. Masa kritis pertama berlangsung sekitar usia 2 tahun, sementara masa kritis kedua terjadi saat remaja. Pada awal periode ini, jumlah koneksi antara sel-sel otak (sinapsis) meningkat tajam, membuat otak anak usia dua tahun memiliki sinapsis dua kali lebih banyak daripada otak orang dewasa. Karena sinapsis adalah tempat proses pembelajaran terjadi, jumlah sinapsis yang lebih banyak memungkinkan anak belajar lebih cepat daripada periode lainnya. Oleh karena itu, pengalaman yang dialami anak pada fase ini memiliki dampak jangka panjang pada perkembangan mereka.
Masa kritis pertama ini dimulai sekitar usia 2 tahun dan berlanjut hingga usia sekitar 7 tahun. Periode ini adalah kesempatan penting untuk membangun fondasi pendidikan holistik bagi anak. Ada empat langkah utama untuk mengoptimalkan masa kritis ini: mendorong kecintaan terhadap belajar, memperluas cakrawala pengetahuan, mengembangkan kecerdasan emosional, dan melihat pendidikan usia dini sebagai bagian yang bernilai, bukan sekadar persiapan pembelajaran "formal."
Mendorong Kecintaan terhadap Belajar
Pada usia dini, anak-anak sebaiknya menikmati proses belajar, bukan terfokus pada pencapaian. Orang tua dan pendidik dapat mengajak anak menemukan kesenangan dalam mencoba hal baru dan mempelajari sesuatu yang berbeda. Kesalahan pun perlu dilihat sebagai bagian alami dari proses belajar.
Ini juga menjadi momen untuk menumbuhkan pola pikir berkembang, yakni keyakinan bahwa kemampuan bisa diasah melalui usaha, bukan dari bakat yang sudah ditetapkan sejak lahir. Pendidik sebaiknya menghindari memberi label atau pujian berlebihan seperti “Kamu sangat pintar,” karena hal ini bisa berakibat kurang baik. Sebaliknya, tekankan usaha yang gigih dan ciptakan lingkungan belajar yang aman. Ketika anak merasa proses belajar lebih berharga daripada hasilnya, mereka cenderung mengembangkan kecintaan terhadap belajar.
Prioritaskan Cakrawala, Bukan Kedalaman
Selama masa perkembangan ini, sebaiknya kita fokus pada luasnya pengalaman belajar anak ketimbang mendalami satu bidang saja. Memperkenalkan anak pada berbagai aktivitas seperti musik, membaca, olahraga, matematika, seni, sains, dan bahasa memberi mereka bekal yang kaya untuk masa depan.
Dalam bukunya Range, David Epstein menjelaskan bahwa pengalaman yang luas sering kali lebih bermanfaat daripada terlalu dini menguasai satu bidang. Dalam dunia yang terus berkembang, individu yang mampu menggali dari berbagai bidang dan berpikir kreatif serta abstrak lebih mudah beradaptasi. Ini adalah periode yang tepat bagi anak-anak untuk mencoba berbagai hal yang kelak membantu mereka mengembangkan minat secara alami.
Perhatikan Kecerdasan Emosional
Meski penting bagi anak untuk belajar membaca dan memahami matematika dasar, kecerdasan emosional juga tidak boleh diabaikan. Keterampilan interpersonal, seperti empati, kerja sama, dan kebaikan, adalah hal yang sangat penting untuk dikembangkan dalam masa kritis ini.
Dalam bukunya The Whole-Brain Child, Daniel Siegel dan Tina Payne Bryson menjelaskan pentingnya mengajarkan empati dengan membantu anak mengenali dan memberi nama pada emosinya. Dengan latihan ini, anak-anak dapat belajar memahami perasaan orang lain, sehingga empati dan rasa kepedulian mereka dapat berkembang. Salah satu cara meningkatkan kepedulian anak adalah dengan mengajak mereka terlibat dalam kegiatan membantu orang lain, seperti tugas-tugas sederhana yang membuat mereka merasa berguna dan peduli.
Lihat Pendidikan Anak Usia Dini Sebagai Proses Penting, Bukan Persiapan Belaka
Pada masa kritis ini, otak anak sangat mudah menyerap informasi. Jika kecerdasan diartikan sebagai kemampuan belajar, anak-anak berusia 2 hingga 7 tahun mungkin adalah kelompok paling cerdas. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa keterampilan, seperti pola bahasa, paling baik dipelajari selama masa kritis ini. Misalnya, anak-anak yang belajar bahasa kedua sebelum usia 8 tahun cenderung menguasainya dengan baik, hampir setara dengan bahasa ibu.
Contoh inspiratif adalah Einstein, yang orang tuanya tidak memfokuskan pembelajaran fisika padanya sejak kecil. Ayahnya membiarkan Einstein ikut dalam pekerjaan rekayasa, sementara ibunya mengajarinya bermain biola untuk menumbuhkan cinta terhadap musik. Pendekatan ini mengembangkan pikirannya secara menyeluruh. Maka, alih-alih menganggap pendidikan dini sebagai persiapan belajar "resmi," periode ini sebaiknya dipandang sebagai waktu yang sangat penting dalam membentuk dasar pembelajaran sepanjang hidup.
Referensi
Rishi Sriram. 2020. Why Ages 2-7 Matter So Much for Brain Development

Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNpm: 2386206058
Kelas : VB PGSD
Izin menanggapi Pak, pada materi di atas memberikan Penjelasan bahwa pada usia 2 sampai 7 tahun dijelaskan di mana ini sebagai masa kritis otak anak di mana ini akan terjadi perkembang pesat dan beragam. Pengalaman bisa mempengaruhi pada perkembangan mereka dan juga bagaimana anak berinteraksi dengan dunia luar. Dari penjelasan langkah-langkah di atas Saya ingin menanyakan terkait materi di atas pak, karena pentingnya perkembangan anak ini khusus pada anak usia dini Bagaimana peran orang tua atau guru dalam membentuk kemampuan ini secara efektif Pak 🙏
Nama : Nabilah Aqli Rahman
BalasHapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
"Usia 2 sampai 7 Tahun Penting dalam Perkembangan Otak"
Waktu saya membaca judul sebelum mengklik, yang terbesit di pikiran saya 'ohh mungkin ini supaya kita-kita mahasiswa yang statusnya calon guru mengetahui kalau anak SD kelas 1 (biasanya usianya 7 tahun) itu masih masuk masa kritis anak, dan bagaimana peran kita sebagai pendidik atau pendamping belajarnya.
Ternyata, ilmu yang disampaikan di blog kali ini lebih dari sekedar untuk mempersiapkan kita para calon pendidik, tapi ilmu ini juga berguna untuk kita kalau suatu hari nanti menjadi orang tua. Betapa pentingnya perkembangan otak anak di usia 2-7 tahun. Kalau nanti kita di beri kesempatan menjadi orang tua, ilmu ini pasti akan sangat bermanfaat. Seperti tadi ada di jelaskan mengenai : Langkah utama untuk mengoptimalkan masa kritis anak. Point-point yang sudah dijelaskan tadi bisa menjadi langkah kita untuk mengoptimalkan perkembangan otak anak.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
HapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Saya izin berbagi sedikit cerita Pak
Saya sangat setuju sekali dengan kalimat yang bapak tulis di atas : Anak-anak usia dini sebaiknya menikmati proses belajar, bukan terfokus pada pencapaian. Saya kenal akrab dengan adek kelas saya di Organisasi. Sekarang dia duduk di kelas 1 SMA. Bakatnya macam-macam Pak. Dia pandai main piano, bisa musikalisasi puisi, jago akting, suaranya bagus banget kalau nyanyi, akademiknya juga keren, atlet lomba lari, menggambar juga dia juara Pak, apalagi masakannya Pak, bisa nambah 3 piring saya kalau makan masakannya dia 😀.
Tapi dengan segudang bakatnya yang saya sebutkan tadi, dia sama sekali ga menikmati proses belajarnya—karena tekanan dari kedua orang tuanya. Orang tua yang seharusnya jadi alasan utama anak untuk semangat malah jadi sebaliknya. Contoh, Setiap kali dia memenangkan kontes nyanyi tapi hanya mendapatkan juara 2, bukannya mengapresiasi orang tuanya malah marah.. bilang seharusnya dia bisa dapat juara 1. Kalau dia menang lomba baca puisi orang tuanya malah membandingkan dia dengan anak lain yang juara lomba menulis cerpen.
Kenapa saya jadi tau ceritanya? kenapa dia bisa cerita ke saya? ya karna saya tanya 😀
Kenapa saya tanya? karena saya liat setiap kali dia menang kontes atau lomba, dia sama sekali ga semangat menceritakannya. Di saat orang-orang di sekitarnya ngasih ucapan selamat, menggaung-gaungkan semua bakat yang dia punya, dia malah merasa itu semua ga spesial. Dia sama sekali ga menikmati proses belajar nyanyinya, proses les pianonya, karena dukungan utama yang dia harapkan sama sekali ga ada. "paling habis ini bunda bilang besok pokoknya harus juara 1, bukannya bilang hebattt anak bundaa bisa juara 3 di kelas kak, hehehe, sudah biasa" sedih saya kalau dengar dia cerita tuh.
Nama : Nabilah Aqli Rahman
HapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Saya jadi semakin sadar dan mengerti Pak, kalau kita memang sebaiknya lebih melihat proses daripada hasil. Bukan berarti kita menyepelekan hasil yang kita peroleh. Tapi memaknai sesuatu biarpun itu hal kecil itu jauh lebih membahagiakan. Seandainya orang tua dari adek kelas saya tadi melihat proses yang dilalui anaknya, melihat semua usaha-usaha kecil dan besar anaknya untuk terus belajar pasti mereka akan sangat bangga sekali. Tapi saya juga ga bisa 100% menyalahkan sikap orang tuanya. Mungkin orang tua dari adek kelas tadi bersikap seperti itu supaya adek kelas saya menjadi pribadi yang lebih kuat. Mungkin orang tuanya mau supaya anaknya ga di remehkan orang lain, makanya mau anaknya selalu juara 1 😃
Nama : Nabilah Aqli Rahman
HapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Usia anak 2-7 tahun itu selain masa kritis anak juga menjadi masa-masa kecemasan orang tua. Banyak orang tua merasa cemas atau bersalah saat merasa belum memberikan stimulasi di usia tersebut. Seolah-olah masa emas telah terlewati dan anak ga bisa berkembang lebih optimal lagi. Hal ini berdampak membuat orang tua terlalu fokus pada pencapaian dan target perkembangan (kaya cerita saya tadi hehehe). Terus juga ada anggapan keliru kalau setelah anak berusia 7 tahun otak anak ga berkembang lagi,“Duh, aku telat ngajarin anakku!” atau “Kalau gak pintar sekarang, nanti gimana?" padahal mah engga gitu yaa..
Nama : Nabilah Aqli Rahman
HapusNPM : 2386206125
Kelas : 5D PGSD
Perlu banget orang tua ketahui kalau belajar itu bisa kapan aja, belajar ga cuma soal umur. Yang penting anak diajak main, diajak ngobrol, di sayang-sayang—jangan buat anak sampai merasa tertekan target pencapaian pokoknya. Otak anak pasti suka banget kalau dia happy, didukung, dan merasa disayang. Jadi, ga usah takut telat dalam pembelajaran anak. Tapi tetap ikhtiar mengoptimalkan masa-masa keemasan anak!
Nama : Elisnawatie
HapusKelas:VD
NPM:2386206069
Saya setuju banget pak smaa Nabila orang tua tidak perlu menekan anak dengan target pencapaian tertentu pak karena setiap anak punya waktu tumbuh dan belajar yang berbeda. Yang terpenting adalah mendampingi anak dengan sabar dan terus berusaha mengoptimalkan masa keemasan mereka dengan cara yang menyenangkan. Kalau anak bahagia, rasa ingin tahunya tumbuh, dan proses belajar pun jadi alami😁
Nama:Elisnawatie
BalasHapusKelas:VD
NPM:2386206069
Menurut saya materi ini sangat relavan pak karena mencerminkan pendekatan pendidikan yang menyeluruh, seimbang, serta menekankan peran keluarga terutama ayah dan ibu dalam membentuk dasar pembelajaran sepanjang hayat pak .
Izin menambahkan pak peran ayah juga sangat penting dalam proses pendidikan anak usia dini. Kehadiran dan keterlibatan ayah baik melalui bermain, berdiskusi, maupun mengenalkan hal-hal baru dapat membantu membentuk rasa percaya diri, kemandirian, dan keseimbangan emosi anak. Seperti yang terlihat pada kisah masa kecil Einstein, dukungan ayah dalam mengajak anak terlibat pada kegiatan kreatif mampu menumbuhkan rasa ingin tahu dan cara berpikir yang menyeluruh
Nama: Maya Apriyani
BalasHapusNpm: 2386206013
Kelas: V.A
Dari materi ini mengajarkan bahwa usia 2 sampai 7 tahun merupakan periode penting untuk membangun pengetahuan dan membuat anak bisa berpikir kritis, fase ini memiliki dampak yang berpengaruh pada perkembangan anak.
Pada fase ini peranan orang tua sangat diperlukan untuk membimbing anak menemukan apa yang mereka sukai dengan mencoba semua hal dan dibebaskan untuk mengeksplorasi diri mereka.
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Izin menambahkan pak, saya bersependapat dengan Maya Apriyani bahwa usia 2–7 tahun adalah masa penting bagi perkembangan anak. Karena menurut saya, pada masa ini anak perlu diberi kesempatan yang luas untuk mencoba berbagai hal agar mereka bisa menemukan minat dan potensinya sendiri. Selain itu juga, dukungan orang tua dan guru sangat berperan penting dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, supaya anak merasa senang bereksplorasi tanpa takut salah🙏
Laman ini bagusnya dishare dan dibaca oleh calon orang tua, atau bahkan orang tua yang memiliki anak dengan rentan usia 2-7 tahun . Sebab mereka harus tau banget perkembangan anak-anak pada periode ini itu membutuhkan peran penting dari orang tua karena, ini merupakan proses penumbuhan pola pikir berkembang yakni keyakinan bahwa kemampuan bisa di asa melalui usaha bukan dari bakat yang sudah ditetapkan sejak lahir.
BalasHapusPada laman ini juga menjelaskan anak-anak pada usia dini sebagai proses penting bukan persiapan belaka karena, anak-anak masuk pada masa kritis yang membuat otak anak mudah menyerap informasi bahkan jika kecerdasan diartikan sebagai kemampuan belajar anak-anak berusia 2-7 tahun mungkin adalah kelompok paling cerdas ,penelitian bahkan menunjukkan bahwa beberapa keterampilan seperti pola bahasa paling baik dipelajari selama masa kritis ini.
Maka dari itu orang tua wajib banget memandang periode pertumbuhan anak ini sebagai waktu yang sangat penting untuk membentuk dasar pembelajaran sepanjang hidup.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNpm : 2386206086
Kelas : 5D
Materi ini sangat menarik karena pada saat masa saat ini saya melihat anak sedang berada di tahap di mana kemampuan belajarnya yang cepat karena banyaknya koneksi antar sel otak (sinapsis) yang meningkat materi ini juga menjelaskan bagaimana pentingnya pada masa isi 2 sampai 7 tahun dalam perkembangan otak anak , pada masa saat ini otak anak banyak mengalami perkembangan yang pesat bagaimana anak berpikir , belajar , dan berperilaku di masa depan , pengalaman belajar ini pada saat ini harus dimanfaatkan untuk memberikan pengelaman belajar yang menyenangkan , luas , dan sangat bermakna bukan hanya menekankan pada hasil nya saja.
Pada usia dini anak anak itu sebaiknya juga menikmati proses belajar , bukan hanya terfokus pada pencapaian. Orang tua dan pendidik bisa mengajak anak untuk menemukan kesenangan dalam mencoba hal hal yang baru dan mempelajari sesuatu yang berbeda , Saya setuju juga bahwa pada usia 2 - 7 tahun , anak sebaiknya bisa diperkenalkan pada berbagai hal bukan untuk dipaksa buat fokus pada satu bidang tertentu. Dengan cara ini , anak bisa mengeksplorasi minatnya secara alami dan dapat menemukan apa yang benar - benar mereka sukai.
Nama : Oktavia Ramadani
BalasHapusNpm : 2386206086
Kelas : 5D
Bisa melihat bagaimana pentingnya peran orang tua dan guru untuk menumbuhkan kecintaan terhadap belajar dan kecerdasan emosional itu sejak dini , karena jika anak sudah terbiasa menikmati proses belajar , maka semangat mereka untuk terus belajar seumur hidup akan tumbuh dengan sendirinya , selain itu , pengembangan kecerdasan emosional seperti empati , kerja sama dan kepedulian sesama itu juga sangat berperan dalam membentuk karakter anak yang berakhlak baik.
Pada masa kritis ini , otak anak sangat mudah menyerap informasi , jika kecerdasan itu diartikan sebagai kemampuan untuk belajar , anak anak berusia 2 hingga 7 tahun itu mungkin kelompok anak yang paling cerdas .
Contoh dalam kehidupan sehari - hari misalnya di rumah orang tua ini bisa mengajak anak bermain sambil belajar , misalnya bermain susun balok untuk melatih logikanya dan motorik , atau bisa dengan membaca buku cerita yang bergambar untuk menumbuhkan minat baca anak 🙂↕
Nama : Putri Lestari Pinang
BalasHapusNPM : 2386206081
Kelas : 5D PGSD
izin menanggapi pak, perkembangan otak anak memang terjadi di usia 2 tahun sampai 7 tahun, di masa itulah anak-anak akan menyerap berbagai informasi. Di masa ini, anak-anak mulai membangun fondasi penting untuk kemampuan kognitif, sosial, dan emosional mereka. Makanya penting bagi orang tua dan guru untuk menyediakan lingkungan yang positif dan mendukung, juga memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Jadi, anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, juga memiliki fondasi yang kuat untuk kesuksesan di masa depan.
Nama : Putri Lestari Pinang
BalasHapusNPM : 2386206081
Kelas : 5D PGSD
izin bertanya pak, apakah perkembangan otak anak usia 2 tahun sampai 7 tahun juga bisa dipengaruhi dengan teman bermain nya?
Hallo ka Putri saya izin menjawab pertanyaanya ya
HapusBenar ka , anak pada perkembangan otak usia 2-7 tahun bisa juga loh dipengaruhi oleh teman bermainnya karena pada usia ini anak-anak bisa sangat kuat merekam kejadian-kejadian yang terjadi berdasrkan pengalamannya dan emosi yang dia berikan saat bermain, selain itu pada usia ini anak masuk pada masa kritis yang membuat otak anak dengan mudah menyerap informasi, para peneliti bahkan menunjukan beberapa keterampilan seperti pola bahasa paling baik di pelajari pada usia ini. Maka dari itu anak pada usia ini wajib mempunyai teman bermain yang bermoral.
semoga bermanfaat ka....
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Haloo putri Izin menjawab ya Putri 😊
Bener sekali,perkembangan otak anak usia 2–7 tahun dipengaruhi oleh teman bermainnya. Soalnya lewat teman, anak belajar banyak hal seperti:
Bahasa(ngobrol, meniru, belajar kosakata baru)
Emosi(belajar berbagi, sabar, dan mengelola perasaan)
Sosial(gantian, kerja sama, aturan main)
Kreativitas (main pura-pura, imajinasi)
Jadi, teman bermain yang positif bisa bantu otak anak berkembang lebih baik.
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Putri Lestari Pinang, menurut sepengetahuan yang aku tau sih ya sangat bisa sih tentunya putri. Teman bermain anak itu sangatlah bisa sekali mempengaruhi pengalaman anak, dan juga dikarenakan anak pada masa usia dua sampai tujuh tahun itu otak mereka sangatlah cepat untuk membentuk sinopsis, itulah kenapa interaksi dengan para temannya itu sangat bisa ikut membentuk kemampuan sosial anak, emosi, dan juga cara belajar setiap anak tersebut.
Nama : Putri Lestari Pinang
BalasHapusNPM : 2386206081
Kelas : 5D PGSD
izin menambahkan pak, memang sangat penting orang tua dalam memerhatikan kecerdasan emosional anak, sesuai dengan pernyataan di dalam buku The whole-brain child orang tua penting mengajarkan empati kepada anak karena akan membantu anak mengenali emosinya dan anak bisa memberi nama emosinya. saya sangat setuju dengan pernyataan dari Daniel siegel dan Tina Payne bryson.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Putri sudah benar sekali dengan penekanan pada kecerdasan emosional dan pentingnya mengajarkan empati sejak dini. Tambahan dari saya, selain empati, materi ini juga mengingatkan kita bahwa keterampilan interpersonal seperti kerja sama dan kebaikan juga sangat penting untuk dikembangkan dalam masa kritis ini. Intinya, pendidikan usia dini itu bukan cuma melatih otak buat hitung-hitungan, tapi juga harus melatih hati buat peduli dan bisa bekerja sama dengan orang lain. Mengingat masa kritis ini adalah kesempatan penting untuk membangun fondasi holistik, keterampilan sosial ini sama pentingnya dengan kemampuan membaca atau matematika dasar.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Izin menanggapi pak, bahwa masa usia 2 hingga 7 tahun memang sangatlah penting dalam perkembangan anak karena pada tahap ini otak anak mengalami perubahan yang sangat pesat. Anak-anak berada dalam fase di mana rasa ingin tahu dan kemampuan menyerap informasi sangat tinggi di usia ini. Oleh karena itu penting bagi orang tua dan guru juga untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan penuh eksplorasi. Selain itu, stimulasi yang tepat pada anak masa ini akan membantu perkembangan kemampuan bahasa motorik dan sosial anak.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Izin menanggapi lagi pak, pada masa kritis memperluas cakrawala anak ini sangat penting dibanding mendalami satu bidang tertentu saja titik anak usia dini perlu diberi kesempatan untuk mencoba berbagai macam hal seperti seni musik permainan dan interaksi sosial. Melalui beragam pengalaman-pengalaman ini, mereka belajar memahami dunia secara menyeluruh. Terlalu fokus pada akademik juga bisa membuat anak kehilangan semangat belajar mereka yang seharusnya tumbuh di masa ini. Kegiatan belajar mungkin sebaiknya lebih fleksibel kreatif dan sesuai dengan minat anak itu sendiri. Misalnya belajar berhitung bisa dilakukan sambil bermain dan bernyanyi agar anak lebih enjoy dalam mempelajarinya.
Nama : Andi Nurfika
BalasHapusNPM : 2386206017
Kelas : VB PGSD
Kecerdasan emosional juga memiliki peran besar dalam perkembangan anak usia 2 sampai 7 tahun. anak juga perlu belajar mengenali mengungkapkan dan mengelola emosi mereka dengan cara yang lebih positif. Jika anak hanya dilatih kemampuan akademiknya saja tanpa dibarengi pembinaan emosional mereka, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang pintar tapi sulit beradaptasi secara sosial. Guru dan orang tua dapat membantu dengan memberikan contoh sikap sabar empati dan menghargai perasaan anak oleh karena itu membangun kecerdasan emosional sejak dini sama pentingnya dengan mengajarkan membaca atau berhitung. Masa kritis ini adalah kesempatan terbaik untuk menanamkan nilai-nilai tersebut.
Nama: Nanda Vika Sari
BalasHapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Setelah saya membaca materi ini, menurut saya materi ini sangat mendidik/informatif dan juga berkaitan/relevan sebab memberitahukan betapa pentingnya masa usia 2-7 tahun sebagai dasar/fondasi perkembangan otak anak. Materi ini mengingatkan bahwa pendidikan usia dini bukan sekedar persiapan sekolah, namun tetapi pada proses penting dalam membentuk karakter dan potensi pada anak secara menyeluruh.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Nanda sudah sangat tepat bahwa usia 2-7 tahun ini adalah fondasi penting dan pendidikan dini bukan cuma persiapan sekolah. Tambahan dari saya, materi ini juga mengingatkan kita bahwa pada masa kritis ini, kita harus fokus pada memperluas cakrawala pengetahuan anak ketimbang mendalami satu bidang saja. Maksudnya, ajak anak mencoba berbagai hal seperti musik, sains, dan bahasa, karena pengalaman luas ini akan jadi bekal penting buat mereka. Pendekatan ini adalah cara terbaik untuk mengoptimalkan potensi otak anak secara menyeluruh.
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
BalasHapusNPM : 2386206058
Kelas : 5B PGSD
Izin menanggapi, Pak. Setelah saya baca ulang materi di atas tentang usia 2–7 tahun sebagai masa penting perkembangan otak, saya jadi makin paham kalau di umur segini anak itu lagi emas-emasnya pak. Dimana otaknya lagi cepat banget nyerap pengalaman, jadi bukan cuma soal bisa baca, tulis, atau hitung, tapi juga bagaimana anak diajak main, diajak ngobrol, dan diajari ngatur emosi. Menurut saya, di masa ini peran orang tua dan guru penting banget buat nyiapin lingkungan yang positif, kasih contoh yang baik, ajak anak eksplorasi lewat permainan, cerita, dan kegiatan yang beragam, supaya di otaknya dapat berkembang maksimal pak🙏🏻
Nama: Nur Sinta
BalasHapusKelas: 5B PGSD
NPM: 2386206033
Di usia 2-7 tahun adalah masa kritis pertama anak pada usia ini merupakan masa emas perkembangan otak anak karena sel-sel otak dua kali lebih banyak dari otak orang dewasa, apa yang di alami anak pasa masa kritis pertama ini adalah dampak jangka panjang pada perkembangan mereka. Guru dan orang tua berperan penting dalam membangun fondasi di usia ini bagi kecerdasan dan karakter mereka di masa depan, ada empat langkah utama untuk mengoptimalkan masa kritis ini yaitu mendorong kecintaan terhadap belajar, memperluas pengalaman, mengembangkan kecerdasan emosional dan pendidikan usia dini sebagai masa penting dan bermakna dalam perkembangan anak
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Saya sangat setuju dengan pendapat yang Sinta sampaikan.usia 2–7 tahun memang benar-benar menjadi masa kritis pertama bagi anak, karena pada periode inilah otak berkembang luar biasa cepat dan membentuk dasar kecerdasan serta karakter mereka di masa depan. Apa pun yang dialami anak pada masa ini akan memberi dampak jangka panjang, sehingga peran guru dan orang tua sangat menentukan.
Empat langkah yang Sinta sebutkan mendorong kecintaan belajar, memperluas pengalaman, mengembangkan kecerdasan emosional, dan menjadikan pendidikan usia dini sebagai fase penting semuanya tepat dan sangat relevan. Langkah-langkah ini bukan hanya membantu anak tumbuh cerdas secara akademik, tetapi juga membangun fondasi emosional, sosial, dan mental yang kuat untuk masa depannya.
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Pak, dari materi ini saya jadi sadar kalau perkembangan otak anak itu ternyata punya masa-masa yang sangat menentukan, terutama di usia 2-7 tahun. Ternyata, Pak, pada masa kritis ini jumlah sinapsis anak jauh lebih banyak daripada orang dewasa, sehingga kemampuan belajar mereka benar-benar luar biasa. Ini membuat pengalaman yang diberikan pada masa tersebut punya dampak jangka panjang yang sangat kuat.
Yang menarik buat saya, Pak, adalah bahwa pada masa ini anak tidak seharusnya difokuskan pada pencapaian atau kemampuan tertentu, tapi pada bagaimana mereka menikmati proses belajar. Saya setuju, Pak, bahwa menumbuhkan pola pikir berkembang lebih penting daripada sekadar memuji anak karena “pintar”. Lingkungan belajar yang aman dan menekankan usaha itu jauh lebih sehat untuk perkembangan jangka panjang mereka.
Saya juga merasa penting sekali, Pak, bahwa anak-anak diperkenalkan pada banyak pengalaman luas, bukan hanya diarahkan pada satu bidang saja. Penjelasan bahwa cakrawala yang luas lebih bermanfaat daripada kedalaman yang terlalu cepat membuat saya paham bahwa masa kritis ini adalah waktu terbaik untuk anak mencoba banyak hal. Ini membantu mereka berkembang lebih seimbang dan menemukan minat secara alami.
Nama : Aprilina Awing
HapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Ijin menambahkan Selain itu, Pak, bagian tentang kecerdasan emosional sangat membuka wawasan. Ternyata hal-hal seperti empati, mengenali emosi, dan kerja sama itu bukan sekadar tambahan, tetapi bagian penting dari perkembangan otak anak di masa kritis. Cara melatih empati melalui mengenali perasaan dan terlibat dalam tugas-tugas sederhana menurut saya sangat efektif, Pak.
Dan yang terakhir, Pak, saya jadi paham bahwa pendidikan anak usia dini bukan sekadar persiapan untuk sekolah “beneran”. Justru ini adalah masa paling penting untuk membangun dasar pembelajaran seumur hidup. Contoh tentang Einstein juga menunjukkan bahwa stimulasi yang beragam bukan akademik saja bisa membentuk pola pikir yang kuat di masa depan.
Nama : Aprilina Awing
BalasHapusKelas : 5D PGSD
NPM : 2386206113
Pak, bagaimana cara melihat keseimbangan antara mengajarkan kemampuan akademik dasar, seperti membaca dan berhitung, dengan mengembangkan kecerdasan emosional anak?
Apakah keduanya bisa berjalan beriringan tanpa memberatkan anak?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Hallo aprilina izin menjawab. Menurut aku, sebenarnya ngajarin anak baca dan berhitung itu penting, tapi ngembangin kecerdasan emosional juga sama pentingnya. Dua-duanya bisa kok jalan bareng tanpa bikin anak kewalahan, asal kita kasih dengan cara yang ringan dan nyenengin. Di usia 2–7 tahun, yang paling utama itu anak merasa proses belajarnya seru, bukan tertekan. Jadi sambil ngajarin hal-hal akademik, kita bisa selipin kegiatan yang bikin mereka belajar empati, kerja sama, dan ngerti perasaan, misalnya lewat main bareng, cerita, atau bantuin orang lain. Kalau anak happy dan menikmati prosesnya, otomatis kemampuan akademik dan emosionalnya bisa berkembang barengan.
Terimakasih😊
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Aprilina Awing, menurut sepengetahuan yang aku tau sih ya awing jadi kemampuan akademik dan juga kecerdasan emosional itu bisa saja berkembang dengan secara bersamaan asalkan itu tu dilakukan lewat aktivitas yang menyenangkan, lalu itu bisa digabungkan di dalam sebuah permainan anak, dan juga jangan pernah memaksa anak. Jadinya disitulah para orang tua anak bisa melatih anak belajar akademik dan juga sekaligus melatih emosi setiap anak.
Nama: Margaretha Elintia
BalasHapusNpm: 2386206055
Kelas: 5C PGSD
Izin menanggapi ya pak, saya terterik sama pembahasan materi ini, karena pesan utamanya jelas bahwa usia dua sampai tujuh tahun waktu yang berharga untuk membentuk cara belajar anak dan fokus pada kecerdasan emosional bukan hanya nilai akademik, ini menjadi fokus utama kita sebagai guru atau pun orang tua.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Pendapat Margaretha sudah sangat kena, fokus utama kita memang harus ke cara belajar dan kecerdasan emosional, bukan cuma nilai akademik. Tambahan dari saya, salah satu cara terbaik buat membentuk cara belajar anak yang optimal adalah dengan menerapkan prinsip Mendorong Kecintaan terhadap Belajar. Ini berarti kita harus membiarkan anak menikmati proses belajar dan menemukan kesenangan saat mencoba hal baru, alih-alih hanya berfokus pada hasil atau pencapaian. Kita juga harus mengajarkan mereka bahwa kesalahan itu adalah bagian alami dari proses belajar, sehingga mereka tidak takut mencoba dan terus mengembangkan kecintaan pada ilmu.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Dari materi ini menurut saya memberikan wawasan yang berharga tentang perkembangan otak anak, terutama pada masa kritis,dan bagaimana pendidikan usia dini dapat memanfaatkannya. ada beberapa materi yang penting menurut saya yaitu masa kritis perkembangan otak penjelasan tentang masa kritis perkembangan otak, khususnya periode usia 2 tahun dan berlanjut hingga usia sekitar 7 tahun,sangat penting. Informasi ini membantu kita memahami mengapa pengalaman dan stimulasi pada usia ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, pentingnya mendorong kecintaan terhadap belajar, memperluas cakrawala pengetahuan, mengembangkan kecerdasan emosional, dan melihat pendidikan usia dini sebagai bagian yang bernilai, bukan sekadar persiapan pembelajaran formal. Ini adalah pendekatan yang sangat bijaksana.saya sangat setuju dengan gagasan untuk mendorong kecintaan terhadap belajar sejak usia dini. anak-anak yang menikmati proses belajar cenderung lebih termotivasi dan berhasil dalam jangka panjang.memberi anak kesempatan untuk mencoba hal baru dan mempelajari sesuatu dengan bebas sangat penting.
Masa kritis perkembangan otak pada usia dini 0-7 tahun adalah periode emas untuk memberikan stimulasi yang luas dan beragam, bukan hanya fokus pada persiapan akademis formal. pengalaman yang kaya dan menyenangkan akan membantu anak mengembangkan kecintaan terhadap belajar, menemukan minat dan bakat mereka, serta membangun fondasi yang kuat untuk pembelajaran sepanjang hayat.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM :2386206009
Kelas : V A PGSD
Tambahan sedikit lagi dari saya terkait materi ini jadi,pengembangan kecerdasan emosional sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual pada masa anak-anak.mengajarkan anak untuk mengenali dan mengelola emosi, serta mengembangkan empati dan keterampilan interpersonal, akan membantu mereka menjadi individu yang sukses dan bahagia dalam kehidupan.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Maria menyoroti pentingnya kecerdasan emosional (EQ), yaitu mengajarkan anak mengenali dan mengelola emosi. Tambahan dari saya, salah satu cara terbaik untuk mengembangkan empati dan kerja sama yang Maria sebut adalah dengan melibatkan anak dalam kegiatan sederhana membantu orang lain. Misalnya, berbagi tugas kecil di rumah atau membantu temannya, supaya anak merasa berguna dan peduli. Ini akan membantu mengembangkan keterampilan interpersonal mereka di masa kritis ini.
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusKelas : 5 C
NPM : 2386206048
materi ini bagus karena memberikan pandangan yang sangat berharga bahwa pengembangan kecintaan di usia dini adalah investasi paling kritis.
Bagi anak anak SD pendekatan ini berarti kita tidak hanya menghasilkan siswa yang cerdas secara akademik nambuj juga siswa yang lebih sehat secara mental dan emosional mampu mengatasi tantangan dengan pola pikir yang lebih berkembang.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Dita sangat bagus melihat bahwa pengembangan kecintaan belajar di usia dini adalah investasi paling kritis dan menghasilkan siswa yang sehat mental dan emosional. Tambahan dari saya, kunci keberhasilan investasi ini terletak pada bagaimana pendidik dan orang tua menghindari label atau pujian berlebihan seperti Kamu sangat pintar. Sebaliknya, kita harus menekankan usaha yang mereka lakukan, karena hal ini menciptakan lingkungan yang aman dan membuat mereka menghargai proses belajar lebih dari hasilnya.
Nama : Dita Ayu Safarila
BalasHapusKelas : 5 C
NPM : 2386206048
tapi ada satu pertanyaan pak, langkah dan edukasi apa yang paling efektif dan harus di prioritaskan oleh sekolah untuk menyatukan budaya belajar antara guru dan orang tua? soalnya kdg anak anak dirumah banyak orang tua sibuk jadi anak anak dirumah tidak belajar
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Izin menjawab ya Dita
Agar budaya belajar di sekolah dan di rumah bisa selaras, sekolah perlu fokus pada beberapa langkah yang paling penting:
1. Komunikasi yang mudah dan rutinSekolah memberi tahu orang tua apa yang sedang dipelajari anak dan contoh kegiatan sederhana yang bisa dilakukan di rumah.
2. Tugas yang sederhanaBerikan tugas yang ringan dan cepat dikerjakan, supaya orang tua yang sibuk tetap bisa mendampingi walau hanya sebentar.
3. Edukasi singkat untuk orang tua Sekolah bisa membuat video pendek, brosur, atau pertemuan singkat tentang cara membantu anak belajar 5–10 menit sehari.
4. Kerja sama yang positif Guru dan sekolah perlu membuat orang tua merasa didukung, bukan disalahkan, sehingga mereka lebih semangat terlibat.
Soo sekolah harus mempermudah peran orang tua dengan komunikasi jelas, tugas ringan, dan edukasi sederhana. Dengan begitu, meski orang tua sibuk, budaya belajar anak tetap terjaga.
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Dita Ayu Safarila, menurut sepengetahuan aku jadi mungkin setiap sekolah itu perlu untuk memperioritaskam sebuah komunikasi dan juga edukasi kepada orang tua para siswa, contohnya seperti lewat pertemuan rutin singkat dengan orang tua para siswa, lalu kegiatan panduan kegiatan sederhana di rumah masing-masing, dan juga pesan singkat setiap minggu. Yang bertujuan untuk menyamakan dari cara pandang kalau belajar itu adalah suatu proses yang cukup menyenangkan, bukanlah suatu tugas yang berat. Sehingga itu bisa membuat guru dan juga orang tua para siswa punya budaya belajar yang sama, meskipun orang tua para siswa itu cukup sibuk.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Izin menanggapi materi diatas pak Saya sangat setuju bahwa pandangan terhadap pendidikan anak usia dini harus diubah, dari sekadar "persiapan" menjadi "fondasi penting". pengalaman holistik, berfokus pada proses, cakrawala luas, dan kecerdasan emosional adalah kunci untuk mengoptimalkan potensi otak anak pada Masa Kritis Pertama.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Saya setuju dengan komentar Bella, tapi di sini sata sedikit menambahkan komentar dari Bella, yang menyoroti pengalaman holistik dan kecerdasan emosional, adalah bahwa mengoptimalkan Masa Kritis Pertama ini juga sangat erat kaitannya dengan bagaimana kita menanggapi kesalahan anak. Untuk membangun fondasi penting yang Bella sebut, kita harus menerapkan pola pikir berkembang (growth mindset) dan memandang kesalahan itu sebagai bagian alami dari proses belajar. Jadi, kalau anak gagal atau salah, itu bukan akhir dunia, tapi justru kesempatan untuk menekankan usaha gigih yang sudah dia lakukan, bukan hanya fokus pada hasil akhirnya. Dengan begitu, anak akan merasa proses belajar itu berharga, dan kecintaan terhadap belajar yang holistik itu akan benar-benar tertanam kuat.
Nama:bella ayu pusdita
BalasHapusKelas:5d
Nim:2386206114
Izin bertanya juga pak tentang materi diatas Mengacu pada konsep growth mindset dan bahaya label atau pujian berlebihan, strategi praktis apa yang paling efektif dapat diterapkan oleh orang tua di rumah untuk menekankan 'usaha yang gigih' dan proses belajar saat anak berhasil memecahkan suatu masalah?
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Hallo bella izin yah menjawab. Menurut aku, cara yang paling manjur buat nerapin growth mindset ke anak itu dengan nunjukin kalau usaha mereka lebih penting daripada hasil akhirnya. Jadi pas anak berhasil ngejalanin sesuatu, orang tua bisa bilang hal-hal yang ngehargain prosesnya, kayak “Kamu tadi nggak nyerah ya, keren banget usahamu,” bukan pujian yang nempel di diri mereka seperti “Kamu pintar banget.” Terus, orang tua juga bisa ajak anak ngobrol soal gimana mereka nyoba langkah-langkahnya sampai bisa nemu jalan keluarnya. Dengan cara sederhana kayak gini, anak jadi lebih percaya kalau kemampuan itu bisa berkembang lewat latihan, bukan sesuatu yang harus langsung jago dari awal.
Terimakasih😊
Nama: Imelda Rizky Putri
BalasHapusNpm: 2386206024:
Kelas:5B
Izin bertanya pak, bagaimana peran awal, seperti berinteraksi dengan orang tua, permainan yang merangsang otak dan kreativitas anak, serta lingkungan belajar yang beragam bahasa, dapat mempengaruhi otak anak usia 2-7 tahun. Yang di kenal sebagai masa keemasan, sejauh mana simulasi yang dapat pada periode ini dapat membentuk kemampuan kognitif, sosial, emosional , serta kesiapan belajar anak pada jenjang pendidikan selanjutnya?
Nama:Elisnawatie
HapusNPM:2386206069
Kelas:5D
Izin menjawab ya Imelda
Pada usia 2–7 tahun, anak berada di masa keemasan, jadi apa yang mereka alami punya pengaruh besar untuk perkembangan otaknya.
Interaksi dengan orang tua membantu anak merasa aman, belajar bahasa, dan melatih cara mengelola emosi.
Permainan yang merangsang otak, seperti puzzle, balok, atau main pura-pura, memperkuat kemampuan berpikir, kreativitas, dan fokus.
Lingkungan yang kaya bahasa sering diajak ngobrol, dibacakan cerita, atau mendengar lebih dari satu bahasa—membantu anak lebih cepat memahami kata dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Semua stimulasi ini membentuk dasar kemampuan kognitif, sosial, emosional, dan membuat anak lebih siap belajar saat masuk jenjang pendidikan selanjutnya. Anak yang mendapat stimulasi baik di masa keemasan biasanya lebih percaya diri, mudah beradaptasi, dan lebih cepat menangkap pelajaran.
Nama: Nanda Vika Sari
HapusNpm: 2386206053
Kelas: 5B PGSD
Izin menjawab pertanyaan dari Imelda Rizky Putri, menurut sepengetahuan yang aku tau ya imel pada saat anak berusia 2-7 tahun itu otak mereka sedang berada pada masa keemasan dikarenakan jumlah sinopsis itu sangatlah banyak sekali. Jadi, apa yang dialami pada anak itu pasti akan langsung terbentuk diotaknya. Kalau ditanya sejauh apa pengaruhnya, pada stimulus priode ini itu bisa membentuk kemampuan kognitif, sosial, dan juga emosional terhadap anak secara kuat. Serta juga menjadi fondasi kesiapan belajar dijenjang yang berikutnya, dikarenakan otak anak saat itu sedang plastis/mudah dibentuk dan juga responsif/cukup peka terhadap suatu pengalaman yang mungkin anak temui.
Nama : Zakky Setiawan
BalasHapusNPM : ( 2386206066 )
Kelas : 5C
Saya sangat setuju dengan materi ini, perkembangan otak anak di mulai dari 2-8 tahun, jadi di masa-masa inilah seorang anak harus di beri pemahaman bahwa belajar itu baik dan asik, terlebih lagi matematika, dengan hal ini perlahan lahan akan membut sensor motorik anak terlatih
Nama : Zakky Setiawan
HapusNPM : ( 2386206066 )
Kelas : 5C
Sedikit menambahkan, jadi nanti kalau si anak sudah mulai masuk bangku sekolah, seridaknya punya pengetahuan dasar tentang berbagai hal apalagi matematika, setidaknya anak bisa berhitung 1-10 dengan lancar
Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
HapusNpm : 2386206058
Kelas : VB PGSD
Izin pak menambahkan tanggapan. Saya setuju dengn zaki pak. Memang usia 2–7 tahun itu masa anak lagi aktif-aktifnya berkembang, jadi wajar kalau orang tua pengen ngenalin anak ke hal-hal yang bermanfaat sejak dini. Tapi menurut aku juga, yang penting bukan cuma anaknya bisa hitung-hitungan atau belajar materi tertentu, tapi gimana cara belajarnya bikin mereka nyaman dan tertarik. Soalnya di umur segitu anak lebih butuh pengalaman yang seru dan bikin mereka penasaran. Jadi kalau belajarnya lewat permainan atau aktivitas ringan, justru lebih efektif. Intinya, setuju sama Zaki bahwa masa kecil itu penting buat perkembangan, tapi porsinya juga harus pas supaya anak nggak terbebani dan tetap senang belajar.🙏🏻
Nama: Rosidah
BalasHapusNpm: 2386206034
Kelas: 5B (PGSD)
Menurut saya, blog ini benar-benar membuka mata tentang pentingnya usia 2-7 tahun bagi perkembangan otak anak. Saya jadi ingat adik saya sendiri, waktu dia berumur 3 tahun, dia bisa meniru apa saja yang dia liat, mulai dari orang dewasa ngomong, sampai cara lipat baju. Padahal nggk ada yang benar-benar ngajarin secara formal, tapi dia belajar lewat pengalaman setiap hari.
Dari situ saya paham, anak kecil itu otaknya memang supar aktif, mereka cepat menyerap hal baru kalau suasananya nyaman dan menyenangkan.
Jadi benar banget kalo diusia ini fokusnya bukan bikin anak pintar, tapi buat mereka jatuh cinta pada proses belajar.
Nama : Juliana Dai
HapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Rosidah sudah bagus banget, dan saya mau menambahkan satu poin lagi yang nggak kalah penting dari materi tersebut, yaitu soal Kecerdasan Emosional (EQ) dan Cakrawala Ilmu yang Luas. Selain jatuh cinta sama proses belajar, di usia 2-7 tahun ini otak anak lagi siap banget buat disuntik empati, kerja sama, dan kebaikan. Jadi, jangan cuma fokus ke hal-hal yang sifatnya akademik saja, tapi ajak anak main atau berinteraksi yang bikin dia peduli sama perasaan orang lain. Terus, daripada dijejali satu pelajaran saja, lebih baik ajak mereka coba banyak hal, kayak musik, gambar, atau olahraga, karena ini yang akan bikin fondasi berpikir mereka jadi kuat dan gampang adaptasi di masa depan. Intinya, masa ini adalah waktu buat bikin mereka jadi manusia yang utuh, bukan cuma mesin pintar.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Menurut saya, materi ini benar-benar sejalan dengan cara kita mendidik anak sekarang, terutama anak usia 2 sampai 7 tahun. Intinya, kita harus memanfaatkan masa emas ini karena otak anak lagi panen sinapsis dan sangat cepat menyerap ilmu. Jadi, fokusnya jangan cuma les baca-tulis atau kejar nilai, tapi harus ke hal yang lebih fundamental. Kita perlu tanamkan rasa cinta anak terhadap proses belajar dan bikin mereka punya pola pikir berkembang (growth mindset), yaitu keyakinan kalau usaha itu lebih penting daripada bakat bawaan. Ini berarti kita harus lebih sering memuji usaha dan kegigihan mereka daripada cuma bilang, Kamu pintar.
Selain itu, materi ini mengingatkan kita untuk tidak buru-buru menyuruh anak jadi spesialis, tapi justru harus kasih banyak pengalaman luas (musik, sains, olahraga, seni). Ini sesuai banget dengan tren pendidikan modern yang mengedepankan kemampuan adaptasi dan kecerdasan emosional (EQ), seperti empati dan kerja sama. Jadi, pendidikan di usia dini harus dilihat sebagai pembentukan fondasi karakter dan keterampilan hidup secara menyeluruh, bukan sekadar persiapan masuk SD. Ini sangat relevan dengan Kurikulum Merdeka di Indonesia yang juga sangat fokus pada pengembangan karakter holistik dan pembelajaran yang berbasis proyek.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Materi ini juga bisa menjadi rem yang sangat penting bagi orang tua dan pendidik di tengah gempuran tuntutan akademik dini yang makin tinggi. Seringkali, ada tekanan dari lingkungan untuk membuat anak usia 5 atau 6 tahun sudah harus mahir membaca, menulis, dan berhitung (calistung) sebagai syarat masuk sekolah dasar favorit. Materi ini secara halus menentang tekanan tersebut. Dengan menekankan pentingnya kecerdasan emosional, cakrawala luas, dan fun learning, kita diingatkan bahwa memaksakan calistung terlalu dini justru berisiko mematikan motivasi belajar intrinsik anak yaitu keinginan belajar yang datang dari diri sendiri. Jika anak dipaksa mencapai hasil (nilai) daripada menikmati proses, mereka bisa jadi pintar di usia 7, tapi kehilangan semangat belajar di usia 17. Oleh karena itu, prinsip dalam materi ini adalah investasi jangka panjang yang jauh lebih berharga daripada hasil akademik instan.
Nama : Naida Dwi Nur Herlianawati
BalasHapusKelas : 5 B
Npm : 2386206042
setuju pak, materi ini panduan yang sangat baik untuk orang tua dan pendidik. Pesan utamanya jelas: Manfaatkan masa emas (2-7 tahun) dengan pengalaman belajar yang luas, menyenangkan, dan fokus pada pembentukan karakter serta kecintaan belajar, bukan sekadar nilai atau pencapaian akademis. Jika kita melakukannya, kita sedang membangun fondasi yang kuat, tidak hanya untuk sekolah, tetapi untuk kehidupan anak secara keseluruhan.
Nama : Juliana Dai
BalasHapusNPM : 2386206029
Kelas : V,B
Komentar Naida sudah merangkum dengan sangat baik pesan utama materi, yaitu memanfaatkan masa emas 2-7 tahun untuk fondasi kuat seumur hidup, bukan sekadar nilai. Tambahan dari saya, salah satu cara paling efektif untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memprioritaskan cakrawala yang luas ketimbang kedalaman. Maksudnya, ajak anak mencoba berbagai macam aktivitas dan pengetahuan seperti musik, seni, atau sains, karena pengalaman yang beragam ini sering kali lebih bermanfaat daripada terlalu dini menguasai satu bidang saja. Ini memastikan fondasi yang dibentuk Naida benar-benar holistik.
Nama: Yormatiana Datu Limbong
BalasHapusKelas : 5C
Npm : 2386206082
izin menanggapi pak,materi tentang perkembangan anak usia 2–7 tahun ini bagus,menarik karena menjelaskan pentingnya membangun cara berpikir anak dan kemampuannya. Saya jadi lebih paham pada usia ini anak belajar banyak hal lewat permainan dan pengalaman langsung, bukan sekadar diberi perintah. Saya juga setuju kalau orang tua dan guru harus lebih sabar, karena anak di usia ini masih dalam proses belajar memahami emosi.
Terima kasih bapak karena telah memnerikan meteri ini, menurut saya materi bapak tentang masa kritis anak usia 2-7 tahun itu sangat penting untuk kita sebagai calon guru. Materi ini benar-benar menekankan bahwa periode ini bukan hanya sekadar masa persiapan sebelum masuk sekolah dasar, tapi justru adalah fondasi utama dari seluruh proses belajar mereka seumur hidup.
BalasHapusSaat anak seusia ini, otaknya sedang sangat aktif dan sinapsisnya berkembang pesat, jadi apapun pengalaman yang kita berikan akan punya dampak jangka panjang. Jadi, tugas kita nanti bukan cuma mengajar calistung seperti baca, tulis, hitung sebatas kurikulum, tapi bagaimana kita menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan luas agar kecintaan mereka terhadap belajar itu sendiri yang tumbuh. Intinya, kita harus fokus pada membangun kecintaan belajar, bukan cuma kejar hasil saat itu juga.
Disini saya juga mau menangapi materi bapak pada bagian yang membahas kecerdasan emosional. Sering kali kita pikir di usia dini itu yang paling penting adalah akademik, tapi materi ini mengingatkan bahwa keterampilan interpersonal, empati, dan kerja sama itu sama pentingnya. Anak-anak perlu dibimbing untuk mengenali dan mengelola emosi mereka. Ini sejalan dengan apa yang dijelaskan di materi, bahwa ketika anak diajak membantu orang lain bahkan tugas sederhana, mereka belajar peduli dan merasa berguna.Saya juga suka dengan contoh inspiratif dari Einstein. Ini membuktikan kalau pendidikan dini yang sifatnya menyeluruh dengan membiarkan Einstein ikut bekerja atau belajar musik justru mengembangkan pikirannya secara luas. Ini menekankan pentingnya memperluas cakrawala pengetahuan anak, bukan cuma mendalami satu bidang sejak kecil. Ini pelajaran besar buat kita sebagai calon guru untuk tidak membatasi anak hanya pada satu minat saja.
BalasHapusSaya izin juga mau ingin memberikan pandangan saya mengenai materi bapak yang membahas tentang pola pikir berkembang ( growth mindset ).Materi ini mengajarkan kita untuk tidak hanya memberi label atau pujian yang berlebihan, seperti Kamu sangat pintar, karena itu justru bisa membuat anak takut gagal. Sebaliknya, kita harus lebih menghargai usaha dan proses gigih yang mereka lakukan. Ketika seorang anak merasa usahanya lebih berharga daripada hasilnya, mereka akan lebih berani mencoba hal baru dan tidak takut salah ini yang disebut kecintaan terhadap belajar. Mengenai Prioritas Cakrawala, Bukan Kedalaman, ini juga sangat masuk akal. Di usia 2-7 tahun, anak lebih baik diperkenalkan pada beragam aktivitas seperti musik, olahraga, sains, dan bahasa. Tujuannya adalah memberi mereka bekal yang luas untuk menemukan minat alami mereka, seperti yang dijelaskan oleh David Epstein. Ini menjadi pegangan bagi saya nanti sebagai guru agar tidak terburu-buru menyuruh anak fokus hanya pada satu hal.
BalasHapusMembaca uraian ini mengingatkan saya pada berita yang sering berlewatan di sosmed mengenai anak yang sangat pandai berbicara dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di usia yang masih kecil.
BalasHapusDan pernyataan ibunya pada saat ditanya beliau menyampaikan bahwasanya pengetahuan orang tua itu penting untuk menyusun dan mengisi pengetahuan sebanyak-banyaknya di usia anak yang dikenal sebagai masa kritis yaitu usia 2 sampai 7 tahun.
Pada kegiatan wawancara tersebut ibu dari anak ini mengatakan bahwasanya ia mengajarkan bahasa Inggris kepada anaknya sejak usia 4 bulan, karena otak manusia berkembang pesatnya terjadi pada masa golden age , nah beliau juga mengatakan bahwasannya pada usia itu manusia bisa diajarkan apa saja dan ada salah satu kompetensi yang disarankan oleh para peneliti untuk diajarkan ialah bahasa dan beliau juga mengatakan bahwa mulai dari nol bulan itu sudah bisa diajarkan bahasa.
Menurut saya ini sangat bisa dikatakan bisa sejalan dengan pernyataan pada uraian ini yakni di jumlah koneksi antara sel-sel otak (sinapsis) pada anak-anak meningkat tajam membuat otak anak usia 2 tahun memiliki sinopsis DUA KALI lebih banyak daripada orang dewasa.
Nah ini bisa menjadi pusat perhatian kepada orang tua untuk membimbing anaknya belajar, membimbing anaknya berbicara, membimbing anak yang berhitung, membimbing anak bersosialisasi dan lain sebagainya. Orang tua juga bisa mendukung kegiatan anaknya dengan menciptakan kegiatan yang bisa melatih motorik kasar maupun motorik halus anak, tentunya dengan memperhatikan perkembangan kognitifnya agar bisa mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya di usia emas mereka yaitu usia 2-7tahun.
AMA : KORNELIA SUMIATY
BalasHapusNPM : 2386206059
KELAS : 5B PGSD
Perkembangan otak anak itu punya masa kritis, yaitu masa-masa ketika otak mereka super cepat menyerap informasi. Masa kritis pertama ada di sekitar usia 2–7 tahun. Di fase ini, jumlah koneksi otak anak jauh lebih banyak daripada orang dewasa, jadi apa pun yang mereka alami akan memberi dampak besar untuk jangka panjang. Karena itu, periode ini penting banget untuk membangun fondasi belajar yang kuat.
Nama: Yormatiana Datu Limbong
BalasHapusKelas : 5C
Npm : 2386206082
izin menanggapi pak,saya baru tahu kalau usia 2-7 tahun itu masa kritis perkembangan otak. Penjelasannya mudah dipahami. Intinya, kita jangan cuma kejar nilai akademik, tapi ajak anak suka belajar, coba hal baru, dan ajarkan empati. Ini fondasi penting banget untuk masa depannya.
Nama: Yormatiana Datu Limbong
BalasHapusKelas : 5C
Npm : 2386206082
Bagus sekali materinya.Saya setuju, di usia emas ini, anak harus lebih banyak diajak mencoba beragam hal dan didorong untuk menikmati prosesnya. Kecerdasan emosional juga krusial daripada fokus pada pencapaian akademik. Ini pelajaran buat orang tua dan guru.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Izin menanggapi pak terkait materi ini,jadi pada materi ini menunjukkan bahwa perkembangan otak anak sangat penting dilakukan sejak usia dini, karena masa kritis ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan mereka di kemudian hari.dengan memberikan pengalaman belajar yang beragam dan menyenangkan, anak bisa lebih cepat dan mudah memahami berbagai konsep, termasuk dalam bidang matematika dan kreativitas.jadi, orang tua dan guru harus memberi perhatian lebih agar anak mendapatkan pengalaman yang positif dan bermanfaat selama masa-masa ini.perkembangan otak anak di usia dini sangat penting karena masa kritis ini menentukan kemampuan mereka di masa depan.memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan beragam akan membantu mereka berkembang optimal.
Nama: Maria ritna Tati
BalasHapusNPM: 2386206009
Kelas: V A PGSD
Dalam materi ini dijelaskan bahwa pengalaman konkret sangat membantu anak-anak dalam memahami konsep yang abstrak.misalnya, mereka bisa belajar angka dan simbol lewat benda nyata seperti mainan, gambar, atau kegiatan sehari-hari.hal ini penting supaya anak tidak merasa takut atau bingung saat belajar hal-hal yang tampaknya sulit.guru dan orang tua harus kreatif dan sabar dalam memberi pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna.pengalaman konkret dan aktif sangat efektif dalam membantu anak memahami konsep abstrak, seperti angka dan simbol dalam matematika.orang tua dan guru harus menggunakan benda nyata dan kegiatan yang menyenangkan.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM :
Nama : Maria Ritna Tati
HapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Maaf pak salah pencet publikasikan padahal saya belum selesai ngetik.nah pada menurut saya dalam materi ini dijelaskan bahwa pengalaman konkret sangat membantu anak-anak dalam memahami konsep yang abstrak. misalnya, mereka bisa belajar angka dan simbol lewat benda nyata seperti mainan, gambar, atau kegiatan sehari-hari.hal ini penting supaya anak tidak merasa takut atau bingung saat belajar hal-hal yang tampaknya sulit.guru dan orang tua harus kreatif dan sabar dalam memberi pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna.pengalaman konkret dan aktif sangat efektif dalam membantu anak memahami konsep abstrak, seperti angka dan simbol dalam matematika.orang tua dan guru harus menggunakan benda nyata dan kegiatan yang menyenangkan.
Nama :Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Materi ini mengingatkan kita bahwa setiap anak memiliki kecepatan dan gaya belajar yang berbeda-beda.ada yang cepat paham lewat pengalaman langsung, tapi ada juga yang butuh waktu lebih lama dan proses berulang-ulang.jadi, penting bagi orang dewasa untuk memberi dukungan dan tidak memaksa anak belajar secara terlalu keras.memberikan suasana belajar yang nyaman dan penuh kasih sayang sangat membantu mereka berkembang dengan baik.setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda, sehingga penting untuk memberikan dukungan dan suasana belajar yang nyaman agar mereka bisa berkembang sesuai kemampuannya.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Dalam materi ini juga disampaikan bahwa pengalaman belajar yang menyenangkan bisa menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat belajar anak.kalau anak merasa senang dan berhasil saat belajar, mereka akan lebih termotivasi untuk terus belajar dan mencoba hal baru. sebaliknya, jika belajar terlalu keras dan membosankan, anak bisa merasa takut dan kehilangan minat.jadi, guru dan orang tua harus menciptakan suasana belajar yang positif dan penuh semangat.pengalaman belajar yang menyenangkan dapat meningkatkan rasa percaya diri dan semangat belajar anak, sehingga mereka lebih termotivasi dalam belajar dan berkreasi.
Nama : Maria Ritna Tati
BalasHapusNPM : 2386206009
Kelas : V A PGSD
Tambahan sedikit lagi terkait materi ini,nahh materi ini juga menekankan bahwa perkembangan otak anak tidak berhenti di usia dini saja, tapi terus berlangsung sampai dewasa.oleh karena itu, membangun fondasi yang kuat sejak kecil sangat penting agar anak bisa mengembangkan potensi terbaik mereka.dengan pengalaman belajar yang tepat, anak akan lebih mudah menyerap ilmu dan mampu bersaing di masa depan.jadi, kita harus selalu mendukung dan memberikan yang terbaik untuk masa pertumbuhan mereka.perkembangan otak yang optimal di usia dini akan memberikan fondasi kuat untuk kemampuan belajar di masa depan,jadi kita harus selalu mendukung anak dengan pengalaman yang positif dan penuh kasih sayang.